OLEH :
DWI RIZKI AMANDA
J1B116074
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, tidak lupa pula sholawat serta salam kami
sanjungkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW Sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu yang
merupakan tugas mata kuliah Teknik Pengolahan Hasil Perkebunan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini seperti
teman-teman seperjuangan khususnya dosen pengampu Teknik Pasca Panen yaitu
Ibu Ir. Indriyani, M.P sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah
ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami dalam makalah
ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi perbaikan kedepannya. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan………………………………………………………………………………………………………………….2
1.3 Manfaat……………………………………………………………………………………………………………….2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Panen Jeruk........................................................................................................3
2.2 Pertimbangan penting dalam penanganan pasca panen......................................4
2.2.1 Pertimbangan Fisiologis.............................................................................4
2.2.2 Pertimbangan Fisik.....................................................................................6
2.2.3 Pertimbangan Patologis..............................................................................7
2.2.4 Pertimbangan kondisi lingkungan...............................................................8
2.2.5 Pertimbangan Ekonomis.............................................................................8
2.3 Tahapan Penanganan Pascapanen.......................................................................9
2.3.1 Sortasi dan Grading Buah...........................................................................9
2.3.2 Pelilinan....................................................................................................10
2.3.3 Labeling dan Pengemasan........................................................................11
2.3.4 Penyimpanan............................................................................................12
2.3.5 Pengangkutan...........................................................................................12
2.4 Pemasaran........................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................14
KEIMPULAN DAN SARAN................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rendahnya produktivitas tersebut terutama disebabkan oleh kurangnya
kegiatan pemeliharaan tanaman oleh petani pekebun jeruk. Padahal, kegiatan
pemeliharaan tanaman dalam kebun yang meliputi pemupukan, penyiraman,
pemangkasan, penjarangan buah dan pengendalian hama penyakit lainnya jika
dilakukan secara optimal akan dapat meningkatkan produktivitas tanaman (Arry
S. 2007 ).
Terbatasnya kegiatan pemeliharaan tanaman jeruk terutama setelah tanaman
menghasilkan merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas dan mutu
buah jeruk yang dihasilkan. Pemahaman yang baik mengenai jaminan mutu
diperlukan agar para petani agribisnis jeruk dapat meningkatkan mutu produknya
(Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004).
Jeruk bermutu diperoleh dari kebun yang terpelihara dengan baik maka harus
ada penanganan-penanganan yang baik pula dalam mengelola jeruk pascapanen
guna menambah daya beli konsumen terhadap jeruk. Maka dari dari itu penting
sekali mengetahui bagaimana cara penanganan jeruk yang baik dilakukan
pascapanen.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan pada makalah kali ini adalah agar
mahasiswa dapat memahami pentingnya penanganan pascapanen pada tanaman
dari buah jeruk
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah mahasiswa
sudah dapat memahami cara penanganan pascapanen yang baik dan tepat pada
produk buah jeruk.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jangan memanen buah dengan cara memanjat pohon, karena kaki kotor
dapat menyebarkan penyakit pada pohon;
Pemanen buah dilengkapi dengan keranjang yang dilapisi karung plastik
atau kantong yang dapat digantungkan pada leher;
Wadah penampung buah terbuat dari bahan yang lunak, bersih, dan buah
diletakkan secara perlahan. Krat walau biaya awalnya mahal, bisa
ditumpuk, bertahan lama, dapat dipakai berulang-ulang dan mudah
dibersihkan.
4
respirasi dan transpirasi melalui penurunan suhu produk, mengurangi ketersediaan
O2 atau meningkatkan konsentrasi CO2 , dan menjaga kelembaban nisbi yang
mencukupi dari udara sekitar produk tersebut.
C6H12O6 + O2-------------> CO2 + H2 + Energi + panas
Tabel 8. Kelas Respirasi dari Beberapa Komoditas Pascapanen pada Suhu
5⁰C.
1. Produksi etilen
5
Etilen dalam ruang penyimpanan dapat berasal dari produk atau sumber
lainnya. Sering selama pemasaran, beberapa jenis komoditi disimpan bersama,
dan pada kondisi ini etilen yang dilepaskan oleh satu komoditi dapat merusak
komoditi lainnya. Gas hasil bakaran minyak kendaraan bermotor mengandung
etilen dan kontaminasi terhadap produk yang disimpan dapat menginisiasi
pemasakan dalam buah dan memacu kemunduran pada produk non-klimakterik
dan bunga-bungaan atau bahan tanaman hias. Kebanyakan bunga potong sensitive
terhadap etilen.
6
Pada permukaan produk terdapat jaringan yang mengandung lilin yang
dinamakan cuticle yang dapat berperan sebagai barier penguapan air berlebihan,
serangan atau infeksi mikroorganisme pembusuk. Sehingga secara umum infeksi
mikroorganisme pembusuk terjadi melalui bagian yang luka dari jaringan tersebut.
Jaringan tanaman dapat menghasilkan bahan pelindung sebagai respon dari
adanya pelukaan. Bahan seperti lignin dan suberin, yang diakumulasikan dan
diendapkan mengelilingi bagian luka, dapat sebagai pelindung dari serangan
mikroorganisme pembusuk (Eckert, 1978;Brown, 1989 dalam Dikti 2013).
7
namakan infeksi laten. Contoh mikroorganisme yang melakukan infeksi laten
adalah Colletotrichum spp yang menyebabkan pembusukan pada buah manga,
jeruk, pepaya dan pisang. Ada pula mikroorganisme yang hanya berlabuh pada
bagian permukaan produk namun belum mampu menginfeksi. Infeksi baru
dilakukan bila ada pelukaan-pelukaan akibat operasi pemanenan, pasca panen dan
pendistribusiannya.
8
metode baru tersebut karena pasar belum siap membayar lebih untuk mutu apel
yang tinggi (Liu, 1988 dalam DIKTI;2013). Hal ini menunjukan bahwa penerapan
metode penanganan sangat ditentukan oleh sejauh mana konsumen mau
membayar lebih dengan tingkat penanganan yang lebih baik.
Jarak antara kebun dan pasar adalah salah satu penentu utama di dalam
memutuskan apakah suatu teknologi akan digunakan. Bila jaraknya dekat, maka
metode penanganan akan lebih sederhana. Terkadang interval waktu antara panen
dan penjualan hanyalah berlangsung beberapa jam. Dalam kondisi ini, hanya
sedikit perlakuan pascapanen yang diperlukan, dan cara paling efektif untuk
mengurangi kerusakan adalah mengajarkan petani untuk memanen dan menangani
produknya secara hati-hati. Bila interval waktu jauh lebih panjang dengan lika-
liku pemasaran yang lebih kompleks, maka diperlukan penanganan-penanganan
yang lebih kompleks pula atau dilibatkan teknologi yang lebih banyak, dan jumlah
yeng lebih besar dari factor manusia dan ekonomi harus dipertimbangkan.
9
kurang sempurna). Kulit buah harus mulus sempurna, tidak belang di bagian
bawah. Syarat lain, buah harus tidak mempunyai cacat sedikitpun, baik cacat
secara fisik maupun cacat karena serangan hama dan penyakit.
2.3.2 Pelilinan
Beberapa jenis buah secara alami dilapisi oleh lilin yang berfungsi sebagai
pelindung terhadap serangan fisik, mekanik, dan mikrobiologis. Pelapisan lilin
pada buah-buahan sebenarnya adalah menggantikan dan menambah lapisan lilin
alami yang terdapat pada buah yang sebagian besar hilang selama penanganan
karena lapisan lilin yang menutupi pori-pori buah dapat menekan respirasi dan
transpirasi sehingga daya simpan buah lebih lama dan nilai jualnya lebih baik.
Manfaat lainnya adalah meningkatkan kilau dan menutupi luka atau goresan pada
permukaan kulit buah sehingga penampilannya menjadi lebih baik.
Pelilinan terhadap buah jeruk segar pertama kali dikenal sejak abad 12-13
oleh bangsa Cina, tetapi pada saat itu tanpa memperhatikan adanya efek-efek
respirasi dan tranpirasi sehingga lapisan lilin yang terbentuk terlalu tebal,
mengakibatkan respirasi anaerob (fermentasi) dan menghasilkan jeruk yang
masam dan busuk. Oleh karena itu, pelilinan harus diupayakan agar pori-pori kulit
buah tidak tertutupi sama sekali agar tidak terjadi kondisi anaerob di dalam buah.
Sebaliknya, jika lapisan lilin terlalu tipis hasilnya kurang efektif mengurangi laju
respirasi dan transpirasi. Dibandingkan dengan pendinginan. aplikasi lilin kurang
efektif dalam menurunkan laju respirasi sehingga pelilinan banyak dilakukan
untuk melengkapi penyipanan dalam suhu dingin.
Lilin yang digunakan dapat berasal dari berbagai sumber seperti tanaman,
hewan, mineral maupun sintetis. Kebanyakan formula lilin dipersiapkan dengan
satu atau lebih bahan seprti beeswax, parafin wax, carnauba wax (secara alami
didapat dari carnauba palm) dan shellac (lilin dari insekta). Syarat lilin yang
digunakan : tidak mempengaruhi bau dan rasa buah, cepat kering, tidak lengket,
tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tipis, tidak mengandung racun, harga
murah dan mudah diperoleh. Syarat komoditi yang dilapisi adalah segar (baru
dipanen) dan bersih, sehat (tidak terserang hama/penyakit), dan ketuaan cukup.
Lilin yang banyak digunakan adalah lilin lebah yang diemulsikan dengan
konsentrasi 4–12%. Air yang digunakan tidak boleh menggunakan air sadah
10
karena garam-garam yang terkandung dalam air tersebut dapat merusak emulsi
lilin. Aplkasinya dapat dilakukan dengan, penyemprotan, pencelupan, atau
pengolesan.
Untuk membuat emulsi lilin standar 12 % diperlukan lilin lebah 120 g,
asam oleat 20 g, triethanol amin (TEA) 40 g dan air panas 820 cc. Lilin
dipanaskan dalam panci sampai mencair, kemudian dimasukkan dalam blender.
Selanjutnya dituang sedikit demi sedikit asam oleat, TEA dan air panas, larutan
diblender 2-5 menit agar tercampur dengan sempurna kemudian emulsi lilin
didinginkan. Emulsi lilin dapat digunakan setelah proses pendinginan selesai
dilaksanakan.
Sebenarnya pelilinan buah-buahan itu tidak mengandung racun karena
menggunakan lilin lebah dan konsentrasinya pelilinannya sedikit sekali. Yang
paling dikuatirkan buah-buahan itu rawan kandungan pestisida kemudian terlapisi
lilin sehingga pestisidanya masih menempel pada buah. Kandungan pestisida
inilah yang sangat berbahaya bila sampai termakan, bisa menyebabkan banyak
penyakit diantaranya kanker, leukimia, tumor, neoplasma indung telur dll.
11
maksimal setiap peti sebaiknya tidak melebihi 30 kg. Buah jeruk lebih baik jika
dibungkus dengan kertas tissue (potongan/sobekan kertas) kemudian peti diberi
tanda diantaranya yaitu nama barang, jumlah buah setiap peti, berat peti dan jeruk,
kualitas, tanda merek dagang, daerah/negara asal.
2.3.4 Penyimpanan
Penyimpanan buah jeruk bertujuan : memperpanjang kegunaan,
menampung hasil panen yang melimpah, menyediakan buah jeruk sepanjang
tahun, membantu pengaturan pemasaran, meningkatkan keuntungan financial,
mempertahankan kualitas jeruk yang disimpan. Prinsip dari perlakuan
penyimpanan : mengendalikan laju respirasi dan transpirasi, mengendalikan atau
mencegah penyakit dan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki oleh
konsumen.
2.3.5 Pengangkutan
Buah-buah yang telah ditimbang kemudian siap diangkut dengan truk,
mobi box, kapal laut dan alat transportasi lainnya ke pasar . Bak penampung pada
12
trek-trek yang digunakan harus bersih dari kotoran, terutama pasir dan kerikil
yang menyebabkan kulit buah rusak secara fisik. Setelah bersih, landasan buah di
lapisi dengan lapisan jerami atau semacamnya. Buah disusun secara teratur sesuai
wadah tempat jeruk di simpan.
2.4 Pemasaran
Proses pemasaran jeruk biasanya dilakukan di pasar domestic yaitu pasar
tradisional atau pasar non tradisional (modern), super market, toko-toko buah dan
lain sebagainya. Selain itu jeruk bisa di pasarkan ke luar negeri yaitu pasar ekspor
dan biasanya ini harus emiliki jeruk yang memenuhi standar kualitas untuk di
ekspor.
13
BAB III
KEIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Penanganan pasca panen jeruk yang harus dipertimbangkan adalah laju
respirasi, produksi etilen, pertimbangan fisik, pertimbangan patologis,
pertimbangan kondisi lingkungan, dan pertimbangan ekonomis ini semua akan
menentukan baik buruknya hasil panen yang di dapatkan untuk di jual ke pasaran.
Adapun untuk memasarkan jeruk supaya sampai pada tangan konsumen
harus melewati beberapa tahapan terlebih dahulu yaitu sortasi dan grading buah
jeruk, pelilinan, labeling dan pengemasan dan penyimpanan kemudian ada proses
pengangkutan dan yang terkhir proses pemasaran.
Dalam proses pemasaran jeruk bisa di jual ke pasar domesik atau ekspor.
Dalam pasar domestic bisa dipasarkan ke pasar tradsional atau modern seperti
super market, toko dan lain sebagainya. Bahkan bisa di jual ke pabrik-pabrik
pengolahan jeruk untuk dijadikan sebagai bahan baku produk.
3.2 Saran
Bagi para petani diharapkan bisa menerapkan prisip-prinsip penanganan
pascapanen buah jeruk agar bisa di terima di pasar dan bernilai ekonomis tinggi
untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Kemudian bagi para akademisi
atau para peneliti diharapkan tulisan ini bisa menjadi referensi untuk membuat
penelitian – penelitian yang berhubungan dengan masalah jeruk. Dan terakhir bagi
pemerintah agar bisa memberikan setidaknya pemahaman yang menghasilkan
bantuan untuk para petani jeruk dalam mengembangkan usahanya baik berupa
materil atau kebijakan yang mencakup kemanjuan produksi jeruk.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ratna, DKK.2013. kajian pra panen jeruk siam (citrus suhuiensis tan) untuk
ekspor. Kalimantan Selatan.
15