Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI MIKROBA

BINTIL AKAR PADA TANAMAN KACANG TANAH

Dyah Ayu Sekarini


18308144038
Biologi E 2018

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BINTIL AKAR PADA TANAMAN KACANG TANAH

A. Tujuan
Mengetahui ciri-ciri bintil akar yang masih aktif pada tanaman kacang tanah

B. Abstrak
Kacang tanah merupakan salah satu tanaman leguminosa yang dapat bersimbiosis
dengan bakteri Rhizobium untuk menambat N2 dari udara. Bintil akar pada tanaman kacang
tanah ada yang aktif dam tidak. Tujuan praktikum ini adalah mengetahui ciri-ciri bintil akar
yang masih aktif pada tanaman kacang tanah. Kacang tanah didapatkan dari persawahan
warga di daerah Parangtritis, Bantul. Hasil yang didapatkan yaitu ditemukan bintil pada
tanaman kacang tanah yang aktif. Hal ini ditandai dengan ketika dibelah bagian dalamnya
berwarna kemerahan. Warna merah ini dipiengaruhi oleh adanya pigmen warna
Leghaemoglobin yang berfungsi sebagai pembawa elektron khusus dalam fiksasi nitrogen,
pengatur pasokan oksigen dan pembawa oksigen.

C. Kajian Pustaka
Kacang tanah merupakan salah satu tanaman leguminosa yang dapat bersimbiosis
dengan bakteri Rhizobium untuk menambat N2 dari udara. Dengan kenyataan ini maka
tanaman leguminosa khususnya kacang tanah mendapat N dari tanah dalam bentuk NH4+ dan
NO3- dan juga di peroleh dari hasil simbiosis tersebut. Apabila tanaman kacang kacangan dan
Rhizobium di tumbuhkan secara terpisah, keduanya tidak dapat menambat N baik tanaman
kacang-kacangan maupun Rhizobium, akan tetapi keduanya mempunyai sifat interaksi. Hal ini
merupakan inti simbiosis yang keduanya mempunyai keuntungan dari asosiasi. Tanaman
kacang-kacangan menyediakan energi dari sumber karbon kepada bakteri, dan bakteri memberi
N kepada tanaman. Simbiosis di cirikan dengan terbentuknya dengan bintil akar pada sistem
perakaran tanaman legum. Bintil akar tersebut merupakan organ simbiosis dan tempat
berlangsungnya proses penambatan nitrogen dari udara, sehingga tanaman mampu memenuhi
sebagian besar kebutuhan nitrogennya dari proses penambatan tersebut.

Bintil akar terbentuk melalui serangkaian proses, yang diawali dari kehadiran suatu
strain bakteri Rhizobium sebagai mikrosimbion pada bulu – bulu akar tanaman leguminosa
(sebagai makrosimbion), dan selanjutnya dengan penyusupan lebih lanjut ke jaringan akar
yang lebih dalam. Saling tindak antara bakteri Rhizobium dengan jaringan akar yang
menghasilkan pembentukan bintil akar. Dalam saling tindak tersebut, sel Rhizobium akan
berubah bentuk menjadi bakteroid, sedang di bagian tengah jaringan bintil akar akan terbentuk
pigmen berwarna merah yang disebut leghaemoglobin yang di bentuk oleh bacteriod yang
merupakan komponen yang terlibat langsung dalam proses penambatan nitrogen (Jutono,
1985).

Bintil akar dalam sistem perakaran tanaman legum merupakan struktur pelindung,
sedang bakteroid merupakan site dari proses penambatan nitrogen. Bintil akar tersebut
mempunyai keanekaragaman yang luas dalam ukuran, bentuk, warna, lokasi dan jumlahnya.
Keanekaragaman ini ditentukan oleh saling tindak antara tanaman inang dan spesies
Rhizobium-nya. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah, ukuran beberapa
lokasi bintil akar mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kemampuan untuk menambat
nitrogen udara.

Bakteri Rhizobium tanpa bersimbiosis dengan tanaman leguminosa tidak dapat menambat
N2 udara, dengan demikian kebutuhan N-nya didapat dari dalam tanah. Tanda pertama yang
dapat dilihat untuk menentukan apakah terjadi simbiosis antara Rhizobium dengan leguminosa
adalah adanya bintil akar (Nodul) pada sistem perakaran legum. Proses pembentukan bintil
akar ini terjadi, diawali dengan diekskresikannya sejenis faktor tumbuh dan zat – zat makanan
antara lain tryptophan oleh sistem perakaran leguminosa. Sebagai akibatnya bakteri Rhizobium
yang kebetulan ada di sekitar akar atau yang sengaja diinokulasikan pada saat tanaman akan
terangsang untuk berkembang biak dengan cepat mengeluarkan sekresi tandingan yang di duga
berupa asam 3-indol asetat (3-indol acetic acid). Sekresi ini menyebabkan terjadinya
benangbenang infeksi (saluran infeksi) pada akar leguminosa sampai jauh ke jaringan kortek
dan sekaligus diikuti dengan infiltrasi bakteri Rhizobium melalui benang-benang infeksi
tersebut. Bakteri Rhizobium kemudian berkembang didalam sel kortek, yang menyebabkan sel
kortek tersebut berkembang secara abnormal dan akhirnya terbentuklah suatu bengkakan yang
disebut bintil akar atau “nodule”. Didalam bintil akar inilah Rhizobium berkembang dan
mengadakan fiksasi nitrogen bebas dari udara.

Bintil akar yang terbentuk tidak semuanya efektif untuk menambat nitrogen dari udara
bebas. Untuk menentukan efektivitas bintil akar, tanda pertama yang dapat dilihat adalah
warna bagian dalam bintil akar.warna jingga atau kemerah-merahan (karena leghaemoglobin)
menunjukkan bahwa bintil akar itu efektif dan yang tidak efektif berwarna hijau pucat, ukuran
bintil akar yang efektif lebih besar dan berpusat pada akar utama, sedangkan yang tidak efektif
ukurannya relatif kecil dan tersebar pada cabang akar. Kedua ukuran ini ditentukan pada satu
tanaman.

Pigmen merah yang mirip dengan hemoglobin darah dijumpai dalam bintil akar antara
bakteroid dengan selubung membran yang mengelilinginya. Pigmen merah tersebut disebut “
Leghaemoglobin “. Jumlah leghaemoglobin didalam bintil akar memiliki hubungan langsung
dengan jumlah nitrogen yang difiksasi dengan legum. Leghaemoglobin pada bintil akar
berfungsi sebagai pembawa elektron khusus dalam fiksasi nitrogen, pengatur pasokan oksigen
dan pembawa oksigen. Bukti-bukti terakhir menunjukkan bahwa leghaemoglobin tidak
berperan aktif dalam fiksasi nitrogen secara simbiotik tetapi berfungsi sebagai katup biologis
dalam mengatur pemasok oksigen ke bakteroid pada tinggkat optimum yang kondusif untuk
berfungsinya secara tepat pada proses fiksasi nitrogen. Dengan demikian enzim nitrogenase
yang peka terhadap oksigen akan berfungsi secara optimal.

D. Metode Penelitian
1. Alat dan Bahan
a. Akar tanaman kacang tanah
b. Alat dokumentasi
2. Cara kerja
a. Dipilih akar tanaman kacang tanah yang memiliki bintil pada akarnya
b. Bintil dibelah menjadi 2 agar dapat terlihat warna bagian dalam bintil
c. Didokumentasi menggunakan kamera hp

E. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil pengamatan

Bintil akar yang


masih aktif
berwarna
kemerahan
Letak bintil
akar

2. Pembahasan

Berdasarakan hasil pengamatan pada bintil akar tanaman kacang tanah didapatkan
hasil bahwa bintil tersebut aktif hal ini dibuktikan dengan warna bintil setelah dibelah
kemerahan. Pada bintil akar tersebut terdapat bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan
tanaman legume salah satunya adalah kacang tanah. Bakteri Rhizobium adalah sekelompok
bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman leguminosa dan hanya dapat memfiksasi nitrogen
atmosfer bila berada di dalam bintil akar tanaman leguminosa. Peran Rhizobium terhadap
pertumbuhan tanaman berkaitan dengan ketersediaan hara bagi tanaman inangnya khususnya
fiksasi nitrogen. Simbiosis ini menyebabkan bakteri Rhizobium dapat menambat nitrogen
dari atmosfir, dan selanjutnya digunakan oleh tanaman inangnya (Sari, 2010). Fiksasi
nitrogen terjadi dengan mengubah nitrogen bebas menjadi ammonia (NH4+) dan nitrat (NO3
- ) (Gothwal et al., 2008). Jumlah nitrogen yang difiksasi oleh asosiasi leguminosa sangat
bervariasi, bergantung pada jenis leguminosa, kultivar, spesies, dan galur (strain) bakterinya
(Gardner & Mitchell, 1991 Nitrogen merupakan suatu unsur hara esensial yang dibutuhkan
trogen

tanaman dalam jumlah banyak, yang berfungsi sebagai penyusun protein dan penyusun
enzim. Tanaman memerlukan suplai nitrogen pada semua tingkat pertumbuhan, terutama
pada awal pertumbuhan, sehingga adanya sumber N yang murah akan sangat membantu
mengurangi biaya produksi. Jika unsur nitrogen terdapat dalam keadaan kurang, maka
pertumbuhan dan produksi tanaman akan terganggu. (Armiadi, 2009).

Konversi N2 dari udara menjadi amonia dibantu oleh enzim nitrogenase. Banyaknya
N2 yang dikonversi menjadi amonia sangat tergantung pada kondisi fisik, kimia, dan biologi
tanah. Ketersediaan sumber energi (C-organik) di lingkungan rizosfir merupakan faktor
utama yang menentukan banyaknya nitrogen yang dihasilkan (Zuberer, 1998). Penambahan
sisa-sisa tanaman (biomassa) sebagai sumber C ke dalam tanah memacu perkembangan
populasi bakteri penambat N. Ini menjelaskan mengapa jumlah nitrogen yang ditambat oleh
bakteri bervariasi di tiap tempat tergantung pada ketersediaan energi dan kemampuan bakteri
penambat N bersaing dengan mikroba lain yang hidup dan perkembang-biakannya juga
bergantung kepada sumber energi yang sama. Mekanisme penambatan nitrogen secara
biologis dapat digambarkan melalui persamaan di bawah ini. Dua molekul amonia dihasilkan
dari satu molekul gas nitrogen dengan menggunakan 16 molekul ATP dan pasokan elektron
dan proton (ion hidrogen).

N2 + 8H+ + 8e- + 16ATP 2NH3 + H2 + 16ADP + 16P

Reaksi ini hanya dilakukan oleh bakteri prokariot, menggunakan suatu kompleks enzim
nitrogenase. Enzim ini mengandung dua molekul protein yaitu satu molekul protein besi (Fe)
dan satu molekul protein molibden-besi (Mo-Fe). Reaksi ini berlangsung ketika molekul N 2
terikat pada kompleks enzim nitrogenase. Protein Fe mula-mula direduksi oleh elektron yang
diberikan oleh ferredoksin. Kemudian protein Fe reduksi mengikat ATP dan mereduksi
protein molibden-besi, yang memberikan elektron kepada N2, sehingga menghasilkan
NH=NH. Pada dua daur berikutnya proses ini (masing-masing membutuhkan elektron yang
disumbangkan oleh ferredoksin) NH=NH direduksi menjadi H2N-NH2, dan selanjutnya
direduksi menjadi NH3. Tergantung pada jenis mikrobanya, ferredoksin reduksi yang
memasok elektron untuk proses ini diperoleh melalui fotosintesis, respirasi atau fermentasi.

Rhizobia masuk ke dalam akar melalui rambut akar dan retakan di jaringan epidermis
akar (Oldroyd dan Downie, 2008). Perkembangan bintil akar mulai terjadi saat sel korteks
terangsang membelah secara mitotik membentuk calon bintil yang diikuti oleh masuknya
bakteri rhizobia ke dalam sel-sel tersebut (Purwaningsih et al., 2012). Meristem bintil akar
yang terbentuk kemudian berkembang menjadi jaringan yang berbeda. Bintil akar yang telah
berkembang sempurna menunjukkan 2 tipe jaringan utama yang mudah dikenali, yaitu
jaringan pusat dan jaringan perifer (Nap dan Bisseling, 1990). Jaringan perifer terdiri dari
korteks dan endodermis, selain itu parenkim juga terbentuk (berisi bundel vascular) yang
menghubungkan bintil dengan stele. Bintil akar legum terdiri dari dua jenis berdasarkan
periode pertumbuhan bintil, yaitu bintil indeterminate dan determinate. Bintil determinate
berbentuk bulat sedangkan indeterminate memiliki sumbu dan memanjang dengan meristem
pada bagian apikal dari bintil (Puppo et al., 2005). Jaringan pusat pada bintil akar memiliki
karakteristik yang khas. Jaringan pusat pada bintil tipe indeterminate memiliki 3 zona
perkembangan yang dapat dibedakan. Pada zona invasi yang berbatasan dengan meristem,
terjadi pelepasan bakteri dari benang infeksi yang terus menginfeksi sel-sel baru. Sekitar
setengah dari sel-sel ditembus oleh benang infeksi dan sebagian sel tetap tidak terinfeksi.
Zona invasi diikuti oleh zona simbiotik awal dimana sel-sel tanaman memanjang dan bakteri
berproliferasi. Pada zona simbiotik akhir, sel-sel yang telah terinfeksi sepenuhnya diisi oleh
bakteri yang memiliki bentuk khas disebut bakteroid. Fiksasi nitrogen berlangsung pada zona
simbiotik akhir. Pada bintil akar yang sudah tua, zona keempat terbentuk, saat sel tanaman
dan bakteroid mengalami degenerasi (Ferguson et al., 2010). Berikut merupakan proses
terbentuknya bintil akar tipe indeterminate dan determinate
Ferguson et al. (2010) menjelaskan ketika bakteri telah masuk ke dalam sel maka
terjadi pembelahan awal sel kortikal anticlinal (tahap 4). Pembelahan sel periklinal terus
berlangsung sampai terbentuk benang infeksi (5). Selanjutnya benang infeksi mengalami
perkembangan hingga keluar korteks (6). Benang infeksi kemudian bertambah panjang
hingga menembus korteks bagian dalam dan menuju primordium bintil akar (7). Bakteri
selanjutnya melakukan pembelahan dan akhirnya terjadi diferensiasi bakteroid (8). Invasi
rhizobia terus berlangsung dan terjadi pematangan bintil akar (9-10). Bintil akar dengan tipe
determinate tidak memiliki meristem yang persisten. Oleh karena itu, perkembangan
pembentukan akhir dari bintil akar berbeda dengan tipe indeterminate. Semua sel pada
jaringan pusat dalam bintil determinate tunggal mengalami kemajuan tahap perkembangan
yang sama (Newcomb, 1981 dalam Nap dan Bisseling, 1990). Sel-sel kecil yang tidak
terinfeksi ditemukan berada di antara sel-sel yang terinfeksi pada jaringan pusat dari bintil
tipe determinate dan berperan dalam asimilasi ureida (senyawa kimia yang kaya akan
nitrogen) dari nitrogen bebas (N2) yang difiksasi (Schubert, 1986). Sedangkan sel-sel yang
tidak terinfeksi pada bintil tipe indeterminate tidak memiliki peran dalam proses fiksasi
nitrogen.

Bintil akar yang terbentuk tidak semuanya efektif untuk menambat nitrogen dari udara
bebas. Untuk menentukan efektivitas bintil akar, tanda pertama yang dapat dilihat adalah
warna bagian dalam bintil akar.warna jingga atau kemerah-merahan (karena leghaemoglobin)
menunjukkan bahwa bintil akar itu efektif dan yang tidak efektif berwarna hijau pucat, ukuran
bintil akar yang efektif lebih besar dan berpusat pada akar utama, sedangkan yang tidak efektif
ukurannya relatif kecil dan tersebar pada cabang akar. Kedua ukuran ini ditentukan pada satu
tanaman.

Pigmen merah yang mirip dengan hemoglobin darah dijumpai dalam bintil akar antara
bakteroid dengan selubung membran yang mengelilinginya. Pigmen merah tersebut disebut “
Leghaemoglobin “. Jumlah leghaemoglobin didalam bintil akar memiliki hubungan langsung
dengan jumlah nitrogen yang difiksasi dengan legum. Leghaemoglobin pada bintil akar
berfungsi sebagai pembawa elektron khusus dalam fiksasi nitrogen, pengatur pasokan oksigen
dan pembawa oksigen. Bukti-bukti terakhir menunjukkan bahwa leghaemoglobin tidak
berperan aktif dalam fiksasi nitrogen secara simbiotik tetapi berfungsi sebagai katup biologis
dalam mengatur pemasok oksigen ke bakteroid pada tinggkat optimum yang kondusif untuk
berfungsinya secara tepat pada proses fiksasi nitrogen. Dengan demikian enzim nitrogenase
yang peka terhadap oksigen akan berfungsi secara optimal.
F. Kesimpulan

Ciri-ciri bintil akar yang aktif adalah jika dibelah berwarna warna jingga atau
kemerah-merahan. Warna ini disebabkan oleh adanya pigmen merah yang disebut
Leghaemoglobin. Leghaemoglobin pada bintil akar berfungsi sebagai pembawa elektron
khusus dalam fiksasi nitrogen, pengatur pasokan oksigen dan pembawa oksigen.

G. Daftar Pustaka

Armiadi. 2009. Penambatan Nitrogen Secara Biologis pada Tanaman Leguminosa.


Wartazoa, 19 (1): 23-30.

Ferguson, B. J., A. Indrasumunar, S. Hayashi, M. Lin, Y. Lin, D. E. Reid and P. M.


Gresshoff. 2012. Molecular analysis of legume nodule development and
autoregulation. Journal of Integrative Plant Biology, 52 (1): 61-76.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Gothwal, R. K., V. K. Nigam, M. K. Mohan, D. Sasmal and P. Ghosh. 2008. Screening of


nitrogen fixers from rhizospheric bacterial isolates associated with important desert
plants. Applied Ecology and Environmental Research, 6 (2): 101-109.

Nap, J. P. and T. Bisseling. 1990. Developmental biology of a plantprokaryote symbiosis: the


legume root nodule. Science, 250 (4983): 948-954.

Oldroyd, G. E. D. and J. A. Downie. 2008. Coordinating nodule morphogenesis with


Rhizobial infection in legumes. Annual Review of Plant Biology, 59 (1): 519 – 546.

Puppo, A., K. Groten, F. Bastian, R. Carzaniga, M. Soussi, M. M. Lucas, M. R. de Felipe, J.


Harrison, H. Vanacker and C. H. Foyer. 2005. Legume nodule senescence: roles for
redox and hormone signaling in the orchestration of the natural aging process. New
Phytologist, 165 (3): 683-701.

Purwaningsih, O., D. Indradewa, S. Kabirun dan D. Siddiq. 2012. Tanggapan tanaman


kedelai terhadap inokulasi Rhizobium. Agrotop, 2 (1): 5-32.
Sari, P. 2010. Efektivitas Beberapa Formula Pupuk Hayati Rhizobium Toleran Masam pada
Tanaman Kedelai di Tanah Masam Ultisol. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 107.

Schubert, K. R. 1986. Products of biological nitrogen fixation in higher plants: synthesis,


transport and metabolism. Annual Review of Plant Physiology, 37 (1): 539-574

Zuberer, D.A. & W.S. Silver. 1998. Biological dinitrogen fixation (Acetylene reduction)
associated with Florida mangrove. Appl. Environ. Microbiol. 35: 567-575.

Anda mungkin juga menyukai