Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN OBSERVASI

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

LAHAN SURJAN DI KULONPROGO, YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Rama Adityano (20180210154)

Rizqi Dhuhani (20180210156)

Wulandari (20180210157)

Moch. Rafli Z. (20180210159)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dinamika perkembangan penduduk dan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat pada


gilirannya menjadi pedorong meningkatnya permintaan pangan, termasuk gizi sehingga upaya
peningkatan produksi pangan khususnya dan hasil pertanian umumnya menjadi tantangan di
masa depan. Oleh karena itu, intensifikasi, ektensifikasi dan diversifikasi pertanian menjadi
tuntutan sekaligus tantangan yang tidak terelakkan (Susilawati 2014).

Sistem surjan adalah salah satu contoh usaha penataan lahan untuk budidaya tanaman
yang telah dilaksanakan oleh petani sejak jaman dahulu. Hingga saat ini petani terus
menggunakan sistem surjan karena terbukti menguntungkan. Petani memodifikasi sistem ini
dengan menambah berbagai komponen teknologi hasil penelitian dari Badan Litbang Pertanian,
perguruan tinggi, dan instansi lainnya. Penataan lahan dengan sistem surjan memungkinkan
petani melakukan diversifikasi pangan, yaitu, selain menanam padi, juga komoditas lainnya
seperti: buah-buahan (jeruk dan nenas), palawija, sayursayuran, dan tanaman keras lainnya, baik
secara monokultur maupun tumpang sari (Susilawati 2014).

Keuntungan ekonomi sistem surjan jauh lebih tinggi dibandingkan hanya sawah saja
karena system ini menganut bentuk multi-guna lahan dan multikomoditas sehingga sistem usaha
taninya menghasilkan produksi yang lebih beragam dan memberikan kontribusi pendapatan lebih
banyak. Terkait dengan ketahanan pangan, sistem ini memenuhi tiga prinsip dasar meningkatkan
ketersediaan pangan (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2004), yaitu: (1)
memperluas areal yang dapat ditanami untuk tanaman pangan; (2) meningkatkan hasil tanaman
per satuan luas; dan (3) meningkatkan jumlah tanaman yang dapat ditanam untuk setiap
tahunnya.

B. Tujuan

1. Mengetahui sistem tanam Surjan yang berada di Kulon Progo.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. LAHAN SURJAN
Menurut epistimologi bahasa, kata surjan diambil dari bahasa Jawa yang artinya
lurik atau garisgaris. Hamparan surjan memang tampak dari atas seperti susunan garis-
garis berselang seling antara bagian guludan (raised bed) dan bagian tabukan (sunken
bed). Bagian atas sistem surjan biasanya ditanami oleh tanaman lahan kering (upland),
seperti palawija, sayuran, dan hortikultura, sedangkan bagian bawahnya ditanami padi
sawah (lowland).
Keuntungan ekonomi sistem surjan jauh lebih tinggi dibandingkan hanya sawah
saja karena system ini menganut bentuk multi-guna lahan dan multikomoditas sehingga
sistem usaha taninya menghasilkan produksi yang lebih beragam dan memberikan
kontribusi pendapatan lebih banyak. Terkait dengan ketahanan pangan, sistem ini
memenuhi tiga prinsip dasar meningkatkan ketersediaan pangan (Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004), yaitu: (1) memperluas areal yang dapat
ditanami untuk tanaman pangan; (2) meningkatkan hasil tanaman per satuan luas; dan (3)
meningkatkan jumlah tanaman yang dapat ditanam untuk setiap tahunnya.
Petani menerapkan pola tanam polikultur dalam system surjan, yaitu menanam
beberapa jenis tanaman budidaya, baik yang ditanam di bagian tabukan maupun guludan.
Menurut Beets (1982), pertanian polikultur memberikan keuntungan antara lain,
pemanfaatan sumberdaya yang lebih efisien dan lestari, karena hasil tanaman yang lebih
banyak bervariasi dan dapat dipanen berturutan. Jika terjadi kegagalan panen pada salah
satu tanaman budidaya, misalnya padi, maka petani masih dapat mendapatkan hasil
panen dari tanaman yang lain, misalnya cabai atau palawija yang lain.
Hasil penelitian membandingkan antara ekosistem sawah dalam sistem surjan dan
sawah lembaran (sawah pada umumnya) menunjukkan bahwa sawah dalam system surjan
lebih tahan terhadap ledakan populasi hama kepinding tanah dibandingkan pada sawah
lembaran. Adanya modifikasi habitat dengan adanya alur basah (habitat akuatik) dan
kering (habitat darat) menyebabkan lebih banyak komponen hayati yang saling
berinteraksi sehingga ekosistem berjalan lebih stabil dan lebih tahan terhadap ledakan
populasi jenis hama tertentu (Aminatun 2012).

B. Cabai
1. Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman cabai menurut Tindall (1983) adalah: Kingdom :
Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Sympetalae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L. Tanaman cabai memiliki batang yang dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu batang utama dan percabangan (batang
skunder). Batang utama berwarna coklat hijau dengan panjang antara 20-28 cm.
Percabangan berwarna hijau dengan panjang antara 5-7 cm. Daun tanaman ini
terdiri dari alas tangkai, tulang dan helaian daun. Panjang tangkai daun antara 2-5
cm, berwarna hijau tua. Helaian daun bagian bawah berwarna hijau terang,
sedangkan permukaan atasnya berwarna hijau tua. Daun mencapai panjang 10-15
cm, lebar 4-5 cm. Bagian ujung dan pangkal daun meruncing dengan tepi rata
(Nawangsih, 2003).

2. Syarat tumbuh
Cabai dapat dengan mudah ditanam, baik di dataran rendah maupun
tinggi. Syarat agar tanaman cabai tumbuh baik adalah tanah berhumus (subur),
gembur, dan pH tanahnya antara 5-6. Cabai dikembangbiakkan dengan biji yang
diambil dari buah tua atau yang berwarna merah. Biji tersebut disemaikan terlebih
dahulu (Sunarjono,2006). Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhannya antara
16-23o C. Temperatur malam di bawah 16oC dan temperatur siang di atas 23o C
menghambat pembungaan (Ashari, 2006).
3. Pemeliharaan
Setelah dilakukan penanaman, kegiatan selanjutnya adalah pemeliharaan.
Bibit cabai yang telah ditanam dipelihara dengan baik hingga panen. Pada tahap
ini diperlukan perhatian dan waktu luang untuk mengawasi dan memelihara
tanaman. Jika tidak diikuti pemeliharaan yang tepat, kualitas tanaman cabai
dipastikan akan menurun. Pemeliharaan tanaman cabai yang dilakukan di UPTD
Perbibitan Tanaman Hortikultura Pakopen meliputi penyiraman, penyulaman,
pemasangan ajir, pewiwilan, pemupukan susulan, penyiangan serta pengendalian
hama dan penyakit: a) Penyiraman Pada fase awal pertumbuhan atau saat
tanaman cabai masih menyesuaikan diri terhadap lingkungannya (adaptasi),
penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap hari. Penyiraman sebaiknya
dilakukan pagi dan sore hari. Penyiraman tanaman cabai di UPTD Perbibitan
Tanaman Hortikultura Pakopen dilakukan dengan cara dikocor. Pada awal
penanaman, setelah bibit ditanam tanaman disiram dengan air yang dicampur
dengan urin kelinci. Urin kelinci digunakan karena urin kelinci merupakan salah
satu pupuk cair yang mengandung kadar auksin yang lebih tinggi. Dalam sekali
kocor menggunakan 2 liter urin kelinci. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore
hari. Penyiraman dilakukan pada saat kondisi tanah tampak kering. Pada musim
hujan, penyiraman tidak dilakukan secara rutin. Penyiraman dilakukan
secukupnya sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penyiraman bermanfaat untuk
menjaga kelembapan tanah terjaga, agar tidak kekeringan dan pertumbuhan
tanaman menjadi baik.
C. Jagung
1. Botani tanaman jagung
Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Jagung menurut Barinto (2009) adalah
Divisio : Spermathophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonena
Ordo : Graminae Famili : Graminaceae Subfamilia : Ponicoidae Genus : Zea
Species : Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan
tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.
Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum
bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti
padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Akar jagung
tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian
besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul
akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga
tegaknya tanaman (Barnito, 2009).

2. Syarat tumbuh tanaman jagung


Tanaman jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar
supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur, dan kaya humus. Jenis
tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung
berapi), latosol, grumusol, tanah berpasir. Keasaman tanah erat hubungannya
dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6-7,5. Tanaman jagung
membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanah
dengan kemiringan kurang dari 8% dapat ditanami jagung, karena di sana
kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan
tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu
(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
D. Padi
1. Botani tanaman
Botani tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas :
Monocotyledoneae Keluarga : Graminae (Poaceae) Genus : Oryza Linn Spesies :
Oryza sativa L. Tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan tanaman
semusim dengan morfologi berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami.
Daunnya memanjang dengan ruas searah batang daun. Pada batang utama dan
anakan membentuk rumpun pada fase generative dan membentuk malai. Akarnya
serabut yang terletak pada kedalaman 20-30 cm. Malai padi terdiri dari
sekumpulan bunga padi yang timbul dari buku paling atas (Pratiwi, 2006).
2. Syarat tumbuh
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau
lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki tahun-1
sekitar 1500–2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalahn
23 °C dan tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0–1500 m
dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang
kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan
diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada
tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18–22 cm dengan pH antara 4–7
(Siswoputranto, 1976).
HASIL OBSERVASI

No. Aspek Budidaya Komponen Observasi Petani Sarjiem GAP


1. Penyiapan lahan Penyiapan lahan Jagung: Luas Pengolahan tanah
area 600 m, berupa
kemudian lahan pencangkulan,
dibersihkan pembuatan
dengan cara bedengan, jarak
dicabut, lalu antara bedengan 30
dibuat bedengan cm, pemasangan
menggunakan mulsa dan
cangkul, dan penambahan pupuk
diberi pupuk
dasar pupuk
kandang.
Cabai: lahan
dibersihkan
dengan cara
dicabut, lalu
dibuat bedengan
menggunakan
cangkul dan
diberi pupuk
dasar kandang.
Padi: lahan
dibersihkan,
Alat yang digunakan Jagung: Cangkul
Cangkul
Cabai: Cangkul
Padi: traktor
2. Penyiapan bahan Varietas yang Jagung: Jagung
tanam digunakan Putih
Cabai: cabai
keriting
Padi:
Bentuk bahan tanam Jagung: Benih Benih
yang digunakan Cabai: benih
Padi: benih
Asal bahan tanam Jagung: Benih Dari toko pertanian
dari tanaman
sebelumnya
Cabai: Benih
dari tanaman
sebelumnya
Padi: benih
dari tanaman
sebelumnya
Perlakuan sebelum Jagung: Tidak
penanaman ada
Cabai: tidak
ada
Padi:
3. Penanaman dan Pola tanam Jagung - cabe – sesuai
sistem penanaman padi (polikultur)
Ruang tanam Jagung: 30 x 30 sesuai
cm
Cabai: 30 x 30
cm
Padi:
Cara tanam Jagung: Tanam pada sore
Menanam benih hari.
ke lahan Sehari sebelumnya,
Cabai: tumpang lahan diairi
sari dengan bersamaan dengan
tanaman jagung pembuatan lubang
Padi: tanam pada lahan
4. Pemeliharaan Waktu pengairan dan Jagung: Pagi Dialiri air irigasi
Cara pengairan hari
menggunakan
mesin diesel
Cabai: pagi hari
menggunakan
mesin diesel
Padi:
Jenis dan takaran pupuk Jagung: Pupuk Pupuk NPK dengan
yang digunakan kandang, Sesuai dosis yang
dengan dosis 10 dianjurkan
kg (10 HST)
Cabai: pupuk
kandang,
dengan dosis 10
kg (10 HST)
Padi:
Waktu dan cara Jagung: Ditaburkan di
pemupukannya Dilakukan pada sekeliling
pagi hari dengan tanamannya hingga
cara ditabur tidak terkena
Cabai: pagi hari langsung dengan
dengan cara tanaman
diecerkan.
Padi:
Jenis OPT yang Jagung: Ulat Jagung:
mengganggu dan belalang - Ulat grayak
Cabai: ulat dan - Penggeret
belalang batang dan
Padi: wereng, daun
- Hawar daun
- Bulai

Pengendalian OPT Jagung: Semprot pestisida


Semprot
pestisida
Cabai: semprot
pestisida
Padi:
Pemeliharaan lain yang Jagung: Penyemprotan
dilakukan Penyiangan jika Herbisida
gulma banyak
dan
mengganggu
tanaman
Cabai:
penyiangan jika
gulma banyak
dan
mengganggu
tanaman.
Padi:
5. Panen dan pasca Umur tanaman saat Jagung: 95 hari
panen panen setelah tanam
Cabai: 75 hari
setelah tanam
Padi: 112 hari
setelah tanam
Cara panen Jagung: Manual Sudah sesuai GAP
dengan pisau
Cabai: manual
dengan pisau
Padi:
Perlakuan pasca panen Jagung: Tidak Kemasan diberi
ada lubang angin yang
Cabai: tidak cukup atau
ada menggunakan
Padi: karung jala.
Tempat
penyimpanan harus
kering, sejuk dan
cukup
sirkulasi udara
Hasil yang diperoleh Jagung: Sekitar
8 ton/ 600 m
Cabai:
Padi:
Pemasaran hasil panen Jagung:
Langsung dijual
ke pasar
Cabai: dijual
langsung ke
pasar
Padi:

B. KASUS

Bu sarjiem adalah seorang petani didaerah kulonprogo yang memiliki luas lahan 1200
meter. Sebagian luas lahan ditanami jagung tumpang sari cabe dan sebagian lagi ditanam padi.
Pada penanaman jagung tumpang sari cabe, jarak tanam yang digunakan pada lahan tersebut
yaitu 30 x 30 cm. Sehingga jagung akan bersaing untuk menyerap unsur hara yang ada didalam
tanah. Selain itu, jagung juga harus bersaing unsur hara dengan cabe yang ditumpang sarikan.
Apabila jarak tanam tersebut digunakan secara terus menerus, maka akan mengakibatkan
tanaman jagung tidak tumbuh dengan optimal dan akan menghasilkan panen yang
menurun.pupuk yang diberikan kurang dari dosis yang diperlukan sehingga tanah akan
kekurangan unsur hara.
C. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari kasus diatas, masalah yang ditemukan di lahan surjan milik bu sarjiem yaitu:

1. jarak tanam antara tanaman jagung dan cabai yang baik untuk tumpang sari.

2. pemberian pupuk sesuai dosis yang benar pada luas lahan tersebut.

D. ANALISIS MASALAH

1. Jarak tanam

Pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini
akan berpengaruh pada luas daun, berat kering tanaman, sistem perakaran, banyaknya sinar
matahari yang diterima, dan banyaknya unsur hara yang diserap dari dalam tanah. Penggunaan
jarak tanam yang tepat akan menaikkan hasil, tetapi penggunaan jarak tanam yang kurang tepat
akan menurunkan hasil. pengaruh jarak tanam atau kepadatan tanaman terhadap hasil, yakni :

(1) pada jarak yang sempit, tiap individu dari tanaman akan menderita akibat persaingan dengan
tanaman di sekitarnya dan tanaman bisa dirugikan dalam arti hasil pertanaman menurun,

(2) pada jarak tanaman yang lebar, persaingan dengan tanaman sekitar rendah, sehingga hasilnya
meningkat meskipun hasil per satuan luas menurun dibandingkan dengan jarak tanam yang
sempit.

2. Pemupukan

Tanaman jagung yang berproduksi tinggi dan berkualitas baik, tentunya memerlukan
ketersediaan unsur hara yang cukup di dalam tanah. Hal ini mengingat kondisi lahan di daerah
tropis seperti Indonesia yang memiliki tanah jenis Ultisol yang cenderung kering dan tingkat
kesuburan serta kandungan unsur hara tanah rendah sehingga tanaman jagung sangat
memerlukan suplai unsur hara yang cukup.

Upaya untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah dilakukan melalui
pemupukan. Menurut Marvelia dkk (2006), pemupukan bertujuan untuk memelihara atau
memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanaman dapat tumbuh lebih cepat, subur dan sehat.
Tanaman jagung adalah tanaman yang responsif terhadap pemupukan. Oleh karena itu,
ketersediaan N yang cukup selama fase pertumbuhannya perlu di perhatikan. Urea ialah pupuk
tunggal yang mengandung N tinggi yaitu sekitar 45-46%. Sifat urea yang cepat terlarut
menjadikannya cepat tersedia bagi tanaman (Sirajuddin dan Lasmini, 2010).
E. PENYELESAIAN MASALAH

1. Jarak tanam

Penerapan pola penanaman sistem tumpangsari sangat dipengaruhi oleh pengaturan jarak
tanam (densitas) dan pemilihan varietas. Menurut Sitompul & Guritno (1995), pengaturan jarak
tanam merupakan salah satu cara untuk menciptakan faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman
dapat tersedia bagi setiap tanaman dan mengoptimalisasi penggunaan faktor lingkungan yang
tersedia. Menurut Sutoro et al. (1988), peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan cara
perbaikan tingkat kerapatan tanaman (jarak tanam). Peningkatan tingkat kerapatan tanaman per
satuan luas sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji. Sebaliknya pengurangan
kerapatan tanaman jagung per hektar dapat mengakibatkan perubahan iklim mikro yang
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil.

Menurut Rubatzky & Yamaguchi (1998), jarak tanam rata-rata jagung umumnya 20-25
cm dalam barisan dan 75-90 cm antar barisan. Selain itu varietas jagung yang berbeda umurnya
menghendaki populasi per satuan luas yang berbeda (Zamry 2007). Sitompul & Guritno (1995)
yang menyatakan bahwa pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara untuk menciptakan
faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara merata bagi setiap individu tanaman
dan untuk mengoptimalisasi penggunaan faktor lingkungan yang tersedia. Semakin tinggi
kerapatan suatu Pertanaman akan mengakibatkan semakin besarnya tingkat persaingan antar
tanamanm dalam mendapatkan unsur hara dan cahaya (Jumin 2002).

2. Pemupukan

Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan kualitas hasil tanaman jagung
perlu dilakukannya pemupukan. Jagung memerlukan unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium
yang cukup tinggi dibanding unsur hara lainnya. N, P dan K. Nitrogen (N) berguna bagi tanaman
memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif, berperan dalam
pembentukan klorofil, membentuk lemak, protein dan persenyawaan lain. Pada tanaman yang
sering dipangkas, kekurangan nitrogen akan berpengaruh terhadap pembentukan cadangan
makanan untuk pertumbuhan tanaman. Unsur kalium (K) juga sangat berperan dalam
pertumbuhan tanaman misalnya untuk memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ
tanaman.

Nitrogen berfungsi dalam meningkatkan jumlah klorofil, sehingga apabila N tersedia


dalam jumlah cukup, maka akan meningkatkan laju fotosintesis dan pada akhirnya fotosintat
yang terbentuk akan banyak. Hasil fotosintesis ini akan ditranslokasikan keberbagai organ
penyusun tanaman selama pertumbuhan. Dengan cukup tersedianya nitrogen maka pertumbuhan
organ-organ tanaman akan sempurna dan fotosintat yang terbentuk akan meningkat, yang pada
akhirnya mendukung produksi tanaman (Kresnatita, 2004). Menurut Rukmana (2010), selama
pertumbuhan tanaman jagung di lahan membutuhkan ketersediaan unsur hara yang memadai.
Untuk memenuhinya dilakukan pemupukan. Dosis pemupukan yang digunakan untuk tanaman
jagung adalah N 180 kg/ha (urea 400 kg/ha), P = 36 kg/ha (SP-36 100 kg/ha) dan K sebanyak
116 Kg/ha ( KCl 200 kg/Ha).
F. KESIMPULAN

1. Jarak tanam yang sesuai untuk tanaman jagung agar tidak terjadi kompetisi air dan unsur hara
adalah 20-25 cm dalam barisan dan 75-90 cm antar barisan

2. pemupukan yang sesuai untuk tanaman jagung adalah N 180 kg/ha (urea 400 kg/ha), P = 36
kg/ha (SP-36 100 kg/ha) dan K 116 Kg/ha ( KCl 200 kg/Ha).
DAFTAR PUSTAKA

Aminatun, T. 2012. Pola interaksi serangga-gulma pada ekosistem sawah surjan dan lembaran
dalam mendukung pengendalian hayati. UGM press : Yogyakarta.

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Buku. Universitas Indonesia. Jakarta.

Beets, W.C. 1982. Multiple cropping and tropical farming system. Gower publ. Co., Chicago.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2004. Pedoman Konstruksi Dan Bangunan:
Pemberian Air Pada Lahan Dengan Sistem Surjan, Jakarta.

Jumin, H. B. 2002. Agroekologi: Suatu Pendekatan Fisiologis. Jakarta. Rajawali Press.

Kresnatita, S. 2004. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Nitrogen terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Jagung Manis. Malang: Universiyas Brawijaya.

Marvelia, A., S. Darmanti, dan S. Parman. 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays L.
Saccharata) yang Diperlakukan Dengan kompos Kascing Dengan Dosis yang Berbeda. Buletin
Anatomi dan Fisiologi 16 (2) : 7-18.

Nawangsih, A. 2003. Cabai Hot Beauty (Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.

Rubatzky, V. E. & M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1 (Terjemahan Catur Herison). ITB,
Bandung.

Rukmana. 2010. Prospek Jagung Manis.Pustaka Baru Perss. Yogyakarta.

Sirajuddin, M. dan S.A. Lasmini. 2010. Respon Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays
saccharata S.) Pada Berbagai Waktu Pemberian Pupuk Nitrogen dan Ketebalan Mulsa Jerami.
Jurnal Agroland 17 : 184-191.

Sitompul, S. M. dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press:


Yogyakarta.

Sunarjono, H. 2006. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.


Susilawati, A. dan D. Nursyamsi. 2014. Sistem Surjan: Kearifan Lokal Petani Lahan Pasang
Surut dalam Mengantisipasi Perubahan Iklim. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa.
Banjarbaru.

Sutoro, Soelaeman, Y. & Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman
Pangan, Bogor.

Tindall, H. D., 1983. Vegetable In The Tropics. Mac Milan Press Ltd., London.

Zamry, H. 2007. Tanaman Jagung Manis (Sweet Corn). Iptek Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai