Anda di halaman 1dari 18

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris tentu saja memiliki keragaman hayati

yang sangat beragam yang dibuktikan dengan beranekaragam jenis tanaman yang

dapat tumbuh di tanah Indonesia. Tanaman-tanaman tersebut dapat digolongkan

berdasarkan jenisnya yaitu tanaman perkebunan, hortikultura, obat, dan tanaman

pangan. Salah satu jenis tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia

adalah tanaman kedelai yang memiliki nama latin Glycine max L. yang termasuk

dalam tanaman semusim dan bisa tumbuh baik pada tanah sawah atau

lahan kering (Alia, 2011).

Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat

penting nomer tiga setelah padi dan jagung. Lain dari itu kedelai juga merupakan

tanaman palawija yang begitu kaya akan kandungan protein, sehingga memiliki

peran yang sangat penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai merupakan

salah satu sumber protein nabati yang paling banyak disenangi dan dikonsumsi

oleh masyarakat. Budidaya kedelai sudah dilakukan sejak dahulu berdasarkan

latar belakang masyarakat indonesia yang mayoritas adalah

sebagai petani (Krisnawati, 2010).

Kedelai (Glycine max L. merr) dikenal sebagai tanaman pangan dan

tanaman sayuran. Tanaman kedelai diketahui telah dibudidayakan pada 3000 SM

di bagian utara Cina. Jenis liar dari tipe yang dibudidayakan ini tidak diketahui,

tetapi di yakini berasal dari suatu jenis kedelai merambat dari Asia Utara. Kedelai

dibawa ke Amerika Utara pada masa kolonial, pada saat itu tidak merupakan

tanaman utama, hingga perang dunia II berakhir. Kedelai digunakan sebagai


2

sumber makanan terpenting di beberapa negara Cina, Korea, Jepang dan

Manchuria (Setiawan, 2014).

Kedelai merupakan salah satu komuditas tanaman yang banyak

dibudidayakan oleh masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah kedelai yang

diproduksi oleh masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar

karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara

membudidayakan kedelai yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk

tanaman kedelai telah banyak dialih fungsikan sebagai gedung-gedung

dan lain-lain (Carsono, 2011).

Di Indonesia kedelai merupakan tanaman yang menduduki prioritas

ketiga dalam tanaman pangan. Pemerintah terus melakukan upaya untuk

memenuhi permintaan kedelai serta mengurangi impor. Dengan meningkatkan

produksi dan produktivitas kedelai melalui perbaikan mutu. Karakter hasil

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas

kedelai (Ardi, 2013).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui budidaya tanaman

kedelai (Glycine max L.).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Budidaya Tanaman Pangan A:

Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu, Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara , Medan .


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Kedelai termasuk kedalam Kingdom : Plantae; Devisio (devisi) :

Spermatophyta (tanaman berbiji); Kelas :Dicotiledoneae; Ordo (bangsa) :

Polypetales; Familia (suku) : Leguminoceae (kacang-kacangan); Genus (marga):

Glycine; Spesies : Glycine max (Hidayat, 1985).

Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam yaitu akar tunggang dan

akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Kedelai juga sering kali

membentukakar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada

umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu misalnya kadar air tanah

yang terlalu tinggi (Hartati, 2011).

Batang kedelai berasal dari poros janin sedangkan bagian atas poros

berakhir dengan epikotil yang amat pendek dan hypokotil merupakan bagian

batang kecambah. Bagian batang kecambah di bagian atas kotyledon adalah

epicotyl. Titik tumbuh epikotyl akan membentuk daun dan kuncup ketiak. Batang

dapat membentuk 3–6 cabang, berbentuk semak dengan tinggi 30–100 cm.

Pertumbuhan batang dibedakan atas tipe diterminate dan indeterminate (Ginting,

2003).

Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak

daun dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning – kuningan. Bentuk

daun ada yang oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini

tergantung pada varietas masing – masing. Pada saat tanaman kedelai itu sudah

tua, maka daun – daunnya mulai rontok (Pertiwi, 2013).


4

Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga

terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga

berwarna ungu atau putih. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.

Di Indonesia tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 30–50 hari

(Mulya, 2011).

Buah atau polong kedelai berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya 5

cm, warnah polong kedelai bervariasi, bergantung pada varietasnya. Ada yang

berwarnah cokelat muda, cokelat, cokelatkehitaman, putih dan kuning kecokelatan

(warna jerami). Disamping itu permukaan polong mempunyai struktur bulu yang

beragam, warna bulu polong juga bervariasi, bergantung pada varietasnya. Ada

yang berwarna cokelat, abu – abu, cokelat tua, cokelat kuning, dan putih. Polong

kedelai bersusun bersegmen – segmen yang berisi biji. Jumlah biji dalam polong

bervariasi antara 1 – 4 buah, bergantung pada panjang polong. Pada polong yang

berukuran panjang, jumlah bijinya lebih banyak jika dibandingkan dengan polong

yang pendek (Ulfa, 2009).

Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji. Biji umumnya

berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara

6 – 30g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (6–10

g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100 biji) dan biji besar (13 g atau lebih/100 biji).

Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan hitam (Gani, 2008).

Syarat Tumbuh

Iklim

Interaksi antara suhu, intensitas radiasi matahari, dan kelembaban tanah

sangat menentukan laju pertumbuhan tanaman kedelai. Suhu tinggi berasosiasi


5

dengan transpirasi yang tinggi. Suhu yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman

kedelai berkisar antara 22--27º C. Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia

akan tumbuh subur di daerah yang berhawa panas, apalagi di tempat yang terbuka

tidak terlindung oleh tanaman lain (Saini, 2008).

Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20–25º C. Suhu 12–20º C

adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi

dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah, serta

pembungaan dan pertumbuhan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30º C,

fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis (Verdiana, 2010).

Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungisi

sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis, karena

kekurangan suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju

absorbs air oleh tanaman. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat

pertumbuhan generative, akan menurunkan produksi. Kekeringan menurunkan

bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan

pada musim tanam (Ulfa, 2009).

Jumlah air yang berlebih tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai,

karena mangakibatkan akar membusuk. Banyaknya curah hujan juga sangat

mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen. Hasil

observasi ini menunjukkan bahwa pengaruh curah hujan, dan temperatur terhadap

pertumbuhan tanaman kedelai di sepanjang musim adalah sekitar 60–70%.

Kedelai dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas, di tempat – tempat

yang terbuka dan bercurah hujan 100–400 mm3 per bulan. Oleh karena itu,

kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak kurang dari 400 m di atas
6

permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di daerah

beriklim kering (Sorga, 2013).

Tanah

Tanaman kedelai tumbuh baik pada ketinggian 50 sampai 150 m di atas

permukaan laut, pH 5,5 sampai 6, suhu 25 sampai 27oC, penyinaran penuh

minimal 10 jam per hari, dan kelembaban rata-rata 65 persen. Walaupun sebagai

tanaman palawijayang tidak banyak memerlukan air, tetapi pada stadia awal

tumbuh, berbunga, pembentukan dan pengisian polong, ketersediaan air sangat

diperlukan (Setiawan, 2014).

Tanah yang sesuai untuk usaha tani kedelai adalah tanah yang bertekstur

liat berpasir, liat berdebu berpasir, debu berpasir, drainase baik, mampu menahan

kelembaban tanah, dan tidak mudah tergenang air. Kandungan bahan organik

tanah (3-4%) sangat mendukung pertumbuhan tanaman kedelai. Panen dilakukan

bila tanaman sudah matang dimana 95% polong telah matang, berwarna

kecoklatan, daun telah rontok (Riskanita, 2011).

Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8–7, namun

pada tanah dengan pH 4,5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Tanah – tanah

yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah –

tanah podzolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa,

pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik

atau kompos dalam jumlah yang cukup (Pertiwi, 2013).


7

Jarak Tanam Kedelai

Pengaturan jarak tanam berarti melakukan pengaturan populasi tanaman.

Pengaturan tanaman dapat dilakukan dengan memanipulasi jarak antarbarisan dan

jarak dalam barisan. Tanaman membutuhkan kecukupan hara di dalam tanah dan

kebutuhan cahaya yang optimal untuk proses fotosintesis (Pebriani, 2013).

Fotosintesis yang optimal akan menghasilkan karbohidrat yang berguna

untuk pertumbuhan dan hasil. Adanya kebutuhan cahaya yang optimal dan

ketersediaan unsur hara di dalam tanah yang terbatas akan memicu kompetisi

antartanaman. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan populasi tanaman dengan

penerapan jarak tanam yang tepat (Nurcahyo, 2011).

Jarak tanam pada tanaman kedelai merupakan faktor penting yang

menentukan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Jarak tanam ganda adalah

sepasang barisan tanam dengan jarak tanam tenentu. dimana barisan yang

biasanya jarak barisan sama (pada jarak tunggal) diubah menjadi jarak barisan

tanaman lebar sampai sempit (Mulyan 2011).

Jarak tanam yang terlalu jarang mengakibatkan besarnya proses

penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan

terganggu. Sebaliknya jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan terjadinya

persaingan tanaman dalam memperoleh air, unsur hara dan intensitas matahari

(Maliki, 2011).

Tingkat kerapatan tanaman berhubungan dengan populasi tanaman dan

sangat menentukan hasil tanaman. Varietas kedelai yang berumur sedang, jarak

tanam yang dianjurkan adalah 40 cm x 15 cm, dan varietas berumur pendek,


8

sebaiknya menggunakan jarak tanam 40 cm x 10 cm atau 30 cm x 15 cm

(Krisnawati, 2010).

Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan semua produk buangan (limbah) dari binatang

peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik,

dan biologi tanah. Pupuk kandang dapat berupa limbah hewan saja ataupun

limbah hewan yang bercampur dengan bahan lain, misalnya apabila dalam

memelihara ternak tersebut diberi alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi,

kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan dicampur menjadi satu kesatuan

(Herman, 2013).

Pupuk kandang tidak hanya mengandung unsur makro seperti nitrogen

(N), fosfat (P) dan kalium (K), namun pupuk kandang juga mengandung unsur

mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan mangan (Mn) yang dibutuhkan

tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah,

karena pupuk kandang berpengaruh untuk jangka waktu yang lama dan

merupakan gudang makanan bagi tanaman (Hidayat, 1985).

Pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki

kelebihan. Beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga sangat disukai para

petani seperti, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap

tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai

sumber zat makanan bagi tanaman. Pada umumnya para petani menggunakan

pupuk kandang dalam budidaya tanaman cabai keriting sebanyak 20 ton per

hektarnya (Hartati, 2011).


9

Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara berbeda-beda karena

masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri yang ditentukan oleh jenis

makanan dan usia ternak tersebut. Seperti unsur hara yang terdapat pada pupuk

kandang sapi yakni N 2,33 %, P2O5 0,61 %, K2O 1,58 %, Ca 1,04 %, Mg 0,33

%, Mn 179 ppm dan Zn 70,5 ppm. Pada pupuk kandang ayam unsur haranya N

3,21 %, P2O5 3,21 %, K2O 1,57 %, Ca 1,57 %, Mg 1,44 %, Mn 250 ppm dan Zn

315 ppm (Handayani, 2014).

Penanganan pukan padat akan sangat berbeda dengan pukan cair.

Penanganan pukan padat oleh petani umumnya adalah sebagai berikut: kotoran

ternak besar dikumpulkan 1-3 hari sekali pada saat pembersihan kandang dan

dikumpulkan dengan cara ditumpuk di suatu tempat tertentu. Petani yang telah

maju ada yang memberikan mikroba dekomposer dengan tujuan untuk

mengurangi bau dan mempercepat pematangan, tetapi banyak pula yang hanya

sekedar ditumpuk dan dibiarkan sampai pada waktunya digunakan ke lahan

(Ginting, 2003).

Kompos

Kompos merupakan pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan organik yang

dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya menahan air,

kimia tanah dan biologi tanah. Sumber bahan pupuk kompos antara lain berasal

dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah

rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam, itik), arang sekam, abu dapur

dan lain-lain (Gani, 2008).

Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar

berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta
10

sumber nutrisi tanaman. Penggunaan kompos/pupuk organik pada tanah

memberikan manfaat diantaranya menambah kesuburan tanah, memperbaiki

struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat kimiawi tanah,

sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman,

memperbaiki tata air dan udara dalam tanah, sehingga akan dapat menjaga suhu

dalam tanah menjadi lebih stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara,

sehingga mudah larut oleh air dan memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup

dalam tanah (Carsono, 2011).

Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya adalah

jerami, sekam padi, pelepah pisah, gulma, sayuran busuk, sisa tanaman jagung,

dan sabut kelapa. Sementara itu, bahan dari ternak yang sering digunakan untuk

kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan

cairan biogas (Ardi, 2013).

Untuk memperoleh kualitas kompos yang baik perlu diperhatikan pada

proses pengomposan dan kematangan kompos, dengan kompos yang matang

maka frekuensi kompos akan meracuni tanaman akan rendah dan unsur hara pada

kompos akan lebih tinggi dibanding dengan kompos yang belum matang. (Alia,

2011).

Adapun prinsip dari proses pengomposan adalah menurunkan C/N bahan

organik hingga sama atau hampir sama dengan nisbah C/N tanah (<20), dengan

demikian nitrogen dapat dilepas dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Tujuan

proses pengomposan ini yaitu merubah bahan organik yang menjadi limbah

menjadi produk yang mudah dan aman untuk ditangan, disimpan, diaplikasikan ke
11

lahan pertanian dengan aman tanpa menimbulkan efek negatif baik pada tanah

maupun pada lingkungan pada lingkungan (Aini,2008).


12

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Adapun percobaan ini dilakukan pada tanggal 08 Maret 2019 sampai

dengan 6 Juni 2019 di Laboratorium Budidaya Tanaman Pangan A: Padi, Jagung,

Kedelai, dan Ubi kayu Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara pada ketinggian ± 30 mdpl.

Alat dan Bahan Percobaan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah meteran untuk

mengukur lahan, cangkul yang digunakan untuk membersihkan lahan, pacak

untuk menandai tanaman, parang untuk membersihkan lahan, gembor untuk

menyiram tanaman, spanduk bekas, timbangan untuk menimbang dosis pupuk

yang digunakan.

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanah sebagai

media tanam yang digunakan, benih padi gogo sebagai bahan percobaan, pupuk

Urea, KCL, TSP dan Pupuk Organik Cair (POC) sebagai bahan untuk memupuk

tanaman, air untuk menyiram tanaman, spanduk untuk batas lahan, botol aqua

untuk merendam benih.


13

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Sebelum lahan diolah, terlebih dahulu lahan dibersihkan dari gulma, sisa-

sisa tanaman, dan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan

tanaman dengan menggunakan cangkul.

Pembuatan Plot

Setelah tanah diolah pembuatan plot-plot dapat dilakukan dengan ukuran

1,5 x 1,5 m

Persiapan Benih

Biji telah terlebih dahulu diseleksi direndam dengan air selama 10 menit

Untuk benih yang dipakai, pilih biji bereas, berwarna cerah, tidak cacat dan tidak

keriput. Biji yang sudah dikupas segera ditanam, jika tidak akan menurunkan daya

tumbuh.

Penanaman

. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal dengan kedalaman 2 cm

menggunakan tangan sebanyak 1 biji/lubang tanam dengan jarak tanam kedelai

20 x 40 cm.

Pemupukan Dasar

Pupuk dasar diberikan sekaligus pada saat tanam. Pupuk yang diberikan

sesuai dengan perlakuan yaitu TSP dan KCL masing-masing 10 gr.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sore hari terutama dan penyiraman tidak dilakukan

saat hujan turun di lapangan.


14

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh dan

pertumbuhannya tidak normal. Dan penyulaman ini dilakukan 1 (satu) minggu

setelah tanam (MST). Bahan penyulaman diambil dari bibit tanaman cadangan

yang telah disediakan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi gulma dilahan, dan

penyiangan pertama diakukan pada saat tanaman berumur 14 HST. Penyiangan

dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut seluruh gulma yang tumbuh di

areal pertanaman dengan menggunakan tangan dan membersihkan gulma-gulma

disekitar parit drainase dengan cangkul.

Parameter Amatan

Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh,

dilakukan mulai 2 MST dan diulangi setiap minggu sampai masuk masa generatif

yang ditandai dengan keluarnya bunga.

Diameter batang (cm)

Pengukuran diameter batang menggunakan jangka sorong, tepat pada pangkal

batang. Pengamatan dilakukan satu kali pada saat akhir vegetatif (6 MST).

Umur berbunga (hari)

Umur berbunga adalah kondisi dimana tanaman mengalami fase generatif.

Umur berbunga diamati setelah tanaman mengeluarkan bunga sekitar 75%.

Umur panen (hari)


15

Umur panen dihitung berdasarkan kriteria panen pada tanaman kedelai

Jumlah cabang produktif

Cabang produktif adalah cabang yang menghasilkan polong, dihitung

pada saat panen.

Jumlah polong/tanaman

Dihitung pada saat panen dengan menghitung jumlah polong yang dihasilkan

per tanaman

Jumlah biji per tanaman (biji)

Pengamatan ini dilakukan setelah biji dikeringkan dengan cara menghitung

jumlah biji per tanaman.

Bobot biji kering/tanaman (g)

Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan dengan kadar air

14%. Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur di bawah terik matahari

selama 2-3 hari, kemudian biji per tanaman ditimbang.

Bobot 100 biji kering (g)

Penimbangan dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan dengan kadar air

14%, pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran di bawah terik matahari

selama 2-3 hari, kemudian dihitung bobot 100 biji kering dengan rumus :

Bobot 100 biji kering (g) = Bobot biji per tanaman (g) x 100
Jumlah biji per tanaman (biji)

Bobot biji kering/plot

Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan dengan kadar

air 14%. Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur di bawah terik matahari

selama 2-3 hari, kemudian biji per plot ditimbang.


16
17

DAFTAR PUSTAKA

Aini, H. 2008. Kedelai (Glycine max L Merr).Badan Penilitian:Purwokerto.

Alia, D. 2011.Genetika.Balai penilitian: Jawa Timur.

Ardi, 2013. Kajian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kedelai di Tanah


Gambut. Universitas Muhammadiyah: Yogyakarta.

Carsono, C. 2011. Budidaya dan Pasca Panen Kedelai. Eska Media: Jakarta.

Gani, 2008.Budidaya Tanaman Kedelai. Balai Penelitian: Surabaya

Ginting, S. 2003.Respon Tanaman Kedelai dan Jagung Terhadap Pemberian


Pupuk Biologi.USU: Medan

Handayani, 2014. Budidaya Kedelai Di Lahan Basah. Jurusan Budidaya


Pertanian. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Hartati, 2011. Dasar – Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.


Yogyakarta.

Hidayat, O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Dalam S.


Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor.

Herman, H. 2013. Diktat Bioteknologi.Universitas Negeri Yogyakarta:


Yogyakarta.

Krisnawati, 2010. Respon Tanaman Kedelai terhadap Pemberian


Mulsa.Universitas lampung. Bandar Lampung.

Maliki, 2011. Uji Ketahanan Tanaman Kedelai Hasil


Persilangan Pada Kondisi Lingkungan Cekaman
Garam (NaCl). Program Studi Biologi. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya.

Mulya, 2011. Hama Penting Pada Tanaman Kedelai. Jurusan


Agroekoteknologi. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Medan.

Nurcahyo, 2011. Keragaman Genteika.Universitas Brawijaya: Malang.

Pebriani, L.2013.Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Penyemprotan Ga3 Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Benih Kedelai (Glycine Max [L.] Merril).
Universitas Lampung :Bandar Lampung.

Pertiwi, P, D.2013. Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Penyemprotan Ga3


Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Benih Kedelai (Glycine Max [L.] Merril).
18

Riskanita, W, H. 2011. Pengaruh Waktu Dan Suhu Penggorengan Terhadap


Komposisi Proksimat Pada Tempe Kedelai. Universitas Muhammadiyah
Surakarta:Surakarta.

Setiawan, W. 2014.Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Kedelai


(Glycine Max [L] Merr.) Pada Beberapa Fraksi Penipisan Air. Universitas
Lampung: Bandar Lampung.

Sorga,S.2013.AnalisisKomparasiNilaiTambahDalamBerbagaiProdukOlahanKedel
aiPadaIndustriRumahTangga Di Kota Medan. USU, Medan

Ulfa, N, R. 2009.Uji Ekstrak Biji Kedelai Menggunakan Basic HMPC pada kulit
manusia.Universitas Muhammadiah Surakarta: Surakarta.

Verdiana, 2010..Peran Silikon Sebagai Unsur Bermanfaat Pada Tanaman kedelai.


Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 7(2):103-116.
Jurusan Tanah. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai