Anda di halaman 1dari 23

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L.) Merr) menjadi komoditas pangan yang telah

lama dibudidayakan di Indonesia, yang saat ini tidak hanya diposisikan sebagai

bahan baku industri pangan, namun juga ditempatkan sebagai bahan baku industri

non-pangan. Beberapa produk yang dihasilkan antara lain tempe, tahu, es krim,

susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak ,dan bahan baku

industri. Sifat multiguna yang ada pada kedelai menyebabkan tingginya

permintaan kedelai di dalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu

sumber protein murah membuat kedelai semakin diminati. Seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk, permintaan kedelai di dalam negeri pun

berpotensi untuk meningkat setiap tahunnya (Splittstoesser, 1984).

Menurut Rahman Pinem, Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian,

kebutuhan kedelai untuk industri tahu tempe cukup tinggi. Diperkirakan tiap

tahun rata-rata kebutuhan sebanyak 2,3 juta ton/tahun, sedangkan produksi

kedelai dalam negeri hanya sekitar 800 ribu-900 ribu ton. Padahal kebutuhan

untuk pengrajin tahu dan tempe mencapai 1,6 juta ton (Majalah Dunia Industri,

Minggu 24 Juli 2011). Dalam memproduksi kedelai, pemerintah juga terkendala

menyempitnya lahan garap yang beralih fungsi menjadi lahan pemukiman dan

industri, sehingga berdampak pada hasil produksi kedelai nasional. Impor kedelai

dilakukan pemerintah untuk mengatasi permintaan yang terus 2 meningkat, karena

ketidakmampuan produksi kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan kedelai di

dalam negeri (Splittstoesser, 1984).


2

Kedelai (Glycine max L. merr) dikenal sebagai tanaman pangan dan

tanaman sayuran. Tanaman kedelai diketahui telah dibudidayakan pada 3000 SM

di bagian utara Cina. Jenis liar dari tipe yang dibudidayakan ini tidak diketahui,

tetapi di yakini berasal dari suatu jenis kedelai merambat dari Asia Utara. Kedelai

dibawa ke Amerika Utara pada masa kolonial, pada saat itu tidak merupakan

tanaman utama, hingga perang dunia II berakhir. Kedelai digunakan sebagai

sumber makanan terpenting di beberapa negara Cina, Korea, Jepang dan

Manchuria (Splittstoesser, 1984).

Di Indonesia kedelai mulai dilaporkan pada zaman Rumphius (abad ke-

17). Pada waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan pupuk

hijau. Sampai saat ini di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang

tidak banyak mengandung air, misalnya di pesisir utara Jawa Timur, Jawa

Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawesi Utara), Sulawesi Tenggara dan

Lampung serta Sumatera Selatan dan Bali (Andrianto dan Indarto, 2004).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui teknik persilangan

pada tanman kedelai (Glycine max L. Merr).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ,

Medan .
3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Kedelai merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang

sangat penting karena gizinya, aman dikonsumsi, dan harganya yang relatif murah

dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umunnya

dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti tahu, tempe, susu kedelai dan

berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati, 2005).

Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar

tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada

akar – akar cabang terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium

jafonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari

udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah

(Andrianto dan Indarto, 2004). Batang kedelai berasal dari poros janin sedangkan

bagian atas poros berakhir dengan epikotil yang amat pendek dan hypokotil

merupakan bagian batang kecambah. Bagian batang kecambah di bagian atas

kotyledon adalah epicotyl. Titik tumbuh epikotyl akan membentuk daun dan

kuncup ketiak. Batang dapat membentuk 3–6 cabang, berbentuk semak dengan

tinggi 30–100 cm. Pertumbuhan batang dibedakan atas tipe diterminate dan

indeterminate (Lamina, 1989).

Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak

daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning – kuningan. Bentuk

daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini

tergantung pada varietas masing – masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah

tua, maka daun – daunnya mulai rontok (AAK, 1989).


4

Daun sebagai organ fotosintesis sangat berpengaruh pada fotosintat

berupa gula reduksi. Fotosintat berupa gula diproduksi sebagai sumber energi

untuk tanaman (akar, batang, daun) serta diakumulasikan dalam buah, biji atau

organ penimbun lain (sink), hasil fotosintesis yang tertimbun dalam bagian

vegetatif sebagian dimobilisasikan kebagian generatif (polong). Hasil fotosintesis

dibagian vegetatif tersimpan dalam berat kering biji tanaman (Budiastuti, 2000).

Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga

terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga

berwarna ungu atau putih. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.

Di Indonesia tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 30–50 hari

(Fachruddin, 2000). Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji.

Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji

berkisar antara 6 – 30g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu

biji kecil (6–10 g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100 biji) dan biji besar (13 g atau

lebih/100 biji). Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan hitam

(Fachruddin, 2000).

Syarat Tumbuh

Iklim

Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di daerah

yang berhawa panas, apalagi di tempat yang terbuka tidak terlindung oleh

tanaman lain (Sugeng, 1983).

Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20–25º C. Suhu 12–20º C

adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi

dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta


5

pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30º C,

fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungisi

sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis, karena

kekurangan suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju

absorbs air oleh tanaman. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat

pertumbuhan generative, akan menurunkan produksi. Kekeringan menurunkan

bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan

pada musim tanam (Agung dan Rahayu, 2004).

Jumlah air yang berlebih tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai,

karena mangakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat

mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen. Hasil

observasi ini menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, dan temperatur terhadap

pertumbuhan tanaman kedelai di sepanjang musim adalah sekitar 60–70%.

Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat – tempat

yang terbuka dan bercurah hujan 100–400 mm3 per bulan. Oleh karena itu,

kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas

permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah

beriklim kering (Andrianto dan Indarto, 2004).

Tanah

Pertumbuhan tanaman kedelai sangat peka terdahap perubahan lingkungan

tumbuh yang disebabkan oleh kondisi iklim. Baik mikro maupun makro. Dari saat

benih mulai tumbuh sampai tanaman mendekati panen banyak hama yang
6

menyerang tanaman. Walaupun sebagai tanaman palawijayang tidak banyak

memerlukan air, tetapi pada stadia awal tumbuh, berbunga, pembentukan dan

pengisian polong, ketersediaan air sangat diperlukan (Sugeng, 1983).

Pemanenan kedelai harus dilakukan pada saat umur masak optimal (masak

fisiologis) agar diperoleh mutu hasil dan produksi yang tinggi. umur masak

optimal sangat beragam sesuai dengan varietasnya. Pada umumnya varietas

unggul dikembangkan saat umur masak optimal 80-90 hari. Masa panen selain

atas dasar umur optimal juga dapat melalui tanda-tanda visual polong dan

tanaman. Panen dilakukan bila tanaman sudah matang dimana 95% polong telah

matang, berwarna kecoklatan, daun telah rontok (Sugeng, 1983).

Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8–7, namun

pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah – tanah

yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah –

tanah podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa,

pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik

atau kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).
7

Teknik Persilangan Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merr)

Teknik Persilangan

Persilangan tanaman merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

memperoleh keturunan yang bervariasi. Persilangan tanaman bisa dibedakan

menjadi persilangan sendiri (selfing) dan pembastaran (crossing). Selfing adalah

persilangan yang dilakukan terhadap tanaman itu sendiri. Artinya, tidak ada

perbedaan antara genotipe kedua tanaman yang disilangkan

(Andrianto dan Indarto, 2004).

Sedangkan crossing atau pembastaran adalah persilangan antara dua

individu yang berbeda karakter atau genotipnya. Tujuan melakukan persilangan

adalah untuk menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru,

memperluas keragaman genetic, dan menguji potensi tetua (uji turunan). Pada

praktikum ini dilakukan persilangan pada tanaman jagung. Tanaman jagung

dipilih karena penyerbukan buatan yang dapat dilakukan relative mudah

(Sandra, 2008).

Selain itu periode tumbuh atau masa tanam jagung juga tidak terlalu lama,

sekitar dua bulan. Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan

meletakkan pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal

berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya

tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan

(Sandra, 2008).

Dikenal dua macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan

perkawinan silang (crossing). Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan

dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu
8

tanaman, tetapi masih dalam satu spesies. Perkawinan silang (crossing) adalah

perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis

bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik. Jika persilangan dilakukan

siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun

terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari

setelah mekar hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).

Tahapan persilangan

Pemuliaan tanaman dapat didefinisikan sebagai modifikasi genetik

tanaman, yang merupakan seni (art) dan ilmu (science) perbaikan genetik

tanaman. Seni di definisakan sebagai kemampuan melakukan seleksi galur atau

klon secara visual dan ilmu berupa proses ilmiah dan disengaja untuk mengubah

susunan genetik tanaman untuk meningkatkan kesejahteraan manusia

(Fehr, 1987).

Pemuliaan kedelai di Indonesia secara umum bertujuan untuk

menghasilkan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan beradaptasi untuk berbagai

agroekologi. Sejak tahun 1990 program perakitan varietas kedelai mulai diarahkan

untuk beradaptasi spesifik agroekologi seperti lahan sawah (irigasi dan tadah

hujan), lahan kering (asam dan bukan asam), lahan rawa, dan sebagainya.

Varietas unggul yang dihasilkan dalam kegiatan pemuliaan mempunyai

peran penting untuk meningkatkan hasil dan produktivitas tanaman kedelai 14

apabila benih dari varietas unggul tersebut digunakan secara luas oleh petani

(Budiarti dan Hadi, 2006).

Varietas kedelai dikembangkan dari galur murni yang bersifat homozigot

homogenus. Oleh karena itu, dari populasi persilangan perlu dibentuk galur-galur
9

murni sehingga dapat diuji daya hasilnya. Pada umumnya, galur asal F4 atau F5

sudah menunjukkan tingkat kemurnian yang cukup sehingga sudah dapat diuji

(Sumarno, 1985).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Persilangan

Faktor dalam atau faktor genetik adalah faktor tanaman itu sendiri, yaitu

sifat yang terdapat di dalam bahan tanam/benih yang digunakan dalam budidaya

tanaman. Adapun yang dimaksud dengan bahan tanam/benih menurut

Undangundang RI No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanarnan adalah

tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau

mengembangbiakkan tanaman. Dengan demikian benih tersebut dapat berasal dari

biji, batang/cabang, akar, daun, umbi dan sebagainya. Ditinjau dari asal bahan

tanam, tanaman dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan secara

vegetatif (selain biji) (Sumarno, 1985).

Faktor lingkungan adalah faktor yang ada di sekeliling tanaman. Ada

beberapa ilmuwan yang mengelompokkan faktor lingkungan ini menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok abiotik (iklim, tanah) dan kelompok biotik (makluk

hidup) yaitu biotis (tanaman dan hewan) dan anthrofis (manusia)

(Budiarti, 2006).

Angin sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, terutama angin yang

tidak terlalu kencang karena angin atau udara yang bergerak merupakan penyedia

gas CO2 yang sangat dibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesis. Dalam

budidaya tanaman, pengaturan arah barisan tanaman hams memperhatikan arah

angin. Apabila arah barisan tegak lurus dengan arah datangnya angin, akan terjadi

turbulensi udara sehingga pucuk tanaman terombang-ambing dan akhimya dapat


10

merusakkan tanaman. Pengaruh angin terhadap pertumbuhan tanaman dapat

terjadi secara langsung dan tidak langsung (Hadi, 2006).

Kelebihan dan Kekurangan Teknik Persilangan

Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha

koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan

karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan atau pun

dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan

evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas. Teknik persilangan

yang diikutidengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dipakai

dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru, selanjutnya, diikuti oleh kultivar

introduksi, teknik induksi mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan

beberapa kultivar baru (Carsono, 2011).

Prinsip persilangan pada tanaman kedelai adalah membuang kepala sari

tetua betina, kemudian kepala putiknya diserbuki dengan serbuk sari viable dari

tetua jantan yang telah disiapkan. Persilangan dilakukan saat tanaman mulai

berbunga (30-50 HST), sampai bunga habis. Pada tanaman tetua betina diberikan

label yang menyatakan kombinasi persilangan (Alia, 2011)

Persilangan merupakan salah satu cara untuk memperluas keragaman

genetik, dan atau menggabungkan karakter-karakter yang diinginkan dari para

tetua sehingga diperoleh populasi-populasi baru sebagai bahan seleksi dalam

program perakitan varietas unggul baru. Oleh karena itu, sebelum melakukan

persilangan, harus dipastikan dulu tujuan pemuliaan atau karakter apa yang ingin

diperoleh untuk menentukan calon tetua yang akan digunakan (Handayani, 2014).
11

Teknik Persilangan Pada Tanaman Kedelai ( Glycine max L.Merr)

Pemuliaan tanaman dapat didefinisikan sebagai modifikasi genetik

tanaman, yang merupakan seni (art) dan ilmu (science) perbaikan genetik

tanaman. Seni di definisakan sebagai kemampuan melakukan seleksi galur atau

klon secara visual dan ilmu berupa proses ilmiah dan disengaja untuk mengubah

susunan genetik tanaman untuk meningkatkan kesejahteraan manusia (Fehr,

1987). Pemuliaan kedelai di Indonesia secara umum bertujuan untuk

menghasilkan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan beradaptasi untuk berbagai

agroekologi. Sejak tahun 1990 program perakitan varietas kedelai mulai diarahkan

untuk beradaptasi spesifik agroekologi seperti lahan sawah (irigasi dan tadah

hujan), lahan kering (asam dan bukan asam), lahan rawa, dan sebagainya

(Arsyad et al., 2007). Varietas unggul yang dihasilkan dalam kegiatan pemuliaan

mempunyai peran penting untuk meningkatkan hasil dan produktivitas tanaman

kedelai 14 apabila benih dari varietas unggul tersebut digunakan secara luas oleh

petani (Budiarti dan Hadi, 2006).

Varietas kedelai dikembangkan dari galur murni yang bersifat homozigot

homogenus. Oleh karena itu, dari populasi persilangan perlu dibentuk galur-galur

murni sehingga dapat diuji daya hasilnya. Pada umumnya, galur asal F4 atau F5

sudah menunjukkan tingkat kemurnian yang cukup sehingga sudah dapat diuji

(Sumarno, 1985).
12

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

pada tanggal 13 Maret 2017 sampai dengan 6 Mei 2017pada ketinggian 25 meter

diatas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman kedelai

varietas anjasmoro sebagai objek persilangan, tusuk gigi untuk memindahkan

serbuk sari ke putik, tissu sebagai tempat sementara peletekan stamen, label

persilangan digunakan sebagai penanda.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pinset untuk

pengambilan serbuk sari, tusuk gigi untuk mengkastrasi, gunting untuk memotong

kertas dan selotip, pulpen untuk membuat label.

Prosedur Kerja

- Setelah tanaman sudah mulai berbunga ,penyilangan dapat dilakukan pada

siang hari maupun sore hari

- Dipilih bunga yang kincup bunga membengkan dengan corolla kelihatan

muncul sedikit pada kelopaknya, kelopak bunga dibelah dengan cara

perlahanlahan

- Dihilangkan seluruh statement dengan tanagan menggunakan pinset

sehingga tertinggal kepala putik

- Dipilih bunga yang mekar sebagai pejantan. Lalu mahkota dibuka dan

diambil antara yang sudah siap untuk diserbuk kepala putik


13

- Dilakukan pemindahan kepala putik, serbuk sari

- Diberi label sebagai penanda

- Apabila seminggu bunga disilangkan masih segar dan hijau berarti

persilangan berhasil.
14

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Pada areal penanaman kedelai dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu.

Tanah dicangkul sedalam 10 cm - 15 cm, disekeliling lahan dibuat parit selebar 40

cm dengan kedalam 30 cm. Dibuat plot/petakan sebanyak 5 dengan ukuran 1,5 m

x 2 m. Antara petakan satu dengan petakan yang lain dibuat parit selebar 30 cm

dengan kedalaman 25 cm. Setelah itu tanah digemburkan dan dibersihkan dari

gulma. Sebelum dilakukan kegiatan penanaman sebaiknya diberi kompos terlebih

dahulu.

Pembentukan Plot

Dibuat plot/petakan sebanyak 5 dengan ukuran 1,5 m x 2 m. Antara

petakan satu dengan petakan yang lain dibuat parit selebar 30 cm dengan

kedalaman 25 cm. Setelah itu tanah digemburkan dan dibersihkan dari gulma.

Sebelum dilakukan kegiatan penanaman sebaiknya diberi kompos terlebih dahulu.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dengan

kedalaman 2 cm. Setiap lubang tanam di isi sebanyak 2 benih. Kemudian setelah

tumbuh diambil satu tanaman untuk ditumbuhkan. Penanaman ini dilakukan

dengan jarak tanam kedelai 30 cm x 40 cm.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat tanam. Dosisi pupuk untuk kedelai adalah

Aplikasi pupuk urea pada tanaman kedelai adalah dengan cara ditugal di samping

tanaman yang sudah ditutup dengan tanah.


15

PemeliharaanTanaman

Penyiraman

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman setiap sore. Penyiraman

sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, terutama benih kedelai

membutuhkan air dan tanah yang lembab untuk membantu proses

perkecambahan. Penyiraman diperlukan saat tanam (untuk perkecambahan benih),

awal pertumbuhan vegetatif (umur 2 minggu), menjelang berbunga (umur 5-6

minggu), dan menjelang pengisian benih (umur 8-9 minggu).

Penyiangan

Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu

(gulma). Penyiangan dimulai 2 minggu setelah tanam, waktu interval penyiangan

dilakukan 1 minggu sekali. Cara penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma dan

mencangkul. Pada waktu tanaman berbunga tidak dilakukan penyiangan setelah selesai

pembungaan atau mulai pembentukan buah dilakukan penyiangan kembali sesuai dengan

kebutuhan.

Pembumbunan

Pembumbunan biasa dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk

membersihkan gulma yang dapat mengganggu tanaman pokok. Bibit yang masih

sangat muda menghendaki perlindungan tumbuhan pengganggu antara lain gulma.

Gulma perlu disiangi karena akan berkompetisi dengan tanaman untuk

memperoleh air, hara, dan cahaya. Apabila terjadi kompetisi air maka tanaman

akan kekurangan suplai air sehingga tanaman mudah layu, unsur hara yang ada

dalam tanah tidak tersedia bagi tanaman sehingga akar tanaman tidak dapat

mengabsorbsi hara tersebut maka akan terjadi defisiensi hara. Kompetisi hara

menyebabkan defisiensi hara karena suplai hara bagi tanaman pokok digunakan
16

juga oleh gulma, akibatnya gulma semakin tumbuh dengan baik karena

mendapatkan makanan. Makanan yang tersedia di dalam tanah terutama di sekitar

perakaran tanaman dibutuhkan untuk pertumbuhan. Kompetisi cahaya oleh gulma

disebabkan karena petumbuhan gulma biasanya lebih cepat dari pada tanaman

pokok sehingga tanaman pokok akan ternaungi.

Panen

Pemanenan kedelai dilakukan sekitar umur 70 -110 hari atau bila kadar air

benih mencapai 18-20%. Tanda-tanda kedelai sudah adapt dipanen dapat dikenali

dari daun yang telah menguning dan sebagian sudah rontok, batang berwarna

kuning sampai coklat, serta polong berwarna kuning sampai coklat. Masak

fisiologi terjadi jika lebih dari 60% populasi tanaman telah menunjukkan polong

yang berwarna cokelat.

Peubah Amatan

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi Tanaman diukur dengan menggunakan meteran dari pangkal

batang sampai ujung tunas daun tertinggi. Pengukuran tanaman dilakukan dengan

menggunakan penggaris/meteran. Pengamatan dilakukan setelah tanaman

berumur 1 MST selama satu minggu sekali.

Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung setelah daun berumur 1 MST, dan

penghitungan dilakukan secara manual. Perhitungan dilakukan dengan cara

meghitung 1 daun dalam satu tangkai yang berisi 3 helaian daun, karena daun

tanaman kedelai termasuk daun majemuk.


17

Diameter Batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat tanaman berusia 2 MST.

Pengukuran dilakukan pada batang tanaman kedelai (Glycine maxx L.merr) dan

menggunakan jangka sorong.

Umur Berbunga
Umur berbunga pada tanaman kedelai (Glycine maxx L.merr) berkisar 35-

49 hari setelah tanam. Bunga tanaman kedelai termasuk bunga sempurna, karena

memiliki alat kelamin jantan dan alat kelamin betina.


18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Sampel
MST 1 2 3 4 5
24/3/2017 10 10 11,5 12,5 12,5
31/3/2017 16 11 15 17 15
7/4/2017 17 16 17 20 20
14/4/2017 23 18 31 35 32
21/4/2017 32 25 33 55 42
28/4/2017 33 26 34 55 48
1/5/2017 35 27 36 56 50

Jumlah Daun

Sampel
MST 1 2 3 4 5
24/3/2017 4 3 4 5 3
31/3/2017 5 4 5 7 5
7/4/2017 10 8 7 9 9
14/4/2017 13 11 10 16 14
21/4/2017 18 12 16 19 18
28/4/2017 18 12 16 19 18
1/5/2017 18 12 16 19 19

Diameter Batang (mm)

Sampel
MST 1 2 3 4 5
24/3/2017 0,1 0,04 0,02 0,075 0,035
31/3/2017 3,35 3,1 3,1 3,1 3,1
7/4/2017 4,12 4,0 3,93 3,4 3,8
14/4/2017 4,13 4,1 4,12 4,15 4,18
21/4/2017 4,4 4,2 4,23 4,3 4,2
28/4/2017 4,4 4,2 4,23 4,3 4,2
1/5/2017 4,5 4,3 4,23 4,3 4,21
19

Umur Berbunga

Sampel Tanggal Penanaman Umur (HST)

1 13 Maret 2017 35 Hari

2 13 Maret 2017 35 Hari

3 13 Maret 2017 35 Hari

4 13 Maret 2017 35 Hari

5 13 Maret 2017 35 Hari

Pembahasan

Pada pengamatan yang dilakukan terhadap jagung dari MST ke I sampai

MST ke VIII adalah sebagai berikut. Pada MST kedua rataan tinggi tanaman

adalah sebesar 16 cm dengan jumlah daun 5. Pada MST ketiga rataan tinggi

tanaman adalah sebesar 18 cm dengan jumlah daun 8,6. Pada MST keempat

rataan tinggi tanaman adalah sebesar 27,8 cm dengan jumlah daun 12,8 . Pada

MST kelima rataan tinggi tanaman adalah sebesar 37,4 cm dengan jumlah daun

13. Pada MST keenam rataan tinggi tanaman adalah sebesar 39,2 cm dengan

jumlah daun 16,6. Pada MST ketujuh rataan tinggi tanaman adalah sebesar 40,8

cm dengan jumlah daun 16,8. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa

petumbuhan tanaman jagung tersebut normal.

Presentase keberhasilan melakukan persilangan kedelai varietas anjasmoro

dengan verietas sesamanya adalah sebesar 20% hal ini menujukkna bahwa

keberhasilan dalam persilangan sangat rendah dibandingkan kegagalannya yaitu

dari 5 yang disilangkan hanya 1 yang berhasil.


20

Kegagalan pada persilangan kedelai dan sesamanya disebabkan oleh faktor

lingkungan seperti cuaca yang ekstrim dan perbedaan kematang alat kelamin

jantan dan betina. Hal ini sesuai dengan literatur Nurcahyo (2011) yang

menyatakan rendahnya keberhasilan persilangan dipengaruhi oleh waktu berbunga

yang tidak sinkron antar tetua (jantan dan betina). Selain itu ada beberapa faktor

seperti kegagalan tanaman untuk berbunga, kuncup dan bunga rontok sebelum

atau setelah fertilisasi, rendahnya produksi polen, polen tidak viabel, mandul

jantan, dan self incompatibility.

Persilangan antara tanaman kedelai dan sesamanya disebut dengan

hibridisasi. Hibridisasi yaitu menyilangkan kembali keturunannya dengan salah

satu tetuanya. Hal ini sesuai dengan literatur Handayani (2014) Persilangan

merupakan salah satu cara untuk memperluas keragaman genetik, dan atau

menggabungkan karakter-karakter yang diinginkan dari para tetua sehingga

diperoleh populasi-populasi baru sebagai bahan seleksi dalam program perakitan

varietas unggul baru.

Sebagian besar kedelai mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu.

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat

jantan dan alat betina. Hal ini sesuai dengan literatur Hidayat (1985) yang

menyatakan bahwa Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup

sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-

ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong

walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok

sebelum membentuk polong.


21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Rata-rata tinggi tanaman kedelai varietas anjasmoro II yaitu 16 cm, dan

jumlah daun yaitu 37.

2. Persentase keberhasilan melakukan persilangan kedelai varietas anjasmoro

dan sesamanya adalah 20%.

3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan persilangan yaitu

waktu berbunga yang tidak sinkron antar tetua (jantan dan betina), mandul dan

cuaca yang buruk.

4. Persilangan merupakan salah satu cara untuk memperluas keragaman genetik.

5. Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, biasanya bunga kedelai mulai

tampak pada umur 5-7 mingu setelah tanam.

Saran

Diharapkan para praktikan lebih teliti dan cermat dalam melakukan

persilangan pada tanaman kedelai agar bunga tidak gugur dan menghasilkan

polong yang bagus.


22

DAFTAR PUSTAKA

Aini, H. 2008. Kedelai (Glycine max L Merr).Badan Penilitian:Purwokerto.

Alia, D. 2011.Genetika.Balai penilitian: Jawa Timur.

Ardi, 2013. Kajian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai di Tanah


Gambut. Universitas Muhammadiyah: Yogyakarta.

Carsono, C. 2011. Budidaya dan Pasca Panen Kedelai. Eska Media: Jakarta.

Gani, 2008.Budidaya Tanaman Kedelai. Balai Penelitian: Surabaya

Ginting, S. 2003.Respon Tanaman Kedelai dan Jagung Terhadap Pemberian


Pupuk Biologi.USU: Medan

Handayani, 2014. Budidaya Kedelai Di Lahan Basah. Jurusan Budidaya


Pertanian. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Hartati, 2011. Dasar – Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.


Yogyakarta.

Hidayat, O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Dalam S.


Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor.

Herman, H. 2013. Diktat Bioteknologi.Universitas Negeri Yogyakarta:


Yogyakarta.

Krisnawati, 2010. Respon Tanaman Kedelai terhadap Pemberian


Mulsa.Universitas lampung. Bandar Lampung.

Maliki, 2011. Uji Ketahanan Tanaman Kedelai Hasil


Persilangan Pada Kondisi Lingkungan Cekaman
Garam (NaCl). Program Studi Biologi. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya.

Mulya, 2011. Hama Penting Pada Tanaman Kedelai. Jurusan


Agroekoteknologi. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Medan.

Nurcahyo, 2011. Keragaman Genteika.Universitas Brawijaya: Malang.

Pebriani, L.2013.Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Penyemprotan Ga3 Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Benih Kedelai (Glycine Max [L.] Merril).
Universitas Lampung :Bandar Lampung.

Pertiwi, P, D.2013. Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Penyemprotan Ga3


Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Benih Kedelai (Glycine Max [L.] Merril).
23

Riskanita, W, H. 2011. Pengaruh Waktu Dan Suhu Penggorengan Terhadap


Komposisi Proksimat Pada Tempe Kedelai. Universitas Muhammadiyah
Surakarta:Surakarta.

Setiawan, W. 2014.Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Kedelai


(Glycine Max [L] Merr.) Pada Beberapa Fraksi Penipisan Air. Universitas
Lampung: Bandar Lampung.

Sorga,S.2013.AnalisisKomparasiNilaiTambahDalamBerbagaiProdukOlahanKedel
aiPadaIndustriRumahTangga Di Kota Medan. USU, Medan

Ulfa, N, R. 2009.Uji Ekstrak Biji Kedelai Menggunakan Basic HMPC pada kulit
manusia.Universitas Muhammadiah Surakarta: Surakarta.

Verdiana, 2010..Peran Silikon Sebagai Unsur Bermanfaat Pada Tanaman kedelai.


Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 7(2):103-116.
Jurusan Tanah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai