Anda di halaman 1dari 14

1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas pangan terpenting ketiga
di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan salah satu produksi
pertanian yang bermanfaat untuk konsumsi bahan makanan harian penduduk
Indonesia dan berguna untuk mendukung keperluan industri pangan. Tanaman
kedelai mengandung protein yang cukup tinggi dibandingkan dengan kacang-
kacangan lainnya. Biji kedelai disamping sebagai bahan makanan seperti tahu,
tempe, tauco, kecap, susu kedelai dan tauge, juga dapat digunakan sebagai bahan
campuran pakan ternak.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi, maka permintaan akan komoditas
kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Kementrian
Petanian (2016) bahwa konsumsi kedelai per kapita dari tahun 2016 sampai 2020
akan terus meningkat dengan rata-rata peningkatan pertahun sebesar 14,79%.
Akan tetapi, kapasitas produksi kedelai dalam negeri saat ini cenderung menurun.
Produksi kedelai pada tahun 2017 menunjukkan produksi terendah selama 5 tahun
terakhir yaitu 538.726 ton, dibandingkan tahun 2016 yaitu 859.653 ton
(Kementrian Pertanian, 2019). Setiap tahun pemerintah melakukan impor kedelai
yang mencapai 600 ribu ton per tahun (Aimon, et al., 2008). Karenanya, tanpa
upaya dan kebijakan khusus, hingga tahun 2018 kebutuhan kedelai nasional tetap
akan bergantung pada impor. Rendahnya produksi tersebut disebabkan oleh
banyak faktor diantaranya rendahnya penerapan teknologi budidaya kedelai,
adanya ketergantungan terhadap kedelai impor, dan bergesernya lahan pertanian
menjadi pemukiman dan perindustrian.
Salah satu strategi peningkatan produksi melalui sistem budidaya kedelai
yaitu dengan pengaturan sistem tanam yakni, single row dan double row. Sistem
tanam single row adalah sistem tanam baris tunggal, dimana jarak antar baris
sama dan tidak ada penjarangan barisan, sehingga cahaya matahari yang diterima
oleh tanaman tidak merata, sedangkan double row adalah sistem tanam baris
ganda atau penjarangan barisan. Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman
lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Hal ini
disebabkan ruang antar barisan pada model barisan lebih meningkatkan intersepsi
cahaya matahari. Peningkatan produksi tanaman kedelai juga dapat dilakukan
dengan penggunaan inokulan. Pemberian inokulan pada tanaman kedelai memacu
akar untuk bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium japonicum, dimana rhizobium
akan mengikat nitrogen di udara, sehingga terbentuk bintil akar dan dapat
meningkatkan kecepatan perkecambahan dan keserempakan tumbuh yang baik.
Oleh karena itu kita melakukan pengujian terhadap pengaruh inokulan dan jarak
tanam terhadap pertumbuhan tanaman kedelai melalui praktikum Teknologi
Produksi Tanaman.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum teknologi produksi tanaman pada komoditaskedelai
adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian inokulan dan sistem tanam pada
tanaman kedelai.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dan
berbentuk semak. Menurut Khoiriyah (2011), morfologi tanaman kedelai terdiri
dari akar, daun, batang, polong, dan biji.
1. Akar
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua yaitu akar tunggang dan akar
serabut yang tumbuh dari akar tunggang. Umumnya akar tunggang hanya tumbuh
pada kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30 - 50 cm,
sedangkan akar serabut tumbuh pada kedalaman sekitar 20 - 30 cm. Akar tanaman
kedalai bersimbiosis dengan bakteri nodul akar (Rhizobium japonicum)
membentuk bintil akar. Bintil akar berperan dalam proses fiksasi N 2 yang sangat
dibutuhkan tanaman kedelai untuk pertumbuhannya.
2. Batang dan Cabang
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua, yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini
didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe
determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman
mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila
pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai
berbunga. Jumlah buku pada batang tanaman berkisar 15 - 30 buah dengan jarak
antar buku berkisar antara 2 - 9 cm. Jumlah buku pada batang indeterminate lebih
banyak dibandingkan batang determinate. Batang pada tanaman kedelai ada yang
bercabang dan ada pula yang tidak bercabang, tergantung dari karakter varietas
kedelai, tetapi umumnya cabang pada tanaman kedelai berjumlah antara 1 - 5
cabang.
3. Daun
Daun kedelai hampir seluruhnya trifioliate (menjari tiga) dan jarang sekali
mempunyai empat atau lima jari daun. Bentuk daun kedelai ada dua, yaitu lancip
dan bulat (oval). Daun kedelai mempunyai bulu berwarna cerah dan jumlahnya
bervariasi. Jumlah bulu tergantung varietas, biasanya sekitar 320 buah per mm2.
Varietas yang berbulu lebat memiliki jumlah bulu yang dapat mencapai 34 kali
lipat dari varietas yang berbulu normal. Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu
IAC 100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro,
dan Mahameru.
4. Bunga
Bunga tanaman kedelai merupakan Bungan sempurna (hermaphrodite),
yaitu pada setiap bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan kelamin jantan
(benang sari). Bunga pada tanaman kedelai muncul atau tumbuh pada ketiak daun,
yakni setelah buku kedua.Tanaman kedelai berbunga pada umur 5 - 7 minggu.
Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai
daun sangat beragam, antara 1 - 7 bunga. Jumlah bunga pada tipe batang
determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan batang tipe indeterminate.
Warna bunga pada berbagai varietas kedelai ada dua, yaitu ungu dan putih.
5. Polong dan biji
Polong kedelai terbentuk sekitar 7 - 10 hari setelah munculnya bunga
pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong pada ketiak tangkai
daun sekitar 1 - 10 buah dalam setiap kelompok. Polong berubah warna dari hijau
menjadi kuning kecoklatan pada periode pemasakan biji. Jumlah biji pada setiap
polong antara 2 - 3 biji. Ukuran biji kedelai bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7 -
9 g/100 biji), sedang (10 - 13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji
bervariasi yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian
besar biji berbentuk bulat telur. Biji kedelai memiliki dua bagian utama, yaitu
kulit biji dan embrio. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari coklat, hijau hitam
atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut.
2.2 Fase Pertumbuhan dan Syarat Tumbuh Kedelai
Menurut Irwan (2006), fase pertumbuhan tanaman kedelai terdiri dari fase
vegetatif dan fase generatif. Fase pertumbuhan vegetatif terdiri dari fase
perkecambahan, perkembangan kotiledon dan munculnya daun. Fase
pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman mulai muncul ke permukaan tanah
sampai saat mulai berbunga. Fase pertumbuhan vegetatif diawali dengan fase
perkecambahan yang ditandai dengan adanya kotiledon. Fase perkecambahan
terjadi pada saat umur 3 - 7 HST. Fase perkembangan kotiledon terjadi saat umur
7 - 15 HST. Daun mulai terbentuk dan masih menggulung. Fase munculnya daun
ialah fase akhir dari pertumbuhan vegetatif. Fase ini terdiri dari beberapa tahap
yaitu munculya daun trifoliat pertama hingga keenam. Umur maksiamal tanaman
saat fase ini ialah 22 - 30 HST.

Gambar 1. Fase Pertumbuhan Kedelai (Irwan, 2006)


Fase pertumbuhan generatif terdiri dari fase pembungaan, pembentukan
polong, pembentukan biji dan pemasakan biji. Fase pembungaan dan awal
pembentukan polong berlangsung mulai umur 31 - 50 HST. Fase pembungaan
ditandai dengan terbentuknya bunga pada buku manapun. Pembentukan polong
ditandai dengan terbentuknya polong pada salah satu dari empat buku teratas pada
batang utama. Fase pertumbuahan dan perkembangan polong serta pengisian biji
terjadi pada umur 51 - 70 HST. Pengisian biji ditandai dengan terbentunya biji
pada polong, selanjutnya polong akan terisi penuh dengan biji berwarna hijau.
Fase pemasakan biji terjadi pada umur 71 - 85 HST. Pemasakan biji ditandai
dengan adanya satu buah polong pada batang utama yang telah telah matang
(warna cokelat muda atau cokelat tua Jika 90% polong telah berwarna coklat
(matang) maka tanaman dikategorikan matang dan siap untuk dipanen
Tanah dan iklim merupakan komponen yang berpengaruh pada tanaman
kedelai. Tanaman kedelai akan tumbuh optimal pada tanah dan iklim yang sesuai
dengan pertumbuhannya. Menurut Sumarno dan Manshuri (2016), syarat tumbuh
kedelai antara lain ialah sebagai berikut:
1. Tanah
Tanaman kedelai dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun untuk
perumbuhan yang optimal, kedelai harus ditanam pada tanah berstruktur lempung
berpasir atau liat berpasir dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta
kaya akan kandungan bahan organik. Faktor lain yang mempengaruhi
keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan
media pendukung pertumbuhan akar. Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka
akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar
tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam. Lapisan olah tanah yang
yang ideal untuk tanaman kedelai ialah 40 cm atau lebih. pH tanah yang optimal
untuk pertumbuhan kedelai antara 5,5 – 7. Apabila pH di atas 7,0 tanaman
kedelai akan mengalami klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya
menguning. Sementara pada pH dibawah 5,5 kedelai mengalami keracunan
keracuanan sehingga pertumbuhannya terganggu
2. Iklim
Tanaman kedelai tumbuh baik pada ketinggian 50 sampai 150 mdpl
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan 100 –
400 mm per bulan. Rendahnya jumlah air akan menyebabkan terbatasnya
perkembangan akar sehingga mengganggu penyerapan unsur hara yang berakibat
pada menurunnya produksi. Kedelai yang mengalami kekurangan air akan
mengakibatkan translokasi fotosintat ke biji akan terhambat. Hujan yang terlalu
tinggi juga dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kedelai terhambat karena
akar bisa membusuk sehingga produksinya rendah. Suhu yang optimal untuk
pertumbuhan kedelai ialah 23°C - 27°C. Suhu yang terlalu tinggi maupun rendah
akan menghambat perkecambahan dan pertumbuhan tanaman selanjutnya.
Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yaitu tidak mampu berbunga bila
panjang hari atau lama penyinaran melebihi 16 jam, dan mempercepat
pembungaan bila lama penyinaran kurang dari 12 jam. Kelembaban udara yang
optimal bagi tanaman kedelai berkisar antara 75 - 90% selama periode tanaman
tumbuh hingga stadia pengisian polong dan kelembaban udara rendah (RH 60 -
75%) pada waktu pematangan polong hingga panen. Hal ini karena kelembaban
tinggi menyebabkan polong bercendawan dan biji kedelai membusuk.
2.3 Sistem Tanam
Sistem tanam erat kaitannya dengan jarak tanam antar tanaman. Jarak
tanam sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman kedelai karena kedelai
merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Selain
ketersediaan cahaya matahari, berapa faktor lain yang dipengaruhi oleh jarak
tanam adalah ketersediaan unsur hara, air, serta menekan pertumbuhan gulma
(Widyaningrum, et al., 2018). Sistem tanam yang terlalu jarang akan
mengakibatkan penguapan yang besar dari tanah sehingga tanah akan terlalu cepat
kehilangan air dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Penggunaan sistem tanam
yang terlalu rapat juga mempengaruhi jumlah air, sinar matahari dan hara yang
didapatkan tanaman karena akan menimbulkan kompetisi antara tanaman
sehingga hasil tiap tanaman tidak optimal (Harjadi, 2002).
Contoh dari penerapan jarak tanam pada tanaman kedelai adalah
menggunakan sistem tanam single row dan double row. Pada sistem tanam single
row, hal yang dilakukan adalah menanam satu baris tanaman tiap juring
sedangkan sistem tanam (Artari dan Titik, 2018). Pada sistem tanam single row
memberi dampak yang baik terhadap jumlah daun, dan bobot polong. Sistem
tanam single row juga berpengaruh terhadap kemudahan perawatan tanaman serta
pengendalian hama penyakit. Kekurangan dari sistem tanam single row adalah
pada jumlah populasi tanaman yang lebih sedikit dibandingkan dengan sistem
tanam double row (Kristiono dan subandi, 2016).
Sistem tanam double row merupakan sistem tanam dimana pada satu
juring terdapat dua baris tanaman (Artari dan Titik, 2018). Sistem double row
dapat meningkatkan tinggi tanaman dan populasi tanaman sehingga produktivitas
akan meningkat namun kekurangan dari sistem tanam ini dapat menciptakan iklim
mikro yang dapat menciptakan lingkungan yang cocok bagi perkembangan hama
(Kristiono dan subandi, 2016). Pada sistem tanam double row menghasilkan rata
rata berat biji yang cukup tinggi yaitu seberat 4,9 ton per hektar. Hasil tersebut
lebih besar 24,5% jika dibandingkan dengan sistem tanam single row yang
menghasilkan rata rata biji 3,94 ton per hektar (Artari dan Titik, 2018).
2.4 Pengaruh Inokulan Terhadap Kecepatan Tumbuh Kedelai
Inokulasi secara umum dilakukan dengan penambahan biakan bakteri
rhizobium kedalam tanah. Rhizobium sendiri adalah kelompok bakteri yang
bersimbiosis dengan tanaman tanaman kelompok leguminosa yang dapat
memfikasasi nitrogen bebas yang melimpah di udara. Nitrogen ini akan digunakan
untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan rhizobium adalah salah satu teknologi
budidaya tanaman ramah lingkungan, layak digunakan serta berkelanjutan dalam
meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan rhizobium merupakan salah
satu alternatif untuk menyediakan nitrogen pada tanaman (Purwaningsih, 2015)
Sumber inokulan juga dapat digantikan dengan tanah bekas tanaman
kacang kacangan seperti tanaman kedelai untuk mengikat nitogen dari udara. Hal
ini dilakukan karena adanya anggapan bahwa tanah bekas tanaman kacang
kacangan mengandung biakan bakteri rhizobium. Kebutuhan nitrogen tanaman
kedelai dapat sebanyak 80% dipenuhi oleh rhizobium pada bintil akar dalam
kondisi optimum. (Kris, 2001). Bakteri rhizobium akan membentuk bintil akar
atau nodul akar pada tanaman kedelai, dan melalui bintil ini bakeri rhizobium
akan mengikat nitrogen dari udara (Sopacoa, 2014).
Peran rhizobium sebagai inokulan tanaman kedelai berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman yang bersimbiosis dengan
rhizobium biasanya berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan
jumlah bintil pada akar tanaman kacang kacangan. Bakteri rhizobium pada
tanaman juga berguna untuk memperbaiki morfologis akar tanaman yang
diinokulasi seperti panjang akar dan pemanjangan akar lateral sehingga
penyerapan air dan hara akan lebih optimal. Nitrogen sendiri berperan dalam
pembentukan asam amino yang penting untuk mensistesis protein (Sopacoa,
2014). Hasil penelitian Ridho, et al. (2019) menunjukkan bahwa pemberian
inokulan pada tanaman kedelai meningkatkan kecepatan perkecambahan dan
keserempakan tumbuh yang baik. Pada penelitian Sopacoa (2014) menunjukkan
hasil nyata terhadap pemberian inokulan rhizobium terhadap kedelai. Tanaman
kedelai berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan juga jumlah akar
tanaman kacang kedelai. Pengaruh inokulan rhizobium terhadap rata rata tinggi
tanaman terlihat paling baik pada konsentrasi rhizobium 7 gram yaitu sepanjang
15,32 cm pada minggu ke-4. Pengaruh inokulan rhizobium terhadap rata rata
jumlah daun paling baik pada konsentrasi rhizobium 7 gram yaitu sebanyak 10,8
helai pada minggu ke-4. Pemberian inokulan rhizobium tidak terlihat berpengaruh
nyata terhadap diameter batang kedelai sedangkan terhadap jumlah bintil akar
kedelai, pemberian inokulan terlihat sangat berpengaruh dilihat pada usia tanaman
31 HST pada konsentrasi rhizobium 7 gram yaitu sebanyak 11 buah. Hal ini
menunjukkan semakin banyak nitrogen yang difiksasi maka semakin banyak
bintil akar yang dibentuk.
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada bulan September - November 2019,
bertempat di Lahan Praktikum Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di Desa
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kabupaten Malang. Menurut Badan Pusat
Statistik (2016), Kota Malang terletak di tengah Kabupaten Malang dan terletak di
440 - 667 meter diatas permukaan laut. Selain itu Kota Malang memiliki suhu
antara 17,2⁰C - 31,4⁰C dan kelembaban udara berkisar 19% - 98%. Musim di
Kota Malang meliputi musim hujan dan musim kemarau. Pada saat musim hujan
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu mencapai 385 mm, yang
terjadi selama 24 hari.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Teknologi Produksi Tanaman
khususnya komoditas kedelai antara lain cangkul, penggaris atau meteran,
knapsack sprayer, palu, ring sampel, ring master, balok kayu, ember, cetok, alat
tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kedelai inokulan
varietas Anjasmoro, plastic, karet, kertas label, tali rafia, label sampel, yellow
sticky trap, PGPR, pupuk SP36 (P2O5 36%), KCl (K2O 60%), urea (N 45%), air
dan pestisida Regent (bahan aktif : fipronil), Buldok (bahan aktif : beta siflutrin)
dan Dithane (bahan : mankozeb 80%).
3.3 Cara Kerja
Cara kerja kegiatan praktikum Teknologi Produksi Tanaman pada komoditas
kedelai adalah sebagai berikut :
3.3.1 Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan yang pertama yaitu membersihkan lahan dari gulma dan
sisa tanaman. Selanjutnya yakni menggemburkan lahan menggunakan cangkul
atau cetok dan diberi pupuk kandang kemudian kembali digemburkan. Setelah itu
menentukan pola tanam double row dengan jarak tanam 50 cm x 25 cm x 10 cm
dan jarak tanam 20 cm x 10 cm untuk pola tanam single row menggunakan tali
rafia sesuai ukuran.
3.3.2 Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah yaitu dengan menentukan lima titik pada lahan,
kemudian menyiapkan ring sampel, ring master, balok kayu, dan palu. Setelah itu
menekan ring sampel dengan balok penekan hingga tanah memenuhi ring sampel.
Selanjutnya meletakkan ring master diatas ring sampel kemudian menekan ring
dengan balok penekan dan palu hingga tanah terisi hingga setengah ring master.
Setelah itu mengambil ring dan memisahkan ring sampel dengan ring master.
Kemudian memasukkan ring sampel beserta tanah ke dalam plastik, mengikat
plastik dengan karet dan memberi label.
3.3.3 Penanaman
Penanaman kedelai dilakukan dengan merendam benih dalam larutan
inokulan selama 3 menit untuk perlakuan inokulan, kemudian membuat lubang
tanam sedalam 3 cm sesuai jarak tanam yang telah ditentukan. Setelah itu
memasukkan benih sebanyak 2 benih setiap lubang tanam dan menutup lubang
dengan pupuk kandang serta disiram. Selanjutnya dilakukan pemupukan SP36
dengan dosis 150 kg ha-1 yang ditugal dan berjarak 5 cm dari tanaman.
3.3.4 Pemupukan
Pemupukan dibagi menjadi tiga tahap yaitu pemupukan dasar, pemupukan
susulan 1 dan pemupukan susulan 2. Pemupukan dasar dilakukan saat pengolahan
lahan menggunakan pupuk kandang sebanyak 10 ton ha-1 dengan cara ditebar dan
menggunakan pupuk SP36 dengan dosis 150 kg ha-1 dengan cara ditugal.
Pemupukan susulan 1 yaitu 1/3 dosis yang dilakukan pada 2 mst menggunakan
pupuk urea (dosis 100 kg ha-1) dan KCl (dosis 150 kg ha-1) dengan cara ditugal di
lubang yang berbeda masing-masing berjarak 5 cm dari lubang tanam.
Pemupukan susulan 2 yaitu 2/3 dosis yang dilaksanakan pada 4 mst menggunakan
pupuk urea dan KCl dengan cara ditugal.
3.3.5 Perawatan
Perawatan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan,
pengaplikasian PGPR, serta pengendalian hama dan penyakit.
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman yang berjamur atau pada
lubang tanaman tidak tumbuh. Kegiatan penyulaman dilakukan pada 1 mst.
b. Pengairan
Pengairan yang dilakukan yaitu dengan menyiram satu persatu tanaman
kedelai pada setiap lubangnya. Kegiatan pengairan dilakukan secara kondisional
hingga memenuhi kapasitas lapangnya setiap hari pada pagi atau sore hari.
c. Penyiangan gulma
Penyiangan gulma disekitar komoditas kedelai dilakukan agar tidak terjadi
kompetisi dalam pengambilan unsur hara. Penyiangan gulma dilakukan dengan
mencabut langsung gulma menggunakan tangan.
d. Pengaplikasian PGPR
Pengaplikasian PGPR dilakukan pada 1 mst dan 6 mst, dengan cara
menyiram larutan PGPR dengan dosis 10 ml per liter air pada bagian perakaran
tanaman.
e. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan yakni secara langsung,
secara mekanis, dan kimiawi. Pengendalian secara langsung yaitu mengambil
hama atau penyakit dengan tangan secara langsung. Pengendalian secara mekanis
yakni dengan yellow sticky trap dan pengendalian secara kimiawi dengan
pestisida. Pestisida diaplikasikan menggunakan knapsack sprayer dengan
menyemprot seluruh populasi tanaman kedelai. Pestisida yang digunakan antara
lain Regent sebanyak 0,5 ml l-1 dengan bahan aktif fipronil untuk mengendalikan
penggulung daun (Lamprosema indicata), kepik hijau (Nezara viridula) dengan
konsentrasi penyemprotan volume tinggi yakni 1 - 2 ml l-1; Buldok sebanyak 15
ml l-1 dengan bahan aktif beta siflutrin untuk mengendalikan penggulung daun
(Lamprosema indicata), perusak daun (Plusia chalcites), penggerek polong
(Etiella zinckenella) dan konsentrasi penyemprotan volume tinggi yakni 3,75 - 7,5
ml per 10 liter; serta Dithane dengan dosis 6 gr l-1 dan bahan aktifnya yaitu
mankozeb 80% untuk mengendalikan penyakit karat daun (Phakopsora
pachyrhizi) dengan konsentrasi penyemprotan 3 g l-1.
3.3.6 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dalam interval 7 hari dalam seminggu. Tanaman
yang diamati adalah tanaman sampel sebanyak 10 tanaman. Tanaman sampel
dipilih secara acak dan bukan tanaman yang berperan sebagai border kemudian
memberi tanda dengan memasang label sampel pada tanaman yang dipilih.
Pengamatan yang dilakukan yakni menghitung presentase tumbuh, mengukur
tinggi tanaman, jumlah daun, intensitas penyakit dan keragaman arthropoda.
3.3.7 Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,
tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah
warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retakretak, atau polong sudah
kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Usia panen kedelai
yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75 - 100 hari,
sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100 - 110 hari, agar
kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata (Irwan, 2006)
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan yang perlu dilakukan pada praktikum adalah sebagai
berikut :
3.4.1 Presentase Tumbuh (%)
Perhitungan presentase tumbuh pada tanaman kedelai dilakukan pada 1
mst dan 2 mst. Presentase tumbuh dihitung sebelum dilakukan penyulaman
tanaman yang tidak tumbuh. Perhitungan presentase tumbuh tanaman kedelai
yaitu menggunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah tanaman tumbuh


Presentase Tumbuh ¿ x 100%
total populasi

3.4.2 Tinggi Tanaman (cm)


Pengamatan tinggi daun dilakukan pada 10 tanaman yang dijadikan
sampel dengan mengukur tinggi tanaman sampel dari atas permukaan tanah
sampai titik tumbuh tanaman menggunakan penggaris atau meteran. Kemudian
mencatat hasil tinggi tanaman pada form pengamatan. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan 3 mst. Pengukuran dilakukan 7 hari setelah pengukuran sebelumnya
dilakukan.
3.4.3 Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun diamati dengan cara menghitung tangkai daun karena kedelai
masuk ke dalam tanaman yang memiliki daun majemuk atau trifoliate, yaitu
setiap tiga helai daun dihitung satu daun pada tanaman sampel. Indikator
selanjutnya yang menandakan daun untuk dihitung yaitu daun yang telah
membuka sempurna atau lebih dari 50% utuh dan aktif dalam proses fotosintesis
yang ditandai dengan berwarna hijau. Kemudian mencatat hasil perhitungan pada
form pengamatan. Penghitungan jumlah daun dilakukan 3 mst dan perhitungan
dilakukan 7 hari setelah perhitungan sebelumnya.
3.4.4 Jumlah Polong (biji)
Salah satu bentuk produktivitas tanaman kedelai dapat dilihat dari polong
tanaman kedelai yang dihasilkan. Polong tanaman yang terbentuk ada dua yaitu
polong isi dan polong hampa. Polong isi merupakan polong yang mengandung biji
sedangkan polong hampa tidak mengandung biji (Ningsih, et al., 2017).
Polong hampa terbentuk dapat disebabkan oleh faktor tercukupi atau
tidaknya nutrisi tanaman kedelai selama proses pembentukan biji dalam polong.
Apabila jumlah polong isi yang terbentuk lebih banyak dari polong hampa maka
dapat dikatakan tanaman kedelai tersebut produktif. Selain itu, penyerapan nutrisi
oleh tanaman dapat menentukan optimalnya pembentukan polong isi (Chakma, et
al, 2015).
3.3.5 Bobot Polong (kg)
Menurut Sihotang, et al. (2015), bobot polong memiliki hubungan yang
erat dengan jumlah polong, jumlah buku subur dan jumlah cabang tanaman yang
dihasilkan. Bobot polong yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh pemberian
nitrogen. pada areal tanam dan penambahan unsur hara. Berat biji kering kedelai
yang terbentuk juga dapat ditentukan dengan pemberian pupuk nitrogen dan
pemberian pupuk ini tidak berdampak buruk pada ketegaran tanaman kedelai.
Jumlah polong isi berhubungan terhadap jumlah polong hampa, jumlah
cabang, dan kadar minyak pada bobot polong. Peluang terbentuknya bunga yang
semakin cepat dan polong lebih banyak pada suatu varietas dipengaruhi oleh
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang cepat (Hasnah, 2003).
3.3.6 Jumlah Bintil Akar
Bintil akar dibentuk oleh bakteri Rhizobium japonicum terjadi pada saat
kedelai masih muda yaitu setelah terbentuk rambut akar pada akar utama atau
pada akar cabang. Bintil akar mulai terbentuk pada 10 – 12 HST. Bintil akar
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesuburan tanaman kedelai
(Kumalasari, et al., 2013)
3.3.7 Intensitas Penyakit
Pengamatan indeks penyakit yaitu dengan melihat daun tanaman kedelai
yang terserang penyakit menggunakan metode skoring dengan skala tertinggi 4.
Ketentuan untuk skala 0 jika luas permukaan daun tidak menunjukkan adanya
gejala atau sehat, untuk skala 1 apabila luas permukaan daun terserang 1 - 25%,
skala 2 apabila luas permukaan daun terserang 26 - 50%, skala 3 apabila luas
permukaan daun terserang 51 - 75% dan untuk skala 4 apabila luas permukaan
daun terserang 76 - 100%. Perhitungan indeks penyakit metode skoring dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
∑(n x v )
I= X 100 %
ZXN

Keterangan :
I = intensitas Serangan
n = jumlah daun dari tiap katagori serangan
v = nilai skala tiap katagori serangan
Z = nilai skala dari katagori serangan tertinggi
N = jumlah daun yang diamati
3.3.8 Keragaman Arthropoda
Pengamatan keragaman arthropoda dilakukan dengan menghitung
serangga yang ditemukan pada petak dan menentukan serangga tersebut
masuk kedalam hama, musuh alami atau serangga lain.

Anda mungkin juga menyukai