BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
i
ii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max) merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah
padi dan jagung. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka
permintaan kedelai didalam negeri pun cenderung semakin meningkat. Namun,
Produksi kedelai pada tahun 2016 mengalami penurunan dari tahun 2015 sebesar
963.180 ton menjadi 887.540 ton. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang setiap tahunnya mengalami proses peningkatan maka dilakukan
impor kedelai (Nuryati, et al., 2016).
Salah satu masalah utama yang sering dihadapi oleh petani berkaitan dengan
rendahnya mutu benih. Mutu benih yang rendah berdampak pada rendahnya
kualitas perkecambahan. Rendahnya kualitas perkecambahan akan mempengaruhi
nilai produksi suatu tanaman. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan kedelai
masyarakat dalam tingkat nasional yang meningkat pada setiap tahunnya maka
diperlukan benih dengan mutu yang baik sehingga dapat menghasilkan tanaman
dengan produktivitas yang tinggi (Sumarno dan Hartono, 1983).
Biopriming merupakan salah satu cara untuk mengatasi terhambatnya
pertumbuhan tanaman karena terjadinya penurunan mutu fisiologi benih, sehingga
menyebabkan penurunan vigor, viabilitas, daya kecambah dan mutu benih yang
sudah mengalami deteriorasi. Biopriming priming merupakan salah satu jenis dari
seed priming yang digunakan untuk memperbaiki mutu benih yang telah
mengalami deteriorasi.
Perlakuan priming dengan pemberian agen hayati yang mampu untuk
meningkatkan kualitas perkecambahan benih, misalnya mikroba pengikat nitrogen,
mikroba yang mampu menjadi agen pengendali hayati, dan mikroba yang mampu
menghasilkan hormon. Perlakuan kombinasi ini dikenal dengan biopriming.
Mikroba yang dapat digunakan adalah Trichoderma harzianum dan Actinomycetes.
Trichoderma harzianum, yaitu fungi yang dapat hidup di perakaan tanaman dan
mampu meningkatkan panjang akar dan tinggi kecambah kedelai (Anitha, et al.,
2015; Entesari, et al., 2013). Actinomycetes diketahui menghasilkan antibiotik dan
enzim kitinase yang dapat merusak dinding sel cendawan yang mengandung kitin
(Mujoko, et al., 2005). Hasil penelitian Tefa (2015) menunjukkan bahwa
Actinomycetes sp. memiliki kandungan hormon IAA 89.5 ppm dan giberelin 92.5
ppm.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini akan dilaksanakan untuk
mengetahui pengaruh perlakuan biopriming dengan Trichoderma harzianum dan
Actinomycetes terhadap mutu perkecambahan dan vigor benih tanaman kedelai.
Serta sekaligus sebagai bahan informasi dan acuan teknologi yang memiliki metode
efektif, efisien dan ramah lingkungan untuk meningkatkan perkecambahan, vigor
benih kedelai, dan mengetasi masalah serangan patogen pada tanaman.
2
membentuk struktur seperti kait sehingga membeli fungi patogen. Kemudian, hifa
T. harzianumdapat mempenetrasi hifa fungi patogen untuk mengambil zat makanan
dari dalamnya sehingga fungi patogen menjadi mati. Penetrasi ini dilakuakan
dengan mendegradasi sebagai hifa fungi patogen menggunakan enzim selulase dan
kitinase.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu tahap pertama adalah biopriming
yang dilaksanakan di Laboratorium Biofertilaizer. Tahap kedua adalah proses
budidaya dengan menggunakan benih terbaik dari hasil Biopriming dilaksanakan
di Kebun Percobaan, fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Penelitian ini
dilakaksanakan selama 4 bulan.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain benih kedelai varietas
grobogan, Actinomycetes, Trichoderma harzianum, air (aquades) 1000 mL,
Nutrient Broth (NB) 8 g, Bacto agar 18 g, tanah, pupuk kandang, polybag ukuran
30-40 sebanyak 108 buah, dan plastik cetik sebanyak 12 lembar.
Adapun alat yang digunakan pada penelitian kali ini yaitu labu erlemeyer
ukuran 1000 mL, gelas ukur ukuran 1000 mL, cawan petridist, tabung reaksi,
Laminar Air Flow, autoklaf, (Conten Chlorofil Meter-200 plus) CCM-200 plus,
gunting, pinsil, penggaris, aerator, timbangan analitik, kamera digital, dan papan
nama.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk percobaan berdasarkan rancangan
petak terpisah (RPT) yang diulangi sebanyak 3 kali, Petak utama adalah durasi
waktu perendama (P) yang terdiri dari 4 taraf yaitu perendaman 3 jam (P1),
perendaman 6 jam (P2), perendaman 12 jam (P3), dan perendaman 24 jam (P4).
Anak petak adalah jenis mikroba (M) yang terdiri dari 3 jenis yaitu kontrol,
Trichoderma harzianum dan Actinomycetes Sehingga terdapat 12 kombinasi
perlakuan
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Perbanyakan Actinomycetes
A. Persiapan media
1. Media yang digunakan adalah media Nutrient Agar (NA) yang terdiri atas
Nutrient Broth (NB) 8 g, Bacto agar 18 g, aquades 1000 mL. dengan ph 7,0.
2. Masukkan masing-masing sebanyak 50 ml media kedalam erlemeyer 100
mL. Sterilisasi bahan media tersebut dengan autoklaf pada tekanan 0,1 MPa
dan suhu 121 °C selama 20 menit. Keluarkan media yang telah disterilisasi
dan dinginkan (didiamkan) sampai suhu mencapai +45 – 50 °C. Tuang
secara aseptic sebagai media (+ 600 mL) kedalam cawang petri steril (15
mL media pada setiap cawang petri), goyang/geser supaya permukaan
media merata, dan diamkan sampai beku.
6
B. Perbanyakan Actinomycetes
Perbanyakan Actinomycetes dilakuakan berdasarkan Hamidah, dkk (2013) ada
dua tahap yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pertama
Tahap awal isolasi dengan menggunakan medium Nutrient Agar (NA). Masing-
masing kultur murni mikroba digores pada medium Nutrient agar kemudian
inkubasi pada suhu 30°C selama 3 sampai 5 hari.
2. Tahap kedua
Tahap kedua yang dilakukan adalah perbanyakan pada medium Nutrient Broth
(NB) tiap isolat dari media Na dikorek dengan menggunakan ose steril kemudian
dimasukkan kedalam 1000 mL media MB. Menginkubasi media pada suhu 30°C
selama 3 sampai 7 hari. Perhitungan jumlah sel dilakukan dengan metode
pengenceran, sebanyak 1 mL biakan dari masing-masing media cair dimasukkan
dalam 9 mL larutan Aquades dalam tabung reaksi kecil, kemudian divortek, dibuat
seri pengenceran sampai diperoleh seri pengenceran sampai 10-8. Dipipet 1 mL dari
tiap pengenceran di masukkan dalam petridish steril kemudian dituangkan media
NA kedalamnya. Dan diingkubasikan pada suhu kamar (30 °C), setiap hari diamati
pertumbuhannya dan dihitung jumlah koloninya. Perhitungan jumlah koloni
dilakukan dengan metode cawan hitung (plate count).
3.4.2 Perlakuan Priming
Sebelum priming benih diuji daya kecambah terlebih dahulu. Benih yang di
priming adalah benih yang memiliki daya kecambah 64%. Proses priming
menggunakan Trichoderma harzianum, Actinomycetes dan perlakuan kontrol yaitu
dengan menggunakan aquades. Perendaman dengan larutan yang berisi
Trichoderma harzianum sebanyak 15 g/L, perendaman dengan larutan
Actinomycetes sebanyak 108 cfu/mL, dan perendaman dengan aquades yang berisi
1000 mL dengan waktu priming masing-masing 3 jam (P1), 6 jam (P2), 12 jam
(P3), dan 24 jam (P4) sesuai perlakuan masing-masing. Benih ditimbang terlebih
dahulu untuk mengetahui bobot awal. Benih selanjutnya dimasukkan ke dalam
masing-masing larutan priming yang telah ditambahkan dengan aquades masing-
masing sebanyak 1000 mL aquades. Namun sebelum dimasukkan semua benih
yang ingin di uji cobakan dimasukkan kedalam plastik cetik yang telah diberi
lubang terlebih dahulu sebagai tempat masuknya air.
3.4.3 Perkecambahan
Setelah perendaman, benih ditiriskan di atas kertas saring kemudian benih
ditimbang hingga mencapai bobot awalnya lalu dikecambahkan di atas kertas
saring.
3.4.4 Persemaian
Benih yang telah berkecambah disemai didalam gelas aqua dengan
menggunakan media sekam bakar dan cocopit dengan perbandingan 1:1.
7
Persemaian
Penanaman
Perkecambahan:
1. Daya Kecambah
Pemeliharaan
2. Kecepatan Tumbuh
3. Kesempakan
Tumbuh
4. Kecambah Normal
5. Kecambah
Parameter Pengamatan
Abnormal
Dilapangan:
1. Total luas Daun
2. Jumlah Cabang
Produktif Analisis Data
3. Total Klorofil
4. Bobot 1000 biji
5. Jumlah Polong
1 Perbanyakan
Actinomycetes
2. Perbanyakan
Trichoderma
harzianum
3. Pengolahan Lahan dan
Penanaman
4 Melaksankan
Biopriming
5. Mengecambahkan
benih kedelai yang
telah diberi perlakuan
biopriming
6. Pengambilan data
7. Pengamatan Tanaman
10
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. 2011. Pengaruh Penyimpanan Biji pada Suhu Ruangan, Dingin, dan Beku
terhadap Viabilitas Biji Belimbing (Averrhoa carambola L.) Kultivar ‘Dewa
Baru’ Asal Kecamatan Cimanggis, Depok. Depok: Universitas Indonesia.
Ambarwati dan T.A. Gama. 2009. Isolasi actinomycetes dari tanah sawah sebagai
penghasil antibiotik. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. 10 (2): 101-111.
Anitha, Mummigatti, U.V. dan Shamarao, J. 2015. Influence of seed priming agents
on yield, yield parameters and purple seed stain disease in soybean.
Karnataka Journal Agric. Sci., 28 (1): 20-23.
Begum, M.M., Sariah, M., Zainal Abidin, M.A., Puteh, A.B., san Rahman, M.A.
2007. Histoppathological Studies on Soybean Seed Infected by Fusarium
oxysporum f. sp. Glycines an Screening of Potential Biocontrol Agents.
Research Jurnal of Microbiology, 2.
Entesari, M., Sharifzadeh, F., Ahmadzadeh, M. dan Farhangfar, M. 2013. Seed
Biopriming with Trichoderma Species and Pseudomonas fluorescent on
Growth Parameters, Enzymes Activity and Nutritional Status of Soybean. Int
Journal Agron and Plant Prod., 4 (4): 610–619.
Hamidah, Ambarwati, Indrayudha. 2013. Isolasi dan Identifikasi Isolasi
Actinomycetes dari Rizosfer Padi (Oryza Sativa L.) Sebagai Penghasil
Antifungi. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Halimursyadah, Jumini, Muthiah. 2015. Penggunaan Organik Priming Dan
Periode Inkubasi Untuk Invigorasi Benih Cabai Merah (Capsicum Annum L.)
Kadaluarsa Pada Stadia Perkecambahan. J. Floratek 10 (2): 78-86
Ilyas. S., K.V. Asie, G.A.K. Sutariati, Sudarsono. 2015. Biomatriconditioning or
biopriming with biofungicides or biological agents applied on hot pepper
(Capsicum annuum L.) seeds reduced seedborne Colletotrichum capsici and
increased seed quality and yield. Acta Hortic. 1105: 89-96.
Kusuma, Y.S.A., Karno, Sutarno. 2012. Perbanyakan vegetatif cara stek
Desmodium cinereum dan Hibiscus rosa sinensis L. dengan pemberian zat
pengatur tumbuh alami dan auksin sintetis. Animal Agric. J. 1:557-565.
Muhammad SS, Muhammad S, Ahmed Z, Muhammad S. 2014. Effect of seed
soaking on seed germination and growth of bitter gourd cultivars. IOSR J of
Agri. and Veterinary Sci. 6: 07-11.
Nuryati L., Waryanto, B., dan Widaningsih, R., 2016. Outlook Komoditas Tanaman
Pangan Kedelai. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian
Pertanian.
Saini R, Rai PK, Bara BM, Sahu P, Anjer T, Kumar R. 2017. Effect of different seed
priming treatments and its duration on seedling characters of Bitter gourd
(Momordica charantia L.). Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry
6(5):848-850.
Sateesh, V.N., and J.L Rathod. 2011. Selective isolation and antimicrobial activity
of rare actinomycetes from mangrove sediment of Karwar. Journal of
Ecobiotechnology. 3 (10): 48-53.
Sucahyono, D. 2013. Invigorasi Benih Kedelai. Penerbit Buleting Palawija. No. 25-
2013: 18-25.
Shahab, S., N. Ahmad, N.S. Khan. 2009. Indole acetic acid production and
enhanced plant growth promotion by indigenous PSBs. African J. Agric. Res.
4:1312-1316.
11
FMA”Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
7. Pelaksana Pengaderan Panitia 2016
Awal dan Inisisasi BEM
KEMA Faperta Unhas
8. Panitia Inaugurasi 2015 Panitia 2016
BEM KEMA Faperta
Unhas
9. Pelaksana Training Panitia 2017
Observasi dan
Manajemen Lapangan
(TROMAL) FMA
10. Pelaksana Bina Dasar Panitia 2017
Kepemimpinan (BIDAK)
2017 IKAB UNHAS
11. Panitia Pelaksana Panitia 2018
Pertemuan Nasional
(PERNAS) XVI FKK
HIMAGRI HIMAGRO
12. Panitia Pelaksana Panitia 2018
Musyawara Anggota
Tahunan (MUSTA)
XXXVIII HIMAGRI
HIMAGRO Fakultas
Pertanian UNHAS
C. Penghargaan Yang Pernah Diterima
No. Jenis Penghargaan Pihak Pemberi Penghargaan Tahun
1. - -
2. - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
Sribulan Hendrik
14
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
Fatmawati
15
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan PKM-P