Anda di halaman 1dari 20

GEJALA DEFISIENSI UNSUR HARA MIKRO PADA

TANAMAN PERKEBUNAN KOPI (Coffea sp.)

PAPER

OLEH :
REZA HANDI GUNAWAN
190301063
AGROTEKNOLOGI 2

LABORATORIUM KESUBURAN TANAH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
GEJALA DEFISIENSI UNSUR HARA MIKRO PADA
TANAMAN PERKEBUNAN KOPI (Coffea sp.)

PAPE

OLEH:
REZA HANDI GUNAWAN
190301063
AGROTEKNOLOGI 2

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
Di Laboratorium Kesuburan Tanah Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM KESUBURAN TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada
waktunya.

Adapun judul paper ini adalah “Gejala Defisiensi Unsur Hara Mikro Pada
Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.)” yang merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi komponen penilaian di Praktikum Kesuburan Tanah Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada Dr. Ir. Sarifuddin, MP selaku dosen penanggung jawab
Praktikum Kesuburan Tanah Serta kakak dan abang asisten pratikum Kesuburan
Tanah yang telah membantu dan mempercayai penulis dalam menyelesaikan paper
ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaam paper ini.

Akhir kata Penulis Mengucapkan terimakasih. Semoga paper ini dapat


bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................1
Tujuan Penulisan..............................................................................2
Kegunaan Penulisan.........................................................................2

Gejala Defisiensi Unsur Hara Mikro Pada Tanaman Perkebunan


Kopi (Coffea sp.)
Pengertian Defisiensi Unsur Hara ……………………………….....3
Unsur Hara Mikro ……………………………………………….....3
Gejala Defisiensi Unsur Hara Mikro Pada Tanaman Kopi………...4

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan unsure hara yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan


produksinya ditentukan oleh kemampuan tanah dalam menyediakan unsure hara
bagi tanaman dan tidak selalu dapat terpenuhi. Intensifnya penggunaan lahan
tanpa adanya pergiliran tanaman dapat menyebabkan terkurasnya unsure hara
esensial dari dalam tanah pada saat panen dan kesuburan tanah akan menurun
secara terus menerus. Menurunnya kesuburan tanah dapat menjadi factor utama
yang sangat mempengaruhi produktivitas tanah, sehingga penambahan unsure
hara dalam tanah melalui proses pemupukan sangat penting dilakukan agar
diperoleh produksi pertanian yang menguntungkan (Susila, 2015).

Untuk tumbuh dengan baik tanaman memerlukan unsure hara esensial


yaitu : unsure hara makro, unsure hara mikro serta unsure lainnya yang dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme. Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sangat dipengaruhi oleh berbagai factor diantaranya adalah factor tanah,
varietas, pemupukan dan factor iklim. Tanaman tidak akan tumbuh baik dan
produksinya rendah apabila persyaratan tumbuhnya tidak terpenuhi
(Notohadiprawiro, 2006).

Hara merupakan material yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan


proses demi kelangsungan hidupnya. Hara merupakan kebutuhan utama tanaman,
masing masing hara memiliki peranannya masing masing. Hara berdasarkan
kapasitas yang dibutuhkan tanaman dibedakan menjadi hara makro dan hara
mikro. Hara makro merupakan unsure hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang besar. Unsur hara mikro merupakan unsure hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah sedikit (Rosmarkam,2002)

Peningkatan kebutuhan dan persaingan dalam pengunaan lahan baik untuk


keperluan pertanian maupun untuk keperluan lainnya membutuhkan perkiraan
yang cukup seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling
menguntungkan dari sumber daya lahan. Disisi lain perlu diadakan tindakan
konservasi untuk penggunaan lahan dimasa mendatang. Upaya yang dilakukan
2

dalam rangka mempertahankan sumberdaya alam dan mencari keselarasan dengan


alam, manusia mengembangkan suatu system pengetahuan tertentu yang
mengarah pola pembentukan dan pengelolaan lahan (Joshi et al., 2004).

Tanah merupakan bagian terluar kulit bumi dan merupakan lapisan


terpenting dibumi khususnya untuk kegiatan pertanian. Beberapa factor yang
mempengaruhi terbentuknya tanah antara lain adalah bahan induk, ikluim,
organisme hidup, topografi dan waktu. Terbentuknya tanah akibat factor factor
tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesuburan suatu tanah. Hal ini dikarenakan
setiap tanah memiliki karakter yang berbeda beda berdasarkan sifat fisik, biologi,
maupun kimia tanah (Rayes,2006)

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui Gejala


Defisiensi Unsur Hara Mikro Pada Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Kesuburan Tanah,
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan dan sebagai bahan infromasi bagi pihak yang membutuhkan.
3

Gejala Defisiensi Unsur Hara Mikro Pada Tanaman Perkebunan


Kopi (Coffea sp.)

Pengertian Defisiensi Unsur Hara


Gejala defisiensi unsure hara adalah tanda tanda yang diperlihatkan oleh
tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu atau lebih unsure hara. Defisiensi
unsure hara antara lain disebabkan oleh pemupukan yang dilakukan sebelumnya
tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tanaman yang mengalami defisiensi
unsure hara memperlihatkan kelainan pada bagian yang mengalami kekurangan
salah satu atau lebih unsure hara tersebut, misalnya pada daun, muncul bercak-
bercak (Febriana, 2009).
Defisiensi didefinisikan sebagai kondisi dimana tanaman kekurangan
material berupa unsure hara yang dibutuhkannya. Unsur yang dibutuhkan tanaman
berbeda beda tergantung jenis tanamannya. Kebutuhan unsure hara ini
berpengaruh terhadap metabolism tanaman dan fisiologis tanaman. Tanaman
memerlukan unsure hara dengan porsi yang berbeda beda, kekurangan maupun
kelebihan unsure hara menimbulkan permasalahan dalam pertumbuhan tanaman,
permasalahan ini dapat diketahui dengan gejala yang terlihat atau Nampak pada
tanaman (Darmawan, 1982).
Sebagian besar unsure hara yang dibutuhkan tanaman diserap dari larutan
tanah melalui akar, kecuali karbon oksigen yang diserap dari udara oleh daun.
Penyerapan unsure hara secara umum lebih lambat dibandingkan dengan
penyerapan air oleh akar tanaman. Sistem perakaran tanaman lebih dikendalikan
oleh sifat genetic dari tanaman yang bersangkutan, tetapi telah pula dibuktikan
bahwa system perakaran tanaman tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah
atau media tumbuh tanaman (Kimball, 1983).

Unsur Hara Mikro


Unsur hara mikro merupakan unsure hara yang harus ada untuk tanaman
dan dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Meski hanya dibutuhkan dalam jumlah
yang sedikit, kekurangan salah satu unsure hara mikro maupun kelebihan unsure
hara ini dapat menyebabkan gangguan metabolism bahkan kematian pada
4

tanaman. Unsur hara mikro antara lain : Fe, B, Mn, Zn, Cu, Mo, dan Cl. Masing
masing unsure hara ini memiliki peran dan fungsinya masing masing. Apabila
salah satu dari unsure tersebut tidak dipenuhi baik kekurangan ataupun kelebihan
dapat menimbulkan permasalahan bagi tanaman. Permasalahn ini dapat berupa
gangguan fisiologis tanaman, gangguan ini dapat terlihat dari gejala yang
ditunjukkan oleh tanaman (Surtinah, 2009).
Tanaman membutuhkan asupan atau suplai hara untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Hara tanaman terbagi menjadi unsure hara makro dan unsure
hara mikro. Unsur hara mikro adalah unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman
dalam jumlah yang sedikit namun esensial bagi tanaman. Meskipun dibutuhkan
dalam jumlah yang sedikit namun unsure hara mikro ini harus tersedia untuk
tanaman. Unsur hara akan mempengaruhi kualitas suatu tanaman. Kekurangan
unsure hara mikro akan mengganggu fisiologis tanaman yang dapat berakibat
terhadap penurunan produksi tanaman. Kekurangan unsure hara mikro tanaman
dapat diatasi salah satunya dengan pemanfaatan mikoriza. Mikoriza dapat
membantu penyerapan hara oleh akar tanaman (Ismail, 2011).
Pemupukan yang umum dilakukan hanyalah mengandung hara makro saja,
padahal hara mikro mutlak juga diperlukan tanaman. Masing masing unsure hara
memiliki peranan sendiri sendiri, untuk itu pemberian unsure hara atau nutrisi
pada tanaman harus lengkap jika ingin semua aspek pertumbuhan dan
perkembangan tanaman berlangsung normal, sehingga berproduksi tinggi.
Kekurangan salah satu unsure hara tanaman akan mengakibatkan gejala pada
tanaman, baik gejala kekurangan maupun kelebihan unsure hara (Campbell,2004).

Gejala Defisiensi Unsur hara Mikro Pada Tanaman Kopi


Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap
dalam bentuk senyawa kompleks organic, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen
diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate
acid). Fungsi dan peranan Cu antara lain berperan dalam metabolism protein dan
karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generative, berperan
terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan. Gejala defisiensi kekurangan
5

Cu yaitu Daun muda mati kembali, daun mengalami klorosis, daun menjadi
kuning dan menggulung, tunas umumnya lemah dan jarang sekali (Wiharto,2009).
Besi (Fe) diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Fe3+ ataupun Fe2+. Fe
dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organic). Fungsi
Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein , enzim dan berperan dalam
perkembangan kloroplas. Gejala defisiensi Fe(besi) yaitu pada helaian daun muda
menjadi menguning namun tulang daun masih berwarna hijau. Pada tahap lanjut
daun menjadi sangat kuning dan memucat (Wiharto, 2009).
Molibdenum (Mo) diserap tanaman dalam bentuk ion MoO4-. Kelebihan
Fe dapat bersifat toksis, jika tanaman terlalu tinggi selain toksis bagi tanaman juga
berbahaya bagi hewan yang memakannya. Fungsi Mo dalam tanaman adalah
mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala
defisiensi kekurangan Mo yaitu bagian daun diantara tulang daun menguning
hingga memerah kecoklatan. Kemudian daun layu dan menyempit karena bagian
sisi sisinya menggulung ke bawah (Wiharto, 2009).
Mangan (Mn) diserap dalam bentuk ion Mn++. Mn dapat diserap dalam
bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering dilakukan dengan
disemprotkan lewat daun. Fungsi Mn yaitu sebagai penyusun ribosom dan juga
mengaktifkan polymerase, sintesis protein dan karbohidrat. Sebagai activator
sejumlah enzim utama dalam siklus krebs. Gejala defisiensi kekurangan Mn yaitu
daun tua atau sedang menguning, namun pertulangan daun tetap berwarna hijau,
sehingga sepintas terlihat seperti mosaic namun bukan mosaic, bagian daun yang
menguning bisa berbentuk bintik bintik coklat (Wiharto, 2009).
6

KESIMPULAN
1. Gejala defisiensi unsure hara adalah tanda tanda yang diperlihatkan oleh
tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu atau lebih unsure hara
2. Unsur hara mikro adalah unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah
yang sedikit namun esensial bagi tanaman
3. Unsur hara mikro antara lain : Fe, B, Mn, Zn, Cu, Mo, dan Cl
4. Kebutuhan unsure hara ini berpengaruh terhadap metabolism tanaman dan
fisiologis tanaman
5. Gejala defisiensi kekurangan Cu yaitu Daun muda mati kembali, daun
mengalami klorosis, daun menjadi kuning dan menggulung, tunas umumnya
lemah dan jarang sekali
6. Gejala defisiensi Fe (besi) yaitu pada helaian daun muda menjadi menguning
namun tulang daun masih berwarna hijau. Pada tahap lanjut daun menjadi
sangat kuning dan memucat
7. Gejala defisiensi kekurangan Mo yaitu bagian daun diantara tulang daun
menguning hingga memerah kecoklatan. Kemudian daun layu dan menyempit
karena bagian sisi sisinya menggulung ke bawah
8. Gejala defisiensi kekurangan Mn yaitu daun tua atau sedang menguning, namun
pertulangan daun tetap berwarna hijau, sehingga sepintas terlihat seperti mosaic
namun bukan mosaic, bagian daun yang menguning bisa berbentuk bintik bintik coklat
7

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. 2004. Biologi. Jilid 3 Edisi Kelima. Alih Bahasa : Wasmen.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

Darmawan. 1982. Defisiensi N Menunjukkan Penguningan Pada Daun Tua


(Klorosis). Jakarta.

Febriana, R, 2009. Pengelolaan Pemupukan Tanaman Perkebunan. Fakultas


Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ismail, F. 2011. Media Tanam Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman.


Jurnal Balai Besar Perbenihan dan Proteeksi Tanaman. Surabaya.

Joshi, P and A. B. Bath. 2004. Diversity and function of plant growth-promoting


rhizobacteria associated with wheatrhizosphere in North Himalaya
Region. Int J Environ Sci 1(6): 1135-1143.
Kimball, J.W. 1983. Biologi Jilid 1. Terjemahan Siti Soetarmi dan Nawangsari
Sugiri. Erlangga. Bandung.

Notohadiprawiro. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Peningkatan


Efisiensi Pemupukan. Faperta UGM. Yogyakarta.

Rayes, I. M. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Malang: Andi


Offset.

Rosmarkam, A. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Susila, K. D. 2015. Evaluasi Status Kesuburan Tanah Pada Lahan Pertanian di


Kecamatan Denpasar Selatan. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Bali

Surtinah. 2009. Pemberian Pupuk Tanaman Perkebunan. Fakultas Pertanian


Unilak Pekanbaru. Jurnal Ilmiah Pertanian. Pekanbaru.

Wiharto, S.B. 2009. Unsur Hara Mikro Pada Tanaman Kopi. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta
Respons Pemupukan N, P, K dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan
Daun pada Tanaman Muda Kelapa Sawit

Response of N, P, K and Mg Fertilization to Nutrients Contents in Soil and


Leaf Young Oil Palm
YULIANUS R. MATANA DAN NURHAINI MASHUD

Balai Penelitian Tanaman Palma


Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001
E-mail: yulianusmatana@yahoo.com
Diterima 21 Januari 2015 / Direvisi 21 April 2015 / Disetujui 4 Mei 2015

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kandungan unsur hara N, P, K, dan Mg dalam tanah dan
jaringan daun tanaman kelapa sawit TBM sebelum dan setelah pemupukan. Penelitian dilakukan tahun 2014 selama
satu tahun di Kebun Percobaan Sitiung, Kabupaten Darmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yang di uji. Faktor pertama (A) adalah delapan varietas unggul
kelapa sawit, yang tergolong Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) umur dua tahun, yaitu DMP, DMK, PPKS-Dumpy,
PPKS-LTC, PPKS (SMB), PPKS-540, Tania Selatana 1 (TS1) dan Tania Selatan 3 ( TS3). Faktor kedua (B) adalah dosis
pupuk, yaitu 1) 500 g Urea, 200 g SP 36, 500 g KCl, 1000 g Kiserit, 2) 500 g Urea, 100 g SP36, 500 g KCl, 750 g Kiserit, 3)
1500 g Urea, 750 g SP36, 1375 g KCl, 1250 g Kiserit, 4) 500 g Urea, 200 g SP36, 500 g KCl, 1750 g Kiserit, 5) 250 g Urea,
100 g SP36, 250 KCl, 500 g Kiserit dan 6) 750 g Urea, 300 g SP36, 750 KCl, 1500 g Kiserit. Analisis kandungan unsur hara
N, P, K, dan Mg menggunakan daun nomor sembilan dan tanah diambil pada kedalaman 30 cm secara komposit,
masing-masing sebanyak 32 contoh daun dan tanah sebelum pemupukan dan 24 contoh daun dan tanah setelah
pemupukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum pemupukan kandungan unsur hara N dan P pada lahan
penelitian dalam taraf defisiensi, K pada taraf defisiensi hingga optimum, dan Mg pada taraf optimum. Setelah
pemupukan, kandungan unsur hara N pada sebagian besar lahan masih tetap defisiensi. Kalium pada sebagian besar
lahan dan Mg pada semua lahan penelitian pada taraf optimum. Sebelum pemupukan, kandungan unsur hara K dalam
jaringan daun delapan varietas kelapa sawit dalam taraf defisiensi, P pada taraf defisiensi hingga berlebihan dan Mg
pada taraf optimum. Setelah pemupukan, kandungan unsur hara N pada sebagian besar varietas masih pada taraf
defisiensi, P pada sebagian besar varietas berlebihan serta K dan Mg pada semua varietas pada taraf optimum. Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa respons tanaman kelapa sawit terhadap pemupukan berbeda menurut varietas.
Tingkat kemasaman (pH) tanah tergolong sangat rendah atau tanah bersifat sangat masam, sehingga dilakukan
pengapuran menggunakan dolomit sebelum pemupukan. Setelah pengapuran terjadi peningkatan pH tanah, tetapi
masih tergolong rendah, atau tanah masih bersifat sangat masam. Oleh karena itu, pengapuran perlu dilakukan di lokasi
penelitian.

Kata kunci : Status hara, kelapa sawit, analisa tanah, analisa daun, defisiensi hara.

ABSTRACT

The research was conducted in order to determine the nutrients content of N, P, K, and Mg in the soil and leaf tissue of
young oil palm. The study was conducted in 2014 for one year at the Sitiung Experimental Garden, Darmasraya regency,
West Sumatra Province. The study was using a randomized block design with two factors. The first factor (A) were
eight superior varieties with age two years-old, namely DMP, DMK, PPKS-Dumpy, PPKS-LTC, PPKS-SMB, PPKS-540,
TS1 and TS3. The second factor is fertilizer dosages 1) 500 g Urea, 200 g SP 36, 500 g KCl, 1000 g Kiserit, 2) 500 g Urea,
100 g SP36, 500 g KCl, 750 g Kiserit, 3) 1500 g Urea, 750 g SP36, 1375 g KCl, 1250 g Kiserit, 4) 500 g Urea, 200 g SP36,
500 g KCl, 1750 g Kiserit, 5) 250 g Urea, 100 g SP36, 250 KCl, 500 g Kiserit dan 6) 750 g Urea, 300 g SP36, 750 KCl, 1500 g
Kiserit. For the analysis of the nutrient content of N, P, K and Mg, leaf samples were taken on leaf number nine and soil
samples were taken at a depth of 30 cm in the composite method, 32 leaf and soil samples before fertilization and 24 leaf
samples soil. The results showed that before fertilization the nutrient content of N and P in the soil in deficiency level, K
on the deficiency to optimum levels, and Mg at an optimum level. After fertilization, the nutrient content of N in the
almost all of the area is still deficient. Potassium at most area and Mg in all area of research at the optimum level. Before
fertilization, the nutrient content of K in the leaf tissue of eight varieties of oil palm in the deficiency level, P deficiency to
excessive level and Mg at the optimum level. After fertilization, the nutrient content of N in most varieties are still at the
level of deficiency, P on most varieties in the excessive level as well as, K and Mg in all varieties at optimum level.
Results of this study indicated that the response of oil palm to fertilization differs according to varieties. The level of soil
acidity (pH) is very low or the soil is very acidic, therefore liming using dolomite were done before fertilization. After
liming increased soil pH, but is still relatively low, or the soil is still very acidic. Therefore, liming in the area need to be
done again.

Keywords : Nutrien status, oil palm, soil analysis, leaf analysis, nutrient content.

23
B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: 23 - 31

PENDAHULUAN siensi P dalam tanaman menyebabkan ratio akar


terhadap pucuk lebih besar yang disebabkan oleh
Kelapa sawit sangat responsif terhadap proporsi asimilat untuk partumbuhan akar yang
kondisi lingkungan hidup dan perlakuan yang dialokasikan lebih besar dibandingkan dengan
diberikan. Lingkungan tersebut adalah genetik pucuk (Goh dan Hardter 2003).
tanaman, iklim, dan tanah. Tanah merupakan Unsur hara K pada tanaman kelapa sawit
faktor utama, karena tanah harus mampu menye- penting untuk penyusunan minyak dan mempe-
diakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. ngaruhi jumlah dan ukuran tandan. Pemberian K
Oleh karena itu, tanah harus dipupuk. Pemupukan mampu meningkatkan biomassa kering tanaman
diberikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan nilam dengan sumber K yang berbeda, yaitu KCl
produksi tanaman (Pohan, 2010). Pemberian dan K2SO4 (Syakir dan Gusmaini, 2012). Defisiensi
pupuk harus didasarkan pada kebutuhan tanaman unsur hara K terjadi pada daun tua karena K di-
dan karakteristik wilayah lahan tersebut (Webb angkut ke daun muda. Gejala defisiensi unsur K
et al., 2011). timbul bercak transparan pada daun, lalu daun
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman ter- mengering. Sumber unsur hara K adalah pupuk
diri atas unsur hara makro dan mikro. Unsur hara KCl.
makro adalah unsur hara yang dibutuhkan ta- Unsur hara Mg berfungsi dalam proses foto-
naman dalam jumlah banyak, yaitu Nitrogen (N), sintesis. Pemupukan Mg mampu meningkatkan
Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium tinggi tanaman, diameter batang, bobot brang-
(Mg), dan Sulfur (S). Unsur mikro dibutuhkan kasan basah dan kering bibit kelapa sawit pada
tanaman dalam jumlah yang sedikit, tetapi harus tanah Ultisol dan Oxisol (Kasno dan Nurjaya,
selalu tersedia dalam jaringan tanaman, antara lain 2011). Sumber unsur hara Mg adalah kapur
Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Boron dolomit dan pupuk kiserit. Unsur hara Mg me-
(Bo), Molibdenum (Mo), Klorida (Cl), dan Seng rupakan bagian dari molekul klorofil dan ber-
(Zn) (Pohan, 2010). asosiasi dengan unsur P untuk pembentukan
Menurut Febriana (2009), gejala defisiensi senyawa fosfolid yang berfungsi dalam produksi
unsur hara adalah tanda-tanda yang diperlihat- minyak sawit (Simatupang, 2010).
kan oleh tanaman sebagai akibat kekurangan salah Menurut Ratnasari (2009) kebutuhan unsur
satu atau lebih unsur hara. Defisiensi unsur hara hara dan kemampuan tanah menyediakan unsur
antara lain disebabkan oleh pemupukan yang hara merupakan dasar penetapan dosis pupuk
dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kebu- yang tepat. Analisis unsur hara tidak hanya mene-
tuhan tanaman. Tanaman yang mengalami defi- tapkan kandungan unsur hara dalam bagian
siensi unsur hara memperlihatkan kelainan pada tanaman, tetapi juga tentang keterkaitan antara
bagian yang mengalami kekurangan salah satu kandungan hara tanaman dan pertumbuhannya.
atau lebih unsur hara tersebut, misalnya pada Setiap lahan tanaman kelapa sawit mempunyai
daun, muncul bercak-bercak. kandungan hara yang berbeda-beda. Oleh karena
Nitrogen yang diserap oleh tanaman dirom- itu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan
bak menjadi asam amino, yang dalam metabo- untuk mengetahui kandungan unsur hara N, P, K,
lisme selanjutnya membentuk protein dan asam dan Mg dalam tanah dan jaringan daun tanaman
nukleat. Selain itu, N menjadi bagian integral dari kelapa sawit TBM sebelum dan setelah pemupu-
klorofil dan merupakan komponen utama ta- kan.
naman yang menyerap cahaya yang dibutuhkan
dalam proses fotosintesis (Barker dan Pilbeam, BAHAN DAN METODE
2007). Gejala defisiensi N terlihat pertama kali
pada daun-daun tua, yaitu daun berwarna hijau Penelitian dilakukan pada tahun 2014
pucat, dan kemudian menjadi kuning pucat atau selama satu tahun di Kebun Percobaan Sitiung,
kuning cerah (klorosis), dan selanjutnya daun Kabupaten Darmasraya, Provinsi Sumatera Barat.
mengalami nekrosis (Goh dan Hardter 2003). Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelom-
Fosfor adalah unsur hara esensial dalam pok dengan dua faktor yang diuji. Faktor pertama
reaksi biokimia termasuk fotosintesis dan res- (A) adalah Varietas kelapa sawit. Delapan varietas
pirasi. Fosfor merupakan komponen utama dari kelapa sawit yang tergolong Tanaman Belum
adenosin difosfat (ADP) dan adenosin trifosfat Menghasilkan (TBM) umur dua tahun, yaitu Dami
(ATP) digunakan untuk mensuplai energi dalam Mas Putih (DMP), Dami Mas Kuning (DMK),
reaksi biokimia pada tumbuhan. Fosfor adalah PPKS Dumpy, PPKS Langkat (LTC), PPKS 540 dan
komponen struktural fosfolipid, asam nukleat, PPKS Simalungun (SMB), Tania Selatan 1 (TS1),
nukleotida, koenzim, dan phosphorprotein. Defi- Tania Selatan 3 (TS3). Faktor kedua (B) adalah

24
Respons Pemupukan N, P, K, dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun.............(Yulianus R. Matana dan Nurhaini Mashud)

taraf dosis pupuk, yaitu: 1) 500 g Urea, 200 g SP 36, Status Unsur Hara Nitrogen (N)
500 g KCl, 1000 g Kiserit, 2) 500 g Urea, 100 g SP36,
500 g KCl, 750 g Kiserit, 3) 1500 g Urea, 750 g SP36, Hasil analisis tanah sebelum pemupukan
1375 g KCl, 1250 g Kiserit, 4) 500 g Urea, 200 g menunjukkan bahwa kandungan unsur hara N ter-
SP36, 500 g KCl, 1750 g Kiserit, 5) 250 g Urea, 100 g golong sangat rendah (defisiensi), yaitu berkisar
SP36, 250 KCl, 500 g Kiserit dan 6) 750 g Urea, 300 0,10-0,18%. Kandungan unsur hara N di lahan
g SP36, 750 KCl, 1500 g Kiserit. Untuk meningkat- yang ditanami varietas PPKS-Dumpy dan varietas
kan pH tanah dilakukan pengapuran dengan PPKS 540 paling rendah, yaitu 0,10% sedangkan
Dolomit. Untuk analisis unsur hara N, P, K, dan varietas TS3 mempunyai kandungan unsur hara N
Mg, contoh daun diambil pada daun nomor tertinggi, yaitu 0,18%. Hasil penelitian ini menun-
sembilan. Pengambilan contoh daun dilakukan jukkan bahwa kandungan hara N di setiap lokasi
sebelum jam sembilan pagi. Contoh daun diambil penelitian berbeda. Keadaan ini diduga disebab-
pada bagian tengah pelepah daun, masing-masing kan topografi lokasi penelitian bergelombang
lima anak daun pada sisi kiri dan kanan. Penen- sehingga mempengaruhi kandungan unsur hara N
tuan pohon contoh dilakukan secara acak di dalam di setiap lokasi. Menurut Balai Penelitian Tanah
kelompok. Contoh tanah diambil pada kedalaman (2009) kandungan N dalam tanah berkisar 0,10-
30 cm secara komposit. Daun dan tanah diambil 0,18% tergolong rendah, sehingga diperlukan
sebanyak 32 contoh pada awal penelitian dan 24 penambahan unsur hara N melalui pemupukan.
contoh pada akhir penelitian. Analisis unsur hara Defisiensi unsur hara N dapat menyebabkan per-
daun kelapa sawit dan tanah dilakukan di Balai kembangan dan fungsi kloroplas terganggu
Penelitian Tanah, Bogor. sehingga pertumbuhan tanaman kelapa sawit
lambat dan terlihat kerdil. Behera et al. (2015)
menyatakan bahwa defisiensi unsur hara mem-
HASIL DAN PEMBAHASAN pengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit
sehingga produksi dan kualitas buah rendah.
Pemberian pupuk meningkatkan kandung- Setelah pemupukan, terjadi peningkatan
an unsur hara dalam tanah dan jaringan daun kandungan unsur hara N menjadi 0,11-0,90% yang
kelapa sawit. Peningkatan kandungan unsur hara termasuk kriteria rendah hingga sangat tinggi.
ini diikuti oleh perbaikan pertumbuhan delapan Sebagian besar lahan penelitian mempunyai kan-
varietas kelapa sawit. dungan unsur hara N masih tergolong rendah,
Hasil analisis kandungan hara dalam tanah sedangkan pada lahan yang ditanami kelapa sawit
dan jaringan daun kelapa sawit TBM sebelum dan varietas DMK dan DMP kandungan unsur hara
setelah pemupukan disajikan dalam Tabel 1 dan N sangat tinggi, yaitu 0,8 – 0,9%.
Tabel 2, sedangkan Tabel 3 menampilkan tingkat Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
kemasaman pH tanah sebelum dan setelah pe- peningkatan kandungan unsur hara Nitrogen
mupukan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pada lahan yang ditanami varietas Dami Mas
pengaruh interaksi dosis pupuk dengan varietas Kuning (DMK) sebesar 0,76%, diikuti varietas
kelapa sawit terhadap kandungan hara daun dan Dami Mas Putih (DMP) sebesar 69% (Gambar 1).
tanah kelapa sawit.

Tabel 1. Kandungan N, P, K, dan Mg dalam tanah sebelum dan setelah pemupukan.


Table 1. Soil nutrients content of N, P, K, and Mg before and after fertilization.
N P K Mg
Varietas Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah
Variety Pemupukan
Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan
Before After Before After Before After Before After
fertlization
fertilizatio fertlizatio fertilizatio fertlizatio fertilizatio fertlization fertilization
n n n n n
……………%.................... …………………………………………ppm ………..................................................
DMP 0,11 0,80 3,35 8,07 25,75 28,33 15,73 18,27
DMK 0,14 0,90 3,98 4,83 14,25 19,67 16,90 18,87
PPKS Dumpy 0,10 0,11 3,20 3,93 27,75 31,00 11,08 15,73
PPKS LTC 0,13 0,15 3,60 4,00 23.75 25,15 10,28 12,03
PPKS 540 0,10 0,12 4,40 5,63 13,00 16,10 11,85 12,50
PPKS SMB 0,11 0,17 3,00 3,47 12,00 13,33 15,05 16,27
TS1 0,14 0,18 4,33 5,13 32,00 35,13 10,18 12,80
TS3 0,18 0,19 4,18 5,90 28,50 29,66 10,70 11,97

25
B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: 23 - 31

Gambar 1. Kandungan unsur hara N, P, K dan Mg dalam tanah.


Figure 1. Nitrogen, Phosphor, Potassium and Magnesium nutrient content in the soil.

Tabel 2. Kandungan unsur hara N, P, K, dan Mg dalam jaringan daun tanaman sawit TBM sebelum
dan setelah pemupukan.
Table 2. N, P, K, and Mg nutrient content of young oil palm leaves before and after fertilization.
N P K Mg
Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah
Varietas Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan Pemupukan
variety Before After Before After Before After Before After
fertilization fertilization fertilization fertilization fertilization fertilization fertilization fertilization
…………………………………………………………. % …………………………………………………………..
DMP 1,47 1,83 0,10 0,80 0,22 1,15 0,32 0,41
DMK 1,19 1,87 0,12 0,22 0,36 1,35 0,34 0,41
PPKS-Dumpy 1,23 1,86 0,23 0,49 0,26 1,55 0,28 0,36
PPKS-LTC 2,02 2,99 0,35 0,49 0,46 1,39 0,29 0,34
TS1 1,85 2,27 0,10 0,20 0,29 1,63 0,21 0,29
TS3 1,86 2,33 0,10 0,21 0,28 1,62 0,23 0,41
PPKS-540 2,09 2,56 0,14 0,31 0,40 1,56 0,35 0,66
PPKS-SMB 1,62 2,07 0,62 0,73 0,36 1,33 0,29 0,34

Hal ini menunjukkan bahwa lahan yang ditanami Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pem-
kedua varietas tersebut sangat respon terhadap berian pupuk meningkatkan kandungan unsur
pemberian pupuk urea sebagai sumber unsur hara hara K dan Mg dalam jaringan daun kelapa sawit.
N. Varietas PPKS LTC memiliki kandungan unsur Varietas TS 1 memiliki kandungan K yang ter-
hara N yang tertinggi, yaitu 0,97% diikuti varietas tinggi (1,67%) sedangkan varietas PPKS 540 me-
Dami Mas Kuning 0,68% (Gambar 2). Hal ini milki kandungan Mg tertinggi dalam jaringan
mengindikasikan bahwa semua varietas kelapa daun (0,31%).
sawit yang diuji mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam merespon pupuk yang diberikan.

26
Respons Pemupukan N, P, K, dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun.............(Yulianus R. Matana dan Nurhaini Mashud)

Gambar 2. Kandungan unsur hara N, P, K dan Mg di jaringan daun kelapa sawit.


Figure 2. Nutrients content of Nitrogen, Phosphor, Potassium and Magnesium of oil palm leaves.
Hal yang sama terjadi pada lahan yang
hara N termasuk kriteria optimum (2,56-2,99). Hal
diberi unsur hara K dan Mg. Pemberian kedua
ini diduga pupuk yang diberikan dimanfaatkan
unsur hara ini mampu meningkatan kandungan
oleh tanaman secara optimal, namun ada juga
unsur hara K dan Mg dalam tanah. Lahan yang
unsur hara N yang mengalami penguapan serta
ditanami varietas DMK memiliki kandungan K
pen-cucian. Pada awal penelitian semua tanaman
tertinggi (5,42 ppm) sedangkan unsur hara Mg
sawit secara visual memiliki pertumbuhan yang
tertinggi pada lahan yang ditanami Varietas PPKS
tidak vigor dengan daun yang berwarna hijau
Dumpy tertinggi (4,65 ppm).
kusam (Gambar 3). Namun setelah dilaksanakan
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebelum pe-
pemupukan, pertumbuhan tanaman vigor, dengan
mupukan kadar unsur hara N dalam jaringan
warna daun hijau tua (Gambar 4). Hasil penelitian
daun kelapa sawit berada pada kisaran 1,19-2,09%
ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit
yang tergolong defisiensi. Hasil ini sejalan dengan
sangat respon terhadap pemupukan.
hasil analisis kandungan hara N dalam tanah yang
termasuk kriteria rendah. Semua varietas meng-
alami defisiensi unsur hara N sebelum pemupu-
kan, namun setelah pemupukan, kandungan
unsur hara N dalam jaringan daun mengalami
peningkatan, yaitu berkisar 1,83-2,99%. Pening-
katan kandungan unsur hara dalam jaringan daun
sekitar 0,97% setelah dilaksanakan pemupukan.
Kandungan unsur hara N optimum ditemukan
pada dua varietas, yaitu varietas PPKS LTC, dan
PPKS 540. Hal ini menunjukkan bahwa respon
setiap varietas kelapa sawit berbeda-beda ter-
hadap pemupukan. Sebelum pemupukan, kan-
dungan unsur hara N dalam jaringan daun varie- Gambar 3. Kondisi pertanaman kelapa sawit se-
tas PPKS-LTC dan PPKS-540 adalah rendah (2,02- belum pemupukan.
2,09%), namun setelah pemupukan, kandungan Figure 3. Oilpalm plantation condition before ferti-
lization.

27
B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: 23 - 31

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebelum pe-


mupukan jaringan daun kelapa sawit memiliki
kandungan P berkisar 0,10-0,62% yang termasuk
kriteria defisiensi hingga optimum. Varietas
kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur
hara P, yaitu varietas DMP, DMK, TS 1, TS 3 dan
PPKS 540, sedangkan varietas yang memiliki kan-
dungan unsur hara P optimum, yaitu varietas
PPKS Dumpy, PPKS LTC dan PPKS SMB. Namun
setelah dilaksanakan pemupukan, unsur hara P
dalam jaringan daun semua varietas mengalami
Gambar 4. Kondisi pertanaman kelapa sawit se- peningkatan menjadi 0,20-0,73% dan termasuk kri-
telah pemupukan. teria tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa pe-
Figure 4. Oilpalm plantation condition after ferti- mupukan sangat diperlukan untuk meningkatkan
lization. kadar unsur hara P dalam jaringan daun kelapa
sawit. Pemupukan dapat meningkatkan kadar
unsur hara N dan P dalam daun kelapa sawit serta
Status Unsur Hara Fosfor (P)
meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Lahan yang
Fosfor dalam tanah sebelum pemupukan ditanami varietas DMP juga memiliki kemampuan
berada pada kisaran 3,00-4,40 ppm, dan menurut yang sangat baik dalam merespon unsur hara P
Balai Penelitian Tanah (2009) kandungan unsur yang diberikan dalam bentuk pupuk SP36.
hara ini tergolong sangat rendah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa setelah dilakukan pemupu- Status Unsur Hara Kalium (K)
kan P, kandungan unsur hara P dalam tanah
Kalium termasuk salah satu unsur hara
meningkat, tetapi sebagian besar lahan penelitian
yang esensial untuk tanaman dan umumnya
masih rendah, bahkan sebagian lahan masih
tanaman menyerap dalam bentuk ion K +.. Hasil
sangat rendah dan hanya lahan yang ditanami
penelitian menunjukkan bahwa kandungan unsur
kelapa sawit varietas DMP yang memiliki kan-
hara K dalam tanah sebelum pemupukan umum-
dungan unsur hara P optimum (8,07%). Keter-
nya berkisar (12-32 ppm) yang menurut Balai
sediaan unsur hara P dalam tanah sangat dipe-
Penelitian Tanah (2009) termasuk kriteria rendah
ngaruhi oleh pH tanah. Kemasaman tanah (pH) <5
hingga sedang. Lahan yang ditanami varietas
menyebabkan ke-larutan Al dan Fe yang tinggi
DMK, PPKS 540 dan PPKS SMB mempunyai
sehingga dapat berpresipitasi dengan P sehingga
kandungan unsur hara K yang tergolong rendah,
ketersedian unsur hara P terhambat dan meng-
sedangkan lahan yang ditanami lima varietas
akibatkan P dalam tanah tidak tersedia. Hasil
lainnya, yaitu DMP, PPKS LTC, TS 1 , TS 3 dan
penelitian menunjukkan bahwa tanah di lokasi
PPKS Dumpy mempunyai kandungan hara K
penelitian memiliki pH tanah sangat rendah (Tabel
yang tergolong sedang. Setelah dilaksanakan pe-
3). Pada kondisi pH tanah yang sangat rendah
mupukan, kandungan unsur hara K dalam tanah
maka kandungan P yang tersedia untuk tanaman
mengalami peningkatan menjadi 13,33- 35,13 ppm.
sangat rendah. Faktor lain yang diduga menye-
Lahan yang ditanami varietas DMK mengalami
babkan kandungan unsur hara P tanah rendah
peningkatan kandungan unsur hara K tertinggi,
adalah (1) pencucian atau masih terikatnya unsur
yaitu 5,42 ppm, tetapi masih tergolong rendah
hara P oleh kation-kation yang ada dalam tanah
sedangkan lahan yang ditanami varietas TS 3
sehingga tidak tersedia. (2) adanya aktivitas
mengalami peningkatan kandungan unsur hara K
mikroba yang mengubah P-anorganik menjadi P-
terendah, yaitu 1,16 ppm namun tergolong kriteria
organik. Lahan kelapa sawit merupakan lahan
tinggi.
bekas hutan sekunder sehingga diduga kan-
Hasil analisis tanah ini didukung oleh data
dungan mikroorganismenya tinggi. Pemupukan
kandungan unsur hara K dalam jaringan daun
dapat meningkatkan kandungan unsur hara dalam
kelapa sawit sebelum pemupukan, yaitu semua
tanah. Setelah pemupukan SP36 terjadi pening-
varietas kelapa sawit yang diuji mengalami defi-
katan unsur hara P dengan kisaran 3,47-8,87 ppm.
siensi unsur hara K (0,22-0,46%) (Tabel 2). Namun
Selain pemberian pupuk, salah satu cara yang
setelah pemupukan, kandungan unsur hara K
dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar fosfor
mengalami peningkatan yang drastis dari keadaan
dalam tanah adalah pemberian kapur dan bahan
defisiensi, yaitu 0,22-0,46% menjadi tinggi sekitar
organik (Kasno et al., 2009).
1,15-1,63%. Setelah pemupukan unsur hara K daun

28
Respons Pemupukan N, P, K, dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun.............(Yulianus R. Matana dan Nurhaini Mashud)

tertinggi diperoleh pada varietas TS1 dan TS3 sangat respon terhadap pemupukan Mg. Respon
sekitar 1,34%, sedangkan varietas DMP dan PPKS pemupukan sangat dipengaruhi oleh varietas
LTC mengalami peningkatan kadar K terendah, tanaman. Varietas PPKS 540 memiliki respon yang
yaitu sekitar 0,93%. Hasil penelitian ini menun- tertinggi terhadap pemupukan Mg dengan indi-
jukkan bahwa pemupukan K dalam bentuk KCl kator peningkatan kandungan Mg tertinggi dalam
dapat meningkatkan kandungan unsur hara K jaringan daun. Hasil ini sejalan dengan analisis
daun pada semua varietas kelapa sawit yang diuji. tanah sebelum dan setelah pemupukan yang me-
Menurut Halim (2012) peningkatan kandungan nunjukkan bahwa pada lahan yang ditanami
hara K dapat meningkatkan pertambahan tinggi varietas PPKS 540 kandungan hara Mg tertinggi
tanaman, jumlah daun dan diameter batang kelapa jika dibandingkan dengan yang lainnya. Zaenal
sawit. Menurut Imogie et al. (2012) unsur hara K (2010) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit
sangat menentukan kualitas tandan buah segar harus dipupuk agar produksi meningkat dan sta-
kelapa sawit. bilitas tanaman terjaga. Menurut Anggraini et al.
(2009), pemberian pupuk Mg dapat meningkatkan
Status unsur Hara Magnesium (Mg)
tandan buah segar kelapa sawit.
Sebelum pemupukan kan-dungan unsur
hara Mg dalam tanah sekitar 10,18-16,90 ppm dan pH tanah
menurut Balai Penelitian Tanah, 2009 termasuk Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa
kriteria sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan lahan di lokasi penelitian bersifat sangat masam
bahwa lahan perkebunan sawit di KP. Sitiung dengan pH 3,93-4,25 sebelum pengapuran. Penga-
mengandung unsur hara Mg tergolong sedang, puran berperan untuk meningkatkan pH tanah
artinya unsur hara Mg dalam jumlah yang cukup dan meningkatkan kualitas sifat fisik lahan.
untuk diserap oleh tanaman. Namun demikian Lapisan topsoil di KP. Sitiung sangat tipis yang
pemberian pupuk perlu tetap dilaksanakan untuk disebabkan pada saat pembukaan lahan, sebagian
mempertahankan kesubuaran tanah. Kandungan lapisan topsoil ikut terangkat.
unsur hara Mg dalam tanah mengalami pening- Setelah pengapuran, pH tanah meningkat
katan sebesar 11,97-18,87 ppm setelah pemupukan. menjadi 4,07-4,37, tanah masih bersifat masam
Peningkatan kadar Mg dalam tanah yang tertinggi (Tabel 3). Lahan yang ditanami varietas kelapa
terdapat pada lahan yang ditanami varietas PPKS sawit yang diuji mengalami peningkatan pH
Dumpy sebesar 4,65 ppm sedangkan yang teren- tanah, kecuali lahan yang ditanami varietas
dah pada varietas PPKS 540 sekitar 0,65 ppm. Dumpy mengalami penurunan pH. Kemasaman
Adanya perbedaan kandungan unsur hara Mg tanah (pH) mempengaruhi ketersedian unsur hara
diduga karena topogarafi lahan yang bergelom- yang ada dalam tanah. Darwis (2012) menyatakan
bang sehingga kandungan hara Mg berbeda. bahwa unsur hara dalam tanah dipengaruhi
Menurut Anggraini et al. (2009) kandungan Mg
pada lahan kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh
kemiringan lahan. Kondisi lahan sangat mempe- Tabel 3. Kemasaman (pH) tanah di perkebunan
ngaruhi pertumbuhan tanaman, jika unsur hara kelapa sawit KP. Sitiung.
dalam keadaan cukup, maka akan memberikan Table 3. Soil pH at oil palm plantation in Sitiung
dampak yang baik pada awal pertumbuhan ta- Experimental Garden.
naman (Hakim et al., 1989). Varietas pH tanah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varie- Varieties Soil pH
tas DMP, DMK dan PPKS 540 mempunyai kan- Sebelum Setelah
dungan unsur hara Mg tergolong optimum pemupukan pemupukan
sedang-kan varietas PPKS Dumpy, PPKS LTC, Before fertilization After fertilization
TS 1, TS3 dan varietas PPKS SMB mengalami defi- DM Putih 4,00 4,37
siensi Mg sehingga diperlukan penambahan unsur DM Kuning 4,00 4,17
hara ini melalui pemupukan. Pupuk kiserit digu-
Dumpy 4,25 4,07
nakan untuk menambah unsur hara Mg. Setelah
pemu-pukan, kandungan unsur hara Mg pada LTC 3,93 4,10
semua varietas kelapa sawit mengalami pening- TS1 3,95 4,07
katan menjadi 0,29-0,66% yang termasuk kriteria
optimum, kecuali varietas TS1 yang masih tergo- TS3 3,93 4,23
long defisiensi (0,29%). Hal ini mengindikasikan 540 4,00 4,17
bahwa 87,5% varietas kelapa sawit yang diuji
SMB 4,00 4,10

29
B. Palma Vol. 16 No. 1, Juni 2015: 23 - 31

oleh pH tanah, aerasi, konsentrasi masing-masing dungan unsur hara K dalam taraf optimum (28,33-
unsur hara, sehingga terjadi interaksi hara. Hal ini 35,13 ppm). Kandungan unsur hara Mg pada
diduga jumlah kapur yang diberikan belum dapat seluruh lahan penelitian tetap dalam taraf opti-
meningkatkan pH tanah sehingga pengapuran mum (10,18-15,73 ppm).
tetap dilakukan. Masalah utama pada lahan sangat Sebelum pemupukan, kandungan unsur
masam adalah pengikatan unsur hara P serta hara N, P, K, dan Mg dalam jaringan daun delapan
keracunan Al, Mn dan kadang-kadang Fe (Fazrin varietas kelapa sawit yang diuji sangat bervariasi.
et al., 2014 ). Ketersedian unsur hara K dalam tanah Unsur hara N dan K dalam taraf defisiensi (1,62-
makin rendah jika kandungan Al dalam tanah 2,09% dan 0,22-0,44), unsur hara P dalam keadaan
dalam konsentrasi tinggi sehingga gula reduksi defisiensi (0,10-0,14%), optimum (0,23%) dan ber-
pada perakaran dan tajuk tanaman menjadi ren- lebih (0,23-0,62%). Unsur hara Mg dalam taraf
dah (Supena et al., 2013). optimum (0,21-0,35%). Setelah pemupukan terjadi
Reaksi–reaksi masam yang terjadi dalam peningkatan kandungan empat unsur hara ter-
tanah mempengaruhi secara langsung maupun sebut. Kandungan unsur hara N dari varietas
tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman. DMP, DMK, PPKS Dumpy, PPKS SMB, TS1 dan
Pengaruh secara langsung ialah ion H+ dapat TS3 masih dalam taraf defisiensi (1,83-2,33%),
bersifat racun bagi tanaman jika dalam konsentrasi sedangkan kandungan unsur hara N dalam ja-
yang tinggi. Pengaruh tidak langsung adalah ringan daun varietas PPKS 540 dan PPKS LTC
melalui kelarutan, dan ketersediaan unsur hara dalam taraf optimum (2,56-2,99%). Unsur hara P
yang ada dalam tanah (Nurmegawati et al., 2014). varietas TS1, TS3 dan DMK dalam taraf optimum
Kemasaman (pH) tanah juga mempengaruhi per- (0,20-0,22%), serta pada varietas PPKS 540, PPKS
kembangan mikroorganisme tanah seperti bakteri Dumpy, PPKS LTC, PPKS SMB dan DMP dalam
nitrifikasi. Bakteri ini hanya dapat berkembang taraf berlebih (0,31-0,80%). Unsur hara K dan Mg
baik pada pH tanah lebih dari 5,5 (Kirnandi et al., pada semua varietas dalam taraf optimum (1,15-
2014). Pohan (2010) menyatakan bahwa lahan- 1,63% dan 0,29-0,66%).
lahan kelapa sawit harus memiliki pH tanah yang Sebelum pemupukan lahan perkebunan
optimum sekitar 5-6 sehingga dapat menunjang kelapa sawit di KP. Sitiung bersifat sangat masam
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, untuk dengan pH 3,93-4,25. Setelah pemupukan terjadi
mendapatkan pH tanah yang optimum tersebut peningkatan pH menjadi 4,07-4,37, artinya tanah
maka lokasi masih perlu dilakukan pengapuran. masih bersifat sangat masam. Oleh karena itu,
lahan tersebut masih perlu dilakukan pengapuran.

KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih


Pada awal pelaksanaan penelitian, lahan di kepada Badan Litbang Pertanian yang telah me-
KP. Sitiung yang ditanami delapan varietas unggul nyediakan dana penelitian sehingga penelitian
kelapa sawit, dalam keadaan defisiensi unsur hara dapat dilaksanakan. Selain itu, ucapan terima
N (0,10-0,18%) dan P (3,00-4,40 ppm), unsur hara K kasih disampaikan kepada Kepala Kebun Perco-
pada taraf defisiensi (12,0-14,25 ppm) dan opti- baan Sitiung, Ir. Sadar beserta staf yang turut
mum (23,75-28,5 ppm), serta Mg pada taraf membantu kelancaran pelaksanaan penelitian ini.
optimum (10,18-16,9 ppm). Setelah pemupukan,
terjadi peningkatan kandungan unsur hara N, P,
K, dan Mg, namun sebagian lahan masih dalam DAFTAR PUSTAKA
taraf defisiensi, hanya kandungan N pada lahan
yang ditanami varietas DMP dan DMK pada taraf
Anggraini, D., F. Barchia dan Y. Erfeieni. 2009.
tinggi (0,8-0,9%). Kandungan unsur hara P pada
Hubungan berat tandan buah segar kelapa
lahan yang ditanami varietas DMK, PPKS Dumpy,
sawit dengan Ca, Mg dan KTK tanah pada
PPKS LTC, PPKS 540, PPKS SMB, TS1 dan TS3
Ultisol Bengkulu. Akta Agresia 12 (2) : 173-
masih dalam taraf defisiensi, sedangkan kan-
176.
dungan unsur hara P pada lahan yang ditanami
Barker, A.V., and D.J. Pilbeam. 2007. Plant
varietas DMP dalam taraf optimum. Kandungan
Nutrition. New York: CRC Press.
unsur hara K pada lahan yang ditanami varietas
Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis kimia tanah,
PPKS SMB dan PPKS Dumpy masih dalam
tanaman, air dan pupuk. Petunjuk Teknis
keadaan defisiensi (13,33-19,67 ppm), sedangkan
Edisi 2. Hal 211. Badan Penelitian dan
lahan yang ditanami enam varietas lainnya, kan-
Pengembangan Pertanian.

30
Respons Pemupukan N, P, K, dan Mg Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun.............(Yulianus R. Matana dan Nurhaini Mashud)

Behera, S.K., B.N. Rao, K. Suresh, K. Manajo. 2015. Kirnandi, A.J., A. Zuraida, Ilhamiyah. 2014. Survei
Soil nutrient status and leaf nutrient in oil status kesuburan tanah di lahan usahatani
palm (Elaeis guineensis Jacq) Plantations padi lahan pasang surut Kabupaten Banjar.
grown on Southern Plateau of India. Jurnal Jurnal Media Sains 7 (1) : 53-59.
National Academis Science, India B. Biologi Nurmegawati, Afrizon dan D. Sugandi. 2014.
Science. 7 hlm. Kajian kesuburan tanah perkebunan karet
Darwis, A. 2012. Optimasi dosis pupuk N dan rakyat di Provinsi Bengkulu. Jurnal Peneli-
fosfor pada bibit kelapa sawit (Elaeis tian Tanaman Industri. 20 (1) : 17-26.
guineensis Jacq) di pembibitan utama. Tesis. Pohan, I. 2010. Panduan lengkap kelapa sawit.
Pascasarjana Institut Petanain Bogor.61 hlm. Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga
Febriana, R. 2009. Pengelolan pemupukan ta- Hilir. ISBN 979-489-995-X. Penebar Swa-
naman sawit di perkebunan PT. Sari Loka I daya. Jakarta. 411 hlm.
(PT Astra Agro Lestari, Tbk), kabupaten Ratnasari. 2009. Kalibrasi kadar hara tanaman
Merangin, Provinsi Jambi. [Skripsi]. Fakultas kelapa sawit belum menghasilkan dengan
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 110 hlm. menggunakan metode sekat pertumbuhan
Farzrin, A.D., C. Hanum, dan Irsal. 2014. Kadar, N, terbaik. Skripsi. IPB, Bogor. 61 hlm.
P dan K tanah pada tanaman kelapa sawit Sholihatun, F., E.T.S. Putara dan D. Kastono. 2014.
menghasilkan dengan berbagai komposisi Induksi ketahanan kekeringan delapan
penanaman tanaman sela di bawah te- gakan. hibrida kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Jurnal Online Argo-Teknologi No 2 dengan boron. Jurnal Vegetalika 3(3) :14-26.
(3): 9 hlm. Simatupang, S. 2010. Manajemen pemupukan
Goh, K.J., R. Hardter. 2003. General oil palm tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
nutrition in International Planters Confe- di Perkebunan PT Sari Aditya Loka 1 (PT
rence on Management for Enhanced Pro- Astra Agro Lestari Tbk) Kabupaten
fitability in Plantations. Kuala Lumpur, Merangin, Jambi. Skripsi. IPB, Bogor. 86
Kuala Lumpur, 24–26 October 1994. Kuala hlm.
Lumpur; ISP 1994.hlm 190-230. Supena, N., A. Soegianto, L. Soetopo, Y. Yenni dan
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. A.R. Purba. 2013. Tanggap varitas kelapa
Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, H.H. sawit terhadap cekaman Alumunium. Jurnal
Bailey. 1989. Dasar-dasar ilmu tanah. Penelitian Kelapa Sawit No 21 (2) : 64-74.
Universitas Lampung. 488 hlm. Syakir, M. dan Gusmaini. 2012. Pengaruh peng-
Imogie, A.E., P.O. Oviasogie, B.O. Ejedegba, C.V. gunaan sumber pupuk Kalium terhadap
Udosen. 2012. Effect of potassium (K) source produksi dan mutu minyak tanaman nilam.
on oil palm yield at Okomu Oil Palm plc, Jurnal Penelitian Tanaman Industri. 18(2):
ovia North L.G.A of Edo State. International 60-65.
Journal Of Plant Research 2 (1) : 35-38. Webb, M.J, P.N. Nelson, L.G. Rogers, G.N. Curry.
Kasno, A., I.G.M Subiksa dan S. Dwiningsih. 2009. 2011. Site specific fertilizer recommendation
Pengaruh pemupukan P terhadap pemben- for oil palm smallholders information from
tukan fosfat tanah dan hasil jagung pada large plantations. Jurnal Plant Nutrion Soil
Typic plintudults dan placic Petraquepst. Science. 174 : 311-320.
Jurnal Tanah dan Iklim. 29: 15-23. Zaenal. 2010. Pengelolan pembibitan kelapa sawit
Kasno, A. dan Nurjaya. 2011. Pengaruh pupuk dengan aspek khusus seleksi bibit di Pusat
kiserit terhadap pertumbuhan kelapa sawit Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), unit usaha
dan produktivitas tanah. Jurnal Penelitian Marihat, Sumatera Utara. Skripsi. IPB,
Tanaman Industri . 17 (4) :133-139. Bogor. 114 hlm.

31

Anda mungkin juga menyukai