PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas pangan terpenting ketiga
di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan salah satu produksi
pertanian yang bermanfaat untuk konsumsi bahan makanan harian penduduk
Indonesia dan berguna untuk mendukung keperluan industri pangan. Tanaman
kedelai mengandung protein yang cukup tinggi dibandingkan dengan kacang-
kacangan lainnya. Biji kedelai disamping sebagai bahan makanan seperti tahu,
tempe, tauco, kecap, susu kedelai dan tauge, juga dapat digunakan sebagai bahan
campuran pakan ternak.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi, maka permintaan akan komoditas
kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Kementrian
Petanian (2016) bahwa konsumsi kedelai per kapita dari tahun 2016 sampai 2020
akan terus meningkat dengan rata-rata peningkatan pertahun sebesar 14,79%.
Akan tetapi, kapasitas produksi kedelai dalam negeri saat ini cenderung menurun.
Produksi kedelai pada tahun 2017 menunjukkan produksi terendah selama 5 tahun
terakhir yaitu 538.726 ton, dibandingkan tahun 2016 yaitu 859.653 ton
(Kementrian Pertanian, 2019). Setiap tahun pemerintah melakukan impor kedelai
yang mencapai 600 ribu ton per tahun (Aimon, et al., 2008). Karenanya, tanpa
upaya dan kebijakan khusus, hingga tahun 2018 kebutuhan kedelai nasional tetap
akan bergantung pada impor. Rendahnya produksi tersebut disebabkan oleh
banyak faktor diantaranya rendahnya penerapan teknologi budidaya kedelai,
adanya ketergantungan terhadap kedelai impor, dan bergesernya lahan pertanian
menjadi pemukiman dan perindustrian.
Salah satu strategi peningkatan produksi melalui sistem budidaya kedelai
yaitu dengan pengaturan sistem tanam yakni, single row dan double row. Sistem
tanam single row adalah sistem tanam baris tunggal, dimana jarak antar baris
sama dan tidak ada penjarangan barisan, sehingga cahaya matahari yang diterima
oleh tanaman tidak merata, sedangkan double row adalah sistem tanam baris
ganda atau penjarangan barisan. Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman
lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Hal ini
disebabkan ruang antar barisan pada model barisan lebih meningkatkan intersepsi
cahaya matahari. Peningkatan produksi tanaman kedelai juga dapat dilakukan
dengan penggunaan inokulan. Pemberian inokulan pada tanaman kedelai memacu
akar untuk bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium japonicum, dimana rhizobium
akan mengikat nitrogen di udara, sehingga terbentuk bintil akar dan dapat
meningkatkan kecepatan perkecambahan dan keserempakan tumbuh yang baik.
Oleh karena itu kita melakukan pengujian terhadap pengaruh inokulan dan jarak
tanam terhadap pertumbuhan tanaman kedelai melalui praktikum Teknologi
Produksi Tanaman.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum teknologi produksi tanaman pada komoditaskedelai
adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian inokulan dan sistem tanam pada
tanaman kedelai.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dan
berbentuk semak. Menurut Khoiriyah (2011), morfologi tanaman kedelai terdiri
dari akar, daun, batang, polong, dan biji.
1. Akar
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua yaitu akar tunggang dan akar
serabut yang tumbuh dari akar tunggang. Umumnya akar tunggang hanya tumbuh
pada kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30 - 50 cm,
sedangkan akar serabut tumbuh pada kedalaman sekitar 20 - 30 cm. Akar tanaman
kedalai bersimbiosis dengan bakteri nodul akar (Rhizobium japonicum)
membentuk bintil akar. Bintil akar berperan dalam proses fiksasi N 2 yang sangat
dibutuhkan tanaman kedelai untuk pertumbuhannya.
2. Batang dan Cabang
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua, yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini
didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe
determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman
mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila
pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai
berbunga. Jumlah buku pada batang tanaman berkisar 15 - 30 buah dengan jarak
antar buku berkisar antara 2 - 9 cm. Jumlah buku pada batang indeterminate lebih
banyak dibandingkan batang determinate. Batang pada tanaman kedelai ada yang
bercabang dan ada pula yang tidak bercabang, tergantung dari karakter varietas
kedelai, tetapi umumnya cabang pada tanaman kedelai berjumlah antara 1 - 5
cabang.
3. Daun
Daun kedelai hampir seluruhnya trifioliate (menjari tiga) dan jarang sekali
mempunyai empat atau lima jari daun. Bentuk daun kedelai ada dua, yaitu lancip
dan bulat (oval). Daun kedelai mempunyai bulu berwarna cerah dan jumlahnya
bervariasi. Jumlah bulu tergantung varietas, biasanya sekitar 320 buah per mm2.
Varietas yang berbulu lebat memiliki jumlah bulu yang dapat mencapai 34 kali
lipat dari varietas yang berbulu normal. Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu
IAC 100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro,
dan Mahameru.
4. Bunga
Bunga tanaman kedelai merupakan Bungan sempurna (hermaphrodite),
yaitu pada setiap bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan kelamin jantan
(benang sari). Bunga pada tanaman kedelai muncul atau tumbuh pada ketiak daun,
yakni setelah buku kedua.Tanaman kedelai berbunga pada umur 5 - 7 minggu.
Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai
daun sangat beragam, antara 1 - 7 bunga. Jumlah bunga pada tipe batang
determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan batang tipe indeterminate.
Warna bunga pada berbagai varietas kedelai ada dua, yaitu ungu dan putih.
5. Polong dan biji
Polong kedelai terbentuk sekitar 7 - 10 hari setelah munculnya bunga
pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong pada ketiak tangkai
daun sekitar 1 - 10 buah dalam setiap kelompok. Polong berubah warna dari hijau
menjadi kuning kecoklatan pada periode pemasakan biji. Jumlah biji pada setiap
polong antara 2 - 3 biji. Ukuran biji kedelai bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7 -
9 g/100 biji), sedang (10 - 13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji
bervariasi yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian
besar biji berbentuk bulat telur. Biji kedelai memiliki dua bagian utama, yaitu
kulit biji dan embrio. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari coklat, hijau hitam
atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut.
2.2 Fase Pertumbuhan dan Syarat Tumbuh Kedelai
Menurut Irwan (2006), fase pertumbuhan tanaman kedelai terdiri dari fase
vegetatif dan fase generatif. Fase pertumbuhan vegetatif terdiri dari fase
perkecambahan, perkembangan kotiledon dan munculnya daun. Fase
pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke permukaan tanah
sampai saat mulai berbunga. Fase pertumbuhan vegetatif diawali dengan fase
perkecambahan yang ditandai dengan adanya kotiledon. Fase perkecambahan
terjadi pada saat umur 3 - 7 HST. Fase perkembangan kotiledon terjadi saat umur
7 - 15 HST. Daun mulai terbentuk dan masih menggulung. Fase munculnya daun
ialah fase akhir dari pertumbuhan vegetatif. Fase ini terdiri dari beberapa tahap
yaitu munculya daun trifoliat pertama hingga keenam. Umur maksiamal tanaman
saat fase ini ialah 22 - 30 HST.
Keterangan :
I = intensitas Serangan
n = jumlah daun dari tiap katagori serangan
v = nilai skala tiap katagori serangan
Z = nilai skala dari katagori serangan tertinggi
N = jumlah daun yang diamati
3.3.8 Keragaman Arthropoda
Pengamatan keragaman arthropoda dilakukan dengan menghitung
serangga yang ditemukan pada petak dan menentukan serangga tersebut
masuk kedalam hama, musuh alami atau serangga lain.