Anda di halaman 1dari 32

KOMPETISI INTERSPESIES DAN INTRASPESIES

LAPORAN

OLEH:

DWI RANTI TANJUNG


200301025
AGRONOMI 1

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023

i
Judul : Kompetisi Interspesies Dan Intraspesies
Nama : Dwi Ranti Tanjung
NIM : 200301025
Kelas : Agroteknologi - 1

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

(Dr. Nini Rahmawati, SP, M.Si)


NIP. 197202152001122004

Disetujui oleh
Asisten Koordinator

(Muhammad Daffa)
NIP. 190301043

LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper ini pada waktunya.
Adapun judul dari paper ini adalah “Kompetisi Intrerspesies dan
Intraspesies” yang merupakan salah satu syarat untuk melengkapi komponen
penilaian pada Praktikum Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah yaitu, Dr. Nini Rahmawati SP., M.Si., Dr. Ir. Yaya Hasanah M.Si.,
Dr. Ir. Chairani Hanum MS., Dr. Ir. Haryati MP., Ir. Irsal MP., Ir. Irsal MP.,
Nursaadah S.Tr P., M.Agr serta kepada abang dan kakak asisten Laboratorium
Ekologi Tanaman yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang.............................................................................................1
Tujuan Percobaan.........................................................................................4
Kegunaan Penulisan ....................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ..........................................................................................5
Syarat Tumbuh.............................................................................................7
Iklim.................................................................................................7
Tanah................................................................................................9
Pupuk NPK Phonska..................................................................................10

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Praktikum...................................................................13
Alat dan Bahan...........................................................................................13
Metode Praktikum......................................................................................13

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil...............................................................................................................
Pembahasan....................................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan....................................................................................................
Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar
tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas
pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam
tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuhan (Widayat, 2012).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu
apabila (1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan
permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan
terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin
bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di
sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat
yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah
untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan
cahaya (Suwardi et al., 2020).
Ada dua macam kompetisi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesies
dan interspesies. Kompetisi intraspesies adalah persaingan yang terjadi antara
organisme yang berasal dari satu spesies, sedangkan kompetisi interspesies adalah
persaingan antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda. Definisi
kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila suplai sumber
yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau
kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas
tinggi lebih banyak. Organisme bersaing jika masing-masing berusaha untuk
mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua
individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan (Putri, 2014).
Media tanam adalah media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok
sebagian unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menunjang
pertumbuhan tanaman secara baik. Sebagian besar unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman. Selanjutnya diserap oleh
perakaran dan digunakan dalam proses fisiologis tanaman (Zaenuddin, 2012).

1
2

Kompetisi atau persaingan dapat diartikan sebagai interaksi antar individu


yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Persaingan yang
dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat),
makanan, unsur hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau
faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap
organisme untuk hidup dan pertumbuhannya (Kusumawati, 2018).
Kompetisi dapat terjadi jika salah satu dari dua atau lebih organisme yang
hidup bersama-sama membutuhkan faktor lingkungan yang sangat terbatas
persediaannya dan tidak mencukupi bagi kebutuhan bersama. Kompetisi dapat
diartikan juga sebagai periode dimana dua jenis tanaman atau tumbuhan tumbuh
bersama-sama. Kompetisi interspesifik atau kompetisi antar jenis merupakan
interaksi negative yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan yang berbeda jenis.
Interaksi tersebut dapat dilihat dari penurunan berat kering yang terjadi pada
tanaman yang berasosiasi (Darmadi et al., 2012).
Dalam sistem budidaya tanaman, terjadinya kompetisi interspesifik
maupun intraspesifik antar tanaman sangatlah diperhatikan dalam mengatur
proses penanaman. Pengaturan jarak tanaman yang tepat dapat dijadikan solusi
dalam proses penanaman. Pengaturan jarak tanam yang sesuai maka akan
menekan kompetisi yang keras antar tanaman, terlebih pada penanaman dengan
spesies yang sama. Selain itu, dengan jarak tanaman yang sesuai unsur hara yang
terserap oleh tanaman akan seimbang, jadi hasilnya yang didapatkan akan
seragam (Sutopo, 2012).
Tanaman yang ditumpangsarikan dipilih dari tanaman yang mempunyai
akar dalam dan tanaman yang berakar dangkal. Hal ini untuk menghindari
persaingan penyerapan hara dari dalam tanah. Tinggi dan lebar tajuk antara
tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya
matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara
terakhir berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan (Syafi’i et al., 2017).

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui interaksi
interspesies dan intraspesies.
3

Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai
salah satu syarat untuk dapat melengkapi komponen penilaian di
Laboratorium Ekologi Tanaman, Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan bacaan bagi
yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur
pendek (kurang lebih 60 hari). Tergolong kedalam golongan tanaman palawija.
Tanaman kacang hijau membentuk polong dan tanaman berbentuk perdu atau
semak. Klasifikasi tanaman kacang hijau termasuk kedalam kingdom Plantae,
divisi magnoliophyta, kelas magnoliopsida, ordo rosales, famili leguminoceae,
genus Vigna, spesies Vigna radiata L. (Fahlevi, 2019)
Akar tanaman kacang hijau merupakan akar tunggang yang panjangnya
sekitar 15-20 cm. Karena tanaman kacang hijau ada di keluarga Leguminosae
(polong-polongan) maka di akarnya dapat ditemukan bintil – bintil akar (nodula)
yang berfungsi mengikat nitrogen. Sehingga bisa menyuburkan tanah. Akar
cabang pada tanaman kacang hijau banyak  yang menyebar di dekat permukaan
tanah (mesophytes) ada pula yang pertumbuhan akar cabangnya memanjang ke
dalam tanah (xerophytes) (.
Batang Tanaman kacang hijau tidak tumbuh tinggi. Tipe pertumbuhannya
ada tegak dan menjalar. Tingginya hanya sekitar 30 cm – 110 cm dengan diameter
2 mm – 5 mm. Walaupun begitu, tanaman ini tumbuh tegak dan percabangannya
menyebar ke segala arah. Ciri-ciri fisik yang tampak dari batang tanaman kacang
hijau salah satunya adalah batangnya memiliki bulu – bulu halus dan ukuran
batangnya kecil. Batang tanaman kacang hijau juga memiliki buku-buku dan
berwarna hijau, kecoklatan atau kemerahan.
Tipe daun tanaman kacang hijau adalah daun majemuk. Dalam setiap
tangkai daun, terdapat tiga helai anak daun yang letaknya berseling-seling.
Tanaman kacang hijau daunnya berbentuk oval dengan bagian ujung yang
meruncing. Buku-buku tanaman kacang hijau mengeluarkan satu tangkai daun.
Kecuali pada daun pertama setelah perkecambahan, daunnya saling berhadapan
dan merupakan daun tunggal.
Bunga Tanaman kacang hijau memiliki bunga yang bentuknya seperti
sayap kupu-kupu dengan diameter 1 cm -2 cm dan berwarna kuning. Bunganya
juga tergolong bunga sempurna karena memiliki putik dan benang sari. Letak
bunga tanaman kacang hijau adalah di ketiak daun. Lalu, dari setiap tandan bunga

4
5

ini, terdapat 5 hingga 25 kuntum bunga. Sedangkan setiap tandan bunga


panjangnya pun berbeda – beda mulai dari 2 cm hingga 20 cm. Karena bunganya
sempurna, penyerbukan terjadi pada malam hari sebelum bunga mekar. Lalu, pagi
harinya bunga akan mekar, namun akan layu di sore hari.
Polong menyebar dan menggantung berbentuk silindris dengan panjang
antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna
hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15
biji. Polong menjadi tua sampai 60-80 hari setelah tanam.Perontokan bunga
banyak terjadi dan mencapai angka 90% (Fitriani, 2014).
Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau lebih kecil
dibandingkan dengan biji kacang tanah atau kacang kedelai, yaitu bobotnya hanya
sekitar 0,5-0,8 mg. kulitnya hijau berbiji putih. Bijinya sering dibuat kecambah
atau taoge. Tipe perkecambahan biji kacang hijau adalah epigeal dan termasuk biji
dikotil yaitu biji berkeping dua.

Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)


Iklim
Untuk memperoleh hasil produksi/panen yang memuaskan dalam
budidaya tanaman, maka perlu memperhatikan faktor lingkungan tumbuh
tanaman. Hal ini identik dengan faktor luar dan faktor di sekitar tanaman, dimana
faktor dalam tanaman mempunyai peranan juga dalam produktivitas tanaman.
Dalam hal ini petani harus mengetahui tentang hama/penyakit penting yang dapat
menyerang, gulma, kondisi tanah maupun iklim yang dapat membatasi pencapaian
produksi maksimum dari tanaman yang diusahakan. Beberapa komponen faktor
lingkungan yang penting dalam menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman
di antaranya adalah : radiasi matahari, suhu, tanah, air dan unsur hara (Tando,
2019).
Tanaman terdiri dari dua bagian utama yaitu, bagian di atas tanah berupa
batang dan daun, serta bagian di bawah tanah yang berupa sistem perakaran.
Faktor lingkungan bagian tanaman di atas tanah terdiri atas sinar matahari, suhu
udara, kelembaban udara, kandungan gas di udara, dan hujan. Faktor lingkungan
bagian tanaman di dalam tanah terdiri atas suhu tanah, kandungan air tanah,
6

salinitas, pH, kandungan unsur hara, kandungan unsur toksik, tekstur dan struktur
tanah, dan aerasi tanah. Komponen-komponen faktor lingkungan tersebut secara
individu maupun interaksinya berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap pertumbuhan tanaman (Taufiq dan titik, 2012).
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki
suasana panas selama hidupnya, tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah
hingga ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan indikator
didaerah sentra produsen tersebut keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang
hijau adalah daerah yang bersuhu 250C-270C dengan kelembaban udara 50-80%,
curah hujan antar 50-200 mm/bulan dan cukup untuk mendapat sinar matahari
(tempat terbuka). Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau.
Tanaman ini cocok ditanaman pada musim kering (kemarau) yang rataan curah
hujannya rendah (BALITBANG, 2015).
Respons tanaman terhadap lingkungan berbeda-beda tergantung jenis dan
kultivar tanaman. Tanaman dapat memberikan respons positif maupun negatif
terhadap perubahan lingkungan tumbuh. Respons yang beragam tersebut
menimbulkan terjadinya interaksi antara lingkungan dengan genotipe, dan
fenomena tersebut sering ditemui dalam pengujian multilokasi. Respons tersebut
dapat diketahui dari perubahan fisik tanaman berupa perubahan pertumbuhan, dan
perubahan fenotipik tanaman. Respons tanaman juga dapat diketahui dari
perubahan proses fisiologis misalnya kecepatan fotosintesis, dan translokasi
fotosintat (Taufiq dan titik, 2012).
Tanaman Kacang Hijau baik ditanam pada daerah dataran rendah. Untuk
kelembaban udara diharapkan berkisar antara 65%-75%. Dengan adanya hujan
yang sering turun akan mengakibatkan penigkatan kelembaban udara yang terlalu
tinggi, hal ini akan menghambat pertumbuhan tanaman Kacang Hijau. Kondisi
yang dijabarkan dapat disimpulkan bahwa tanaman Kacang Hijau baik
dibududayakan ketka masuk musim kemarau. Penanaman jenis legumenosa pada
lahan pertanian dapat memperbaiki sifat biologi, kimia dan fisik tanah. Pada
dasarnya tanaman legum akan bersimbiosis dengan jenis-jenis bakteri
menguntungkan seperti rhizobium, sehingga tanah akan mengalami perbaikan
dengan bantuan dari mikroba-mikroba tersebut (BALITBANG, 2015).
7

Tanah
 Tanah yang menunjang kesuburan tanaman adalah tanah yang
mengandung zat organik, anorganik, air, dan udara dalam keadaan cukup dan
tersedia sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Zat organik merupakan zat yang
terbentuk dari hasil pelapukan atau pembusukan sisa-sisa tanaman dan hewan.
Biasanya zat organik terdapat pada lapisan tanah paling atas (top soil) hingga
kedalaman + 15 cm dan berwarna kehitaman.  Sedangkan zat anorganik ialah zat
yang berasal dari hancuran bebatuan dan mineral, biasanya tersebar pada lapisan
tanah bawah pada kedalaman lebih dari 15 cm. Tanah dikatakan subur apabila
mengandung bahan-bahan tersebut dengan komposisi 45% bahan organik, 5% zat
anorganik, 25% air dan 25% udara (Rina, 2015) .
Salah satu sumberdaya yang penting yaitu lahan. Lahan merupakan salah
satu sumberdaya yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia dan mahluk
lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap
lahan, sehingga kualitas maupun kuantitas lahan akan semakin menurun. Oleh
karena itu dalam penggunaan lahan memerlukan perhatian sepenuhnya agar dapat
terkendali kelestariannya. Penurunan produktivitas lahan yang terjadi di Indonesia
umumnya disebabkan oleh erosi, khususnya erosi tanah oleh air hujan terutama
pada lahan pertanian tanaman pangan yang diusahakan pada lahan yang
berlereng (Wijayanto et al., 2021).
Jenis tanah yang dikehendaki tanaman kacang hijau adalah liat
berlempung atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik.
Kacang hijau dapat tumbuh pada ketinggian < 2000 m dpl dan tumbuh subur pada
tanah liat atau liat berpasir yang cukup kering, dengan pH 5.5 – 7.0. Tanaman
kacang hijau hampir dapat tumbuh pada semua jenis tanah yang banyak
mengandung bahan organik dengan drainase yang baik
Selain dipengaruhi oleh kandungan unsur dalam tanah, pertumbuhan
tanaman juga dipengaruhi oleh struktur tanah atau gumpalan partikel-partikel
penyusun tanah. Tanah gembur, merupakan jenis tanah yang paling baik bagi
tanaman karena memiliki rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan unsur
hara, air dan udara serta sesuai bagi kehidupan mikroorganisme. Tanah liat, tidak
sesuai bagi tanaman karena partikel-partikel tanah terlalu rapat sehingga sirkulasi
8

air dan udara tidak berlangsung lancar dan perakaran tanaman juga sulit
menembusnya. Tanah pasir, juga kurang baik bagi tanaman karena
partikel-partikel tanah terlalu berongga sehingga sulit untuk menyimpan air dan
unsur hara.
Tanah yang paling cocok bagi tanaman kacang hijau ialah tanah liat
berlempung atau tanah lempung, misalnya podsolik merah kuning (PMK) dan
latosol. Tanah yang mempunyai pH 5,8 paling ideal untuk pertumbuhan kacang
hijau, sedangkan tanah yang sangat asam tidak baik karena penyediaan makanan
terhambat. Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara
fosfor,kalium, kalsium, magnesium dan belerang. Unsur hara ini cukup penting
untuk meningkatkan produksinya (Salmiah, 2013).
Tanaman jagung (Zea mays) merupakan tanaman yang berasal dari benua
Amerika dan melalui Eropa menyebar ke benua Asia dan Afrika. Tanaman jagung
ini merupakan jenis famili dari Graminae (Zakariah, 2012). Jagung merupakan
tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.
Tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-
tumbuhan jagung diklasifikasi sebagai berikut; Kingdom: Plantae; Divisi:
Spermatophyta; Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Graminae; Famili:
Graminaceae; Genus: Zea; dan Spesies: Zea mays L. (Fauzi, 2012).
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Akar
Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akarr, yaitu akar utama, akar
cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai
alat untuk menghisap air serta garam-garam mineral yang terdapat dalam tanah,
mengeluarkan zat organic serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat
pernapasan. Akar jagung termasuk akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8
m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. pada tanaman yang cukup
dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman. (Sihotang, 2012).
Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh ke
bawah pada saat biji berkecambah, akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan
batang dimana plumula muncul, dan akar udara (brace) yang tumbuh dari buku-
9

buku di atas permukaan tanah. Akar-akar seminal terdiri atas akar-akar radikal
atau akar primer ditambah dengan sejumlah akar-akar lateral yang muncul sebagai
akar adventious pada dasar dari buku pertama di atas pangkal batang. Pada
umumnya akar-akar seminal berjumlah 3-5, tetapi dapat bervariasi dari 1-13. Akar
koronal adalah akar yang tumbuh dari bagian dasar poangkal batang, Akar udara
tumbuh dari buku-buku kedua, ketiga atau lebih di atas permukaan tanah
(Hartoyo, 2013).
Batang
Batang tanaman jagung manis beruas-ruas dengan jumlah ruas antara 10- 40
ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Tinggi tanaman jagung manis
berkisar antara 1,5 m-2,5 m dan terbungkus pelepah daun yang berselang- seling
yang berasal dari setiap buku, dan buku batang tersebut mudah dilihat. Ruas
bagian atas batang berbentuk silindris dan ruas bagian bawah batang berbentuk
bulat agak pipih (Dongoran, 2013).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk
silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat
tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi
tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu
kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith).
Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles
yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan
bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler
yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe
jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan
sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles
vaskuler. Terdapat variasi ketebalan kulit antar genotipe yang dapat digunakan
untuk seleksi toleransi tanaman terhadap rebah batang (Wijayanti, 2018).
Daun
Di antara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-rata
12-18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih
sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai
banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30-150 cm dan lebar daun dapat
10

mencapai 15 cm. Beberapa varietas mempunyai kecenderungan untuk tumbuh


dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah
(Sembiring, 2017).
Daun jagung berbentuk memanjang merupakan banun pita (ligulatus), ujung
daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Tanaman jagung memilii lebar
helai daun, sudut daun, bentung ujung daun yang beragam dan terdapat dua tipe
daun jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant) Terdapat ligula
diantara pelepah daun dan helai daun. Ibu tulang daun sejajar dengan tulang daun
Jagung memiliki stomata berbentuk memanjang (halter).Setiap stomata dikelilingi
sel epidermis berbentuk kipas yang berperan penting dalam respon tanaman dalam
deficit air pada sel-sel daun (Subekti et al., 2012).
Tanaman jagung umumnya mempunyai daun yang berkisar antara 10-18
helai. Proses munculnya daun sempurna berada pada hari ke 3-4 setiap daun.
Besar sudut suatu daun mempengaruhi tipe daun. Jagung mempunyai daun yang
beragam, mulai dari sangat kecil hingga sangat besar. Bentuk ujung daun juga
berbeda yaitu, ada yang runcing, runcing agak bulat, bulat, bulat agak tumpul, dan
tumpul. Sedangkan berdasarkan tipe daun digolongkan menjadi 2, yaitu tegak dan
menggantung. Untuk pola daun bisa berbentuk bengkok atau lurus. Daun yang
mempunyai tipe tegak memiliki kanopi kecil dan bisa ditaman pada kondisi
populasi tinggi. Kepadatan tanaman yang tinggi dapat memberikan hasil yang
tinggi pula (Hamida, 2018).
Bunga
Tanaman jagung disebut juga tanaman berumah satu, karena bunga jantan
dan betina terdapat dalam satu tanaman, tetapi letaknya terpisah.Bunga jantan
dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina pada
tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Biji jagung
mempunyai bagian kulit buah, daging buah, dan inti buah (Riwandi et al., 2014).
Bunga jagung juga termasuk bunga tidak lengkap karena tidak memiliki
petal dan sepal. Alat kelamin jantan dan betinanya juga berada pada bunga yang
berbeda sehingga disebut bunga tidak sempurna. Bunga jantan terdapat di ujung
batang. Adapun bunga betina terdapat di bagian daun ke-6 atau ke-8 dari bunga
jantan (Paeru dan Dewi, 2017).
11

Buah
Tanaman ini meiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopis.
Buah ini gepeng dengn permukaan cembung atau sekung, dan dasar runcing.
Buah ini terdiri dari endospermae yang mengelilingi embrio, lapisan aleuron dan
jaringan perikarp yang merupakan lapisan pembungkus.Buah jagung tersusun dari
tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan
kandungan endosperm bervariasi tergantung jenisnya. Umumnya buah jagung
tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau
berkelok- kelok (Elva, 2012).
Biji
Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan
berat rata-rata 250-300 mg. biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar
yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung
diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki
struktur embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh individu baru
untuk pertumbuhan dan perkembangan menjadi tanaman
jagung (Tambunan, 2013).
Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pericarp, berupa lapisan luar
yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan
kehilangan air; endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot
biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya;
dan embrio (lembaga), sebagai calon tanaman yang terdiri atas plamule akar BR
radikal, scutelum, dan koleoptil (Subekti, 2015).
Biji jagung letaknya teratur, berbaris pada tongkol sesuai dengan letak
bunga. Biji dibungkus oleh perikarp yang terdiri dari embrio dan endosperm.
Embrio terdiri dari plumula, radikula dan stukellum. Bentuk biji ada yang bulat,
berbentuk gigi sesuai dengan varietasnya. Warna biji bervariasi antara lain
kuning, putih, merah/orange dan merah hampir hitam (Marpaung, 2013).
Tongkol
Pada umumnya satu tongkol jagung mengandung 300-600 biji jagung. Biji
jagung berbentuk bulat dan melekat pada tongkol jagung. Susunan biji jagung
pada tongkolnya berbentuk spiral. Biji jagung selalu terdapat berpasangan,
12

sehingga jumlah baris atau deret biji selalu genap. Warna biji jagung bervariasi
dari putih, kuning, merah, dan ungu sampai hitam. Rambut merupakan tangkai
putik yang sangat panjang yang keluar ke ujung kelobot melalui sela-sela deret
biji. Rambut mempunya cabang-cabang yang halus, sehingga dapat menangkap
tepung sari pada saat pembuatan (Atmadja, 2016).
Syarat tumbuh
Iklim
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.
Tanaman jagung manis yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
Sedangkan suhu yang dikehendaki tanaman jagung manis berkisar 21° -34° C,
akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum
antara 23° -27° C. Pada proses perkecambahan benih jagung manis memerlukan
suhu yang cocok sekitar 30° C (Purnama, 2015).
Iklim atau cuaca rata-rata suatu daerah turut berperan serta dalam
menentukan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Iklim yang tidak
mendukung, misalnya banyak hujan badai dan angin rebut bahkan banjir, akan
berpengaruh pada pertumbuhan termasuk pada tanaman jagung. Walaupun
tanaman jagung sangat cocok pada daerah yang beriklim sejuk dan dingin namun
jika terlalu banyak hujan juga akan mengurangi kualitas jagung (Suliswaty, 2016).
Tanaman akan dapat tumbuh dan memberikan hasil yang sesuai dengan
yang diharapkan apabila syarat tumbuh tanaman tersebut dipenuhi. Cahaya
merupakan salah satu unsur iklim penting yang diperlukan tanaman dalam proses
fotosintesis sehingga akan mempengaruhi penyediaan asimilat pada organ-organ
tertentu pada tanaman. Setiap kelompok tanaman memiliki sekumpulan ciri khas
berbeda, baik ditinjau dari fisiologi maupun anatomi (Durma, 2012).
Tanah
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar dapat
tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.Jenis tanah yang
dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol,
grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih
dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara
13

baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung / liat (latosol) berdebu
adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya (Muazizah, 2017).
Tanaman jagung dapat tubuh hampir disetiap jenis tanah seperti di tanah
kering, berpasir atau tanah liat berat. Tanah yang gembur karna memerlukan
aerasi dan pengairan yang baik, subur dan kaya akan humus akan memberikan
hasil yang baik untuk pertanaman jagung. Tanah lempung berdebu merupakan
tanah yang paling baik untuk pertanaman jagung (Sihotang, 2012).
Tanaman jagung menghendaki tanah yang gembur (lembab), permeabilitas
sedang, drainase agak cepat, tingkat kesuburan sedang, kandungan humus sedang.
Reaksi tanah (pH) berkisar antara 5,2 - 8,5 yang optimal antara 5,8– 7,8. Pada pH
netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman jagung banyak tersedia di
dalamnya. pH lebih dari 7,0 unsur P terikat oleh CO sehingga tidak terlarut dalam
air. Hal ini mengakibatkan unsur hara sulit diserap oleh akar tanaman. Jadi, pH
tanah dan unsur-unsur hara yang ada (tersedia) bagi tanaman salingn
berkaitan (Zakariah, 2012).
Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara
tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuban tanaman jagung adalah pH
antara 5.6 - 75. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan
ketersediaan air dalam baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat
ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil.
Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu (Budiman, 2012) .
Jagung adalah tanaman dengan sistem perakaran yang dangkal. Tanaman
ini cocok diusahakan pada tanah-tanah lempung berpasir hingga lempung berliat
atau gambut, dan tanah yang kaya akan bahan organik. Keasaman tanah yang
ideal adalah 5-8, namun pH yang optimum adalah 6-7. Jagung termasuk tanaman
yang toleran dengan garam dan basa. Jagung menghendaki suplai air 300-666 mm
selama musim tumbuhnya. Tanah dengan kondisi tergenang berpengaruh sangat
buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Cekaman yang terjadi pada periode
keluarnya bunga jantan dan pengisian biji mengakibatkan terhambatnya
perkembangan tanaman. Cekaman air juga dapat menyebabkan penyakit busuk
pangkal tongkol, menurunkan tinggi tanaman, menghambatnya perkembangan
14

tongkol. Akhirnya, mempengaruhi hasil secara keseluruhan. Kehilangan air


tersedia dalam tanah hendaknya tidak melebihi 40% dari kapasitas lapang agar
diperoleh pertumbuhan dan hasil yang baik (Zulkarnain, 2013).
Kompetisi Interspesies
Kompetisi interspesifik antara kedua spesies dapat mengakibatkan
kepunahan salah satu atau kedua kompetitor di habitat mereka, atau keduanya
saling berkoeksistensi di habitatnya. Pada keadaan terjadinya kepunahan (bisa
akibat dari migrasi atau mati) satu spesies, salah satu spesies kompetitor itu
unggul dan mendesak spesies yang lemah. Bila spesies yang lemah tidak
mengubah nichenya sehingga tigkat keberimpitan nichenya berkurang maka
akan terjadilah kepunahan populasi di habitat tersebut. Seandainya spesies yang
lemah tadi dapat menyesuaikan diri dengan spesies yang lebih unggul maka
keduanya dapat berkoeksistensi di habitat tersebut. intraspesifik merupakan
mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang tutur mengendalikan
kelimpahan populasi. (Nurdin, 2013).
Kompetisi Intraspesies
Kompetisi intraspesifik adalah persaingan yang terjadi antara organisme
atau individu yang memiliki spesies yang sama. Kompetisi interspesifik adalah
persaingan yang terjadi antara organisme atau individu yang berbeda spesies.
Kedua tanaman ini berkompetisi dalam hal perebutan unsur hara, penyerapan air
dan untuk memperoleh sinar matahari (Barokah, 2016).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun praktikum dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan pada hari Rabu, Februari 2022 s/d selesai
pukul 08.00-09.40 WIB pada ketinggian ± 2,5-37,5 mdpl.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, penggaris untuk
mengukur tinggi tanaman, spidol untuk menandai jumlah daun, timbangan untuk
menimbang, alat tulis untuk menulis data, buku untuk mencatat data, kamera
untuk dokumentasi.
Adapun bahan yang digunaman dalam percobaan ini yaitu benih jagung,
benih kedelai sebagai bahan tanam, 3 buah polybag ukuran 5 kg sebagai wadah
media tanam, top soil untuk media tanam, label untuk menandai polybag, air
untuk menyiram tanaman.
Prosedur Praktikum
1. Disiapkan media tanam berupa top soil dan 3 polybag berukuran 5 kg tanah.
2. Dimasukkan top soil kedalam masing-masing 3 polybag berukuran 5 kg.
3. Disiapkan benih jagung dan benih kacang hijau (9 benih kacang hijau dan 9
benih jagung).
4. Dimasukkan benih kedalam polybag sesuai dengan ketentuan dari penuntun
praktikum, yaitu :
 P1 : ditanam 6 benih jagung dalam 1 polybag. 5
 P2 : ditanam 3 benih kacang hijau dan 3 benih jagung dalam 1 polybag.
 P3 : ditanam 6 benih kacang hijau dalam 1 polybag
5. Kemudian dilakukan pengamatan parameter dan pemeliharaan tanaman
selama 4 MST (Minggu Setelah Tanam) untuk diperoleh data. Adapun
parameter pengamatan yaitu :
 Tinggi Tanaman, dilakukan 1 minggu sekali dan dinyatakan dalam bentuk
(cm).
 Jumlah Daun, dilakukan 1 minggu sekali dan dinyatakan dalam satuan
helai.
 Diameter Batang, dilakukan 1 minggu sekali dengan mengukur batang
yang berada didekat titik tumbuh tanaman.
 Bobot Segar Tajuk Tanaman, di lakukan pada pengamatan 4 MST, dengan
cara menimbangnya dengan timbangan digital dan dalam satuan gram
(g)/tanaman.
 Bobot Segar Akar Tanaman, diperoleh pada saat pengamatan 4 MST,
dengan cara menimbangnya dengan timbangan digital dan dalam satuan
gram (g)/tanaman.
 Pengamatan Visual Morfologi Tanaman, Diamati perubahan yang terjadi
pada tanaman setiap MST, Pengamatan meliputi perubahan warna daun,
warna batang, gejala nekrosis dan sebagainya. Perubahan visual tanaman
didokumentasikan setiap MST.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel 1. Data Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) dan Jagung
(Zea mays L.) Perlakuan Interspesifik (cm)

Minggu Setelah Tanam (MST)


Tanaman Ulangan Rataan
MST 1 MST 2 MST 3 MST 4
U1 11,6 25,75 33,1 43,2 28,41
U2 9,9 24,4 29,95 35,7 24,99
Jagung
U3 12,45 28,05 36,55 52,65 32,43
U4 10 23,75 25,55 26,70 21,5
U1 4,25 5,9 8,5 8,5 6,79
Kacang U2 3,9 4,25 4,45 7,6 5,05
Hijau U3 4,3 6,45 7,25 8,4 6,60
U4 4,00 6,95 8,05 9,05 7,01

Tabel 2. Data Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Perlakuan


Intraspesifik (cm)

Tanama Minggu Setelah Tanam (MST)


Ulangan Rataan
n MST 1 MST 2 MST 3 MST 4
U1 11,75 24,73 28,90 32,48 24,46
U2 10,20 24,58 30,00 36,80 25,39
Jagung
U3 10,25 25,00 26,05 26,68 21,99
U4 9,43 22,50 27,35 30,20 22,37

Tabel 3. Data Tinggi Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiate L.) Perlakuan
Intraspesifik (cm)

Tanama Minggu Setelah Tanam (MST)


Ulangan Rataan
n MST 1 MST 2 MST 3 MST 4
U1 4,43 5,28 5,93 7,18 5,70
Kacang U2 4,48 6,10 6,75 7,45 6,19
Hijau U3 4,35 6,20 6,50 6,78 5,96
U4 3,65 4,72 4,95 5,30 4,66
Tabel 4. Data Jumlah Daun Kacang Hijau (Vigna radiata L.) dan
Jagung (Zea mays L.) Perlakuan Interspesifik (helai)

Minggu Setelah Tanam (MST)


Tanaman Ulangan Rataan
MST 1 MST 2 MST 3 MST 4
U1 2,5 4 5,5 6,5 4,63
U2 2 4 5 6,5 4,38
Jagung
U3 3 5 6 8 5,50
U4 2 4 5 6 4,25
U1 1 1,5 2 2 1,63
Kacang U2 1,0 2,0 3,0 3,0 2,25
Hijau U3 2,00 3,00 4,00 4,00 3,25
U4 1,00 2,00 3,00 4,00 2,50

Tabel 5. Data Jumlah Daun Tanaman Jagung (Zea mays L.) Perlakuan
Intraspesifik (helai)

Minggu Setelah Tanam (MST)


Tanaman Ulangan MST MST Rataan
MST 1 MST 2
3 4
U1 2,00 4,00 4,25 5,75 4,00
U2 3,00 4,00 5,25 7,00 4,81
Jagung
U3 2,00 4,00 4,00 4,00 3,50
U4 2,25 3,75 4,75 7,25 4,50

Tabel 6. Data Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Perlakuan Intraspesifik (helai)

Minggu Setelah Tanam (MST)


Tanaman Ulangan MST MST Rataan
MST 1 MST 2
3 4
U1 2,00 3,00 3,00 4,00 3,00
Kacang U2 1,00 1,75 3,25 3,25 2,31
Hijau U3 2,00 2,00 4,00 4,00 3,00
U4 1,00 2,00 3,00 4,00 2,50
Tabel 7. Data Daiameter Batang Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
dan Jagung (Zea mays L.) Perlakuan Interspesifik (mm)

Minggu Setelah Tanam (MST)


Tanaman Ulangan Rataan
MST 1 MST 2 MST 3 MST 4
U1 0,35 3,4 4,6 5,9 3,56
U2 2,12 3,45 3,95 4,3 3,46
Jagung
U3 2,65 4,25 4,55 6,65 4,53
U4 1,25 3,85 4,1 4,3 3,38
U1 0,25 1,8 2,05 2,7 1,70
Kacang U2 1,37 1,55 1,8 2,2 1,73
Hijau U3 1,2 2,3 2,8 3,5 2,45
U4 1,15 2,45 2,65 2.85 2,08

Tabel 8. Data Diameter Batang Tanaman Jagung (Zea mays L.) Perlakuan
Intraspesifik (mm)

Minggu Setelah Tanam (MST)


Tanaman Ulangan MST MST Rataan
MST 1 MST 2
3 4
U1 0,25 2,65 3,18 3,93 2,50
U2 2,85 1,80 2,27 2,55 2,37
Jagung
U3 1,88 1,90 2,00 2,03 1,95
U4 2,58 3,18 3,93 4,48 3,54

Tabel 9. Data Diameter Batang Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Perlakuan Intraspesifik (mm)

Minggu Setelah Tanam (MST)


Tanaman Ulangan MST MST Rataan
MST 1 MST 2
3 4
U1 1,20 1,80 2,15 2,55 1,93
Kacang U2 1,37 1,55 1,90 2,10 1,73
Hijau U3 1,38 1,45 1,48 1,58 1,47
U4 1,22 2,27 2,50 2,75 2,19
Tabel 10. Data Bobot Basah Tajuk Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
dan Jagung (Zea mays L.) Perlakuan Interspesifik (gram)

Ulangan
Tanaman Rataan
U1 (Kel. 1) U2 (Kel. 3) U3 (Kel. 5) U4 (Kel. 6)
J1 (Jagung) 6,9 12,45 13,1 14,95 11,85
J2 (Jagung) 3,4 12,39 23,24 24,2 15,81
K1 (K. Hijau) 0,6 2,49 3,3 3,14 2,38
K2 (K. Hijau) 0,9 1,52 1,43 3,8 1,91
Rataan 2,95 7,21 10,27 11,52

Tabel 11. Data Bobot Basah Tajuk Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Perlakuan Intraspesifik (gram)

Ulangan
Tanaman Rataan
U1 (Kel. 1) U2 (Kel. 2) U3 (Kel. 4) U4 (Kel. 5)
J1 (Jagung) 6,9 9,8 10,56 3,73 7,75
J2 (Jagung) 3,4 8,65 8,68 3,49 6,06
J3 (Jagung) 4,3 15,89 4,2 7.87 8,13
J4 (Jagung) 2,1 4,14 32,4 2,5 10,29
Rataan 4,18 9,62 13,96 3,24

Tabel 12. Data Bobot Basah Tajuk Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Perlakuan Intraspesifik (gram)

Ulangan
Tanaman Rataan
U1 (Kel. 2) U2 (Kel. 3) U3 (Kel. 4) U4 (Kel. 6)
K1 (K. Hijau) 0,85 1,77 0,76 11,71 3,77
K2 (K. Hijau) 0,69 0,77 0,22 13,5 3,80
K3 (K. Hijau) 1,18 0,72 0,68 2,2 1,20
K4 (K. Hijau) 0,71 2,79 0,91 2,1 1,63
Rataan 0,86 1,51 0,64 7,38
Tabel 13. Data Bobot Akar Tajuk Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
dan Jagung (Zea mays L.) Perlakuan Interspesifik (gram)

Ulangan
Tanaman Rataan
U1 (Kel. 1) U2 (Kel. 3) U3 (Kel. 5) U4 (Kel. 6)
J1 (Jagung) 18,9 9 6,4 11,71 11,50
J2 (Jagung) 1,8 7,47 11,18 13,5 8,49
K1 (K. Hijau) 0,27 1,04 0,56 2,2 1,02
K2 (K. Hijau) 0,6 0,77 0,46 2,1 0,98
Rataan 5,39 4,57 4,65 7,38

Tabel 14. Data Bobot Basah Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.) Perlakuan
Intraspesifik (gram)

Ulangan
Tanaman Rataan
U1 (Kel. 1) U2 (Kel. 2) U3 (Kel. 4) U4 (Kel. 5)
J1 (Jagung) 4,9 2,22 5,94 2,49 3,89
J2 (Jagung) 3,2 6,24 4,35 3,49 4,32
J3 (Jagung) 3,7 7,64 3,7 4,42 4,87
J4 (Jagung) 1,9 2,6 22,71 1,42 7,16
Rataan 3,43 4,68 9,18 2,96

Tabel 15. Data Bobot Basah Akar Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
Perlakuan Intraspesifik (gram)

Ulangan
Tanaman Rataan
U1 (Kel. 2) U2 (Kel. 3) U3 (Kel. 4) U4 (Kel. 6)
K1 (K. Hijau) 0,32 0,59 0,3 1,97 0,80
K2 (K. Hijau) 0,48 0,43 0,14 1,14 0,55
K3 (K. Hijau) 0,59 0,51 0,2 1,18 0,62
K4 (K. Hijau) 0,22 1 0,34 3 1,14
Rataan 0,40 0,63 0,25 1,82
Pembahasan
Kompetisi adalah suatu interaksi yang dilakukan oleh makhluk hidup
sebagai bentuk pertahanan dalam lingkungannya. Kompetisi terjadi akibat
keterbatasan suatu sumber daya yang berada dalam lingkungan Hal ini sesuai
dengan literatur Nasir tahun (2012) yang menyatakan bahwa kompetisi
merupakan persaingan terhadap antar makhluk hidup. Persaingan sendiri akan
dapat meghasilkan pemenang, pemenang itupun yang dapat meneruskan
kelangsungan hidupnya. Kompetisi sering terjadi pada plantae yang mana
bersaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas. Kompetisi terbagi
menjadi dua macam yaitu kompetisi interspesifik dan intraspesifik. Interaksi
kompetisi merupakan persaingan terhadap antar makhluk hidup. Persaingan
sendiri akan dapat menghasilkan pemenang, pemenang itu pun yang dapat
meneruskan kelangsungan hidupnya. Kompetisi sering terjadi di plantae yang
mana bersaing untuk memperebutkan sumber daya yang terbatas.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan pada penanaman kacang hijau
dan kangkung lebih dari satu benih dalam 1 polybag maka akan saling
mempengaruhi atau memiliki efek satu tanaman dengan tanaman lain. Hal ini
sesuai dengan literatur Hutasuhut (2020) yang menyatakan bahwa jika dua atau
lebih spesies tumbuhan menghuni suatu tempat tertentu, maka ada berbagai
kemungkinan interaksi yang muncul di antara mereka, baik yang bersifat positif
maupun negatif. Interaksi yang bersifat positif, misalnya simbiosis mutualisme,
dan simbiosis komensalisme; sedangkan interaksi yang bersifat negatif adalah
kompetisi dan parasitisme.
Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Utomo et al (2017) yang menyatakan
bahwa ada dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesies
dan interspesies. Interaksi intraspesies adalah hubungan antara organisme yang
berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi interspesies adalah hubungan yang
terjadi antara organisme yang berasal dari spesies yang berbeda. Jarak tanaman
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi tanaman.
Peningkatan tingkat kerapatan tanaman persatuan luas sampai batas tertentu
dapat meningkatkan hasil, akan tetapi penambahan jumlah tanaman akan
menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi cahaya matahari dan
ruang tumbuh sehingga akan mengurangi jumlah biji per tanaman.
Tanaman yang tumpangsari perlu dipertimbangkan dalam berbagai hal
yaitu pengaturan jarak tanam, populasi tanaman, umur panen tiap-tiap tanaman,
dan lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Apriliyani tahun (2014) yang
menyatakan bahwa ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan
terjadi interaksi masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk
memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi yang terjadi. Oleh
karena itu, dalam tanaman tumpangsari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu
pengaturan jarak tanam, populasi tanaman, umur panen tiap-tiap tanaman, dan
juga arsitektur tanaman.
Kompetisi interspesifik merupakan salah satu bentuk interaksi antar
tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia.
Kompetisi interspesifik juga merupakan kompetisi antara tanaman dari spesies
yang berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur Nurdin tahun (2013) yang
menyatakan kompetisi
interspesifik antara kedua spesies dapat mengakibatkan kepunahan salah satu
atau kedua kompetitor di habitat mereka, atau keduanya saling berkoeksistensi di
habitatnya. Pada keadaan terjadinya kepunahan (bisa akibat dari migrasi atau
mati) satu spesies, salah satu spesies kompetitor itu unggul dan mendesak
spesies yang lemah. Bila spesies yang lemah tidak mengubah nichenya sehingga
tigkat keberimpitan nichenya berkurang maka akan terjadilah kepunahan
populasi di habitat tersebut. Seandainya spesies yang lemah tadi dapat
menyesuaikan diri dengan spesies yang lebih unggul maka keduanya dapat
berkoeksistensi di habitat tersebut. intraspesifik merupakan mekanisme interaksi
dari dalam individu organisme yang tutur mengendalikan kelimpahan populasi.
Kompetisi intraspesifik adalah kompetisi antara tanaman dari
spesies yang sama. Hal ini sesuai dengan literatur Barokah (2016) yang
menyatakan bahwa kompetisi intraspesifik adalah persaingan yang terjadi
antara organisme atau individu yang memiliki spesies yang sama.
Kompetisi interspesifik adalah persaingan yang terjadi antara organisme
atau individu yang berbeda spesies. Kedua tanaman ini berkompetisi
dalam hal perebutan unsur hara, penyerapan air dan untuk memperoleh
sinar matahari.
Berdasarkan hasil percobaan penanaman kacang hijau dan
kangkung dalam satu polibag terlihat beberapa interaksi yang terjadi
seperti perebutan unsur hara. Kacang hijau menang atas kompetisi ini
karena kacang hijau lebih tumbuh subur. Hal ini sesuai dengan literatur
Rezk tahun (2014) yang menyatakan bahwa kacang hijau dan kangkung
merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Akan tetapi, jika
keduanya ditanam pada suatu media bukan tidak mungkin akan terjadi
suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana
air dan cahaya untuk berfotosintesis. Hal in berarti terjadi tumpang tindih relung
ekologi antara kacang hijau dan jagung. Tumpang tindinhnya relung ekologi
natara kacang hijau dan jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan daya
hidup keduanya. Oleh karena itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat
diketahui kompetisi terhadap pertumbuhan kacang hijau dan jagung.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A.L. 2016. Pengaruh pemberian dosis pupuk urea pada beberapa galur
terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas
okra (Abelmoschus esculentus L.). Skripsi. Program Studi
Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Jember. Jember.

Alfandi, 2015. Kajian Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus L.) Akibat Pemberian Pupuk P dan Inokulasi Cendawan
Mikoriza Arbusula (CMA). Jurnal agrijati vol 28 No 1. Fakultas
Pertanian Unsawagati.Cirebon

Fahlefi, R. 2019. RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG


HIJAU (Vigna radiata L.) TERHADAP PEMBERIAN POC KULIT
PISANG DAN PUPUK TSP. SKRIPSI. http://repository.umsu.ac.id.
(Diakses, Desember 2022)

Fitriani, A, 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Organik terhadap


Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.).
Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Bengkulu.

Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair.PT. Agromedia Pustaka.


Depok.

Kasanopa, Sumihar. 2018. Pengaruh Kompos Serasah Jagung Dan NPK 15:15:15
Terhadap Pertumbuhan Serta Produksi Tanaman Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus L.). (Skripsi). Fakultas Pertanian: Universitas Islam
Riau.

Kaya, E. 2013. Pengaruh Kompos Jerami Dan Pupuk NPK Terhadap N-Tersedia
Tanah, Serapan-N, Pertumbuhan, Dan Hasil Kacang Hijau (Vigna
radiata L.).Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. 1 (2): 43-50.
27

Kuntyastuti, H. dan S.A.D. Lestari. 2015. Pengaruh interaksi antara dosis pupuk
dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil kacang hijau
pada lahan kering beriklim kering. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman
Pangan 35(3): 239-249. DOI: 10.21082/jpptp.v35n3.2016.p%25p.

Lysistrata, M. 2021. PENGARUH PUPUK KASCING DAN PUPUK NPK


PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA HASIL
TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.). SKRIPSI.
https://repository.uir.ac.id/8680/. (Diakses, Desember 2022)

Nurbaetun, I., M. Surahman dan A. Ernawati. 2015.Pengaruh dosis pupuk NPK


dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus L.). Agrohorti 5(1):17-26. DOI: 10.29244/agrob.
v5i1.15885.

Rina, D. 2015. Pengaruh Kondisi Tanah Bagi Tanaman.


http://kaltim.litbang.pertanian.go.id. (Diakses, November 2022)

Riry, J. Silahoy, C. Tanasale, F, L. Makaruku, M, H. 2020. Pengaruh Dosis Pupuk


NPK Phonska dan Pupuk Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.). https://ojs3.unpatti.ac.id.
(diakses, Desember 2022)

Rohmanah, S, 2016. Pengaruh Variasi Dosis dan Frekuensi Pupuk Hayati


(Biofertilizer) terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman
Kacang Hijau (Vigna radiata L.). Program Studi S-1 Biologi
Departemen Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Airlangga.

Rukmini, A, 2017. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan


Kacang Hijau (Vigna radiata L.) pada Kondisi Kadar Air Tanah yang
Berbeda. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Salmiah, C, 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk NPK


terhadapPertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus
28

radiatus L.). Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian.


Universitas Teuku UmarMeulaboh, Aceh Barat.

Tando, E. 2019. PEMANFAATAN TEKNOLOGI GREENHOUSE DAN


HIDROPONIK SEBAGAI SOLUSI MENGHADAPI PERUBAHAN
IKLIM DALAM BUDIDAYA TANAMAN. https://jurnal.unitri.ac.id.
(Diakses, Desember 2022)

Taufiq, A., Titik, S. 2012. Respon Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)
terhadap Lingkungan Tumbuh. https://media.neliti.com. (Diakses,
Dsember 2022)

Widiyawati, I Harjoso, T, dan Taufik, T, T, 2016. Aplikasi Pupuk Organik


terhadap Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Ultisol. Jurnal
Kultivasi Vol. 15 (3).Widiyawati, I Harjoso, T, dan Taufik, T, T, 2016.
Aplikasi Pupuk Organik terhadap Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata
L.) di Ultisol. Jurnal Kultivasi Vol. 15 (3).

Wijayanto, H., Sepja, A., Agung, W. 2021. Perilaku dalam Pengelolaan Lahan
Pertanian di Kawasan Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Hulu
Kabupaten Karanganyar

Anda mungkin juga menyukai