BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KOMODITAS
JAGUNG ( Zea Mays L )
Jagung ( Zea Mays L ) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi,
dan arkeologi di ketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Anonim,
2012).
Klasifikasi dari tanaman jagung yaitu Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Liliopsida
(berkeping satu/monokotil), Sub Kelas : Commelinidae, Ordo : Poales, Famili :
Poaceae(suku rumput-rumputan), Genus : Zea, Spesies : Zea mays L. (Rukmana,
1997).
Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan
iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga ketinggian 3
meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain,
tanamn jagung merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya
terpisah (Belfield dan Brown, 2008).
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa
muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu
menyangga tegaknya tanaman. Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam
akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal
adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal
akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar
seminal akan berhenti pada fase V3.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, merupakan bangun pita
(ligulatus), ujung daun runcing (acutus), tepi daun rata (integer), Antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan
daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun jagung berbentuk
halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata dikelilingi sel epidermis
berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi
defisit air pada sel-sel daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina
tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah
daun. (Nuning Argo Subekti, dkk. 2012).
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur
dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan
ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8%. Daerah dengan tingkat
kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.
BAB III
METODELOGI
3.1. Tempat dan waktu
Praktikum Mata Kuliah Agronomi ini di laksanakan di Kebun Gunung Gede
Sekolah Vokasi IPB University, Jl. Lodaya II No.9, RT.04/RW.02, Babakan,
Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16128 . Waktu praktikum
dilaksanakan dari tanggal 6 Februari 2023-16 Mei 2023.
3.5. Penanaman
Penanaman jagung dilakukan secara serentak. Pada praktikum ini perlakuan
jarak tanam bervariasi 80 cm x 20 cm. untuk tanaman jagung dan jarak penanaman
kacang tanah 20 x 20 cm sedangkan penanaman dilakukan dengan cara tunggal
dengan kedalaman lobang tanam 5 cm dengan jumlah 2 benih/lubang tanam.
Penyisipan dilakukan 1 minggu setelah tanam, terhadap benih yang tidak tumbuh.
3.7 . Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi kelembaban tanah. Hal ini menyangkut
ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Apabila dirasa kurang air perlu dilakukan
penyiraman.Akan tetapi penyiraman biasanya dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi
dan sore hari.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 1 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung dan kacang
tanah yang masih muda dapat dengan tangan atau koret, garpu dll. Penyiangan jangan
sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup
kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada praktikum ini hanya hama saja yang menyerang tanaman jagung yaitu semut,
untuk pengendaliannya dilakukan dengan pemberian furadan sesuai dengan dosis.
Pemberian furadan ini dilakukan setelah penyiraman pada sore hari dengan cara
taburkan disekitar tanaman. Untuk penyakit yang menyerang tanaman jagung pada
praktikum ini tidak ada.
7. Panen
Panen dilakukan pada saat bunga betina pada tongkol sudah terlihat kecoklatan pekat,
atau pemanenan juga dapat ditandai dengan biji yang kering, keras, dan mengkilat,
apabila ditekan tidak membekas. Pemanenan dilakukan dengan cara mematahkan
tongkol dari batang tanaman jagung tersebut
120
80
40
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu Setelah Tanam (MST)
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa statistik monokultur jagung lebih tinggi
daripada penanaman menggunakan metode 1 jagung 1 kacang tanah dan 1 jagung 2
kacang tanah, hasil akhir membuktikan bahwa rata rata tinggi tanaman jagung lebih
baik di tanam menggunakan metode monokulutur.
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu Setelah Tanam (MST)
Dapat di lihat pada grafik di atas rata-rata jumlah daun jagung yang paling rendah
jumlah daunnya ialah penanaman menggunakan metode monokulutur sedangkan rata-
rata jumlah daun paling banyak ialah penanaman yang menggunakan metode
penanaman 1 jagung 1 kacang tanah dan 1 jagung 2 kacang tanah tetapi ada perbedaan
di antara 2 grafik tersebut, dapat di lihat pada 1 metode penanaman 1 jagung 2 kacang
tanah sempat mengalami penurunan dan kenaikan yang signifikan sedangkan metode
penanaman 1 jagung 1 kacang tidak mengalami kenaikan signifikan atau
cenderung stabil.
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu Setelah Tanam (MST)
Dapat di lihat pada grafik di atas bahwa rata-rata diamater jagung dengan metode
penanaman monokultur dan 1 jagung 2 kacang tanah memiliki hasil akhir yang sama
tetapi ada perbedaan antara 2 metode penanaman ini, terjadi kenaikan yang extrem
pada monokulutr sedangkan pada penanaman 1 jagung 2 kacang tanah memiliki grafik
yang tidak konstan. beda seperti penanaman menggunakan metode 1 jagung 1 kacang
tanah, grafik yang dimiliki cenderung lambat pertumbuhan diameter
batang jagungnya.
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Minggu Setelah Tanam (MST)
Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa rata rata tinggi tanaman kacang yang
pertumbuhannya paling pesat ialah metode penanaman yang menggunakan 1 jagung 1
kacang tanah, metode ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dengan grafik
yang extrem, beda halnya dengan penanaman menggunakan metode 1 jagung 2
kacang tanah yang memilik grafik tidak stabil atau proses
pertumbuhannya yang menurun.
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Minggu Setelah Tanam (MST)
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Minggu Setelah Tanam (MST)
Dugaan Hasil 12
m2
Perlakuan Jagung Kacang NKL
Monokultur 15.6 5 -
Tumpang Sari (1:1) 17.7 1 1.33
Tumpangsari (1:2) 15.1 1.3 1.23
BAB V
KESIMPULAN
Dari pembahasan mengenai budidaya tanaman jagung secara tumpang sari dapat
disimpulkan bahwa hasil produksi dari segi kualitas dan kuantitas dapat dikatakan
optimal, hal ini disebabkan oleh pemberian pupuk yang sesuai dengan kebutuhan
masing masing komoditas oleh karena itu pertumbuhan dan hasil produksi optimal.
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol
berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung.
Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.
Dari segi hasil, tongkol ukurannya kecil dan pada tongkol terdapat biji yang ompong,
hal ini disebabkan rambut bunga betina tidak bekerja dan berfungsi secara normal,
pada dasarnya bunga betina ini terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan
stigma. Setiap satu helai rambut bunga betina terdapat satu biji di dalam tongkol
tersebut.
SARAN
Saran dari kelompok kami sebaiknya prosedur dalam pelaksanaan praktek kedepannya
harus dilakukan secara lebih intensif dari yang sebelumnya. Lalu pada lahan
praktikum seharusnya tidak dijadikan sebagai tempat pembuangan sisa material
bangunan
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Teknologi produksi jagung melalui pendekatan pengelolaan sumberdaya dan
tanaman terpadu. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id.
Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual. Maize (A Guide to
Upland Production in Cambodia). Canberra
Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative
Anatomy of Maize and its Application.Intrnational Journal of
Bioresources and Stress Management.
Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti. 2012, Morfologi
Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung, Balai Penelitian Tanaman
Serealia, Maros.
Pramono Bambang R. Jagung. http://www.benss.co.cc.
Putu Budi Adnyana, Ida Bagus Putu Arnyana, 2000, Morfologi Tumbuhan, Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Singaraja.
Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Persiapan. Kanisius.
Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1985, Morfologi Tumbuhan, 81-82, 126, 236-237, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta
Widyastuti, Yustina E. dan Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung di
Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hartawan Rudi.2019.Jurnal Media Pertanian.Nisbah Kesetaraan Lahan Polikultir
Pinang ( Areca catechu L,.) Dengan Kelapa Dalam (Cocos Nucifers
L,.) Dan Pinang Dengan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Hal. 8-
18
LAMPIRAN
KEGIATAN
NO PRAKTIKUM FEBRUARI MARET APRIL MEI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PEMBERSIHAN
1 LAHAN
PEMBAGIAN
2 LAHAN
PEMBUATAB
3 BEDENG
PEMUPUKAN
4 ORGANIK
PENANAMAN
5 BENIH
PEMBERIAN
6 FURADAN
PEMUPUKAN
7 AN ORGANIK
8 PENYULAMAN
PENENTUAN
TANAMAN
9 CONTOH
10 PANEN
PEMBERSIHAN
LAHAN PASCA
11 PANEN