Anda di halaman 1dari 29

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,

selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat.

Penduduk beberapa daerah di Indonesia juga menggunakan jagung sebagai

pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai

pakan ternak , diambil minyaknya dibuat tepung, dan bahan baku industri. Jagung

merupakan salah satu komoditas strategis yang perlu disentuh oleh kebijakan

pembangunan pertanian. Sehingga dalam memenuhi kebutuhan komoditas ini,

kita tidak bergantung lagi pada negara eksportir yang hanya akan menguras devisa

negara saja (Rosalina, 2011).

Rendahnya hasil jagung di Indonesia juga dipicu karena sebagian besar

tanaman jagung terdapat di lahan kering, sehingga kebutuhan air sepenuhnya

tergantung pada curah hujan. Tanaman sering menderita kekeringan, sebagian

besar petani masih menanam varietas lokal yang potensi hasilnya rendah, benih

berkualitas tinggi belum banyak ditanam petani jagung ditanam bersama komoditi

lain, pengelolaan tanaman dan lingkungan belum dilaksanakan secara intensif,

budidaya jagung memberi pendapatan yang lebih rendah daripada tanaman

pangan lainnya, sehingga tidak mendorong intensifikasi (Putranto, 2008).

Produksi jagung pada tahun 2013 (ASEM) sebesar 18,51 juta ton pipilan

kering atau mengalami penurunan sebesar 0,88 juta ton (4,54%) dibanding

tahun 2012. Penurunan produksi ini terjadi di Jawa sebesar 0,62 juta ton dan

di luar Jawa sebesar 0,26 juta ton. Penurunan produksi tejadi karena adanya
2

penurunan luas panen seluas 137,43 ribu hektar (3,47%) dan penurunan

produktivitas sebesar 0,55 kuintal/hektar (1,12%) (BPS, 2013).

Perkembangan ilmu pengetahuan semakin meluas seiring berkembangnya

zaman, tak terkecuali dibidang genetika yang semakin pesat sejak ditemukannya

hukum keturunan oleh Mendel pada permulaan abad ke – 20. Bahkan

perkembangan ilmu genetika berpengaruh besar terhadap kemajuan ilmu lainnya

seperti bidang kedokteran, kriminologi, sosiologi, dan bidang ilmu lainnya

(Syarif et al., 2015).

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi jagung adalah menggunakan

varietas unggul atau hibrida. Hibrida dapat memberikan hasil biji lebih tinggi

daripada varietas bersari bebas. Namun harga benih varietas hibrida jauh lebih

mahal daripada benih bersari bebas, dan setiap kali tanam petani harus membeli

benih baru. Selain itu, produksi benih varietas bersari bebas juga sederhana dan

dapat dengan mudah dilaksanakan oleh kelompok petani atau kelompok tani

(Sagala, 2008).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk dapat mengetahui teknik

persilangan pada tanaman menyerbuk silang pada tanaman jagung (Zea mays L.).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman, Program Studi

Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Saragi (2008) tanaman jagung (Zea mays L.) diklasifikasikan

sebagai berikut: Kingdom: Plantae ; Divisio: Spermatophyta; Subdivisio :

Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ; Ordo : Poales ; Famili:

Poacea ; Genus: Zea ; Spesies: Zea mays L.

Akar yang tumbuh relatif dangkal merupakan akar adventif dengan

percabangan yang amat lebat, yang menyerap hara pada tanaman. Akar layang

penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu

penyerapan unsur hara. Akar layang ini tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh

rapat pada buku – buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah

(Saragi, 2008).

Tanaman memiliki batang yang kaku dengan tingginya berkisar antara 1,5

m - 2,5 m dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang seling yang berasal

dari setiap buku. Buku batang mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku

dan membungkus rapat-rapat panjang batang utama. Sering melingkupi hingga

buku berikutnya. Pada lidah daun (ligula), setiap pelepah daun kemudian

membengkok menjauhi batang sebagai daun yang panjang, luas dan melengkung.

Ligula ini melekat kuat melingkupi batang dan ujung pelepah (Lubis, 2009).

Daun tanaman jagung berbentuk pita atau garis, mempunyai ibu tulang

daun yang terletak tepat di tengah-tengah daun. Tangkai daun merupakan pelepah

yang biasanya berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung. Daun pada

tanaman jagung mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman

utamanya dalam penentuan produksi (Putranto, 2008).


4

Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga

jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina (tongkol)

muncul dari axillary apical tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik

tumbuh apikal diujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari

saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Hampir 95 % dari persariannya

berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari

tanaman sendiri. Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas

(cross pollinated crop) (Lubis, 2009).

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung

pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat

secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji

jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seedcoat), endosperm dan

embrio (Putranto, 2008).

Syarat Tumbuh

Iklim

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah

beriklim sedang hingga sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di

daerah yang terletak antara 0 o


– 50 o
LU hingga – 40 o
LS. Pada lahan yang

tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal yakni

sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian

biji, tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam

diawal musim hujan dan menjelang musim kemarau (Lubis, 2009).

Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat. Namun


5

untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki persyaratan lingkungan

antara lain yaitu, menghendaki penyinaran matahari yang teduh, pertumbuhan

jagung akan merana dan tidak mampu membentuk buah. Menghendaki suhu

optimum 21o - 34o C. Di Indonesia, suhu semacam ini terdapat di daerah dengan

ketinggian antara 0-600 m dpl (Sembiring, 2014).

Distribusi curah hujan yang merata selama pertumbuhan akan memberikan

hasil yang baik. Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman jagung

kurang lebih 200 mm tiap bulan. Untuk memperoleh hasil yang baik, tanaman

jagung membutuhkan keadaan air yang cukup, terutama pada fase perbungaan

hingga pengisian biji (Rahmi, 2013).

Tanah

Tanah yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman

ini memerlukan aerase dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada

berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolahan yang baik. Tanah dengan

tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhan. Tanah-tanah

dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik

pengolahan tanah yang dikerjakan secara optimal, sehingga aerase dan

ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik (Putranto, 2008).

Tanaman jagung dapat tumbuh disegala macam tanah, tetapi akan tumbuh

lebih subur bila ditanam pada tanah yang gembur dan kaya akan humus. Jagung

tidak memerlukan persyaratan khusus, sehingga dapat tumbuh baik pada berbagai

jenis tanah, bila mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah-tanah dengan tekstur

berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik, asalkan

pengolahan tanah dikerjakan secara optimal (Sembiring, 2014).


6

Tanaman jagung dapat tumbuh pada ketinggian 50-1800 m dpl. Tetapi

ketinggian optimal adalah 50 – 600 m dpl. Untuk berproduksi secara optimal

memerlukan tanah yang gembur, subur dan kaya akan unsur hara, aerasi dan

drainase baik, kaya akan bahan organik dengan keasaman tanah (pH) antara 5,6 –

7,5 (Yull, 2014).

Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan

baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama

nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena

pada umumnya tanah di Indonesia miskin hara dan rendah bahan organiknya,

maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun

pupuk kandang) sangat diperlukan (Rahmi, 2013)


7

TEKNIK PERSILANGAN PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

Teknik Persilangan

Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan

pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi

cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya

tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan.

Dikenal dua macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan

perkawinan silang (crossing). Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan

dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu

tanaman, tetapi masih dalam satu spesies. Perkawinan silang (crossing) adalah

perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis

bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik. Jika persilangan dilakukan

siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun

terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari

setelah mekar hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).

Tujuan utama melakukan persilangan adalah : 1. Menggabungkan semua

sifat baik ke dalam satu genotipe baru, 2. Memperluas keragaman genetiik, 3.

Memanfaatkan vigor hibrida dan 4. Menguji potensi tetua (Ashari, 1998).

Penyerbukan silang adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma bunga

yang berbeda. Contoh dari persilangan ini adalah ubi kayu, alfalfa, jagung, padi

liar ,dan lain-lain.Terjadinya penyerbukan silang disebabkan oleh:a. Gangguan

mekanis terhadap penyerbukan sendiri.b. Perbedaan periode matang sebuk sari

dan kepala putik.c. Sterilitas dan inkompatibilitasd. Adanya bunga monocious dan

diocious (Sandra, 2008).


8

Tahapan Persilangan

Tahapan persilangan tanaman jagung adalah pemilihan bunga sebagai

induk betina, kastrasi, isolasi, pengumpulan serbuk sari dan penyerbukan. Pada

persilangan menyerbuk silang, khususnya pada tanaman Jagung, tahap emaskulasi

tidak dilakukan karena. Katrasi adalah kegiatan membersihkan bagian tanaman

yang ada di sekitar bunga dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang

tidak dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu (Desentia, 2015).

Isolasi dilakukan agar bunga yang tidak diserbuki oleh serbuk sari (pollen)

asing. Dengan demikian baik bunga jantan maupun bunga betina harus

dikerudungi atau disungkup dengan kantung plastic. Kantung ini bisa terbuat dari

kertas tahan air, kain, plastic, selotipe dan lain-lain. Ukuran kantung disesuaikan

dengan ukuran bunga tanaman yang bersangkutan (Henwi, 2010).

Pengumpulan serbuk sari dari tanaman tetua jantan dapat dimulai beberapa

jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar. Bila letak pohon tetua betina jauh

dari tanaman tetua jantan, maka pengangkutan kuncup-kuncup bunga dari tetua

jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang lama. Agar kuncup bunga itu

tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan segar, hendaknya kuncup bunga

itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum matahari terbit atau pada sore hari

setelah matahari terbena (Desentia, 2015).

Penyerbukan buatan dilakukan antara tanaman yang berbeda genetiknya.

Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen (serbuk sari) yang viable atau

anter dari tanaman tetua jantan yang sehat, kemudian penyerbukannya dilakukan

ke stigma tetua betina. Penyerbukan dapat dilakukan dengan menggunakan kuas,

pinset, tusuk gigi yang steril, yaitu dengan mencelupkan alat—alat tersebut ke
9

alkoholpekat, dan dibiarkan kering kemudian dicelupkan ke polen dan oleskan ke

stigma (Henwi, 2010).

Pada saat penyungkupan tetua jantan, selain dibungkus dengan amplop

cokelat, sebaiknya dilapisi juga dengan plastic. Hal ini agar serbuk sari tidak

terkena air saat hujan. Setelah dilakukan penyerbukan, alat kelamin betina atau

putiknya disungkup kembali dengan serbuk sari dan akan dibuka saat pemanenan.

Hal ini dilakukan agar mencegah terjadi jatuhnya serbuk sari dari tetua jantan

yang lain (Indrawan, 2012).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Persilangan

Faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan persilangan adalah

waktu dan proses penyerbukan yang dilakukan. Waktu yang optimal untuk

melakukan proses penyerbukan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari. Salah

satu upaya untuk meningkatkan protein biji jagung adalah dengan memanfaatkan

efek xenia. Persilangan buatan dilakukan dengan cara menyerbuki tongkol

tanaman sesuai dengan perlakuan tertentu yang sudah ditentukan. Kemudian

tongkol yang telah diserbuki ditutupi dengan kantong khusus untuk melindungi

dari penyerbukan oleh tepung sari bunga lain (Wijaya, 2007).

Faktor lingkungan yang sering dialami oleh tanaman adalah cekaman

dimana faktor ini akan mengurangi laju pada proses fisiologi. Dalam cekaman

seperti ini tanaman memiliki cara sendiri untuk menghadapi efek yang merusak

pada dirinya yang ditimbulkan oleh cekaman. Apabila tanaman mampu

menghadapi cekaman berarti tanaman tersebut memiliki resistensi yang tinggi

terhadap cekaman (Mulyani, 2006).


10

Pemilihan tetua menjadi salah satu tahap yang krusial dalam proses

pemuliaan melalui persilangan. Keberhasilan persilangan akan meningkat apabila

tetua yang digunakan dan kombinasi persilangannya tetap, sehingga dengan

jumlah kombinasi persilangan yang sedikit, efisiensi pemuliaan akan meningkat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tetua antara lain : 1.

Salah satu tetua memiliki dan membawa karakter unggul atau karakter yang

menjadi target pemuliaan, 2. Salah satu atau kedua tetua memiliki adaptasi

penampilan agronomis yang baik, dan 3. Kedua tetuaa sebaiknya memiliki jarak

kekerabatan yang jauh sehingga dapat menghasilkan keragaman genetik tinggi

pada rogeni (keturunannya) (Handayani, 2014).

Kelebihan dan Kekurangan Teknik Persilangan

Kelebihan dari persilangan menyerbuk silang pada jagung adalah

merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variabilitas genetik,

bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudah dilakukan dan

untuk memindahkan gen ketahanan terhadap hama dan penyakit, atau

toleransi terhadap cekaman kekeringan pada varietas tanaman dan dimaksudkan

untuk memperluas keragaman (Suwardi, 2009).

Jika tanaman jagung diserbuk sendirikan maka keturunan yang

diperoleh (ihibrida S1) mempunyai vigor lebih rendah daripada tanaman S0

semula; daya hasil berkurang, tinggi tanaman lebih kecil, tongkol lebij

kecil, dan lain - lain. Penurunan vigor ini masih berlanjut jika tanaman

inbrida S1 sendiri untuk menghasilkan inbrida S2. Turunnya vigor ini disebut

inbriding Kelebihan dari persilangan menyerbuk sendiri pada kedelai adalah

merupakan cara yang paling populer untuk meningkatkan variabilitas genetik,


11

bahkan sampai sekarang karena murah, efektif, dan relatif mudah untuk dilakukan

Persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua atau

induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya

(Pahlevie, 2009).

Kekurangan teknik persilangan pada tanaman kedelai adalah dengan

pembuahan sendiri secara terus menerus akan mengakibatkan populasi pada

generasi berikutnya cenderung mempunyai tingkat homozigositas yang semakin

besar dan heterozigotnya semakin kecil. Tingkat heterozigotnya atau keragaman

genetiknya akan semakin berkurang karena terjadi penyerbukan sendiri secara

terus menerus dan perubahan susunan genetika pada masing–masing pasangan.

Alel mengarah ke homozigositas, sehingga susunan genetik dalam tanaman semua

atau sebagian besar homozigot (Syukur, 2009).

Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Kegiatan yang dilakukan sebelum menyilangkan adalah dengan menyiapkan

alat dan bahan. Kemudian bunga betina (tongkol) yang akan diserbuki dipilih.

Tongkol yang dipilih yaitu tongkol yang belum diserbuki, ditandai dengan rambut

pada ujung tongkol belum keluar atau keluar dalam jumlah sedikit, dan ukuran

tongkol masih kecil. Tanaman yang akan dipakai sebagai tetua jantan (sumber

serbuk sari) dipilih. Malai yang dipilih yaitu malai yang siap untuk dijadikan tetua

ditandai dengan bunga jantan sudah mekar (Sunarto, 1997).

Bunga jantan tersebut dibungkus menggunakan kantong kertas sampai rapat,

ditunggu kira-kira 2 hari, kemudian digoyang-goyangkan agar serbuk sari

terkumpul pada kantong. Setelah kantong dirasa sudah cukup terisi oleh serbuk

sari, dengan segara kantong tersebut digunakan untuk membungkus tongkol yang
12

sudah dipilih sebelumnya, dan ditutup dengan rapat. Kantong berisi serbuk sari

yang sudah ditutupkan pada tongkol, digoyang-goyangkan agar serbuk sari jatuh

pada tongkol (Nasir, 2001).

Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan penyesuaian waktu

berbunga. Ini berarti bahwa waktu tanam tetua jantan dan betina harus

diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan. Pada tetua

betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, pada pagi hari, bila melalui waktu

tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika

stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga

betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan

membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua

akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan

informasi tentang umur tanaman berbunga (Syukur, 2009).

Untuk melakukan penyerbukan sendiri (self pollination), tongkol ditutup

sebelum rambutnya keluar. Setelah rambut keluar, tepung sari (pollen) ditaburkan

ke atas rambut tongkol, dan tongkol ditutup dengan kantong yang semula dipakai

untuk mengumpulkan tepung sari (Pahlevie, 2009).

Kastrasi adalah membuang bagian tanamanyang tidak diperlukan. Kegiatan

ini biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi dilakukan sehari sebelum

penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna saat penyerbukansehingga

keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Setiap bunga (spikelet) terdapat enam

benang sari. Dua kepala putikyang menyerupai rambut tidak boleh rusak. Oleh

karena itu perlu hati-hati dalam melakukan kastrasi (Supartpo, 2006).


13

Emaskulasi adalah pembuangan bunga jantan pada tanaman

jagungdilakukan pada saat bunga jantan keluar, tetapi sebelum mekar, jadi

belum penyerbukan. Tujuan pembuangan bunga jantan adalah untuk

pengalihan kekuatan (tenaga) pada pembuatan tongkol, agar jagung

menjadi lebih besar dan lebih banyak (Rochani, 2008).


14

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Percobaan

Pelaksanaan percobaan ini dilakukan atau dimulai pada bulan 1 Maret

sampai dengan bulan Mei 2018. Percobaan ini dilakukan di Lahan Dasar

Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pinset berfungsi untuk

pengambilan serbuk sari, Gunting berfungsi untuk memotong serbuk sari , Kaca

pembesar berfungsi untuk memperjelas penglihatan serbuk sari, Kertas label

digunakan sebagai pelabelan nama agar dapat mengetahui yang mana yang

disilangkan, Cawan Petri sebagian wadah letak serbuk sari. Kamera Handphone

untuk dokumentasi. Timbangan analitik untuk menimbang bahan. Gembor untuk

menyiram tanaman. Spidol untuk menandai persilangan dan plank. Meteran untuk

mengukur lahan. Cangkul untuk membolak balikkan tanah.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung

(Zea mays L.) dengan varietas Bonanza F1 berfungsi sebagai bahan percobaan,

Top soil berfungsi sebagai bahan organik untuk kesuburan tanah, Pupuk TSP,

Pupuk KCL, Pupuk Urea berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan dan Air

berfungsi untuk merendam benih dan menyiram tanaman yang ada pada lahan

percobaan.
15

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan pada hari Selasa tanggal 27 Februari 2018 yang

meliputi beberapa kegiatan diantaranya pancangkulan, pembersiahan gulma,

perataan permukaan tanah, pembuatan parit (drainase) dan pembuatan lubang

tanam. Lahan diolah sedalam 30 cm sampai gembur, dibuat lubang tanam dengan

jarak 20-30 cm, lahan dibentuk perplot berbentuk persegi panjang 1,5 x 2 m.

Penanaman Benih

Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kadalaman lubang perlu

diperhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang

tanam antara 3-5 cm, dan tiap lubang diisi 2 butir benih. Pada saat penanaman

benih sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Jadi,

penanaman yang baik dilakukan pada waktu musum penghujan hampir berakhir.

Dengan jarak tanam jagung 30 x 40 cm.

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman tanaman jagung dilakukan setiap hari, tepatnya pada sore hari

dengan banyak air yang diberikan sesuai dengan jumlah kebutuhan air perplot.

Penyiraman dilakukan dangan menggunakan gembor dan dilakukan secara

merata.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menggunakan system larikan, pupuk yang

diberikan adalah pupuk urea dengan dosis 300 kg/Ha, pupuk TSP dengan dosis

200kg/Ha, dan KCl dengan dosis 100 kg/Ha.


16

Penyulaman

Penyulaman benih yang tudak tumbuh dilakukan pada umur satu minggu

setelah tanam. Lubang tanam diperika, benih yang tidak tumbuh dibuang, dan

diganti dengan benih yang baru.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 hari sekali. Penyiangan atau pembersihan lahan

dari gulma dapat dilakukan denha tangan. Penyianganjangan sanpai mengganggu

perakaran tanaman yang pada umur tersebut belum kuat mencengkeram tanah.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan dengan cara sanitasi

pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman terdahulu atau gulmanya Pengendalian

lainnya adalah dengan pengaturan sanitasi lingkungan. Sanitasi yang baik dan

terjaga mengurangi kemungkinan hama menyerang tanaman.

Tahapan Persilangan Tanaman Jagung (Zea mays L.)

1. Persiapan Alat dan Bahan

Disiapkan alat dan bahan untuk persilangan

Gambar 1. Persiapan Alat dan Bahan Persilangan

2. Penyungkupan Bunga Jantan.

Disungkupkan bunga jantan yang telah muncul agar tidak menyerbuk


bunga betina secara alami dengan amplop coklat.
17

Gambar 2. Penyungkupan Bunga Jantan

3. Penyungkupan Bunga Betina.

Disungkupkan bunga betina yang telah muncul agar tidak diserbuki bunga
jantan secara alami dengan amplop coklat.

Gambar 3. Penyungkupan Bunga Betina

4. Pengumpulan Serbuk Sari.

Dikumpuli serbuk sari dengan menguncangguncang didalam amplop


coklat.

Gambar 4. Pengumpulan Serbuk Sari

5. Kastrasi Bunga Betina.

Dikastrasi bunga betina dan dipotong dengan menggunakan gunting.


18

Gambar 5. Kastrasi Bunga Betina

6. Polinasi.

Dilakukan persilangan dengan diserbuki serbuk sari ke putik.

Gambar 6. Polinasi

7. Isolasi.

Dilakukan isolasi agar bunga betina tidak dapat diserbuki oleh bunga
jantan lain secara alami.

Gambar 7. Isolasi
19

8. Pelabelan.

Dilakukan Pelabelan agar mengetahui letak persilangan bunga betina


dengan bunga jantan.

Gambar 8. Pelabelan

Panen

Umur panen jagung varietas Bonanza adalah 84 hari. Jagung dipanen

dengan cara tongkol dipotong dari batang lalu dijemur dalam keadaan utuh.

Jagung yang telah siap panen ditandai dengan jagung/kelobot telah kering

berwarna kekuning-kuningan dan ada tanda hitam di bagian paangkal tempat

melekatnya jagung pada tongkol.

Parameter Pengamatan

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman jagung diambil satu minggu sekali dan pengukuran tinggi

jagung mulai dilakukan 15 HST atau pada saat tanaman jagung berumur 2 MST

hingga ± 7 MST.

Jumlah Daun
20

Jumlah daun dihitung setiap satu minggu sekali dimulai dari 2 MST

hingga ± 7 MST. Perhitungan jumlah daun dimulai dari daun yang terletak di

dekat akar hingga daun yang sudah melebar (tidak kuncup).

Diameter Batang (mm)

Diameter dihitung setiap satu minggu sekali dimulai dari 2 MST hingga ±

7 MST menggunakan jangka sorong.

Umur Berbunga (MST)

Umur bunga jagung varietas Bonanza F1 adalah 51 HST.

Persentase Keberhasilan Persilangan

Persilangan dilakukan setelah bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina

(putik) memiliki kriteria yang memenuhi untuk dilakukannya persilangan.

Persentase persilangan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

%PK = Jumlah Tanaman Yang Berhasil Disilangkan x 100%


Jumlah Tanaman Yang Disilangkan
21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Perkecambahan

Komoditi : Jagung (Zea mays L.)

Varietas : Bonanza F1

Parameter : Persentase Perkecambahan

Tanggal Tanam : 1 Maret 2018


Jumlah benih yang tumbuh
% perkecambahan = x 100 %
Jumlah benih yang ditanam
= 26
x 100%
32
= 81,25 %
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data tinggi tanaman sampai

5 MST yang disajikan dalam tabel 1.

Tabe1 1. Tinggi tanaman (cm)


Sampel
MST Total Rataan
1 2 3 4 5

2 25,5 30 33 30 34 182,5 36,5

3 51 50,5 46,5 53 55 256 51,2

4 85 90,2 89,5 70,5 81,3 416,5 83,3

5 93 95 92,5 88 91,2 459,72 91,944

6 102 106 104 98,5 103 513,5 102,7

7 115 121 114 119 117 586 117,2

Berdasarkan tabel 1 pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi pada

MST ke 7 dan terendah pada MST ke 2 sedangkan selama 7 MST sampel

tanaman tertinggi sampel ke 2 dan terendah sampel ke 3.


22

Jumlah daun (helai)

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data jumlah daun sampai 5

MST yang disajikan dalam tabel 2.

Tabe1 2. Jumlah daun (helai)


Sampel
MST Total Rataan
1 2 3 4 5

2 2 2 2 3 3 12 2,4

3 2 4 4 4 4 18 3,6

4 5 4 4 3 4 20 4

5 7 5 5 4 5 26 5,2

6 8 6 6 6 6 32 6,4

7 9 7 7 8 7 38 7,6

Berdasarkan tabel 2 pertumbuhan jumlah daun tertinggi pada MST ke 7

dan terendah pada MST ke 2 sedangkan selama 7 MST sampel tanaman jumlah

daun terbanyak pada sampel ke 1 dan terendah sampel ke 2 dan 3.

Diameter Batang (mm)

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data diameter batang

sampai 5 MST yang disajikan dalam tabel 3.

Tabe1 3. Diamter Batang (mm)


Sampel
MST Total Rataan
1 2 3 4 5

2 15,6 16,7 14,50 16,75 25,9 79,45 15,89

3 18 17,45 16 17,65 17,5 86,6 17,32


23

4 20,2 19,05 17 19,8 18,55 94,6 18,92

5 21,9 20,65 19,05 21 20 102,6 20,52

6 22 21,15 21 22,05 21,50 107,7 21,54

7 23,50 22 22 23,05 22,10 112.65 22,53

Berdasarkan tabel 3 pertumbuhan diameter batang terbesar pada MST ke 7

dan terendah pada MST ke 2 sedangkan selama 7 MST sampel tanaman diameter

terbesar pada sampel ke 1 dan terendah sampel ke 2 dan 3.

Umur Berbunga (HST)

Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh data umur berbunga

disajikan dalam tabel 4.

Tabe1 4. Umur berbunga (HST)


Sampel
Bunga Total Rataan
1 2 3 4 5

Betina 51 51 51 51 51 255 51

Jantan 51 51 51 51 51 225 51

Berdasarkan tabel 4 umur berbunga bunga betina tanaman jagung adalah

51 HST dan umur berbunga bunga jantan adalah 51 HST.

Persentase Persilangan (%)

Tabel 5. Tabel persilangan

Tetua
Persilangan ke- Keterangan
Betina Jantan

1 B1,1 B1,3 Berhasil


24

2 B4,1 B4,2 Berhasil

4 B4,2 B3,2 Berhasil

10

% Persentase Keberhasilan = Jumlah yang berhasil disilangkan x 100%


Jumlah tanaman disilangkan

= 1 x 100%
10
= 10 %
Pembahasan

Tinggi tanaman jagung (Zea mays L.) yang telah diamati dari mst 2 hingga

mst ke 7 menunjukkan pertumbuhan tanaman yang bagus dan hormon serta gen

yang berperan dalam proses pertumbuhan berjalan sesuai fungsinya, selain itu

pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi juga oleh pemberian pupuk yang

dilakukan pada mst ke 3 setelah tanam. Hal ini sesuai dengan literatur

Pahlevie (2009) yang menyatakan bahwa pemupukan pada tanaman dapat

menambah unsur hara yang ada dalam tanah sehingga mampu mempengaruhi

pertumbuhan tanaman.

Banyaknya jumlah helai daun dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

faktor eksternal dan internal, faktor eksternal diantaranya suhu, keadaan disekitar
25

tanaman, kelembaban, cahaya matahari, penyiraman yang teratur dan faktor

internal diantaranya gen dan hormon pada daun. Hal ini sesuai denga literatur

Arifin (2011) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan internal.

Diameter batang juga merupakan salah satu dari pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, diameter batang adalah dimensi pohon yang paling

mudah diperoleh atau diukur terutama pada pohon bagian bawah. Hal ini sesuai

dengan literatur Fradana (2014) yang menyatakan bahwa bentuk batang berkaitan

dengan perubahan diameter batang karena perubahan tinggi pengukuran.

Dari hasil praktikum diperoleh umur berbunga jagung Bonanza F1

berumur 51 hari. Pada umur tersebut mulai dilakukan penyungkupan agar tidak

terjadi penuerbukan alami. Hal ini sesuai dengan literatur Maintang dan Nurdin

(2013) yang menyatakan bahwa Jagung merupakan tanaman yang menyerbuk

silang secara alami. Penyerbukan buatan baik penyerbukan sendiri (persilangan

dalam) atau penyerbukan silang adalah kegiatan yang sangat erat kaitannya

dengan pemuliaan tanaman jagung.

Persentase keberhasilan melakukan persilangan jagung (Zea mays L.)

sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan dalam persilangan rendah.

Adapun kendala dalam persilangan pada tanaman jagung ini adalah cuaca yang

buruk, waktu persilangan yang kurang tepat, kondisi bunga jantan dan betinanya,

hingga pemulianya sendiri kurang mengerti dan kurang teliti. Hal ini sesuai

dengan literature Handayani (2014) yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan


26

polinasi adalah pagi hari dimana bunga betina belum keluar semua dengan

sederhana.

Kegagalan pada persilangan jagung dan sesamanya disebabkan oleh faktor

lingkungan seperti cuaca yang ekstrim dan perbedaan kematang alat kelamin

jantan dan betina. Hal ini sesuai dengan literatur Nungroho dan Budi (2014) yang

menyatakan rendahnya keberhasilan persilangan dipengaruhi oleh waktu berbunga

yang tidak sinkron antar tetua (jantan dan betina). Selain itu ada beberapa faktor

seperti kegagalan tanaman untuk berbunga, rendahnya produksi polen, polen tidak

viabel, mandul jantan, dan self incompatibility.


27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi pada MST ke 7 dan terendah pada

MST ke 2 sedangkan selama 7 MST sampel tanaman tertinggi sampel ke 2

dan terendah sampel ke 3.

2. Pertumbuhan jumlah daun tertinggi pada MST ke 7 dan terendah pada MST

ke 2 sedangkan selama 7 MST sampel tanaman jumlah daun terbanyak pada

sampel ke 1 dan terendah sampel ke 2 dan 3.

3. Pertumbuhan diameter batang terbesar pada MST ke 7 dan terendah pada

MST ke 2 sedangkan selama 7 MST sampel tanaman diameter terbesar pada

sampel ke 1 dan terendah sampel ke 2 dan 3.

4. Umur berbunga jagung Bonanza F1 adalah 51 hari. Pada umur tersebut mulai

dilakukan penyungkupan agar tidak terjadi penyerbukan alami.

5. Persentase keberhasilan melakukan persilangan jagung adalah sebesar 10%

6. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan persilangan yaitu

waktu berbunga yang tidak sinkronantar tetua (jantan dan betina), mandul si

penyilang dan cuaca yang buruk.

Saran

Diharapkan para praktikan lebih teliti dan cermat dalam melakukan

persilangan pada tanaman jagung agar tongkol yang dihasilkan sesuai dengan ciri-

ciri persilangan jagung yang berhasil.


28

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, A., Azrai, M., Suwarno, W. B., Sutjahjo. 2015. Pendugaan Keragaman
Genetik Dan Heritabilitas Jagung Hibrida Silang Puncak Pada Perlakuan
Cekaman Kekeringan. IPB. Bogor

Ashari, S. 1995. Hortikultura. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

BPS. 2014. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Sementara Tahun 2013).
Berita Resmi Statistik No. 22/03/ Th. XVII.Jakarta.

Desentia, C. 2015. Laporan Praktikum: Teknik Persilangan Pada Tanaman Jagung


(Zea mays L.). Universitas Halu Oleo: Maluku.
Handayani. 2014. Persilangan Tanaman. Yudistira. Jakarta.

Henwi, L. 2010. Tahapan Persilangan Pada Tanaman Menyerbuk Silang dan


Sendiri. Universitas Lampung: Lampung.
Indrawan, V,V. 2012. Laporan Praktikum: Teknik Persilangan Tanaman Kopi
Robusta (Coffea canephora (L) Pierre.). Universitas Brawijaya:
Malang.
Lubis, S. M. 2009. Variebillitas dan Heritabilitas berbagai Karakter Tanaman
Jagung ( Zea mays L.) Hasil Persilangan Respirokal Generasi F1. USU
Press. Medan.

Mulyani, E. S. 2006. Anatomi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman.Direktorat Jenderal Pendidikan


Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Pahlevie, S. A. S. 2009. Pemilihan Tetua Untuk Selfing dan Tanaman Bersari
Bebas Varietas Jagung (Zea mays L.). USU. Medan

Putranto , S . A . 2008 . Evaluasi Daya Gabung Beberapa Varietas


Jagung (Zea mays L.) dengan Metode Silang Varietas. USU Press.
Medan.

Rahmi, C. 2013. Analisis Usahtani dan Pemasaran Jagung (Studi Kasus Desa
Pamah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi). USU Press. Medan.

Rochani, S., 2008. Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Azka. Jakarta.

Rosalina, S. W. 2011. Keragaman Fenotipe Tanaman Jagung Hasil Persilangan


Studi Heritabilitas beberapa Sifat Tanaman Jagung. Universitas Jember.
Jember.
29

Sagala , L. 2008. “Pengujian Persilangan Resiprok Terhadap Karakter Vegetatif


Dan Generatif Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.)” (Skripsi). FP
USU. Medan.

Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan. <http://eshaflora.com/index.


php?option=com content &task=view&id=63&Itemid=61> . Diakses 22
Mei 2018.

Saragi, M. S. 2008. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Penyakit pada


Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Lapangan. USU
Press. Medan.

Sembiring, S.A. 2014. Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi pada
Sistem Pola Tumpang Sari.USU Press. Medan.

Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.


Supartopo. 2006. Teknik Persilangan Padi (Oryza sativa L.) Untuk Perakitan
Varietas Unggul Baru. Buletin Teknik Pertanian

Suwardi.2009.Teknologi Produksi dan Pasca Panen Benih Unggul Jagung


Hibrida. Posiding Seminar NasionalSeralia.Vol.7(2):307-312.
Syukur, M., Sujiprihati, S., Koswara, J dan Widodo. 2012. Interaksi Genetik x
Lingkungan Untuk Ketahanan Cabai Terhadap Antraknosa yang
Disebakan Oleh Colletotrichum acutatum. IPB. Bogor

Wijaya. 2007. Dasar – Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Yull, N. R. A. 2014. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pedapatan


Petani Jagung (Studi Kasus: Desa Lau Bakeri, Kecamatan Kuta Limbaru,
Kabupaten Deli Serdang). USU Press. Medan

Anda mungkin juga menyukai