Anda di halaman 1dari 16

Paper Hasil Survei Pasar Buah Semangka dan Tanaman Selada

di Pasar Gamping

Fisiologi Pasca Panen

Caesari Tri Wahyutami 20170210021

Dhigo Satiya Dwipta 20170210025

Riski Mafiroh 20170210036

Bayu Syahputra 20170210051

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2018
I. HASIL SURVEI

A. Kasus 1

Di Pasar Induk Sayur dan Buah Gamping terdapat aktivitas pengangkutan


komoditas semangka pada pukul 3 dinihari. Pengangkutan dilakukan dengan cara
mengangkut keranjang kayu yang berisi semangka ke dalam truk oleh 3 pekerja
secara bergiliran. Keranjang tersebut terlihat membumbung tinggi dan hanya
ditutup oleh karung sak dan diikat dengan tali rafia. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu pekerja yang bernama bapak Darsono, satu keranjang kayu
tersebut berisi maksimal 16 buah semangka dengan estimasi berat 90kg per
keranjang untuk berat komoditas sebesar 5 - 6 kg. Sebelum di angkut ke daerah
tujuan, semangka tersebut disimpan dalam sebuah ruangan terbuka dengan cara
ditumpuk dan berdempetan. Penyimpanan dilakukan selama 3 hingga 7 hari. Di
sekitar lokasi penyimpanan ditemukan beberapa buah yang pecah dan hancur.
Sementara proses pendistribusian dilakukan dengan meletakkan keranjang -
keranjang tersebut ke dalam truk dan ditumpuk dengan posisi menyamping
sehingga bagian atas keranjang saling bersentuhan.

B. Kasus 2

Di sebuah pasar pagi yang berada di daerah Gamping, Sleman, Yogyakarta


tepatnya di Pasar Gamping terdapat aktivitas perdagangan sayur selada antara
pedagang dan penyuplai. Penyuplai mengangkut selada tersebut menggunakan
mobil bak terbuka menggunakan keranjang kayu. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu penyuplai yang bernama ibu Natun, selada yang
diperjualbelikan diambil dari petani selada daerah pantai selatan dan dikemas
dengan cara mengikatnya per 10 kg dengan kayu atau bambu tipis. Pedagang
yang membeli selada tersebut mengambilnya langsung pada penyuplai dan
meletakkan begitu saja di lantai bahkan terkesan seperti membantingnya ke lantai.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Semangka

Semangka (Citrullus lanatus) adalah tanaman merambat yang berasal dari


daerah gurun di Afrika bagian selatan. Tanaman ini masih sekerabat dengan labu-
labuan (Cucurbitaceae), melon (Cucumis melo) dan ketimun (Cucumis sativus).
Semangka biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat jus. Biji
semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya (kotiledon)
sebagai kuaci (Wikipedia, 2011).

Tanaman semangka bersifat tanaman semusim dan tergolong cepat


berproduksi yaitu sekitar 2-4 bulan. Di Indonesia ini banyak dikembangkan di
sekitar kota besar secara komersial, diantaranya Indramayu, Cirebon, Madiun,
Madura, Lombok, Sumatera Utara, dan sebagainya (Barus dan Syukri, 2008).
Menurut Rukmana (1994), kedudukan semangka dalam taksonomi tumbuhan
secara lengkap adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Cucurbitales
Suku : Cucurbitaceae
Marga : Citrullus
Spesies : Citrullus vulgaris Schard.

Buah semangka yang dipanen tepat waktunya akan berwarna merah cerah,
bertekstur remah, renyah, manis, dan banyak mengandung air sehingga banyak
disukai orang. (Prajnanta, 1996). Buah Semangka yang normal memiliki tekstur
kulit yang baik, warnanya bersih dengan lurik hijau tua, dan bentuknya bulat
sempurna. Sedangkan pada buah Semangka yang rusak, kulitnya sebagian ada
yang ditumbuhi jamur dan pada bagian yang ditumbuhi jamur warna kulit
semangkanya agak membusuk. Perbedaan pada daging buah semangka yang
diamati dapat dilihat dari beberapa komponen. Daging buah Semangka yang
bagus berdasarkan pengamatan memiliki ciri-ciri warnanya merah terang, tektur
buah keras dan kelihatan segar. Sedangkan daging buah Semangka yang rusak
akibat kerusakan mekanis dan mikrobiologis berdasarkan pengamatan memiliki
tanda seperti warna merah agak pudar, daging buah kelihatan lembek dan berair
banyak, dan tekstur buahnya tidak segar.
Semangka diketahui mengandung zat-zat tertentu yang cukup efektif dalam
membunuh sel-sel kanker. Semangka, pisang, dan rumput laut mengandung zat
seperti kalium yang mampu menghidupkan aktivitas fungsi sel darah putih yang
mampu meningkatkan sistem kekebalan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
semangka, pisang, dan rumput laut mengandung zat-zat yang dapat menstimulir
phagocyte. Phagocyte adalah suatu sel darah yang mampu melindungi sistem
darah dari infeksi dengan cara menyerap mikroba untuk mematikan sel-sel
penyebab kanker (Prajnanta, 1996).
Menurut Guoyao dkk. (2007), pada daging dan kulit buah semangka
ditemukan zat citrulline. Citrulline lebih banyak ditemukan pada kulit semangka
yakni sekitar 60% dibanding dagingnya. Zat citrulline akan bereaksi dengan
enzim tubuh ketika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup lalu diubah menjadi
arginin, asam amino non essensial yang berkhasiat bagi jantung, sistem peredaran
darah, dan kekebalan tubuh.

B. Selada

Selada (Lactuca sativa L) adalah tanaman yang termasuk dalam famili


Compositae (Sunarjono, 2014). Sebagian besar selada dimakan dalam keadaan
mentah. Selada merupakan sayuran yang populer karena memiliki warna, tekstur,
serta aroma yang menyegarkan tampilan makanan. Tanaman ini merupakan
tanaman setahun yang dapat di budidayakan di daerah lembab, dingin, dataran
rendah maupun dataran tinggi. Pada dataran tinggi yang beriklim lembab
produktivitas selada cukup baik. Di daerah pegunungan tanaman selada dapat
membentuk bulatan krop yang besar sedangkan pada daerah dataran rendah, daun
selada berbentuk krop kecil dan berbunga. Berikut klasifikasi tanaman selada:

Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermathophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Species : Lactuca sativa L (Saparinto, 2013)

Selada memiliki banyak manfaat antara lain dapat memperbaiki organ dalam,
mencegah panas dalam, melancarkan metabolisme, membantu menjaga kesehatan
rambut, mencegah kulit menjadi kering, dan dapat mengobati insomia.
Kandungan gizi yang terdapat pada selada adalah serat, provitamin A
(karotenoid), kalium dan kalsium (Supriati dan Herliana, 2014). Sebagian besar
selada dikonsumsi mentah dan merupakan komponen utama dalam pembuatan
salad, karena mempunyai kandungan air tinggi tetapi karbohidrat dan protein
rendah.
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis dan pembahasan kasus 1

Pengambilan sampel buah semangka dilakukan di Pasar Induk Buah


Gamping, Sleman, DIY. Pasar tersebut menjual berbagai macam buah-buahan
seperti Semangka, Jeruk, Pepaya, Melon, Apel dan lain-lain. Permasalahan yang
dapat ditemukan saat survei diantaranya adalah:

1. Buah semangka pecah dan hancur karena cara penyimpanan yang salah.

Berdasarkan hasil survei, ditemukan kerusakan pada salah satu buah


semangka. Jenis kerusakan yang diidentifikasi yaitu kerusakan mekanis.
Salah satu kerusakan yang ditemukan adalah buah semangka yang pecah dan
hancur di dekat tempat penyimpanan buah. Kerusakan mekanis merupakan
kerusakan yang disebabkan karena penanganan pasca panen, pengangkutan,
dan penyimpanan yang tidak hati-hati. Selain itu, hal yang sering terjadi di
pasar tradisional adalah penumpukan bahan pangan nabati seperti buah-
buahan dalam jumlah yang banyak saat proses penyimpanan. Hal ini akan
meningkatkan peluang kerusakan mekanis menjadi lebih besar. Kerusakan
mekanis ini menyebabkan pecahnya sel dan mempercepat reaksi enzimatis
pada buah semangka sehingga buah semangka menjadi pecah. Penumpukan
buah saat penyimpanan akan menyebabkan buah tergencet dan tekstur kulit
berubah akibat dari tekanan penumpukan tersebut.

2. Kemungkinan memar pada buah karena pengemasan dan pengangkutan yang


tidak tepat.

Kerusakan mekanis lain yang ditemukan saat survey adalah


kemungkinan memar yang terjadi pada buah semangka. Hal ini dikarenakan
pengemasan dan pengangkutan buah semangka yang sembarangan, yaitu
dengan cara menumpuk keranjang kayu di dalam truk sehingga bagian atas
keranjang bertemu dengan bagian atas keranjang lainnya. Ruang yang tercipta
di dalam truk akibat penempatan keranjang buah yang tidak beraturan tersebut
akan meningkatkan resiko memar pada buah semangka kibat guncangan saat
pengiriman ke suatu daerah. Belum lagi dengan kondisi truk saat itu yang
muatannya tidak penuh, kemungkinan buah akan berguncang dan jatuh dari
tumpukan keranjang memar pada buah akan besar.

B. Analisis dan pembahasan kasus 2


Pengambilan sampel tanaman selada dilakukan di Pasar Pagi Gamping, Sleman,
DIY. Pasar tersebut menjual berbagai macam sayur – sayuran seperti selada,
kangkung, kol, tomat, dan lain - lain . Permasalahan yang dapat ditemukan saat
survei diantaranya adalah:

1. Daun selada mengalami kerusakan karena salah pengemasan.

Berdasarkan hasil survei, ditemukan daun selada yang mengalami


kerusakan berupa lecet dan robek. Jenis kerusakan yang diidentifikasi yaitu
kerusakan pada saat pengemasan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengemasan antara lain bahan baku kemasan, desain kemasan dan kesalahan
jenis kemasan. Sementara kasus yang ada menunjukkan bahwa penyuplai
tidak menggunakan kemasan apapun, hanya mengikatnya dengan tali bambo
dan meletakkannya di dalam keranjang kayu. Hal ini tentunya dapat merusak
daun selada, apalagi selada merupakan komoditas sayur daun yang
menitikberatkan nilai jual pada kualitas fisiknya.

2. Daun selada mengalami kerusakan karena pengangkutan dan bongkar muat


yang salada.

Penyuplai hanya meletakkan daun selada yang sudah diikat dengan tali
bambu di dalam bak pada keranjang kayu dengan posisi daunnya menghadap
bawah. Saat bongkar muatpun, penyuplai meletakkannya dengan cara sedikit
membanting ke tanah, sehingga banyak daun yang robek – robek dan patah.
Kerusakan yang terjadi akan berdampak pada menurunnya nilai jual selada
dan munculnya kerusakan mikrobiologis karena mikroba dapat masuk melalui
jaringan-jaringan yang sudah rusak dan terbuka. Dampak terhadap proses
fisiologisnya sendiri adalah selada akan mengalami peningkatan laju respirasi
yang berdampak pada cepatnya proses pembusukan.
IV. SOLUSI PERMASALAHAN

A. Kasus I (Semangka)
Kerusakan-kerusakan yang terjadi dapat dicegah melalui berbagai cara sebagai
berikut:

1. Pada saat pemanenan diusahakan tidak terjadi benturan dan perlukaan pada
jaringan hasil pertanian. Benturan pada buah semangka dapat menyebabkan
kerusakan kulit dan daging buah yang dapat menyebabkan kerusakan lanjutan
seperti kerusakan mikrobiologis.
2. Proses pengangkutan dilakukan secara hati-hati. Hal ini untuk menghindari
kerusakan pada fisik buah. Pengangkutan yang baik untuk buah semangka di
truk yaitu dengan menggunakan jerami pada setiap lapisan buah semangka
yang ditumpuk.
3. Penyimpanan buah semangka harus dilakukan dengan baik dan benar. Cara
penyimpanan saat penjualan buah semangka merupakan hal utama yang
menentukan keamanan dari aspek mikrobiologis. Karena pada saat itu
berdasarkan hasil pengamatan, keadaan tempatnya teduh, lembab, dan jarang
dibersihkan sehingga mikrobiologis dapat tumbuh dengan baik. Jika ada
kerusakan mekanis, maka kerusakan mikrobiologis akan cepat terjadi pada
kondisi seperti itu.

B. Kasus 2 (Selada)

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari kerusakan yanga ada
diantaranya:

1. Mengikat selada, satu ikatan terdiri dari 2 atau 3 batang saja. Pengikatan dapat
menggunakan tali plastik, tali dari bambu, dan sebagainya. Selanjutnya, selada
yang telah diikat tersebut dimasukkan dalam peti kemas dengan penyusunan
yang rapi hingga penuh, tetapi tidak sampai menyembul keluar. Kemudian
peti kemas ditutup dan diikat dengan tali rafia yang kuat demi menghindari
kerusakan pada helai daun selada.
2. Penyusunan kemasan di dalam pengangkutan harus teratur dan rapi agar
kedudukannya kuat. Sehingga alat pengemas tahan terhadap goncangan
selama pengangkutan dan kerusakan daun selada kerena faktor mekanis dapat
dicegah.

3. Penanganan bongkar muat harus dilakukan dengan hati – hati (tidak kasar).
Sebab perlakuan yang kasar dapat menimbulkan kerusakan pada alat
pengemas maupun barang yang ada di dalamnya.
KESIMPULAN

Survei yang dilakukan di Pasar Gamping dan Pasar Induk Sayur dan Buah
Gamping menunjukkan bahwa masih banyak kerusakan yang terjadi pada produk
hortikultura, khususnya semangka dan selada karena proses penanganan pasca panen
yang salah. Kesalahan selalu diawali saat pengemasan produk dan berlanjut hingga
proses bongkar muat. Kerusakan utama yang hampir dialami oleh produk hortikultura
adalah kerusakan fisiologis seperti lecet, retak, pecah, dan robek. Kerusakan
fisiologis ini nanti akan menyebabkan munculnya kerusakan mikrobiologis apabila
tidak ditangani dengan cara yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Saparinto, C. 2013. Grow Your Own Vegetables-Panduan Praktis Menanam 14


Sayuran Konsumsi Populer di Pekarangan. Yogyakarta. Penebar Swadaya.

Sunarjono, H. 2004. Bertanam Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Supriati, Y. dan E. Herliana. 2014. 15 Sayuran Organik dalam Pot. Jakarta. Penebar
Swadaya.
LAMPIRAN

Kasus 1

Ruang Penyimpanan Semangka Pengemasan Semangka


Penimbangan Semangka Pengemasan Semangka Pengangkutan Semangka

Penempatan Semangka di Kerusakan pada Semangka


dalam truk
Kasus 2

Pengemasan Selada Pengangkutan Selada Bongkar Muat Selada


Pengangkutan Selada

Anda mungkin juga menyukai