Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH ANGIN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

RAMBUTAN (Nephelium luppaceum L.)

PAPER

OLEH:

SILVIRA SUHARDI
170301107
AGROTEKNOLOGI II B

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
PENGARUH ANGIN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

RAMBUTAN(Nephelium luppaceum L.)

PAPER

OLEH:

SILVIRA SUHARDI
170301107
AGROTEKNOLOGI II B

Paper sebagai salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian


Di Laboratorium Agroklimatologi Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA `
2017
Judul : Pengaruh Angin Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Rambutan(Nephelium Luppaceum L.)
Nama : Silvira Suhardi
NIM : 170301107
Program Studi : Agroteknologi

Diperiksa Oleh:
Asisten Koordinator

(Muhammad Ridho Adha)


Nim.140301186
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT karena atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat

pada waktunya.

Adapun judul dari paper ini adalah Pengaruh Angin Terhadap Pertumbuhan

Tanaman Rambutan(Nephelium Luppaceum L.) yang merupakan salah satu

syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium

Agroklimatologi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

Dr. Ir. Chairani Hanum, M.Si. ; Dr. Ir. Nini Rahmawati, S.P, M.Si ; Ir. Irsal, M.P ;

Ir. T. Irmansyah,M.P. ; Ir. Lisa Mawarni,M.P. ; Dr. Yaya Hasanah, MSi serta

abang dan kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper

ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perkembangan penulis kedepannya.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................2
Tujuan Penulisan.....................................................................................3
Kegunaan Penulisan................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman..................................................................................................4
Syarat Tumbuh....................................................................................................4
Iklim........................................................................................................5
Tanah......................................................................................................7

PENGARUH ANGIN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN


RAMBUTAN(Nephelium Luppaceum L.)
Pengertian Angin.....................................................................................10
Faktor yang mempengaruhi Angin..........................................................10
Hubungan Angin Terhadap Pertanian.....................................................11
Manfaat Angin Terhadap Tanaman........................................................11
Pengaruh Angin Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Rambutan(Nephelium Luppaceum L.)....................................................12

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rambutan merupakan tanaman pangan berupa batang. Tanaman pertanian

kuno ini berasal dari 2 benua yaitu Asia . Bukti sejarah memperlihatkan bahwa

penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun sebelum

masehi. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hasti Napur Uttarpradesh India

sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India beberapa wilayah asal rambutan adalah

Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Abidin,1990).

Tanaman rambutan merupakan tanaman yang termasuk genus

(Nephelium luppaceum L.). yang meliputi kurang lebih 25 spesies dan tersebar di

daerah tropis dan subtropis seperti di Asia, Afrika, Amerika, dan Australia. . Di

Indonesia pada awalnya tanaman rambutan diusahakan di lahan kering dengan

sistem ladang tanpa pengairan dan hal ini dilakukan juga di beberapa negara dan

pada akhirnya orang berusaha memantapkan hasil usahanya dengan

mangandalkan pengairan di daerah yang airnya kurang (Ashari,2002).

Rambutan (Nephelium luppaceum L.)merupakan komoditas pangan bagi

sebagian besar penduduk masyarakat Asia, terutama Indonesia. Semakin

meningkatnya Produksi rambutan pada tahun 2009 menunjukkan angka sebesar

64 398 juta ton dengan produktivitas sebesar 4.41 ton/ha (Dwijoseputro,1996).


2

Rambutan(Nephelium luppaceum L.) merupakan salah satu tanaman yang

penting dan dalam pengadaannya harus tercukupi karena rambutan merupakan

tanaman penting setengah dari penduduk dunia. Luas lahan rambutan di

Indonesia pada tahun 1996 adalah 519 ha (Wood, 2003).

Produksi rambutan(Nephelium luppaceum L.)di Indonesia menemui

kendala di bidang produktivitas yang sudah melandai dengan jumlah areal

penanaman rambutan makin menyempit dan kendala pengendalian hama dan

penyakit yang disebakan oleh iklim mikro yang tercipta di antara pertanaman

rambutan. Dalam hal ini,teknologi cara penanaman rambutan yang lebih inovatif

yang dapat menambah produktivitas rambutan sekaligus mengendalikan

organisme pengganggu tanaman rambutan ( Marwoto,1999 ).

Tanaman rambutan(Nephelium luppaceum L.) membutuhkan curah hujan

yang baik, yaitu rata-rata 200 mm/bulan. Curah hujan yang baik akan memberikan

dampak yang baik bagi pengairan, sehingga genangan air yang diperlukan

tanaman rambutan dapat tercukupi dan tanaman dapat tumbuh baik pada fase

vegetatif dan generatif. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman rambutan

yaitu 33oC ke atas, sedangkan di Indonesia pengaruh suhu tidak terlalu terasa

karena suhunya hampir konstan/stabil sepanjang tahun. Adapun salah satu

pengaruh suhu terhadap tanaman rambutan yaitu kehampaan (Efendi, 2003).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari paper ini adalah untuk mengetahui efek

curah hujan terhadap tanaman rambutan (Nephelium luppaceum L.)


3

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Agroklimatologi Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sutarmi(2011) menyatakan Rambutan dalam sistematika

tumbuhan diklasifikasikan ke dalam Kingdom: Plantae, Divisi: Angiospermae,

Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Poales, Famili: Gramineae, Genus:Nephelium,

Spesies: Nephelium luppaceum

rambutan termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang

tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong.

Panjang tiap ruas tidak sama panjangnya, ruas yang paling pendek terdapat pada

pangkal batang. Ruas yang kedua, ketiga dan seterusnya lebih panjang dari pada

ruas yang berada dibawahnya. Pertumbuhan batang tanaman padi adalah

merumpun, dimana terdapat satu batang tunggal atau batang utama yang

mempunyai mata tunas. Ciri khas dari daun tanaman rambutan yaitu adanya

sisik/terlihat seperti bulu-bulu dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan

daun padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain (Herawati, 2009).

Akar rambutan(Nephelium luppaceum L.) merupakan tanaman musinan

dengan sistem perakaran serabut. Terdapat dua macam perakaran padi yaitu akar

seminal yang tumbuh dari akar primer radikula pada saat berkecambah dan akar

adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda bagian

bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Perakaran yang dalam

dan tebal, sehat, mencengkeram tanah lebih luas serta kuat menahan kerebahan

memungkinkan penyerapan air dan hara lebih efisien (Suardi, 2002).


5

Batang rambutan(Nephelium luppaceum L.) berbentuk bulat, pertumbuhan

dan memanjang serta berongga pada fase reproduktif. Pembentukan anakan

dipengaruhi oleh unsur hara, cahaya, jarak tanam dan teknik budidaya. Batang

berfungsi sebagai penopang tanaman, mendistribusikan hara dan air dalam

tanaman dan sebagai cadangan makanan. Kerebahan tanaman dapat menurunkan

hasil tanaman secara drastis. Kerebahan umumnya terjadi akibat melengkung atau

patahnya ruas batang terbawah( Suhartatik 2009).

Daun rambutan tumbuh pada batang dan tersusun berselang-seling Tiap

daun terdiri atas helaian daun, pelepah daun yang membungkus ruas, telinga daun

(auricle) dan lidah daun (ligule). Daun teratas disebut daun bendera yang posisi

dan ukurannya tampak berbeda dari daun yang lain. Satu daun pada awal fase

tumbuh memerlukan waktu 4-5 hari untuk tumbuh secara penuh, sedangkan pada

fase tumbuh selanjutnya diperlukan waktu yang lebih lama, yaitu 8-9 hari. Jumlah

daun pada tiap tanaman bergantung pada varietas. Varietas-varietas baru di daerah

tropis memiliki 14-18 daun pada batang utama (Makarim dan Suhartatik 2009).

Bunga rambutan secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada

malai dinamakan spikelet yaitu bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah,

lemma, palea, putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat

inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang

terdiri atas cabang primer dan sekunder. Tiap unit bunga padi pada hakekatnya

adalah floret yang hanya terdiri atas satu bunga, yang terdiri atas satu organ betina

(pistil) dan enam organ jantan (stamen). Stamen memiliki dua sel kepala sari yang

ditopang oleh tangkai sari berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri atas satu
6

ovul yang menopang dua stigma (Makarim dan Suhartatik 2009). Malai terdiri

atas 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer yang selanjutnya

menghasilkan cabang sekunder. Tangkai buah (pedicel) tumbuh dari buku-buku

cabang primer maupun cabang sekunder (Yoshida 1981).

Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki "rambut" di bagian

luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning

hingga merah ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi "daging".

Bagian buah yang dimakan, "daging buah", sebenarnya adalah salut biji atau aril,

yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas ("rambutan

ace"/ngelotok).Pohon dengan buah masak sangat menarik perhatian karena

biasanya rambutan sangat banyak menghasilkan buah. Jika pertumbuhan

musiman, buah masak pada bulan Desember hingga Maret, dikenal sebagai

"musim rambutan". Masanya biasanya bersamaan dengan buah musiman lain,

seperPti durian dan mangga(sutarmi,1983)

Biji rambutan pada dasarnya biji mempunyai susunan yang tidak berbeda

dengan bakal biji, tetapi dipergunakan nama-nama yang berlainan untuk bagian-

bagian yang sama asalnya, misalnya : Integumentum pada bakal biji, kalau sudah

menjadi biji merupakan kulit biji (spermodermis). Pelindung biji dapat terdiri

dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm dan kadang-kadang bagian buah.

Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal dari integument ovule yang mengalami

modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung. Biasanya kulit luar biji

keras dan kuat berwarna kecokelatan sedangkan bagian dalamnya tipis dan

berselaput. (Rifai, 1976).


7

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman rambutan secara umum membutuhkan suhu minimum 11-25C

untuk perkecambahan, 22-23 C untuk pembungaan, 20-25C untuk

pembentukan biji, dan suhu yang lebih panas dibutuhkan untuk semua

pertumbuhan karena merupakan suhu yang sesuai bagi tanaman rambutan

khususnya di daerah tropika. Suhu udara dan intensitas cahaya di lingkungan

sekitar tanaman berkorelasi positif dalam proses fotosintesis, yang merupakan

proses pemasakan oleh tanaman untuk pertumbuhan tanaman dan produksi buah

panas dan banyak mengandung uap air dengan curah hujan rata-rata 200 mm

bulan-1 atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang

dikehendaki sekitar 1500-2000 mm tahun-1 dengan ketinggian tempat berkisar

antara 0-1500 m dpl dan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman rambutan

adalah tanahdengan kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dengan

perbandingan tertentu dan diperlukan air dalam jumlah yang cukup yang

ketebalan lapisan atasnya sekitar 18-22 cm dengan pH 4-7 (Surowinoto, 1982)

Interaksi antara tanaman dengan lingkungannya merupakan salah satu

syarat bagi peningkatan produksi rambutan. Iklim dan cuaca merupakan

lingkungan fisik esensial bagi produktivitas tanaman yang sulit dimodifikasi

sehingga secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman tersebut.(Kramer,1979)
8

Di Indonesia faktor curah hujan dan kelembaban udara merupakan parameter

iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

pangan khususnya. Hal ini disebabkan faktor iklim tersebut memiliki peranan

paling besar dalam menentukan kondisi musim di wilayah Indonesia

(Suparyono dan Agus Setyono, 1994).

Tanah

Tanah merupakan suatu benda alami heterogen yang terdiri atas

komponenkomponen padat, cair, gas, dan mempunyai sifat dan prilaku yang

dinamis. Benda alami ini terbentuk dari hasil kerja interaksi antara iklim (i) dan

jasad renik hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh relief

(r) dan waktu (w), yang dapat digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai

berikut (Arsyad, 2010).

rambutan tumbuh baik di daerah tropis maupun sub- tropis. Untuk

rambutan , ketersediaan air yang mampu memenuhi lahan tempat penanaman

sangat penting. Oleh karena air maka tanah harus memiliki kemampuan menahan

air yang tinggi, seperti tanah yang lempung.(Harjadi,2013).

Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta

sedikit mengandung pasir,pada dasarnya tingkat atau derajat keasaman tanah (ph)

tidak terlalu jauh berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia yaitu

antara 6-7,7 dan kalau kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran terlebih
9

dahulu,pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung pada letak dan kondisi

tanah(Lakitan,2006)

Pengaruh Angin Terhadap Pertumbuhan Tanaman Rambutan (Nephelium


Luppaceum L.)

Definisi Angin

Angin merupakan gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi menuju daerah

pergerakan rendah yang arahnya horizontal atau hampir horizontal dengan

permukaan bumi. Sedangkan pergerakan udara arah vertikal dinamai aliran udara.

Angin diberi nama berdasarkan arah darimana angin itu bertiup. Angin selalu

bertiup dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah, di

belahan bumi utara arah angin membelok ke kanan dan di sebelah selatan arah

angin membelok ke kiri. Peyimpangan ini disebabkan oleh perputaran bumi pada

porosnya (rotasi) (Sutami,2011).

Angin adalah massa udara yang bergerak dari daerah bertekanan

maksimum ke daerah bertekanan minimum. Gerakan massa udara yang arahnya

horizontal dikenal dengan istilah angin. Anemometer mangkok adalah alat yang

digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Satuan yang biasa digunakan dalam

menentukan kecepatan angin adalah km/jam atau knot (1 knot = 0,5148 m/det =

1,854 km/jam). Sisteman penamaan angin biasanya dihubungkan dengan arah

datangnya massa udara tersebut(Lakitan,2006).

Adanya perbedaan tekanan udara pada beberapa tempat menimbulkan

aliran udara. Aliran udara ini berlangsung dari tempat yang bertekanan maksimum
10

(dingin) menuju daerah yang bertekanan minimum (panas). Udara yang mengalir

disebut angin.(Effendi,2003)

Angin adalah suatu udara yang bergerak diakbibatkan rotasi bumi serta

perbedaan pada tekanan udara di sekitarnya. Angin tersebut bergerak dari tempat

bertekanan udara tinggi ke tempat bertekanan udara rendah(Rukmana,2002).

Angin adalah aliran udara dalam jumlah yang besar diakibatkan oleh

rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin

bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara

rendah.(Marwoto,2007)

Faktor Yang Memengaruhi Angin

Faktor pendorong utama angin adalah gaya gradient tekanan. Gradien

tekanan adalah perbedaan tekanan per satuan jarak dengan arah horizontal dan

tegak lurus isobar. Makin besar gradient tekanan maka kecepatan angin makin

besar. Untuk gradient yang sama, kecepatan angin ditentukan juga oleh letak

geografis, ketinggiaan tempat dan waktu. Angin selalu bergerak karena perbedaan

tekanan udara dan selalu dari tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah.

Perbedaan tekanan ini disebabkan karena perbedaan suhu, perbedaan suhu ini

antara lain adalah disebabkan karena perbedaan penerimaan radiasi. Disamping

itu ada gaya sekunder yang mempengaruhi angin yaitu : Gaya Cariolis, gaya

sentrifugal dan gaya gesekan (Marwoto,2007).


11

keadaan topografi sangat berpengaruh, karena jika angin menerpa pada

topografi berupa gunung ia akan cenderung naik, berbeda jika ia menerpa pada

topografi berupa dataran, ia akan cenderung lurus-lurus saja. Kedua, saat angin

bergerak di atas daratan dan lautan juga sangat berbeda. Walau bagaimanapun

angin yang bergerak di daratan akan cenderung mengikuti keadaan permukaan

daratan, berbeda jika angin yang berhembus di atas lautan maka ia akan ikut

mempengaruhi bentuk muka air laut, bahkan pergerakan arus di atas laut.

Sehingga ia lebih bebas bergerak di atas lautan daripada di daratan. Ketiga,

adanya pepohonan sangat berpengaruh jika pohon tersebut cukup tinggi dan

menggangu laju angin.(Larsen,2012).

Relief yang tidak rata menjadi penghambat bagi aliran atau tiupan angin. .

Di daerah perbukitan aliran angin terhambat bukit-bukit, sehingga bertiup dengan

kecepatan lebih lambat dibanding di daerah dataran (Heddy,2015).

Letak lintang berkaitan dengan posisi Matahari. Di daerah lintang rendah

banyak mendapatkan sinar Matahari, sehingga lebih panas dibandingkan di daerah

lintang tinggi. Dan sebaliknya, di daerah lintang tinggi lebih sedikit mendapatkan

sinar Matahari sehingga suhu udaranya pun lebih dingin dibanding daerah lintang

rendah. Perbedaan panas ini menimbulkan sistem angin utama di Bumi. Selain itu,

atmosfer juga ikut berotasi dengan Bumi. Molekul-molekul udara bergerak ke

arah timur sesuai arah rotasi Bumi. Gerakan ini disebut gerakan linier. Bentuk

Bumi yang bulat menyebabkan kecepatan linier tertinggi di daerah ekuator (letak

lintang rendah) dan makin kecil ke arah kutub (letak lintang tinggi)

(Abidin,2008).
12

Bila dirasakan, kecepatan angin pada waktu siang dan malam berbeda.

Angin bertiup lebih cepat siang hari dibanding malam hari. Panjang siang dan

malam pada beberapa daerah tidak sama sehingga menyebabkan tekanan udara

maksimum dan minimum berubah-ubah. Akibatnya, arah aliran udara tidak tetap

atau tidak menentu (Harjjadi,2013).

Hubungan Angin Terhadap Pertanian

Angin berkaitan erat dengan pertanian yaitu dalam pengeringan suatu hasil

pertanian.Angin merupakan salah satu unsure iklim yang sangat berpengaruh

terhadap sector pertaanian. Angin yang tidak menguntungkan bagi pertanian

adalah angin fohn, karena dapat melayukan tanaman. Angin fohn terjadi karena

udara yang mengandung uap air membentur pengunungan atau gunung yang

tinggi, sehingga naik. Makin ke atas, suhu makin dingin dan terjadilah kondensasi

yang selanjutnya terbentuk titik-titik air. Titik-titik air itu kemudian jatuh sebagai

hujan sebelum mencapai puncak pada lereng pertama. Angin terus bergerak

menuju puncak, kemudian jatuh pada lereng berikutnya sampai kelembah. Karena

sudah menjatuhkan hujan maka angin yang menuruni lereng ini bersifat kering.

Akibat cepatnya gerakan menuruni lereng, angin menjadi pasang sehingga angin

fohn memiliki sifat menurun, kering, dan panas (Effendi,2003).

Angin hampir tidak bisa dikendalikan. Perlu adanya suatu pengelolaan

lingkungan karena adanya pengaruh angin yang sangat komplek ini. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan yaitu menghindari adanya pengaruh yang tidak

dikehendaki misalnya penanaman tanaman sejenis agar tidak terjadi penyerbukan

silang. Namun jika permasalahan penyebaran patogen maka usaha yang dapat
13

dilakukan yaitu pengendalian sedini mungkin agar mengurangi jumlah patogen

yang dapat disebarkan oleh angin. Selain itu dapat pula menggunakan tanaman

pematah angin agar laju dan arah angin dapat sedikit dikendalikan seperti

menanam pohon penahan angin yang dapat menjamin perlindungan sejauh 15

20 kali tinggi pohon pelindung. Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh

150 200 meter dapat dilindungi sehingga memperlambat kecepatan angin.

Dengan adanya pematah angin maka laju dan arah angin menuju pertanaman

dapat sedikit ditekan sehingga penyebaran patogen akan lebih kecil

(Widiastoety,2004).

Selain sebagai penyebar patogen, angin juga mempengaruhi peningkatan

jumlah luka pada tanaman inang dan dapat pula mempercepat pengeringan

permukaan tanaman yang basah. Penyebaran penyakit yang sangat cepat

dimungkinkan karena adanya angin baik secara langsung atau tidak langsung

melalui vektor yang dapat terbawa angin dalam jarak jauh. Selain itu karena

hembusan keras angin atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau

melalui pasir yang diterbangkan juga dapat menyebabkan permukaan tanaman

terluka dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi (Rukmara,2002).

Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin

karena jamur membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang

tidak terhitung, mempunyai ukuran yang kecil dan ringan sekali sehingga mudah

diangkut oleh angin dalam jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada

umumnya terdapat dalam lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara yang

paling tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora. Pada kenyataannya
14

penyakit tertentu hanya dapat disebarkan oleh angin pada jarak pendek, bahkan

sering sangat pendek. Pada umumnya spora akan mati karena kekeringan dan

sinar matahari pada waktu disebarkan jarak jauh itu, sedangkan pada waktu

mengendap tidak tepat jatuh pada tumbuhan atau bagian yang rentan. Semakin

cepat anginnya maka spora yang akan tersebar pun akan semakin jauh

keberadaannya (Heddy,2015).

Angin selain sebagai unsur cuaca juga sangat berpengaruh terhadap

kondisi disekitar tanaman. Selain pengaruhnya banyak bermanfaat bagi tanaman,

potensi kerugian tanaman yang disebabkan adanya angin juga besar. Oleh karena

itu perlu adanya pengelolaan terhadap lingkungan agar fungsi angin lebih

mengarah pada hal yang mendukung budidaya pertanian. Usaha pengelolaan

angin di lahan pertanian memang sangat sulit. Namun usaha masih dapat

dilakukan walaupun hanya berpengaruh kecil (Dwijoseputro,2001).

Manfaat Angin Terhadap Tanama

Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua tahu bahwasanya dipermukaan bumi

ada semacam gas yang sangat penting bagi kehidupan manusia,yaitu angin. Angin

adalah suatu gerakan udara yang horizontal pada permukaan bumi. Jadi terjadinya

angin adalah gerakan udara yang bersifat meratakan udara. Angin sangat
15

mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan dari tanaman tersebut, karena

angin bisa membantu proses perkembangbiakan tanaman-tanaman

pertanian.Angin yang tidak menguntungkan bagi pertanian adalah angin fohn,

karena dapat melayukan tanaman.( Azhari,2000)

Perkembangan panyakit sangat tergantung pada cuaca. Keadaan cuaca

yang sangat lembab sangat menguntungkan bagi perkembangan jamur. Serangan

patogen cenderung akan meluas bila kelembaban tinggi. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa patogen dipencarkan oleh angin. Dari hasil penelitian

Tantawi (2007) diketahui bahwa pemencaran konidium pada satu musim tanam

tembakau di Jember didukung oleh peningkatan kecepatan angin dan penurunan

kelembaban udara. Pada bulan kering maupun bulan lembab peningkatan

kecepatan angin yang diikuti dengan menurunnya kelembaban udara akan

mendukung pemencaran konidium. Berdasarkan data aktual untuk memencarkan

konidium hanya memerlukan kecepatan angin 0,28 m/det pada suhu

25C.(Abidin,2008).

Ditinjau dari segi keuntungannya angin sangat membantu dalam

penyerbukan tanaman. angin akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif

membantu terjadinya persarian bunga dan pembenihan alamiah. Sedangkan pada

keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga penyerbuk menjadi

berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan penangkaran benih

dan akan menimbulkan penyerbukan silang (Larsen,2012).

Angin hampir tidak bisa dikendalikan. Perlu adanya suatu pengelolaan

lingkungan karena adanya pengaruh angin yang sangat komplek ini. Salah satu
16

upaya yang dapat dilakukan yaitu menghindari adanya pengaruh yang tidak

dikehendaki misalnya penanaman tanaman sejenis agar tidak terjadi penyerbukan

silang. Namun jika permasalahan penyebaran patogen maka usaha yang dapat

dilakukan yaitu pengendalian sedini mungkin agar mengurangi jumlah patogen

yang dapat disebarkan oleh angin. Selain itu dapat pula menggunakan tanaman

pematah angin agar laju dan arah angin dapat sedikit dikendalikan seperti

menanam pohon penahan angin yang dapat menjamin perlindungan sejauh 15

20 kali tinggi pohon pelindung. Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh

150 200 meter dapat dilindungi sehingga memperlambat kecepatan angin.

Dengan adanya pematah angin maka laju dan arah angin menuju pertanaman

dapat sedikit ditekan sehingga penyebaran patogen akan lebih kecil

(Marwoto,2007)

Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin

karena jamur membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang

tidak terhitung, mempunyai ukuran yang kecil dan ringan sekali sehingga mudah

diangkut oleh angin dalam jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada

umumnya terdapat dalam lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara yang

paling tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora. Pada kenyataannya

penyakit tertentu hanya dapat disebarkan oleh angin pada jarak pendek, bahkan

sering sangat pendek. Pada umumnya spora akan mati karena kekeringan dan

sinar matahari pada waktu disebarkan jarak jauh itu, sedangkan pada waktu

mengendap tidak tepat jatuh pada tumbuhan atau bagian yang rentan. Semakin

cepat anginnya maka spora yang akan tersebar pun akan semakin jauh

keberadaannya (Wilkins,2000).
17

Peranan Angin Terhadap tanaman Rambutan (Nephelium luppaceum L.)

Kecepatan angin dapat menentukan keberhasilan tanaman

Rambutan.Kecepatan angin yang tinggi dan berlangsung lama jelas akan merusak

daun kakao,sehingga rontok dan tanaman menjadi gundul.Kerusakan kakao

karena angin tersebut akan mempunyai dampak terhadap turunnya produksi

kakao.Didaerah pegunungana yang setiap dua tahun sekali dari bulan Januari

hingga Maret bertiup angin kencang bisa mengakibatkan kerusakan pertanaman

kako,sehingga produksinya hanya setengah dari setengahnya(wood,2003)

Pada praktikum ini, akan dilihat pengaruh factor iklim terhadap

pertumbuhan tanaman. Digunakan Kacang hijau (Phaseolus radiatus)untuk

pengamatan pada praktikum ini. Yang diamati adalah pertumbuhantinggi

tanaman, apakah dipengaruhi oleh factor iklim atau tidak. Factor iklim yang

diukur adalah temperature udara, temperature tanah,kelembaban, curah hujan dan

evaporasi.Dari hasil yang didapat, rata-rata tinggi tanaman pada naungan

danlapangan berbeda. Pada 2 minggu pertama, tinggi tanaman pada naunganlebih

tinggi dibanding dengan tanaman yang tumbuh di lapangan.Sedangkan pada

minngu ketiga dan keempat, rata-rata tinggi tanaman padanaungan dan lapangan

kurang lebih sama. Tetapi, pada minggu kelimahingga terakhir, tinggi tanaman

pada lapangan lebih tinggi daripadatanaman yang terdapat pada naungan.Hal ini

dapat terjadi mungkin karena factor iklim yang berbedaantara naungan dan

lapangan (Harjadi,2013).

Dari data yang didapat ternyata temperatureudara dan temperature tanah

naungan pada lebih rendah dari pada dilapangan, sebaliknya kelembaban lebih
18

tinggi pada naungan daripada dilapangan. Suhu yang lebih rendah dan

kelembaban lebih tinggi padanaungan disebabkan oleh sedikitnya cahaya matahari

yang masuk,sehingga temperature menjadi lebih rendah. Sedikitnya cahaya

yangmasuk, merangsang bekerjanya hormone auksi, sehingga tumbuhan

padanaungan dapat tumbuh lebih tinggi daripada tumbuhan pada lapangan.Tetapi,

mulai minggu ketiga hingga terakhir, tinggi tanaman (Lakitan.2006).

Perlu adanya suatu pengelolaan lingkungan karena adanya pengaruh

angin yang sangat komplek ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu

menghindari adanya pengaruh yang tidak dikehendaki misalnya penanaman

tanaman sejenis agar tidak terjadi penyerbukan silang. Namun jika permasalahan

penyebaran patogen maka usaha yang dapat dilakukan yaitu pengendalian sedini

mungkin agar mengurangi jumlah patogen yang dapat disebarkan oleh angin.

Selain itu dapat pula menggunakan tanaman pematah angin agar laju dan arah

angin dapat sedikit dikendalikan seperti menanam pohon penahan angin yang

dapat menjamin perlindungan sejauh 15 20 kali tinggi pohon pelindung.

Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh 150 200 meter dapat

dilindungi sehingga memperlambat kecepatan angin. Dengan adanya pematah

angin maka laju dan arah angin menuju pertanaman dapat sedikit ditekan sehingga

penyebaran patogen akan lebih kecil (Sutami,2011).

Penyebaran penyakit yang sangat cepat dimungkinkan karena adanya

angin baik secara langsung atau tidak langsung melalui vektor yang dapat terbawa

angin dalam jarak jauh. Selain itu karena hembusan keras angin atau karena saling

bersinggungan antar tanaman atau melalui pasir yang diterbangkan juga dapat

menyebabkan permukaan tanaman terluka dan hal ini memungkinkan terjadinya


19

infeksi. Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin

karena jamur membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang

tidak terhitung, mempunyai ukuran yang kecil dan ringan sekali sehingga mudah

diangkut oleh angin dalam jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada

umumnya terdapat dalam lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara yang

paling tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora (Abidin,2008).


KESIMPULAN

1. Angin merupakan gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi menuju

daerah ergerakan rendah yang arahnya horizontal atau hampir horizontal

dengan permukaan bumi.

2. Faktor pendorong utama angin adalah gaya gradient tekanan. Gradien

tekanan adalah perbedaan tekanan per satuan jarak dengan arah

horizontal dan tegak lurus isobar.

3. Angin berkaitan erat dengan pertanian yaitu dalam pengeringan suatu

hasil pertanian.Angin merupakan salah satu unsure iklim yang sangat

berpengaruh terhadap sector pertaanian.

4. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua tahu bahwasanya dipermukaan

bumi ada semacam gas yang sangat penting bagi kehidupan

manusia,yaitu angin. Angin adalah suatu gerakan udara yang horizontal

pada permukaan bumi. Jadi terjadinya angin adalah gerakan udara yang

bersifat meratakan udara.

5. Kecepatan angin dapat menentukan keberhasilan tanaman

Kakao.Kecepatan angin yang tinggi dan berlangsung lama jelas akan

merusak daun kakao,sehingga rontok dan tanaman menjadi gundul.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2008. Dasar- dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.


Angkasa, Bandung. 85 hal.

Anonim. 2000. Daminozide (B9). Dalam: http://www.chinax.com.

Anonim. 2001. Garden Journal Information and


Inspiration. Dalam:http://www.mums.org.

Anonim. 2002. Aspek Produksi Bunga Potong. Dalam: http://www.bi.go.id.

Ashari, S. 2000. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal.

Dwijoseputro. 2001. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta. 231 hal

Effendi, K., dan B. Marwoto. 2003. Pola Night Break untuk Efisiensi Energi
Listrik pada Usaha Krisan. Dalam: http://pustaka.bogor.net.

Harjadi, S. S. 2013. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. 197 hal.

Heddy, S., 2015. Hormon Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta. 97 hal.

Herawati, T., dan Saaludin, D. 2009. Pengaruh Naungan Pada Berbagai Stadia
Pertumbuhan Terhadap Hasil Dan Komponen Hasil Tiga Varietas Kedelai
(Glycine max (L) Merr). Majalah Ilmiah Universitas Jambi No. 44.
Universitas Jambi. hal 59-65.

Kramer, P. J. and T. T. Kozlowski. 2010. Physiology of Woody Plants.Academic


Press.New York.

Lakitan, B. 2006. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. P.T.


Grafindo Persada. Jakarta. 217 hal.

Larsen, R. U., and J. H. Lieth. 2012. Modeling Elongation Retardation Due To


Daminozide in Chrysanthemum. Dalam: http://lieth.ucdavis.edu.
Marwoto, B., Suciantini dan T. Sutater. 2007. Modifikasi Pola Hari Panjang dan
Intensitas Cahaya pada Krisan untuk Efisiensi Energi. Jurnal Hortikultura.
(7) : 870-879.

Rukmana, R. dan A. E. Mulyana. 2002. Krisan. Kanisius. Yogyakarta. 75 hal.

Sutarmi, S. 2011. Botani Umum Jilid II. Angkasa. Bandung. 180 hal.

Widiastoety, D dan F.A. Bahar. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap


Pertumbuhan Anggrek Dendrobium. Jurnal Holtikultura 4 (5) : 72-75.

Widiastoety, D., W. Prasetyo dan N. Salvania. 2000. Pengaruh Naungan


Terhadap Produksi Tiga Kultivar Bunga Anggrek Dendrobium. Dalam : Jurnal
Holtikultura No. 9. Vol. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Holtikultura.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. hal 302-306.

Wilkins, M. B. 2000. Advanced Plant Physiologi. Language Book Society.


Harlow. 514 p.

Wood, A. 2003. Daminozide (Alar, B-Nine) Growth Regulator Profile 6/86.

Anda mungkin juga menyukai