Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

EKSTRASI DAN PENGERINGAN BENIH

DisusunOleh :
Nama

: Risal Akbar Mulya

NIM

: 135040201111217

Asisten

: Mbak Fevira

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Pengamatan
Ulangan

Pengamata

Ekstrasi Basah

Ekstrasi

n
Kimia

Kering
Jeruk
Caba

Fermentasi

i
Ulangan

BB
BK

%KA
Ulangan BB
BK
2
%KA

4.1.1 Perhitungan
1

Timun Tomat
3,87
0,31
0,30
0,08

Timun
2,98
0,18

0,69
0,21

2,03
1,10

89%
0,27
0,06

92%
1,40
0,06

74%
0,31
0,08

94%
4,82
0,08

70%
0,83
0,28

46%
2,13
1,22

78%

96%

74%

98%

66%

43%

BBBK
100
BB

Ekstraksi Kering
a Jeruk

Ulangan I: %KA =

Ulangan II: %KA =

Cabai
-

KA=

Tomat
0,73
0,08

Ulangan I: %KA =

0,69 gr0,21 gr
100
0,69 gr
0,83 gr0,28 gr
100
0,83 gr
2,03 gr1,10 gr
100
2,03 gr

Ulangan II: %KA =

2,13 gr1,22 gr
100
2,83 gr

Ekstraksi Basah
a Mentimun
- Ekstraksi Kimia

Ulangan I: %KA =
Ulangan II: %KA =

= 70%
= 66%

= 46%
= 43%

3,87 gr0,30 gr
100
3,87 gr
1,40 gr0,06 gr
100
1,40 gr

= 92%
= 96%

Ekstraksi Fermentasi

Ulangan I: %KA =

Ulangan II: %KA =

Tomat
- Ekstraksi Kimia

Ulangan I: %KA =

Ulangan II: %KA =

Ekstraksi Fermentasi

Ulangan I: %KA =

Ulangan II: %KA =

4.2
4.2.1

2,98 gr0,18 gr
100
2,98 gr
4,82 gr 0,08 gr
100
4,82 gr

0,73 gr0,08 gr
100
0,73 gr
0 ,27 gr0,06 gr
100
0 , 27 gr
0,31 gr0,08 gr
100
0,31 gr
0,31 gr0,08 gr
100
0,31 gr

= 94%
= 98%

= 89%
= 78%

= 74%
= 74%

Pembahasan
HasilEkstraksiKering
Ekstraksi benih merupakan proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih lainya (Schmidt,2000). Menurut Barneret al (1988) tujuan penanganan
ekstraksi benih adalah untuk mempertahankan mutu fisik-fisiologis benih hasil pemuliaan
agar terjamin baik. Dalam penaganan benih terdapat beberapa macam ekstraksi benih,
diantaranya adalah ekstraksi kering dan basah. Ekstraksi kering merupakan metode
pengambilan benih yang dilakukan pada buah dengan kandungan kadar air yang cukup
sedikit dan tidak mengandung banyak daging buah serta pada buah dengan biji yang tidak
terdapat banyak selaput lendir. Pada pengamatan kali ini, metode ekstraksi kering
diperlakukan pada tanaman jeruk dan cabai. Jika dilihat dari kondisi fisik, buah jeruk
termasuk dalam buah dengan kondisi kandungan air yang cukup banyak. Dilakukanya
aplikasi ekstraksi kering pada buah jeruk, dikarenakan kondisi biji jeruk yang tidak
mempunyai banyak selaput berlendir seperti buah basah yang lain.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar air hasil ekstraksi pada buah jeruk
ulangan pertama sebesar 70% sedangkan pada pengulangan kedua sebesar 66%. Hasil
pengulangan kedua menunjukkan bahwa tingkat ketelitian masih kurang, karena terdapat
selisih kadar air pada ekstraksi benih jeruk mencapai 4%. Pada ekstraksi benih cabe
didapatkan kadar air ulangan pertama sebanyak 46%, dan pada ulangan kedua sebanyak
43%. Dari pengamatan kedua jenis buah yang berbeda, tingkat penyusutan kadar air jelas
sangat tinggi. Pada ekstraksi benih cabe penyusutan mendekati 50%, yang artinya aplikasi
ekstraksi kering sangat baik digunakan dalam mempertahankan kualitas suatu benih.

4.2.2

Hasil Ekstraksi Basah

Metode ekstraksi basah merupakan metode pengambilan benih pada buah yang
menpunyai kandungan kadar air yang cukup banyak dengan daging yang tebal serta biji
yang mempunyai selaput lendir. Ada dua macam ekstraksi basah yang dilakukan pada
praktikum, yaitu ekstraksi basah kimia dengan menggunakan larutan HCl 5% dan ekstraksi
basah fermentasi, yaitu dengan merendam benih pada larutan H2O atau air. Menurut Brasil
(2009) dalam Franca et al (2013) bahwa penggunaan bahan kimia untuk ekstraksi benih
dapat berupa Asam hidrocloric, Sodium Hidroxid, AmoniumHidroxid , Sodium Carbonat,
Asam Sulphuric, Asam Asetic, Calcium Hypoclorit, dan pectinase. sesuai dengan
pernyataan Straccia (2012) bahwa cara kerja metode fermentasi yang harus dimasukkan ke
dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan
selama beberapa hari. Kedua metode ini, diperlakukan pada benih mentimun dant omat,
masing-masing dengan dua kali pengulangan. Kedua benih yang diamati merupakan benih
dari buah dengan kandungan kadar air yang banyak, berdaging dan mempunyai lapisan
selaput diluar biji benih.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ekstraksi basah kimia pada benih mentimun
ulangan pertama kandungan kadar airnya sebanyak 92% dan pada ulangan kedua sebesar
96%. Pada benih tomat ulangan pertama kandungan kadarairnya sebesar 89% dan pada
pengulangan kedua sebesar 78%. Sedangkan pada ekstraksi basah fermentasi yang
dilakukan pada benih mentimun ulangan pertama kandungan kadar air sebesar 94%, dan
pada pengulangan kedua sebesar 98%. Pada pengamatan benih tomat ulanagan pertama,
kandungan kadar air sebanyak 74% dan pengulangan kedua sama 74%.
Perbandingan antara ekstraksi basah kimia dengan fermentasi pada benih mentimun
adalah bahwa tingkat penyusutan kandungan kadar air terbanyak dihasilkan dari ekstraksi
basah kimia. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ekstraksi basah kimia lebih baik
untuk menurunkan tingkat kadar air pada benih. Pengamatan ini membuktikan bahwa bahan
kimia HCl 5% dapat membantu pelepasan selaput lendir yang menempel pada kulit benih.
Akan tetapi pada uji benih tomat . tingkat penyusutan tertinngi dihasilkan dari
ekstraksi basah fermentasi. Jika diamati dari segi bahan kimianya, bahwa benih tomat
mengandung rasa yang masam artinya tomat tersebut bersifat masam seperti larutan HCl,
sehingga reaksi tidak dapat berjalan dengan baik. Kemudian hal ini dapat menyebabkan
lapisan lendir pada benih tomat tidak berkurang sebanyak pada benih mentimum.
4.2.3

PerbandinganEkstraksiKeringdanBasah

Dari kedua ekstraksi basah dan kering terdapat perbedaan yang cukup nyata, yaitu
penurunan kadarairnya. Pada ekstraksi kering benih cabe tingkat kadar airnya dapat
mencapai 43%. Sedangkan pada ekstraksi basah, tingkat penyusutan kadar air hanya dapat
mencapai 74%. Perbedaan yang nyata tidak sepenuhnya menganggap bahwa ekstraksi basah
kurang efektif dalam melakukan ekstraksi benih. Akan tetapi banyak hal yang memengaruhi
hasil dari masing-masing metode. Menurut Yuniarti (2013) selain proses atau tahapan
ekstraksi, metode ekstraksi benih juga akan mempengaruhi mutu fisik dan fisiologis benih
yang dihasilkan. Selain itu, mutu fisik dan fisiologis benih juga dipengaruhi oleh faktor
ukuran benih. Selain lama pengeringan, benih timun lebih dan tomat mengandung air lebih
tinggi dibandingkan dengan benih cabai besar dan benih cabai kering. Hal ini sesuai dengan
yang diutarakan Gutirrez (2007) bahwa kadar air suatu tanaman dipengaruhi oleh metode

pengeringan yang memiliki efek yang berbeda pada microstructure dan kualitas produknya
(dehidrasinya).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil pengamatan bahwa kandungan kadar air akhir ekstraksi kering lebih rendah
daripada hasil ekstraksi basah. Aplikasi ekstraksi basah dengan metode fermentasi
memiliki kemampuan lebih tinggi untuk menurunkan kandungan kadar air pada benih
dibandingkan metode kimia.
Benih produkdenganperlakuan ekstraksi kering memiliki daya simpan lebih lama
karena kadar air yang rendah. Sedangkan benih hasil produk ekstraksi basah mempunyai
daya kecambah tinggi dan tahan dari kerusakan mekanik dan lingkungan.
5.2 Saran dan kritik untuk praktikum
Semangat deh buat mbak Fevira, semoga cepet lulus.

DAFTAR PUSTAKA
Barner, H. and Ditlevesen. 1998. Strategies and Procedures for an Integrated National Treeseed Programe for Seed Procurement, Tree Improvement and Genetic Resource.
Lecture Note A-1.Danida Forest Seed Centre. Denmark.
Franca,L,V.et al.2013.Physiological Quality of Eggplant Seeds with Different Extraction
and Drying Metode. Journal of Seed Science, v.35, n.1, p.51-55,2013
Gutierrez, L.F et all. 2007. Effects of drying method on the extraction yields and quality of
oils from quebec sea buckthorn (Hippophae rhamnoides L.) seeds and pulp.
Universite Laval, Sainte-Foy,Quebec: Canada.
Scimidt, L. 2000. PedomanPenagananBenihTanamanHutanTropisdan Sub Tropis.
DirektoratJendralRehabilitasiLahanPerhutananSosial Indonesia Forest Seed Project.
PT. Gramedia. Jakarta
Straccia, M.C et all. 2012. Extraction and Characterization of Vegetable Oils from Cherry
Seed by Different Extraction Processes. Universit degli Studi Siena: Italy.
Yuniarti, Naning. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi dan Ukuran Benih Terhadap Mutu
Fisik-Fisiologis Benih Acacia Crassicarpa. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan
Tanaman Hutan: Bogor.

Anda mungkin juga menyukai