Anda di halaman 1dari 24

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan

sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di beberapa daerah di Indonesia jagung

dijadikan sebagai bahan pangan utama, dan juga sebagai bahan pakan ternak dan

industri (Yusuf, 2010).

Komoditas jagung hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat

dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya

merupakan kebutuhan masyarakat di benua Amerika (Sugiarto, 2008).

Produksi jagung pada tahun 2015 mencapai 959.933 ton pipilan kering.

Produksi ini mengalami penurunan sebanyak 87.144 ton atau turun sebesar 8,32

persen dibandingkan dengan produksi jagung pada tahun 2014 yang mencapai

1.047.077 ton pipilan kering. Penurunan produksi jagung disebabkan adanya

penurunan luas panen sebesar 11,29 persen atau turun seluas16.136 hektar dari

142.964 hektar tahun 2014 menjadi 126.828 hektar tahun 2015. Sedangkan

produktivitas jagung mencapai 75,69 kuintal per hektar meningkat 3,34 persen

dibanding produktivitas tahun 2014 yang mencapai 73,24 kuintal per hektar

(BPS, 2017).

Produksi jagung berbeda antar daerah, terutama disebabkan oleh

perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi

lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan

lingkungan, yang berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik

untuk dapat memperoleh produktivitas optimal (Iriany et al., 2008).

Jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa. Perbedaannya terletak


2

pada warna bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan pada jagungmanis

berwarna putih sedangkan jagung biasa berwarna kuning kecoklatan. Rambut

pada jagung manis berwarna putih sedang jagung biasa berwarnakemerahan

(Admaja, 2006).

Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan

silang tetapi juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan

bahwa penyerbukan sendiri pada jagung akan menghasilkan produksi yang rendah

dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi, padahal penyerbukan sendiri memiliki

vigor yang normal. Selain itu, varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia

memiliki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi

terhadap serangan hama penyakit (Sinnot, 2008).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap pemberian

bahan organik pada budidaya.

KegunaanPenulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Budidaya Tanaman Pangan A

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman jagung

diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta,

Sub Divisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledone, Ordo: Graminae,

Famili:Graminaceae, Genus: Zea, Species: Zea mays L. (Soekirno, 2000).

Akar pada tanaman jagung yaitu jenis akar serabut, menyebar ke

sampingdan ke bawah sepanjang sekitar 25 cm. Penyebaran pada lapisan oleh

tanah. Bentuk sistem perakarannya sangat bervariasi (Suprapto, 2009).

Batang tanaman jagung kaku dengan tinggi berkisar antara 1,5 m dan 2,5m

dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling yang berasal darisetiap

buku. Buku batang mudah terlihat. Percabangan (batang liar) umumnyaterbentuk

pada pangkal batang. Batang liar adalah batang sekunder yangberkembang pada

ketiak daun terbawah dekat permukaan tanah (Wijaya, 2007).

Diantara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-rata

12 - 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih

sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai

banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30 - 150 cm dan lebar daun dapat

mencapai 15 cm. beberapa varietas mempunyai kecenderungan unutk tumbuh

dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah

(Berger, 2002 ).

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga

jantan danbunga betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina (tongkol)

muncul dari axillary apical tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik

tumbuh apikal diujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari
4

saluran stylar ovary yang matang pada tongkol.Hampir 95 % dari persariannya

berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari

tanaman sendiri. Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas(cross pollinated

crop) (Sumarsih, 2008).

Buah jagung berbentuk tongkol, buah masak berwarna kuning atau

ungu.Panjang tongkol yang masak 8-20 cm. bakal buah berbentuk telur dengan

tangkaiputik yang sangat panjang dan berujung cabang dua (Steenis, 2005).

Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan

berat rata-rata 250-300 mg. biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar

yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung

diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki

struktur embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu

baru untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman jagung

(Johnson, 2001).

Syarat Tumbuh

Iklim

Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan.

Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola

distribusinya selama 10 tahun kebelakang agar waktu tanam dapat ditentukan

dengan baik dan tepat Tanaman jagung membutuhkan curah hujan 100 - 140

mm/bulan. Oleh karena itu, waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan

dan penyebarannya (Alia, 2011).

Tanaman jagung sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan

subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi jagung adalah bila cocok bagi
5

tanaman jagung. Bahkan daya tahan lebih baik daripada. Iklim kering lebih

disukai tanaman jagung dibandingkan iklim lembab (Murni dan Arif, 2008).

Tanaman jagung sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama

penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”.

Artinya, tanaman jagung tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas

kritis, yaitu 15 jam per hari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi

dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik

dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami

penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek (Wijaya, 2007).

Tanah

Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara

tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH

antara 5,6-7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan

ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8%

dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat

kecil. Daerah yang tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan

pembentukan teras terlebih dahulu (Warisno, 2008).

Kemasaman tanah diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman. Dalam

proses budidayanya, tanaman jagung tidak memerlukan persyaratan yang khusus

karena tanaman ini tumbuh hampir pada semua jenis tanah, dengan kriteria umum

tanah tersebut harus subur, gembur kaya akan bahan organik dan drainase maupun

airase baik (Suryo, 2008).

Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan

baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama
6

nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena

pada umumnya tanah di Indonesiamiskin hara dan rendah bahan organiknya,

maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun pupuk

kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arif, 2008).

Jarak Tanam

Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor terpenting untuk

mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak

tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman

mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal

mendapatkan unsur hara dan cahaya. Untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat,

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, kesuburan tanah dan jenis

jagung.Varietas unggul ber umur 98 hari, composite populasi optimum adalah ±

50.000 tanaman/ha, ditanam dengan jarak tanam 25x75 dengan satu tanaman per

lobang (Indra, 2014).

Populasi tanaman (jarak tanam) merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil tanaman. Peningkatan hasil jagung dapat diupayakan melalui

pengaturan kerapatan tanam hingga mencapai populasi optimal. Pengaturan

kerapatan tanaman bertujuan untuk meminimalkan kompetisi intrapopulasi agar

kanopi dan akar tanaman dapat memanfaatkan lingkungan secara optimal. Jumlah

tanaman yang berlebihan akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi

terhadap unsur hara, air, radiasi matahari, dan ruang tumbuh sehingga akan

mengurangi jumlah biji pertanaman (Erawati et al., 2016).

Penanaman system tanam satu baris merupakan hal umum, oleh karena itu

perlu diterapkan pertanaman system dua baris karena mampu memberikan hasil
7

lebih tinggi.Jagung yang ditanam dengan system tanam baris kembar memiliki

potensi akses lebih besar untuk penyerapan air, penerimaan cahaya matahari,

penyerapan unsur hara dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi kondisi

stres pada tanaman jagung (Monsanto, 2009).

Pupuk Kandang

Pupuk kandang atau kotoran hewan yang berasal dari usaha tani pertanian

antara lain adalah kotoran ayam, sapi, kerbau, dan kambing. Komposisi hara pada

masing-masing kotoran hewan berbeda tergantung pada jumlah dan jenis

makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam kotoran hewan lebih rendah

daripada pupuk kimia. Oleh karena itu biaya aplikasi pemberian pupuk kandang

(pukan) ini lebih besar daripada pupuk anorganik (Widowati et al., 2005).

Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air

dan lendir. Pupuk kandang selain dapat menambah ketersediaan unsur-unsur bagi

tanaman, juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme di dalam tanah.

Mikroorganisme berperan mengubah seresah dan sisa-sisa tanaman menjadi

humus yang melalui proses dekomposisi, senyawa-senyawa tertentu disintesa

menjadi bahan-bahan yang berguna bagi tanaman (Sutedjo, 2005).

Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara berbeda-beda karena

masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri yang ditentukan oleh jenis

makanan dan usia ternak tersebut. Seperti unsur hara yang terdapat pada pupuk

kandang sapi yakni N 2,33 %, P2O5 0,61 %, K2O 1,58 %, Ca 1,04 %, Mg 0,33

%, Mn 179 ppm dan Zn 70,5 ppm. Pada pupuk kandang ayam unsur haranya N

3,21 %, P2O5 3,21 %, K2O 1,57 %, Ca 1,57 %, Mg 1,44 %, Mn 250 ppm dan Zn

315 ppm (Wiryanta dan Bernardinus, 2002).


8

Penggunaan pupuk kandang sapi pada tanaman jagung dengan dosis 20

ton/ha menunjukkan hasil yang tertinggi terhadap tinggi tanaman, jumlah daun,

jumlah tongkol, berat tongkol, berat basah dan berat kering piipilan. Hal ini

disebabkan pupuk kandang sapi mengandung sejumlah unsure hara dan bahan

organic yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Tola, 2007).

Pupuk kandang yang mempunyai kadar serat paling tinggi seperti selulosa,

yaitu pupuk kandang sapi, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N

rasio yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pupuk kandang sapi

menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan

pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba

decomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisikan bahan

organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N

(Widowati et al., 2005).

Kompos

Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal

dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun,

rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media

tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui

perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu,

kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat

dibutuhkan oleh tanaman (Nurshanti, 2009).

Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk

memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos

yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil ( ondotioner yaitu peranan
9

kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil

ameliorator berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah

(Utami et al., 2006).

Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan

sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta

sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya kerja sama antara

mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan

manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam

waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik (Sutanto, 2002).
10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan pada 24 Maret 2019 sampai dengan

selesai di lahan praktikum Budidaya Pangan A: Kedelai, ubi kayu, padi, jagung

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

medan pada ketinggian ± 25 diatas permukaan laut.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cangkul berfungsi untuk

pengolahan tanah, gembor digunakan untuk menyiram tanaman, aqua gelas

digunakan untuk merendam benih, pisau digunakan untuk memotong tali, parang

sebagai alat pemotong kayu dan gulma, meteran sebagai alat bantu dalam

mengukur pembuatan plot dan pengukuran tinggi tanaman, jangka sorong untuk

mengukur diameter batang, timbangan untuk mengukur bobot jagung, tali plastik

sebagai pembatas lahan dan juga pengikat, garu sebagai alat bantu membersihkan

gulma dan dipakai saat pembukaan lahan, kamera HP untuk memfoto kegiatan di

lahan, dan alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran tiap minggunya.

Bahan yang digunakan yaitu benih jagung (Zea mays L.) varietas bonanza

F1 sebagai objek percobaan, pupuk urea, KCl, TSP digunakan sebagai bahan

praktikum, air digunakan untuk menyiram tanaman, pupuk kandang digunakan

untuk menyuburkan tanah, top soil digunakan untuk menyuburkan tanah, kompos

digunakan untuk menyuburkan tanah, tali digunakan untuk mempermudah dalam

menentukan jarak tanam, plastik digunakan untuk menyimpan pupuk, pacak yang

terbuat dari ajir bambu sebagai penanda lahan, serta plank sebagai penanda

kelompok dan perlakuan.


11

Metode Percobaan

- Dilakukan pengolahan tanah yakni diawali dengan membersihkan lahan

dari gulma-gulma yang tumbuh.

- Dibentuk plot dengan ukuran 3 m x 3 m dengan parit 50 cm dengan

kedalaman 30 cm.

- Lalu digemburkan tanah dan dibuat lubang tanam sebanyak 40 lubang

tanam dengan jarak tanam 75 x 25 cm.

- Setelah lubang tanam dibuat, diberikan kompos di masing-masing lubang

tanam, lalu dimasukkan 2 benih jagung dengan kedalaman 2 cm dan

ditutup.

- Setelah 1 minggu dilakukan penghitungan jumlah yang tumbuh dan yang

mati.

- Dilakukan transplanting (pindah tanam) pada tanaman yang mati 6 HST.

- Kemudian dilakukan pemupukan , 150 Kg/Ha Urea, 75 Kg/Ha KCl, dan

100 Kg/Ha TSP.

- Dipasang plank pada setiap plot, nama kelompok, komoditi, group, dan

tanggal tanam tanaman.

- Dilakukan pengukuran parameter tinggi tanaman dan jumlah daun setiap

minggunya.

- Dilakukan penyiraman tanaman setiap hari yakni pada sore hari.

- Dilakukan penyiangan setiap minggu dengan mencabut gulma-gulma yang

tumbuh disekitar tanaman.

- Setelah 70 hari dilakukan pemanenan yakni ditandai dengan rambut bunga

betina yang telah berwarna coklat kehitaman.


12

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Percobaan dimulai dari pembersihan lahan dari rerumputan dan semak

belukar yang ada di lahan, perataan tanah, pembuatan parit (drainase), pembuatan

plot dan pembuatan lubang tanam. Kemudian dilakukan pengukuran lahan seluas

20x20 meter dan diberi pembatas / pacak dan penanda lahan.

Pembentukan Plot

Pembuatan plot di mulai dari pengukuran lahan, kemudian pengukuran plot,

kemudian pengukuran parit sedalam 30 cm dan lebar 20 cm, Dicangkul tanah

untuk pembuatan parit sekaligus pembuatan plot tanaman seluas 3 x 3 m untuk

jagung varietas Bonanza F1. Setelah itu dibuat bedengan untuk pembuatan plot.

Setelah plot dibuat dilakukan penggemburan tanah agar tanah menjadi gembur.

Penanaman Benih

Benih yang sudah diseleksi, kemudian direndam dengan air yang dicampur

dithane selama 15 menit sebelum tanam agar benih tidak terserang jamur. Biji

yang digunakan adalah biji yang tenggelam saat direndam air. Lubang tanam

dibuat dengan cara manual dengan kedalaman 3-5 cm. Dengan jarak tanam 75 x

25 cm. Setiap lubang ditanami 2 benih untuk menghindari kegagalan

perkecambahan.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan setelah 2 minggu setelah tanam. Pupuk yang

diberikan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk pada tanaman jagung 120

kg/Ha Urea 75 kg/ha KCl da 100 kg/ha TSP. Diberikan sekaligus pada saat tanam
13

dengan kedalaman 3 cm dan ditutup kembali dengan tanah, Urea diberika setegah

dsis pada aplikasi pertama dan diaplikasikan pada saat 4 MST.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari, tepatnya pada pagi atau sore hari

terutama pada saat perkecambahan, menjelang tanaman berbunga dan

pembentukan tongkol. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan

dilakukan secara merata. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan cuaca,

apabila terjadi hujan maka penyiraman tidak perlu dilakukan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan 1 kali seminggu atau sesuai dengan kondisi gulma di

lahan. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut seluruh gulma

yang tumbuh di areal pertanaman dengan tangan dan membersihkan gulma-gulma

disekitar parit drainase dengan cangkul.

Parameter Pengamatan

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur 2 minggu setelah tanam (MST). Mengukur tinggi

tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari leher akar hingga

titik tumbuh teratas dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman diukur

seminggu sekali dari minggu kedua hingga berbunga.

Jumlah Daun (Helai)

Parameter pertumbuhan vegetatif kedua yang diamati ialah jumlah daun.

Pengamatan jumlah daun sangat diperlukan karena selain sebagai indikator


14

pertumbuhan parameter jumlah daun juga diperlukan sebagai data penunjang

untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi.

Diameter Batang (mm)

Diameter batang tanaman jagung diambil setiap satu minggu sekali dan

perhitungan diameter tanaman dimulai pada 2 MST atau 15 hari setelah tanam

hingga 8 MST atau sampai tanaman memasuki masa generatif dan berbunga.

Perhitungan diameter batang dilakukan pada pangkat batang dengan

menggunakan jangka sorong.

Umur Berbunga (HST)

Umur berbunga jantan dapat dilihat berdasarkan kalau malai pada ujung

batang tanaman jagung sudah keluar yang berwarna merah kecoklatan sedangkan

umur berbunga betina dapat dilihat berdasarkan kalau tongkol betina sudah keluar

dari ketiak daun. Perhitungan umur berbunga dimulai dari tanggal tanam hingga

tanggal berbunga dalam satuan hari.

Total Luas Daun

Pengukuran hasil pengkalian antara panjang daun, lebar daun dan

konstanta daun, yang merupakan rasio permukaan daun terhadap luas tanah.

Bobot Kering Tajuk

Bobot kering tajuk digunakan untuk mengetahui hasil fotosintesis pada

batang atau tajuk sehingga analisis pertumbuhan dinyatakan dengan berat kering.

Bobot Kering Akar

Bobot kering akar digunakan untuk mengetahui hasil pengangkutan hara

pada tanaman sehingga analisis pertumbuhan dinyatakan dengan berat kering.


15

Bobot Tajuk (gram)

Diukur berat tajuk setelah pemanenan. Dilakukan pemotongan bagian atas

tanaman pada pangkal. Setelah dibawa dari lahan lalu diukur dengan mengguakan

timbangan.

Umur Panen

Umur panen tanaman yang dapat dipanen apabila tanaman telah

mengalami vase generatif dan telah menunujukkan warna daun dan batang yang

telah kecoklatan.

Jumlah Tongkol

Jumlah tongkol pada tanaman merupakan indeks penentu akar yang dapat

menyerap unsur hara yang baik.

Bobot Tongkol/Tanaman (gram)

Ciri-ciri tongkol matang adalah daun sudah menguning, dan rambut

tongkol berwarna cokelat. Pemanean dilakukan dengan cara mematahka tangkai

tongkol jagung. Diukur berat tongkol setelah pemanenan. Setelah dibawa dari

lahan lalu diukur dengan mengguakan timbangan.

Bobot Tongkol /Plot (gram)

Bobot tongkol perplot diambil untuk melihat keseragaman tanaman

berbuah.
16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Adapun percobaan yang di lakukan didapatkan hasil tinggi tanaman

jagung (Zea mays L.) yang sesuai dengan tabel berikut ini :

Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) (cm) Menggunakan Pupuk
Kandang
MST
Sampel Total Rataan
2 3 4 5 6 7 8
1 32 40 69 71 90 115 160 577 82.4
2 29 48 80 82 90 109 185 623 89
3 35 41 61.3 68 89 105 165 564.3 80.6
4 29 55 81.3 89 95 115 187 651.3 93
5 23 39 67.5 75 80 100 190 574.5 82.1
6 22.5 43 75.5 80 90 110 190 611 87.3
7 24.5 43 65 80 95 110 195 612.5 87.5
8 25 46 78 85 99 109 180 622 88.9
9 24.5 43 72.3 85 95 115 168 602.8 86.1
10 24 44 59 70 85 105 175 562 80.3
11 25.5 45 70 85 98 107 195 625.5 89.4

Tabel 2. Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) (cm) menggunakan Kompos
MST
Sampel Total Rataan
2 3 4 5 6 7 8
1 29 36 46,3 50 68 90 160 479,3 68
2 27 32 47 52 67 103 155 483 69
3 25 44 66,5 68 78 100 175 556,5 80
4 26 39 56 60 85 105 180 551 79
5 32 40 69 71 90 115 160 577 82
6 24 46 67 70 85 104 165 561 80
7 29 48 80 82 90 109 185 623 89
8 35 41 61,3 68 89 105 165 564,3 81
9 29 55 81,3 89 95 115 187 651,3 93
10 23 39 67,5 75 80 100 190 574,5 82
11 24 44 67 70 75 90 185 555 79
12 22,5 43 75,5 80 90 110 190 611 87
13 21 40 63,3 75 90 115 170 574,3 82
14 24,5 43 65 80 95 110 195 612,5 88
15 25 46 78 85 99 109 180 622 89
17

16 30 40 68 75 85 105 175 578 83


17 24,5 43 72,3 85 95 115 168 602,8 86
18 24 44 59 70 85 105 175 562 80
19 30 32 56 60 80 100 180 538 77
20 21 30 47 55 75 95 185 508 73
21 26 33 48 58 83 98 183 529 76
22 25,5 45 70 85 98 107 195 625,5 89

Grafik 1. Perbandingan Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Menggunakan


Pupuk Kandang dan Kompos

Tinggi Tanaman (cm)


150
100
Kelompok 5 Kompos
Rataan

50
Kelompok 6 Pukan
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21

Sampel

Dari grafik data di atas diperoleh perbandingan tinggi tanaman tertinggi yaitu

dengan pemberian pupuk kandang.

Jumlah Daun (Helai)

Adapun dari hasil praktikum yang di lakukan didapatkan hasil jumlah

daun tanaman jagung (Zea mays L.) yang sesuai dengan tabel berikut ini :

Tabel 3. Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea mays L.) (Helai) Menggunakan
Pupuk Kandang
MST
Sampel Total Rataan
2 3 4 5 6 7 8
1 3 4 6 8 9 7 11 48 6.86
2 3 5 7 9 10 8 13 55 7.86
3 2 4 6 8 9 8 13 50 7.14
4 3 5 7 8 9 5 13 50 7.14
5 2 5 7 9 10 4 12 49 7
6 2 4 6 8 9 7 13 49 7
18

7 2 4 5 7 8 8 14 48 6.86
8 2 3 6 6 7 7 12 43 6.14
9 2 5 6 7 7 8 15 50 7.14
10 2 4 6 7 8 8 13 48 6.86
11 3 5 7 9 10 7 11 52 7.43

Tabel 4. Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea mays L.) (Helai) Menggunakan
Kompos
Sampe MST
Total Rataan
l 2 3 4 5 6 7 8
1 4 4 5 7 9 12 10 51 7,3
2 4 4 5 6 8 11 11 49 7,0
3 4 5 7 8 9 12 12 57 8,1
4 4 4 5 6 8 10 10 47 6,7
5 5 5 7 9 10 12 10 58 8,3
6 3 5 6 8 9 11 9 51 7,3
7 3 4 6 7 9 13 10 52 7,4
8 4 4 5 7 8 11 8 47 6,7
9 4 6 8 9 10 12 10 59 8,4
10 3 4 6 7 11 13 10 54 7,7
11 4 5 8 10 12 13 9 61 8,7
12 3 4 7 9 10 12 10 55 7,9
13 3 4 6 8 10 11 8 50 7,1
14 4 5 6 7 9 10 8 49 7,0
15 4 5 7 9 10 12 9 56 8,0
16 4 5 7 8 11 13 8 56 8,0
17 4 5 6 9 12 14 10 60 8,6
18 4 6 7 10 13 15 9 64 9,1
19 4 4 5 7 10 13 8 51 7,3
20 4 4 5 8 10 12 11 54 7,7
21 4 5 7 10 12 15 10 63 9,0
22 4 5 7 10 12 14 11 63 9,0

Grafik 2. Perbandingan Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea mays L.) (Helai)
Menggunakan Pupuk Kandang dan Kompos
19

Jumlah Daun (helai)


10

5 Kelompok 5 Kompos
Rataan

0 Kelompok 6 Pukan
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21

Sampel

Dari grafik data di atas diperoleh perbandingan jumlah daun tertinggi yaitu
dengan pemberian kompos.

Diameter Batang (mm)


Adapun dari hasil praktikum yang di lakukan didapatkan hasil diameter

batang tanaman jagung (Zea mays L.) yang sesuai dengan tabel berikut ini :

Tabel 5. Diameter Batang Tanaman Jagung (Zea mays L.) (mm) Menggunakan
Pupuk Kandang
MST
Sampel Total Rataan
2 3 4 5 6 7 8
1 1.3 4.3 10.35 16.7 19.6 15.15 18.45 85.85 12.26
2 1.6 4.25 10.4 16.25 20.95 19.85 19.45 92.75 13.25
3 2.35 6.6 10.75 12.45 14.45 20.3 13.75 80.65 11.52
4 2.7 4.65 9.15 14.7 19.85 14.45 15.85 81.35 11.62
5 2.45 8.15 12.45 14.15 16.65 11.55 11.65 77.05 11
6 2.4 5.75 9.2 14.3 18.35 15.45 13.45 78.9 11.27
7 2.35 5.7 9.35 14.7 16.15 17.15 18.95 84.35 12.05
8 2.75 4.75 12.45 16.65 20.55 18.35 15.3 90.8 12.97
9 1.2 4.75 9.5 11.4 15.7 21.4 18.5 82.45 11.78
10 1.1 3.14 8.9 13.5 19.45 20.55 19.15 85.79 12.25
11 1.2 5.25 13.1 18.25 21.35 19.15 18.55 96.85 13.83

Tabel 6. Diameter Batang Tanaman Jagung (Zea mays L.) (mm) Menggunakan
Kompos
MST
Sampel Total Rataan
2 3 4 5 6 7 8
1 2,7 3,45 4,25 8,35 10,15 14 14,05 56,95 14
2 1,45 3,25 4,75 7,45 9,65 12,25 12,3 51,1 13
3 1,35 2,9 9,5 11,1 13,7 13,85 13,87 66,27 17
4 1,7 3,2 4,95 12,65 14,15 14,65 14,65 65,95 16
5 1,3 3 6,5 10,7 16,25 16,75 16,76 71,26 18
6 1,25 2,7 4,75 9,8 14,2 16,75 16,76 66,21 17
7 1,6 3,15 4,8 10 13,75 15,8 15,83 64,93 16
20

8 2,35 2,95 6,25 11,5 15,8 15,85 16,95 71,65 18


9 2,7 3 7,5 13,45 15 15,05 15,05 71,75 18
10 2,45 3,3 5,9 9,85 16,05 16,06 16,08 69,69 17
11 1,2 2,25 6,2 11,15 1,7 14,85 14,93 52,28 13
12 2,4 3,4 8,7 10,95 13,95 15,55 15,56 70,51 18
13 2,2 2,55 5,95 10,15 12,15 15,65 16,85 65,5 16
14 2,35 2,55 6,1 12,08 14,4 14,45 14,46 66,39 17
15 2,75 4,05 9,15 13,95 17,35 17,5 17,36 82,11 21
16 2,7 4 8,98 14,15 16 16,65 16,66 79,14 20
17 1,2 4,05 7,85 15,45 16,25 16,3 16,3 77,4 19
18 1,1 3,15 9,35 10,95 13,6 14 14,01 66,16 17
19 1,25 3,7 7,75 11,65 14,7 14,72 14,73 68,5 17
20 1,35 3,15 8 10,05 11,65 14,01 14,01 62,22 16
21 3,3 3,45 6,82 10,15 12,7 14,01 14,02 64,45 16
22 1,2 3,2 7,15 12,8 14,8 16,35 16,35 71,85 18

Grafik 3. Perbandingan Diameter Batang Tanaman Jagung (Zea mays L.) (mm)
Menggunakan Pupuk Kandang dan Kompos

Diameter Batang (mm)


15
10
Kelompok 5 Kompos
Rataan

5
0 Kelompok 6 Pukan
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21

Sampel

Dari grafik data di atas diperoleh perbandingan diameter batang tertinggi yaitu
dengan pemberian kompos.

Umur Berbunga (HST)

Adapun dari hasil praktikum yang di lakukan didapatkan hasil umur

berbunga tanaman jagung (Zea mays L.) yang sesuai dengan tabel berikut ini :

Tabel 7. Umur Berbunga Tanaman jagung (Zea mays L.) (HST)


Sampel Tanggal Berbunga Umur (HST)
5 30-04-2019 52 Hari
7 29-04-2019 51 Hari
8 02-05-2019 54 Hari
9 04-05-2019 56 Hari
10 03-05-2019 55 Hari
12 30-04-2019 52 Hari
14 29-04-2019 51 Hari
21

15 03-05-2019 55 Hari
17 02-05-2019 54 Hari
18 29-04-2019 51 Hari
22 29-04-2019 51 Hari

Bobot Kering Tajuk dan Akar (gram)


Adapun dari hasil praktikum yang di lakukan didapatkan hasil jumlah

bobot kering tajuk dan akar tanaman jagung (Zea mays L.) yang sesuai dengan

tabel berikut ini :

Tabel 8. Bobot Kering Tajuk dan Akar Tanaman jagung (Zea mays L.) (gram)
Sampel Bobot Kering Tajuk Bobot Kering Akar
1 87.5 65.0
2 117.5 88.5
3 87.0 42.5
4 118.5 39.0
5 99.0 30.0
6 117.0 49.0
7 85.0 19.5
8 98.5 41.5
9 55.5 93.5
10 119.5 50.5
11 107.5 52.5

Bobot Tongkol/Tanaman dan Plot (gram)


Adapun dari hasil praktikum yang di lakukan didapatkan hasil bobot

tongkol/tanaman dan plot tanaman jagung (Zea mays L.) yang sesuai dengan tabel

berikut ini :

Tabel 9. Bobot Tongkol/Tanaman dan Plot Tanaman Jagung (Zea mays L.) (gram)
Sampel Bobot Tongkol/Tanaman Bobot Tongkol/Plot
1 16.0 278.5
2 88.5 278.5
3 52.0 278.5
4 70.5 278.5
5 51.5 278.5
6 85.5 477.5
7 73.0 477.5
8 89.5 477.5
9 79.5 477.5
10 73.0 477.5
22

11 77.0 477.5

Pembahasan
23

DAFTAR PUSTAKA

Admaja, G. 2006. Evaluasi Adaptabilitas Tiga Genotip Jagung Manis Di Dua


Lokasi Dataran Rendah.Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.

Agus, 2007. Hama Penting Pada Tanaman Kedelai.


Jurusan Agroekoteknologi. Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Medan.

Alia, D. 2011. Genetika. Balai penilitian: Jawa Timur.

Ashari, S. 2005. Hortikultura. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

BPS. 2017. Data Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Provinsi lampung 2015.
Berita Resmi Statistik. Lampung.

Evans, E. F., and R. L, Donahue. 2007. Exploring agriculture an introduction to


food and agriculture. Prentice Hall, Inc. USA.

Handayani. 2014. Persilangan Tanaman. Yudistira. Jakarta.

Iriany, R.N., M. Yasin dan A.Takdir. 2008. Asal Sejarah Evolusi dan Taksonomi
Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Johnson, E.L. 2001. Produksi Jagung. Penerjemah: Kosasih Padmawinata.


Penerbit ITB. Bandung.

Monsanto Company, 2013. Effects of Twin Row Configuration on Corn Yield.


Monsanto Co. 1–2. L’azote.

Mulyani, E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.

Murni, A.M dan Arif, R.W. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Seri Buku Inovasi:
TP/04/2008. 17 Hal.

Nurshanti, D, F. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap


Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Caisim (Brassica Juncea L.) . FP
Universitas Baturaja.

Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan. Budidaya Tanaman Unggul. Jakarta.

Sinnot, E.W. 2008. Principle of Genetics. McGraw-Hill Book Company Inc.


New York.
24

Soekirno. 2000. Bertanam Jagung. Bina Cipta. Bandung.

Steenis, Van. Dr. C. G. G. J. Van. 2005. Flora. PT. Pradhya Pratama. Jakarta.

Sugiarto. 2008. Peningkatan Produksi dan Mutu Jagung. Makalah Seminar


Mekanisasi Pertanian: Peran Strategis Mekanisasi Pertanian dan
Pengembangan Agroindustri Jagung. Jakarta.

Sumarsih, A. R. 2008. Efek Xenia Pada Persilangan Jagung. Jurnal Akta Agrosia
Edisi Khusus 2 : 199-203.

Suprapto. 2009. Bertanam Jagung. UI Press. Jakarta.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik : Menuju Pertanian Alternatif dan


Berkelanjutan. Penerbit Kanisius : Yogyakarta.

Sutedjo, M M. 2005. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tola, F. 2007. Pengaruh Penggunaan Dosis Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Jagung. Jurnal Agrosistem Vol. 3 No. 1.

Utami NW, Witjaksono, Hoesen DSH. 2006. Perkecambahan Biji dan


Pertumbuhan Semai Ramin (Gonystylus bancanus Miq,) pada Berbagai
Media Tumbuh. J Biol Div 7 (3): 264-268.

Warsino, M.A. 2008. Pengaruh Dosis Pemupukan Urea TerhadapPertumbuhan


dan Produksi Serta Kecernaan Hijauan Jagung. UGM Press. Yogyakarta.

Widowati, L.R., Sri Widati, U. Jaenudin, dan W. Hartatik. 2005. Pengaruh


Kompos Pupuk Organik yang Diperkaya dengan Bahan Mineral dan
Pupuk Hayati terhadap Sifat-sifat Tanah, Serapan Hara dan Produksi
Sayuran Organik. Laporan Proyek Penelitian Program Pengembangan
Agribisnis, Balai Penelitian Tanah, TA 2005 (Tidak dipublikasikan).

Wijaya. 2007. Dasar – Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Wiryanta. W dan Bernardinus .T. 2002. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan.
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Yusuf, A.2010. Teknologi Budidaya Jagung Mendukung Sl-PTT. BPTP. Sumatera


Utara.

Anda mungkin juga menyukai