DOSEN PENGAMPU :
Ir . Yetti Elfina S, M.P
OLEH :
ABIYYU NAUFAL (NIM. 2106134459)
RAHMA AISYAH (NIM. 2106111487)
SARAH JULIA ALVIANTI (NIM. 2106113187)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Kenekanragaman Hayati Eko Sub
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata
itu, digharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity dan merupakan
megacenter keanekaragaman hayati dunia. Sumberdaya hayati yang melimpah ini
merupakan asosiasi antara faktor biotik dan abiotik (Haneda & Sirait, 2012).
Keanekaragaman adalah variabilitas antar makhluk hidup dari semua sumber daya,
termasuk di daratan, ekosistem-ekosistem perairan, dan komplek ekologis termasuk
juga keanekaragaman dalam spesies di antara spesies dan ekosistemnya.
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) merupakan totalitas dari kehidupan
organisme di suatu kawasan tertentu. Keanekaragaman hayati di suatu kawasan
merupakan fungsi dari diversitas lokal atau habitat tertentu dan struktur yang ada
di dalamnya pada daerah terestrial. Keanekaragaman hayati tanah merupakan salah
satu bentuk diversitas alfa yang sangat berperan dalam mempertahankan sekaligus
meningkatkan fungsi tanah untuk menopang yang berada di dalam dan di atasnya
(Sugiyarto, 2000).
1
Kualitas tanah mempengaruhi keberlanjutan pertanian dan kualitas
lingkungan, yang mempunyai dampak pada kesehatan tanaman, hewan dan
manusia. Mikroorganisme tanah dapat digunakan sebagai indicator kualitas tanah,
karena memiliki fungsi penting dalam dekomposisi bahan organik, siklus hara dan
pemeliharaan struktur tanah. Pada tanah yang terkontaminasi akan menyebabkan
struktur komunitas mikroorganisme berubah, tapi keanekaragaman tidak selalu
berkurang. Sebaliknya, biomassa mikroorganisme dan aktivitasnya dapat
berkurang secara nyata. Di tanah pertanian ada perbedaan besar antara berbagai
kategori jenis tanah dan penggunaan lahan, salah satunya terdapat di lahan sub
optimal.
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah kali ini adalah untuk mengetahui lebih
dalam lagi mengenai keanekaragaman hayati tanah di lahan sub optimal.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan
sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain.
Menurut Dokuchaev (1870) dalam Fauizek dkk (2018), Tanah adalah lapisan
permukaan bumi yang berasal dari material induk yang telah mengalami proses
lanjut, karena perubahan alami di bawah pengaruh air, udara, dan macam-macam
organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Tingkat perubahan
terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan.
Menurut Das (1995), dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan
sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang
tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan
organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat disertai dengan zat cair dan gas
yang mengisi ruangruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut
3
Klasifikasi tanah adalah pengelompokan berbagai jenis tanah ke dalam
kelompok yang sesuai dengan karakteristiknya. Sistem klasifikasi ini menjelaskan
secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi namun tidak ada yang
benar-benar memberikan penjelasan yang tegas mengenai kemungkinan
pemakainya (Das, 1995). Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan
kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan tentang
keadaan tanah dari suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data
dasar. seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya
(Bowles, 1989)
Lahan sub optimal adalah lahan yang secara alami mengalamai produktifitas
yang rendah dan disebabkan dari beberapa faktor diantaranya seperti faktor internal
meliputi bahan induk, sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang keadaanya kurang
mendukung pada pertumbuhan tanaman, adapun faktor eksternal meliputi curah
hujan dan suhu dengan keadaan yang ekstrim (Las et. al, 2012)
4
Hubungan simbiosis antara akar tanaman dengan spesies kapang ini bersifat
mutualistik, sehingga keduanya memperoleh keuntungan bagi kehidupannya.
Sedikitnya terdapat 5 manfaat mikoriza bagi perkembangan tanaman yang menjadi
inangnya, yaitu meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah, sebagai penghalang
biologi terhadap infeksi patogen akar, meningkatkan ketahanan inang terhadap
kekeringan, meningkatkan hormon pemacu tumbuh, dan menjamin
terselenggaranya siklus biogeokimia (Nuhamara, 1994). Dalam hubungan
simbiosis ini, kapang mendapatkan keuntungan nutrisi (karbohidrat dan zat tumbuh
lainnya) untuk keperluan hidupnya dari akar tanaman (Smith dan Read, 1997).
Ketergantungan aktivitas hidup mikoriza terhadap tanaman inang cukup tinggi.
Lebih dari 40% senyawa karbon (C) hasil fotosintesis dialokasikan ke bagian akar
dan sekitar 1/3 di antaranya diberikan kepada mikoriza (Douds dan Millner, 1999)
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
air dan ruang yang ada diatasnya. Dalam pengertian ini tanah meliputi tanah yang
sudah ada sesuatu hak yang ada diatasnya maupun yang dilekati sesuatu hak
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Petunjuk teknis Direktorat
Survei dan Potensi Daerah, Deputi Survei, Pengukuran dan Pemetaan BPN RI,
2007 :6).
Sistem klasifikasi tanah FAO atau lebih dikenal dengan satuan tanah FAO
dibangun tahun 1974 dalam rangka penyusunan peta tanah dunia skala 1:5.000.000
oleh FAO/UNESCO (1974) Dalam sistem ini dikenal nama-nama tanah yang
umumnya juga sudah dikenal di Indonesia, antara lain Gleysol, Regosol, Lithosol,
Renzina, Andosol, Podzol. Nama tanah lainnya yang agak asing diantaranya adalah
Solonetz, Yermosol, Xerolsol, Kastanozem, Chernozem, Phaeozem, dan lain
sebagainya. Dalam perkembangannya, sistem FAO ini ikut mewarnai sistem
klasifikasi tanah nasional.
7
sebanyak 10 Ordo tanah dari 12 Ordo tanah yang ada di dunia, yaitu: Histosol,
Entisol, Inceptisol, Andisol, Mollisol, Vertisol, Alfisol, Ultisol, Spodosol, Oxisol.
Hanya dua Ordo tanah yang tidak dijumpai di Indonesia yaitu: Aridisol, tanah pada
daerah iklim sangat kering (aridik), dan Gelisol, tanah pada daerah sangat dingin
(gelik, es).
8
Tanah dan Macam Tanah. Nama-nama Jenis Tanah mengacu pada sistem
klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo (1957) dengan sedikit modifikasi dan
penambahan yang disesuaikan dengan perkembangan klasifikasi tanah dunia.
Sedangkan pada tingkat/kategori Macam Tanah menggunakan warna tanah pada
horison penciri bawah (B-warna).
9
and Soepraptohardjo 1957) atau termasuk pada Ultisols, Oxsisols, dan
Inceptisols (Soil Survey Staff 1999). Secara umum lahan kering masam ini
mempunyai tingkat kesuburan dan produktivitas lahan rendah. Untuk mencapai
produktivitas optimal diperlukan input yang cukup tinggi.
10
Gambar 5. Lahan kering iklim kering
2. Lahan basah
a. Lahan rawa
Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun atau selama waktu yang
panjang dalam setahun, selalu jenuh air atau tergenang (Subagyo 2006).
Sedangkan lahan rawa pasang surut adalah lahan rawa yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut, terletak dekat pantai, sebagian besar berupa tanah mineral
dan sebagian lagi berupa gambut. Dari klasifikasi tanah (Soil Survey Staff
1999), lahan rawa pasang surut dicirikan dengan adanya kondisi aquik (jenuh
air) dan mempunyai bahan sulfidik (besi sulfida) yang lebih dikenal dengan
pirit, umumnya bereaksi masam ekstrim (pH < 4) sehingga sering disebut tanah
sulfat masam (Subagyo 2006). Klasifikasi tanahnya termasuk pada Sulfaquents,
Sulfic Endoaquents, Sulfic Fluvaquents, Sulfic Hydraquents, Sulfaquepts,
Sulfic Endoaquepts. Sedangkan wilayah yang dekat dengan laut dipengaruhi
oleh garam (salinitas) atau dikenal dengan payau sehingga pH tanah netral atau
agak alkalis (pH 6,5-7,5), diklasifikasikan sebagai Halaquents atau Halaquepts.
Lahan ini umumnya mempunyai tingkat kesuburan dan produktivitas rendah
sehingga untuk pengembangan pertanian diperlukan input teknologi seperti
variets yang tahan masam dan genangan, tahan salinitas tinggi, dan diperlukan
drainase dan tata air mikro.
11
Gambar 6. Lahan rawa
b. Lahan Rawa Lebak
Lahan Rawa Lebak Lahan rawa lebak adalah lahan rawa yang tidak
terpengaruh oleh pasang surut (rawa non pasang surut), tetapi dipengaruhi oleh
sungai yang sangat dominan, yaitu berupa banjir besar yang secara periodik
minimal 3 bulan menggenangi wilayah setinggi 50 cm (Subagyo 2006). Rawa
lebak umumnya terletak pada kiri kanan sungai dan berada lebih ke dalam dari
dataran pantai ke arah hulu sungai. Selama musim hujan, rawa lebak selalu
digenangi air kemudian secara berangsur-angsur air akan surut sejalan dengan
perubahan musim hujan ke musim kemarau. Lebak dikelompokan lebih lanjut
berdasarkan tinggi genangan dan lama genangan menjadi lebak dangkal (tinggi
genangan < 50 cm, lama genangan < 3 bulan), lebak tengahan (50-100 cm, 3-6
bulan), dan lebak dalam (> 100 cm, > 3-6 bulan) (Subagyo 2006). Jenis
komoditas dan indeks pertanaman di lahan rawa lebak ini sangat tergantung dari
jenis lebak, dengan tingkat kesuburan sedang karena ada pengkayaan hara dari
luapan sungai.
12
Lahan Gambut Lahan gambut adalah lahan yang terbentuk dari bahan
tanah organik dengan kandungan C-organik > 12% berat jika kandungan liat 0%
atau >18% berat jika kandungan liat 60% atau lebih, dengan kedalaman > 60 cm.
Menurut klasifikasi tanah dikelompokkan sebagai tanah organik atau Histosols
atau Organosol (Subagyo et al. 2000). Lebih lanjut Fahmuddin et al. (2011)
menyatakan bahwa tanah gambut mempunyai kandungan C-organik berkisar
antara 18-60%, berat isi 0,03-0,3 g cm-3 , sebaran karbon di seluruh penampang
sampai dasar tanah mineral, bersifat mudah terbakar dan tidak balik
(irreversible) apabila sudah didrainase. Reaksi tanah gambut di seluruh lapisan
sangat masam (pH rata-rata 4), kahat hara, sehingga produktivitas rendah dan
perlu pengaturan drainase dan tata air mikro apabila akan dimanfaatkan untuk
pertanian. Oleh karena itu, seluruh lahan gambut dengan kematangan saprik,
hemik dan fibrik, serta berbagai kedalaman dimasukkan menjadi lahan sub
optimal.
13
biota akar (mikorizha, rhizobium, nematoda dan lain-lain); dekomposer
(mikroflora, mikrofauna dan mesofauna); dan “ecosystem engineer” (mesofauna
dan makrofauna). Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dibedakan menjadi
empat kelompok :
1) mikrofauna dengan diameter tubuh 0,02-0,2 mm contoh cilliata,
2) mesofauna dengan diameter tubuh 0,2-2 mm contoh isoptera,
collembola danacarina,
3) makrofauna dengan diameter tubuh 2- 20 mm contoh cacing, semut,
dan rayap,
4) megafauna dengan diameter tubuh lebih besar dari 2 cm contoh
bekicot.
14
Makrofauna merupakan hewan tanah yang yang memiliki ukuran tubuh 2-
20 mm dan mikrofauna dengan ukuran 0,02-0,2 mm. Keberadaan makro dan
mikrofauna dalam tanah apabila sumber makanannya tercukupi, maka
perkembangan dan produktivitas dari makro dan mikrofauna tanah tersebut
akan baik dan juga dapat memberikan dampak positif terhadap kesuburan tanah
atau kesehatan tanah apabila pengelolahan tanah dilakukan dengan benar
a. Cacing Tanah. Termasuk ke dalam organisme yang bermanfaat, cacing
tanah merupakan organisme hermafrodit (organisme dengan 2 kelamin,
yaitu jantan dan betina). Cacing tanah memakan akar tanaman yang
mati, atau bagian tanaman lainnya yang telah mati maupun kotoran
hewan x Tanaman yang mati atau kotoran hewan ini akan mengalami
pelapukan selama dalam saluran pencernaan cacing tanah dan akan
dilepaskan pada permukaan tanah maupun di bawah pemukaan tanah
pada lubang tanah tempat cacing berjalan. Kotoran cacing ini
merupakan campuran antara bahan organik dan mineral tanah yang kaya
akan hara serta memiliki struktur yang sangat stabil. Kotoran cacing
disebut dengan kasting.
15
mampu mencampur bahan organik ke dalam tanah seperti halnya pada
cacing tanah, membuat lubang-lubang dan terutama membuat gundukan
tanah yang mengakibatkan terjadinya pencampuran tanah yang drastic.
Ada jenis rayap yang mengonsumsi tanaman yang hidup, salah satu di
antaranya yang sangat merusak kayu dari tanaman yang hidup adalah
Coptotermesformosanus.
16
Mikro fauna merupakan hewan tanah yang berukuran sangat kecil dan
hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop yang memiliki ukuran berkisar 0,2
mm, misalnya protozoa (amoeba, ciliata, flagellata, paramecium, euglena,
sporozoa), nemathoda dan arthropoda kecil. Mikrofauna memacu proses
dekomposisi bahan organik dengan memperkecil ukuran bahan dengan enzim
selulase yang kemudian dimanfaatkan oleh mikroba perombak lainnya (Anwar &
ginting, 2013)
17
Gambar 14. Mikro fauna tanah nematoda
Adapun gejala serangan tanaman akbiat nematoda di bawah permukaan
tanah :
a. Puru akar, yaitu Meloidogyne spp., Naccobus, Ditylenhus radicicola.
b. Nekrosis pada permukaan tanaman : Aphelenchoides parietinus menyerang
Cladonia fimbriata (lumut kerak) dan Tylenchuluss semipenetrans
menyerang tanaman jeruk.
c. Luka yang berukuran kecil sampai sedang : Radopholus similis pada akar
pisang.
d. Percabangan akar yang berlebihan : Contoh serangan Naccobus,
Trichodorus.
18
Gambar 15. Mikro fauna tanah bakteri
NO Bacteria Manfaat
1 Azospirillum p. Bakteri penambat
nitrogen non simbiotik
yang hidup bebas yang
berperan dalam menjaga
kesuburan tanah.
2 Bacillus sp. Bacillus mampu
memfiksasi N2,
melarutkan fosfat serta
mensintesis fitohormon
IAA
3 Pseudomonas sp. Pemacu Pertumbuhan
dan Pengendali Hayati
Fungi Patogen Akar
Tanaman Kedelai.
4 Enterobacter sp. Antibakteri menghambat
sintesis dinding sel
bakter
5 Rhizobium Menyerap nitrogen
bebas dari lingkungan
Table 1. Rhizobacteria pemacu pertumbuhan tanaman
19
NO Bacteria Serangan
1 xanthomonas oryzae menyerang pucuk pada
padi
2 Erwinia amylovora penyakit bonyok pda
buah-buahan
3 pseudomonas solanacaerum penyakit lau pada famili
terung-terungan.
4 xanthomonas campestris menyerang tanaman
kubis
Table 2. Bakteri yang merugikan
20
Table 3. Interaksi Jamur
21
Gambar 17. Mikro fauna tanah Ascomycetes
e. Alga terdiri dari sekumpulan organisme yang mempunyai kemiripan dengan
tanaman, Sebagian termasuk prokariotik dan beberapa termasuk pada
eukariotik, ukurannya mikroskopis. Fungsi alga adalah Memainkan peran
penting dalam pemeliharaan kesuburan tanah terutama di tanah tropis.
Tambahkan bahan organik ke tanah saat mati dan dengan demikian
meningkatkan jumlah karbon organik di dalam tanah. Sebagian besar alga
tanah (terutama BGA) bertindak sebagai penyemen agen dalam mengikat
partikel tanah dan dengan demikian mengurangi / mencegah erosi tanah.
Dari keempat kelas alga, alga biru-hijau dan alga hijau lebih banyak terdapat
di tanah. Ganggang hijau dan diatom dominan di tanah beriklim sedang
sedangkan alga biru-hijau mendominasi di tanah tropis. Ganggang hijau
lebih memilih tanah asam sedangkan alga hijau biru biasa ditemukan di
tanah netral dan alkali. Genera yang paling umum dari alga hijau yang
ditemukan di tanah adalah: Chlorella, Chlamydomonas, Chlorococcum,
Protosiphon dll dan diatom adalah Navicula, Pinnularia. Synedra,
Frangilaria.
22
3. Mesofauna
Kelompok mesofauna tanah merupakan fauna dengan ukuran 0,2 – 2 mm
berada di tanah dengan kedalaman 0-15 cm. Mesofauna tanah dapat dijadikan
sebagai bioindikator kesuburan tanah karena memiliki respon yang
mengindikasikan adanya kerusakan lingkungannya (Husamah et al., 2011).
a. Acarina merupakan organisme kecil yang menjadi penghuni tanah
berukuran panjang antara 0,1-2mm dengan berbagai macam bentuk tubuh
serta tubuh berwarna coklat muda hingga hitam. Semakin dalam tempat
tinggalnya di tanah maka ukuran tubuh juga akan mengecil (Gobat et al.,
2004). Contoh kelompok Acarina antara lain yaitu Prostigmata,
Mesostigmata, Astigmata dan Oribatida. Mesostigmata dengan hampir
seluruh anggotanya bersifat predator bagi hewan lain sedangkan Oribatida
termasuk kelompok saprophagus (Coleman et al., 2004). Mesofauna
tersebut berperan langsung dalam proses dekomposisi serta mempercepat
proses penghancuran bahan organik (Adianto, 1993).
23
Gambar 20. Mesofauna tanah Collembola
Secara alami mikoriza terdapat secara luas, mulai dari daerah artik tundra
sampai ke daerah tropis dan dari daerah bergurun pasir sampai ke hutan hujan, yang
melibatkan lebih dari 80% tumbuhan yang ada (Subiksa, 2002). Perkembangan
kehidupan mikoriza berlangsung di dalam jaringan akar tanaman inang, setelah
24
didahului dengan proses infeksi akar. Prihastuti et al. (2006) menyatakan bahwa
lahan kering masam banyak mengandung mikoriza vesikular-arbuskular, yang
diindikasikan dengan tingginya tingkat infeksi akar, yaitu mencapai 70,50–90,33%.
Lahan kering masam merupakan lahan yang kurang produktif, namun sangat luas
ketersediaannya dan berpotensi untuk dikembangkan (Sudaryono, 2006). Lahan
kering masam merupakan lahan yang perlu diupayakan kesuburannya untuk
digunakan sebagai areal tanam komoditi pangan.
25
Gambar 22. Bakteri Thiobacillus Gambar 23. Bakteri
Thiobacillus ferrooxidans
b. Lahan rawa lebak
26
Gambar 24. Trichoderma
c. Lahan Gambut
Fraç et al., (2018) yang menyatakan bahwa keragaman serta aktivitas dari
bakteri dan fungi dipengaruhi oleh faktor biotik (tanaman dan organisme lain) serta
abiotik seperti pH, kelembaban, temperatur dan struktur tanah. Berdasarkan
penelitian Ohiwal et al., (2017) diketahui bahwa total mikroba tertinggi dan
mikroba selulotik ditemukan pada gambut dangkal (3 meter). Selain itu,
Collembola turut berperan dalam meningkatkan aktivitas perombakan bahan
organik, meningkatkan perpindahan C dari serasah ke dalam tanah (Chamberlain et
al., 2006)
Dalam Batubara et al., (2019) dimana bakteri memiliki peran penting dalam
respirasi tanah dibandingkan mikroba lainnya. Lebih lanjut, respirasi tanah akan
berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman gambut, namun akan
bertambah dengan semakin meningkatnya kematangan gambut (Saprik > Hemik).
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) merupakan totalitas dari kehidupan
organisme di suatu kawasan tertentu. Keanekaragaman hayati di suatu kawasan
merupakan fungsi dari diversitas lokal atau habitat tertentu dan struktur yang ada
di dalamnya pada daerah terestrial. Keanekaragaman hayati tanah merupakan salah
satu bentuk diversitas alfa yang sangat berperan dalam mempertahankan sekaligus
meningkatkan fungsi tanah untuk menopang yang berada di dalam dan di atasnya.
Organisme tanah dapat dikelompokkan berdasarkan pendekatan taksonomi dan
fungsionalnya, yang meliputi biota akar (mikorizha, rhizobium, nematoda dan lain-
lain); dekomposer (mikroflora, mikrofauna dan mesofauna); dan “ecosystem
engineer” (mesofauna dan makrofauna).
28
Keanekaragaman dan kelimpahan fauna tanah dipengaruhi oleh
penggunaan, pengelolaan dan tipologi lahan. Populasi, jenis dan aktivitas fauna
tanah tergantung pada sifat alami tanah dan pengelolaannya. Fauna tanah yang ada
di permukaan tanah berperan merombak bahan organik dari serasah tanaman,
sedangkan fauna tanah yang ada di dalam tanah berperan dalam meningkatkan
ketersediaan hara, namun ada juga yang berperan sebagai pathogen.
Lahan sub optimal adalah lahan yang secara alami mengalamai produktifitas
yang rendah dan disebabkan dari beberapa faktor diantaranya seperti faktor internal
meliputi bahan induk, sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang keadaanya kurang
mendukung pada pertumbuhan tanaman, adapun faktor eksternal meliputi curah
hujan dan suhu dengan keadaan yang ekstrim. Berdasarkan karakteristik dan penciri
dari masing-masing tipologi lahan, maka lahan sub optimal dapat dipilah menjadi
lahan kering dan lahan basah. Lahan kering dikelompokkan lebih lanjut menjadi
lahan kering masam dan lahan kering beriklim kering, sedangkan lahan basah
dikelompokkan menjadi lahan rawa, lahan rawa lebak, dan gambut.
Makrofauna yang terdapat pada tanah di lahan sub optimal meliputi cacing,
artopoda, dan moluska. Dan untuk mikrofana dan mikrofloranya ialah nematoda,
bakteri, jamur, ascomycetes dan alga. Sedangkan mesofaunanya meliputi acarina
dan collembola.
4.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu, pemanfaatan sumberdaya lokal guna
mengoptimalkan pengelolaan lahan sub optimal secara berkelanjutan sangat
penting, termasuk keberadaan fauna tanah. Fauna tanah berpengaruh dalam proses
pembentukan tanah karena berasosiasi dengan bahan penyusun tanah yang terdiri
dari batuan, mineral, air dan udara. Fauna tanah adalah salah satu organisme tanah
yang hidup baik di permukaan maupun dalam tanah yang berperan penting dalam
proses perombakan bahan organik, agregasi, ketersediaan dan siklus hara, sehingga
sifat fisika, kimia dan biologi tanah dan pada akhimya dapat meningkatkan
produktivitas lahan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., A. Mulyani, dan Irawan. 2013. Sumber Daya Lahan untuk
Kedelai di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Lahan Pertanian: Bogor.
Anny Mulyani dan Muhrizal Sarwani. 2013. Karakteristik dan Potensi Lahan Sub
Optimal untuk Pengembangan Pertanian di Indonesia. Peneliti Badan
Litbang Pertanian di Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan. Bogor.
Batubara, S.F., Agus, F., Rauf, A., and Elfiati, D. 2019. Soil respiration and
microbial population in tropical peat under oil palm plantation. IOP Conf.
Series: Earth and Environmental Science. 260: 1-9.
30
Barnes, B. V., Donald, R.Z., Shirley, R.D., and Stephen, H. S. 1997. Forest
Ecology. 4th Edition. John Wiley and Sons Inc. New York. 349-588.
Bougher, 1995. Mycorrhizal Fungi in Australia. In. Introduction to mycorrhizas.
Bowles, J.E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Erlangga. Jakarta.
Chamberlain, P.M., Mc Namara, N.P., Chaplow, J., Stott, A.W., dan Black, H.I.J.
2006. Translocation of Surface Litter Carbon into Soil by Collembola. J.
Soil Biology and Biochemistry (38) : 2655 -2664.
Fahmuddin, 2011. CO2 Emission from Land Use Change to Oil Palm Plantation in
Indonesia, Malaysia, and Papua New Guinea.
Fauizek, Michelle & Suhendra. Andryan. 2018. Efek Dari Dynamic Compaction
(Dc) Terhadap Peningkatan Kuat Geser Tanah. Jurnal Mitra Teknik Sipil.
Jakarta: Universitas Tarumanegara.
Haneda NF, Sirait BA. 2012. Keanekaragaman Fauna Tanah dan Perannya terhadap
Laju Dekomposisi Serasah Kelapa Sawit (Elaeis guineensi Jacq.). Jurnal
Silvikultur Tropika. 3(3) : 161-167.
Las, I. (2009). Revolusi hijau lestari untuk ketahanan pangan ke depan. Tabloid
Sinar Tani, 14.
Las, I., M. Sarwani dan A. Mulyani 2012. Laporan Akhir Kunjungan Kerja
Tematik dan Penyusunan Model Percepatan Pembangunan Pertanian
Berbasis Inovasi Wilayah Pengembangan Khusus Lahan Sub Optimal.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
31
Michelle Fauziek dan Andryan Suhendra. 2018. Efek Dari Dynamic Compaction
(Dc) Terhadap Peningkatan Kuat Geser Tanah. Jurnal Mitra Teknik Sipil
Vol. 1, No. 2, November 2018: 205-214
Mulyani, A., & Sarwani, M. 2013. Karakteristik dan potensi lahan sub optimal
untuk pengembangan pertanian di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan,
7(1).
Nuhamara, S.T., 1994. Peranan mikoriza untuk reklamasi lahan kritis. Program
Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza.
Nursyamsi, D., Alwi, M., Noor, M., Anwar, K., Maftuah, E., Khairullah, I., ... &
Simatupang, R. S. Luas Dan Karakteristik Lahan Rawa Lebak.
Nursyamsi, Dedi, and Haryono Muhammad Noor. "Sifat-Sifat Tanah Surjan Dan
Perubahannya.
Ohiwal, M., Widyastuti, R., Sabiham, S. 2017. Populasi mikrob fungsional pada
rhizosfer kelapa sawit di lahan gambut riau. J. Il. Tan. Lingk. 19(2):74-8
Schalau, J. 2002. Plant Immune System. Agricultur and Natural Resources Arizona
Cooperative Extention., Yavapai Countri.
Soil Survey Staff, 1999. Soil Taxonomy. A Basic System for Making and
Interpreting Soil Surveys. Second Edition. USDA-NRCS Agric. Handb.
436.
Soil Survey Staff. 2010. Soil Taxonomy a Basic System of Soil Classification for
Making and Interpreting Soil Survey Elevent Edition. United States
Departement of Agriculture. Washington DC.
32
Subagyo, H., Nata, S. Dan Agus, B. S. 2000. Tanah-tanah pertanian di Indonesia.
Bogor: Pusat Penelitian Tanah danAgroklimat.
Sudaryono, 2006. PTT kedelai di lahan kering masam. Balai Penelitian Tanaman
KacangKacangan dan Umbi-Umbian, Malang. 25 hal.
33