Anda di halaman 1dari 18

PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA (Zea mays) DI LAHAN

SEED TEACHING FARM POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

(Laporan Praktikum)

Oleh
Reza Fadilla (19713038)

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2021
1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Prisma,2012) .
Provinsi Lampung sendiri merupakan salah satu sentra produksi jagung dengan
kontribusinya terhadap produksi nasional mencapai 8,6 persen. “Luas panen
jagung di Lampung mencapai 486.313 hektare dengan produktivitas 5,3 ton per
hektar.
Jagung hibrida merupakan generasi pertama hasil persilangan 2 galur
murni, jagung hibrida dirakit melalui persilangan galur atau plasma nutfah.
Plasma nutfah sendiri memegang peranan yang sangat vital karena berperan
dalam menentukan ketersediaan tetua unggul. Tetua yang berasal dari plasma
nutfah superior dengan karakter agronomi ideal akan menghasilkan galur yang
memiliki daya gabung yang baik.Setelah galur tetua atau parents yang diinginkan
telah diperoleh, baik itu tetua jantan maupun betina, maka proses selanjutnya
adalah perbanyakan benih jagung hibrida.
Kebutuhan jagung hibrida dalam negeri meningkat 3,77% setiap
tahunnya seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya
industri pangan dan pakan ternak unggas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
2

dan dalam upaya mencapai swasembada jagung hibrida maka produktivitas harus
ditingkatkan dan biaya produksi harus ditekan seefisien mungkin. Salah satu cara
untuk meningkatkan produktivitas dengan biaya rendah yakni penggunaan
varietas jagung hibrida. Pada tahun 2015, penggunaan jagung hibrida di Indonesia
baru mencapai 56% dari total 3,79 juta ha luas panen jagung hibrida, dan sisanya
petani menggunakan jagung hibrida bersari bebas dengan tingkat produktivitas
yang lebih rendah dibandingkan hibrida (Kementan, 2017) Alasan utama petani
menanam varietas hibrida adalah pertama karena varietas tersebut menghasilkan
produksinya yang tinggi, yaitu sekitar 10 ton/Ha, yang merupakan keunggulan
varietas hibrida dibandingkan varietas non-hibrida. Keunggulan tersebut berupa
peningkatan hasil, ukuran sel, tinggi tanaman, ukuran daun, perkembangan akar,
jumlah biji, ukuran benih dan bentuk lainnya (Badan Litbang Pertanian, 2016),
dan adanya bantuan benih (Kementan, 2019).

I.2 Tujuan
Tujuan dari Praktikum yaitu mengetahui cara produksi benih jagung
hibrida yang baik dan benar.

I.3 Manfaat
Adapun manfaat Praktikum yaitu, sebagai sarana mahasiswa Teknologi
Perbenihan untuk belajar dan menerapkan ilmu produksi benih jagung hibrida.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Klasifikasi Tanaman


Tanaman jagung mempunyai Nama botani Zea mays L. Tanaman ini, jika
diklasifikasikan termasuk keluarga rumput-rumputan. Klasifikasi dari tanaman
jagung adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea Spesies : Zea mays L.
(Sumber : Prahasta, 2009)

II.2 Morfologi Tanaman Jagung


Dari bukti genetik, antropologi, dan arkeologi didapat pada daerah asal
jagung adalah Amerika Tengah, yaitu Meksiko bagian selatan. Budidaya jagung
telah dilakukan di daerah tersebut 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi budidaya
ini dibawa ke Amerika Selatan, yaitu Ekuador, 7.000 tahun yang lalu, dan sampai
kedaerah pegunungan di Selatan Peru 4.000 tahun yang lalu (Prahasta, 2009).
Akar. sistem perakaran tanaman jagung merupakan akar serabut dengan 3
macam akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Pertumbuhan akar
ini melambat setelah plumula muncul kepermukaan tanah. Akar adventif adalah
akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, selanjutnya
berkembang dari tiap buku secara berurutan ke atas hingga 7 sampai dengan 10
buku yang terdapat di bawah permukaan tanah. Akar adventif berperan dalam
pengambilan air dan unsur hara. Akar udara adalah akar yang muncul pada dua
4

atau tiga buku di atas permukaan tanah yang berfungsi sebagai penyangga supaya
tanaman jagung tidak mudah rebah. Akar tersebut juga membantu penyerapan
unsur hara dan air (Riwandi dkk., 2014).
Batang. jagung memiliki tinggi berkisar antara 150 sampai dengan 250
cm yang terbungkus oleh pelepah daun yang berselang-seling berasal dari setiap
buku. Ruas-ruas bagian atas berbentuk silindris, sedangkan bagian bawah agak
bulat pipih. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga
betina. Percabangan (batang liar) pada jagung umumnya terbentuk pada pangkal
batang. Batang liar adalah batang sekunder yang berkembang pada ketiak daun
terbawah dekat permukaan tanah (Riwandi dkk., 2014).
Daun. jagung bervariasi antara 8 helai sampai dengan 15 helai, berwarna
hijau berbentuk pita tanpa tangkai daun. Daun jagung terdiri atas kelopak daun,
lidah daun (ligula) dan helai daun yang memanjang seperti pita dengan ujung
meruncing. Pelepah daun berfungsi untuk membungkus batang dan melindungi
buah. Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai jumlah daun relatif lebih
banyak dibandingkan dengan tanaman jagung yang tumbuh di daerah beriklim
sedang.
Bunga. tanaman jagung disebut juga tanaman berumah satu, karena bunga
jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman, tetapi letaknya terpisah. Bunga
jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedangkan bunga betina
pada tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Biji jagung
mempunyai bagian kulit buah, daging buah, dan inti buah (Riwandi dkk., 2014).
Jagung mempunyai bunga jantan dan bunga betina yang terpisah. Bunga jantan
tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga atau inflorescence.
Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun atas
tongkol.
Tongkol. tumbuh dari buku, di antara batang dan dan pelepah daun. Pada
umumnya, satu tanaman hanya menghasilkan satu tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah betina. Beberapa varietas unggul menghasilkan lebih dari satu
tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung
cenderung untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini dari pada bunga betinanya atau
protandri. Bunga 12 betina jagung berupa tongkol yang terbungkus semacam
5

pelepah dengan rambut. Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik (Prahasta
A., 2009).

II.3 Fase Pertumbuhan Jagung


Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun
interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat
berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1)
fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan
biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan
vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna
sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini
diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif,
Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila
kelembaban tepat, pemunculan kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam.
Semakin dalam lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah keatas
permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan
berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi 10 yang dingin atau
kering, pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam
atau lebih. (Subekti dkk., 2008)

II.4 Syarat Tumbuh


Saat tanam jagung tidak tergantung pada musim, namun tergantung pada
ketersediaan air yang cukup. Kalau pengairannya cukup, penanaman jagung pada
musim kemarau akan memberikan pertumbuhan jagung yang lebih baik (Riwandi
dkk., 2014). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
padi adalah:
Tanah. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara
terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh
karena pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bahan
organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos
maupun pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dkk., 2008).
6

Iklim. Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh


karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan
penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100
mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan
pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat
ditentukan dengan baik dan tepat. Jagung menghendaki tanah yang subur untuk
dapat berproduksi dengan baik.
Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka dan menyukai cahaya.
Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai dengan 1300
m di atas 15 permukaan laut. Temperatur udara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman jagung adalah 230 – 270 C. Curah hujan yang ideal untuk
tanaman jagung pada umumnya antara 200 sampai dengan 300 mm per bulan atau
yang memiliki curah hujan tahunan antara 800 sampai dengan 1200 mm. Tingkat
kemasaman tanah (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung berkisar antara 5,6 sampai dengan 6,2.

II.5 Teknik Produksi Benih


Penyiapan Lahan. Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya
terutama jika pertanaman sebelumnya adalah jagung,Jika gulma dapat
mengganggu pengolahan tanah dapat,diberikan herbisida kontak untuk
mempercepat pengolahan tanah,Pengolahan tanah menggunakan bajak (2 kali)
dan diikuti dengan garu/sisir sampai tanah tidak berbongkah-bongkah dan rata.
Pastikan bahwa tidak ada tanaman aolunteer dari sisa pertanaman jagung
sebelumnya,Apabila penanaman dilakukan pada musim hujan, perlu dibuat
saluran/parit untuk pembuangan air,Saluran ini juga digunakan untuk mengairi
lahan pertanaman (jika dibutuhkan) agar pemberian air selain efektif juga lebih
efisien.
Penyiapan Benih dan Penanaman. Sebelum ditanam, benih diberi
perlakuan benih (seed treatment). Jenis dan dosis fungisida tergantung pada lokasi
produksi benih,Untuk daerah Jawa Timur, Jawa Tengah" Kalimantan Barat,
Lampung, dan daerah endemik bulai lainnya yang disebabkan oleh spesies
Peronosclerosporn maydis. Fungisida yang digunakan adalah Metalaxyl
dicampurkan dengan Dematroph (1 : 1) atau Dematroph secara tunggal dengan
7

dosis 5 g/kg benih,Sedangkan pada daerah-daerah yang terserang P. Philipinensis


seperti Sulawesi, fungisida yang digunakan adalah Metalaxyl dengan dosis 3-5 g/
kg benih. Begitu pula dengan daerah endemik spesies P. sorghi seperti Sumatera
Utara dan daerah endemik lainnya, fungisida yang digunakan adalah Metalaxyl
dengan dosis 3- 5 glkgbenih,Perlakuan benih dengan fungisida dilakukan dengan
cara: fungisida sesuai dosis dimasukkan ke dalam wadah percampur (seed conter),
tambahkan air secukupnya, aduk hingga rata kemudian masukkan benih ke dalam
wadah tersebut dan dicampurkan merata, kering anginkan selama beberapa jam
sebelum benih digunakan,Kebutuhan benih per hektar antara 20-25 kg.
Penanaman tanaman jantan dan betina dilakukan dengan perbandingan jantan dan
betina 1:4 atau dapat dimodifikasi sehingga memungkinkan optimalisasi
penyerbukan,Jarak tanam 70 x 20 cm atau 70 x 25 cm dengan 1 tanaman per
lubang dan lubang tanam ditutup dengan tanah/pupuk organik atau modifikasi
sesuai dengan kebiasaan petani penangkar yang telah exist di lokasi produksi
benih, Pada umur 2 minggu lakukan inspeksi tanaman untuk membuang tanaman
volunteer (sisa biji yang tumbuh dari pertanaman sebelumnya).
Pemupukan. Pemupukan pertama pada saat tanaman berumur 7 hari
setelah tanam (hst) yaitu Urea 100-150 kg/ha + pupuk majemuk (NPKS) 300-400
kglha. 2. J. 4. 5. C. 6 P enelitian dan P engembangan Pertanian,Pemupukan kedua
dilakukan pada umur 28-30 hst dengan takaran 250-300 kg urea/ha,Penyiangan
dilakukan sebanyak dua kali, penyiangan I pada umur 15-20 hst dan penyiangan II
pada umur 28-35 hst diikuti dengan pembumbunan,Aplikasi pupuk pelengkap cair
(PPC) terutama yang mengandung P dan K tinggi untuk mencukupi kebutuhan
hara tanaman.
Roguing. Untuk mengurangi tanaman yang menyimpang dari tipe ratarata
dan yang tertular penyakit berdasarkan hasil pengamatan secara visual, maka
perlu dilakukan pencabutan (roguing). Roguing harus dilakukan minimal 2 kali
selama pertumbuhan tanaman yaitu pada saat pertumbuhan vegetatif (32 - 35 hst)
dan rouging generatif (45 -52 hst). Deskripsi varietas sebagai standar evaluasi
mutu genetik harus dipahami oleh petugas.
Detasseling. Detaselling/pencabutan bunga jantan pada barisan tanaman
induk betina harus dilakukan sebelum bunga jantan terbuka/ muncul dari daun
8

terakhir (daun pembungkus mulai membuka tetapi malai belum keluar dari
gulungan daun)' Untuk mencegah agar tidak ada tanaman yang terlewatkan tidak
tercabut bunga jantanya, maka pencabutan dilakukan setiap hari selama periode
berbunga biasanya pada umur antara 45-56 hst, pada kondisi cuaca/iklim mikro
di pertanaman)Pencabutan malai tanaman betina Setelah terjadi penyerbukan
umur tanaman 70 HST' tanaman induk jantan dipangkas tidak menghasilkan'
Pemangkasan ini menghindari terjadinya pencampuran antara hasil F1 dengan
tanaman induk jantan'
Pengendalian Hama Tanaman. Di pertanaman jagung ada beberapa
jenis hama yang diantaranya berstatus penting yaitu lalat bibit (Atherigona sp.),
ulat tanah (Agrothis sp.), lundi/uret (Phylophaga hellen),, penggerek batang
jagung (Ostrinia furnacalis), ulat grayak (Spodoptera litura,, Mythimna sp.),
penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), dan wereng jagung (Peregrinus
maydis). Penyakit – penyakit yang dapat menyerang tanaman jagung diantaranya
penyakit bulai, peyakit Virus Mozaik Kerdil, hawar daun, hawar upih daun,dan
busuk tongkol. Rendahnya hasil jagung disebabkan oleh banyak faktor
diantaranya faktor fisik (iklim, jenis tanah dan lahan) dan faktor biologis (varietas,
hama, penyakit dan gulma), serta faktor sosial ekonomi. Menurut Baco dan
Tandiabang (1988) tidak kurang dari 50 spesies serangga telah diketemukan dapat
menyerang tanaman jagung di Indonesia. Hama dan penyakit merupakan kendala
dalam peningkatan produksi jagung. Kehilangan hasil akibat serangan penggerek
batang pada kondisi cekaman kekeringan di Bantaeng (Sulsel) sebesar 12,70%
(Wafiah et al. 1998). Sedangkan untuk serangan ulat grayak, bila terjadi serangan
berat (out break) dapat menyebabkan tanaman tinggal tulang-tulang daun saja.
Data kerusakan akibat serangan ulat grayak pada tanaman kedelai mempunyai
tingkat infestasi rata-rata tiap bulan pada tahun 1987 di seluruh Indonesia berkisar
antara 10– 40% (BPS 1988).
9

III. METODE PELAKSANAAN

III.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada bulan September-Desember tahun 2021 di
lahan Seed Teaching Farm Politeknik Negeri Lampung.

III.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam Praktikum yaitu benih jagung inbrida PL
302 sebagai induk betina dan PL 201 sebagai jantan, pupuk urea 250 kg- 350
kg/ha, SP 36 100 kg/ha,KCL 100 kg- 150 kg/ha, fungisida dan bakterisida
nordox l/ha, insektisida emacel 1,5ml/l , gramason1 l/ha untuk mengendalikan
gulma.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini Bajak (Handtraktor) sebagai
pengolahan, hand rotary, tugal untuk penanaman,rol meter, ember, tali rafia, sabit,
cangkul dan koret untuk sanitasi gulma,moisture,sprayer 16 literdigunakan untuk
penyemprotan insektisida dan herbisida.

3.3 Persiapan Lahan Tanam


Persiapan Lahan Tanam diawali dengan pembersihan gulma yang berada
didalam lahan tanam, penggemburan tanah pertama dilakukan dengan
menggunakan bajak untuk membalikan tanah,kemudian diolah kembali
menggunakan rotary hingga tekstur tanah lembut.
10

Gambar 1.Persiapan lahan

Penanaman. Penanaman bibit jagung menggunakan benih padi inbrida


dengan jarak tanam 75cm X 25cm, menggunakan perbandingan 4:1 untuk induk
betina dan induk jantan

Gambar 2. Penanaman

Penyiangan. Pengendalian gulma pertama dilakukan 2 minggu sekali,


pengendalian gulma di antara tanaman jagung dilakukan dengan cara mencabut
gulma secara manual atau dengan tanpa alat namun gulma pada setiap antar baris
lebih baik dicabut menggunakan tangan agar tidak merusak tanaman jagung.
11

Gambar 3.Penyiangan

Pemupukan. Pemupukan dengan menggunakan dosis pupuk Urea


250kg/ha-350 kg/ha, SP 36 100 kg/ha, dan KCL 100 kg/ha, untuk dosis
pemupukan pertama dilakukan pada 7 hst,dengan dosis pupuk Urea 1/3,sedangkan
SP 36 dan KCL diberikan pada saat pemupukan pertama saja,untuk pemupukan
kedua hanya menggunakan Urea dilakukan saat tanaman berumur 35-40 hst
dengan dosis 2/3.
12

Gambar 5.Pemupukan

Roguing. Roguing pada tanaman jagung dilakukan minimal 2 kali


selama pertumbuhan tanaman yaitu pada fase pertumbuhan vegetative (32-35
HST) parameter yang diamati meliputi, warna batang bawah, Tinggi tanaman
(cm), Jumlah daun,Fase generative (48 hst),kehalusan daun,warna daun,lebar
daun,Berbunga dari seluruh jumlah tanaman, dengan berdasarkan pada deskripsi
varietas (Azrai et al., 2018)

Gambar 6. Roguing

Pengendalian Hama dan Penyakit. Pada tanaman padi terus dilakukan


sesuai dengan kebutuhan, pengendalian hama ulat grayak dadilakukan dengan
menggunakan insektisida Emacal Sedangkan pengendalian penyakit bulai
dilakukan dengan menggunakan fungisida Nordox.
13

Gambar 7. Pengendalian Hama dan Penyakit


14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil dan Pembahasan


Menurut Suhartina et al., (2012), roguing merupakan kegiatan
mengidentifikasi dan menghilangkan tanaman yang meyimpang dengan tujuan
untuk mempertahankan kemurnian dan mutu genetik suatu varietas. Roguing
dilakukan secara berulang dan sistematis.
15

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kegiatan proyek mandiri yang telah saya lakukan dapat terhadap
pengembangan benih padi pandan wangi mengalami keuntungan, karena di
peroleh R/C > 1 yaitu 1.19 dan B/C > 0 yaitu 0.19 dengan potensi hasil 3.500 dan
harga pernjualan 5.173,2.

5.2 Saran
Selama proses penanaman perlu diperhatikan pengendalian hama dan
penyakit pada padi, dengan memberikan insektisida, herbisida, dan fungisida.
Dapat juga dilakukan roguing varietas lain dan roguing pada hama yang ada pada
padi.
16

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai