Anda di halaman 1dari 12

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang subur dan sebagian besar rakyat


Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Padi merupakan komoditi pangan
utama untuk konsumsi masyarakat Indonesia. Namun, sudah sejak lama
Pemerintah telah mencanangkan program diversifikasi pangan dan menggantikan
nasi dengan bahan pangan lainnya sebagai pengganti karbohidrat, contohnya ubi
jalar.
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L) diduga berasal dari benua Amerika,
tetapi para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar
adalah Selandia Baru, Polinesia dan Amerika bagian tengah. Ubi jalar mulai
menyebar ke seluruh dunia, terutama ke negara-negara beriklim tropis pada abad
ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama
Filipina, Jepang dan Indonesia. Cina merupakan penghasil ubi jalar terbesar
mencapai 90% (rata-rata 114,7 juta ton) dari yang dihasilkan dunia.
Ubi jalar memiliki prospek dan peluang yang cukup besar sebagai bahan
baku industri pangan. Perkembangan pemanfaatannya dapat ditingkatkan dengan
cara penerapan teknologi budidaya yang tepat dalam upaya peningkatan
produktivitas serta tersedianya jaminan pasar yang layak (Apriliyanti, 2010).
Kegunaan lain dari komoditas ini adalah sebagai bahan pakan ternak, bahan baku
untuk industri pengolahan makanan dan industri kosmetik. Ditinjau dari aspek
budidaya dan kondisi lingkungan, ubi jalar tidak memerlukan teknik budidaya dan
kondisi lingkungan yang khusus, karena tanaman ini mempunyai daya adaptasi
yang cukup luas, dapat berproduksi pada kondisi tanah yang kurang subur
sekalipun, tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Ubi jalar memiliki peluang yang sangat baik untuk menjamin ketersediaan
pangan, terutama jika produksi padi dan jagung tidak dapat mengimbangi
kebutuhan pangan masyarakat. Di Indonesia, penanaman ubi jalar belum
menunjukkan perkembangan yang baik sehingga produksinya mengalami pasang
surut.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukannya praktiukum teknologi
budidaya tanaman pangan.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum ini yaitu untuk memberikan pemahaman dan
keterampilan kepada mahasiswa untuk memperoleh teknologi apa saja yang
digunakan oleh petani dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)


Secara taksonomi, ubi jalar merupakan tanaman yang berada pada
subdivisi Agiospermae, kelas Dikotiledon, berordo Convolvulales, famili
Convolvulaceae, dengan genus Ipomoea dan bernama spesies Ipomoea batatas L.
(Huamman, 1999 dalam Karuniawan, et all., 2020)
Morfologi akar ubi jalar yaitu yaitu akar ubi jalar terdiri dari akar serabut
atau akar sejati dan akar tunggang. Akar serabut tumbuh dari ruas-ruas batang
atau pada pangkal batang bila tanaman di kembang biakan dengan cara vegetatif
yakni melalui stek, sedangkan akar tunggang akan muncul bila di tumbuhkan
secara generatif dengan biji. Akar serabut atau sejati berfungsi sebagai penyerap
unsur hara, air, dan jangkar tanaman, sedangkan akar tunggang sebagai tempat
penyimpanan energi hasil fotosintesis yang dapat membesar membentuk ubi. Akar
penyimpanan atau akar yang berdiferensiasi menjadi bi berasal dari akar adventif
yang muncul setelah stek ditanam atau akar yang membengkak (Purwono dan
Heni, 2007)
Bunga tanaman ubi jalar mekar pada pagi hari, dan menutup serta layu
dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Biji terdapat dalam
kapsul, sebanyak 1-4 biji. Biji matang berwarna hitam, bentuknya memipih, dan
keras, dan biasanya memerlukan pengausan (skarifikasi) untuk membantu
perkecambahan. Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3-4
cm, berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat
atau ungu, menyerupai warna bunga mekar pagi (Ipomoea purpurea) (Paulus,
2011).
Morfologi umbi ubi jalar yaitu berdasarkan pengamatan, terdapat sembilan
macam bentuk umbi ubi yang ditemukan yaitu round (bulat), round elliptic (bulat
jorong), elliptic (jorong), ovate (bulat telur), obovate (bulat sungsang), oblong
(lonjong), long oblong (lonjong memanjang), long elliptic (jorong memanjang),
dan long irregular (panjang tidak beraturan). Mayoritas yang ditemukan bentuk
jorong. Warna kulit umbi bervariasi mulai dari krem sampai ungu tua, demikian
juga dengan warna daging umbi bervariasi mulai dari putih, krem, kuning, orange,
dan ungu. Perbedaan warna umbi ubi jalar mengindikasikan perbedaan komponen
kandungannya. Umbi ubi jalar yang berwarna kuning/orange mengandung
senyawa betakaroten, sedangkan umbi yang berwarna ungu mengandung senyawa
antosianin. Kadar antosianin ubi jalar bervariasi pada masing-masing varietas dan
dipengaruhi oleh musim serta lingkungan tempat tumbuh seperti cahaya, suhu,
sumber nitrogen, serangan patogen, dan beberapa zat pengatur tumbuh
(Damanhuri, 2005)
Morfologi Daun tanaman ubi jalar yaitu morfologi daun ubi jalar memiliki
lima macam bentuk. Mayoritas berbentuk segitiga sama sisi. Tipe cuping daun
memiliki enam macam bentuk, mayoritas tepi rata. Sedangkan bentuk cuping
pusat memiliki enam macam bentuk, dan mayoritas toothed. Ukuran daun
bervariasi mulai 4,8 cm sampai 9 cm. Mayoritas daun dewasa berwarna hijau,
sedangkan daun muda berwarna hijau kekuningan. Daun sebagai organ penyusun
tanaman berfungsi untuk menerima dan menyerap cahaya. Daun juga berfungsi
sebagai tempat berfotosintesis sehingga menjadi tempat produksi fotosintat yang
akan diedarkan ke seluruh bagian tanaman (Susanto, et all., 2014).
Morfologi batang ubi jalar yaitu warna batang bervariasi mulai hijau
sampai semua berwarna ungu, mayoritas berwarna hijau. Pada batang hijau,
fotosntesis juga dapat berlangsung. Keragaman morfologi bagian-bagian ubi jalar
bervariasi tergantung pada varietas dan lingkungan tumbuhnya. Karakter
morfologi yang bersifat stabil dan tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara
lain bentuk daun, warna daun tua, warna daun muda, tangkai daun, tulang daun
dan batang, warna kulit ubi dan daging ubi. Sedangkan karakter morfologi yang
mudah berubah karena dipengaruhi oleh lingkungan meliputi panjang sulur,
panjang tangkai daun, ukuran daun, dan hasil ubi (Purbasari, et all., 2018).

B. Syarat Tumbuh Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

Di Indonesia tanaman ubi jalar dapat ditanam mulai dari pantai sampai ke
pegunungan dengan ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut (dpl), suhu
rata-rata 27° C dan lama penyinaran 11–12 jam per hari. Tanaman ubi jalar
membutuhkan intensitas sinar matahari yang sama dengan tanaman padi atau
setara dengan tanaman jagung dalam ketahanannya terhadap kekeringan. Ubi jalar
dapat di tanam pada kelembaban yang sama dengan kelembaban yang dibutuhkan
oleh jagung. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh subur apabila iklim panas dan
lembab. Ubi jalar memerlukan paling sedikit empat bulan musim panas dan
jumlah sinar yang cukup selama periode pertumbuhannya (Jedeng, 2011).
Ubi jalar sangat membutuhkan udara panas, lembab dan kandungan air
tinggi. Suhu yang dibutuhkan sekitar 24°C sampai 27°C dengan lama penyinaran
matahari 10-12 jam sehari. Meskipun demikian tanaman ubi jalar dapat tumbuh
sepanjang tahun, asalkan berada di tempat lahan yang terbuka dan tidak
tergenangi air (Suparman, 2007). Kelembaban berpengaruh terhadap laju
transpirasi. Jika kelembaban udara lingkungan disekitar tumbuhan tinggi maka
difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan akan berlangsung lambat.
Sebaliknya, jika kelembaban di sekitar tumbuhan rendah difusi air dalam ruang
udara pada tumbuhan berlangsung cepat (Sonhaji, 2007).
Ubi jalar dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, namun hasil terbaik akan
didapat bila ditanam pada tanah lempung berpasir yang kaya akan bahan organik
dengan drainase yang baik. Perkembangan umbi akan terhambat oleh struktur
tanah bila ditanam pada tanah lempung berat sehingga dapat mengurangi hasil dan
bentuk umbinya sering berbenjol-benjol dan kadar seratnya tinggi. Apabila
ditanam pada lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil
umbinya sangat sedikit (Jedeng, 2011).
Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek
atau berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun
menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman
tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7.
Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sarwono,
2005).
C. Teknologi yang Digunakan Petani Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

Keberhasilan peningkatan produktivitas ubi jalar ditentukan oleh beberapa


faktor teknis diantaranya varietas, pupuk dan pengelolaan budidaya. Varietas dan
bibit merupakan dua kata kunci yang tidak bisa dipisahkan dalam suatu usaha
pertanian agar berjalan efektif dan efisien. Varietas yang digunakan dalam usaha
ubi jalar hendaknya varietas unggul yang sesuai atau beradaptasi baik pada
lingkungan setempat. Disamping itu, bibit sebagai pembawa potensi genetik
suatu varietas juga harus memiliki mutu (genetik, fisik dan fisiologi) yang
tinggi agar ekspresi dan potensi genetik dapat diperoleh. Menurut Taher (2005)
faktor yang selalu menjadi perhatian dalam pengembangan varietas baru adalah
yang berkaitan dengan produktivitas dan mutu serta efisien dalam sistem
produksi. Dengan kata lain upaya pengembangan varietas-varietas unggul baru
perlu memenuhi kebutuhan perkembangan permintaan pengguna atau konsumen
(Malik dan Intan, 2017).
Tersedianya varietas unggul ubi jalar dengan sifat spesifik lokasi dan
sesuai preferensi petani dan konsumen merupakan faktor pentingdalam memacu
adopsi petani dalam penggunaan varietas unggul ubi jalar. Varietas unggul ubi
jalar yang ada belum banyak diadopsi petani, terutama di kawasan pengembangan
ubi jalar baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hal ini disebabkan
preferensi petani lebih banyak menggunakan varietas lokal dengan kulit
umbi berwarna unggu, kuning dan rasa lebih enak (Malik dan Wamaer,
2013).
Di lahan kering, ubi jalar umumnya ditanam pada awal musim hujan. Di
tanah yang agak berliat, pengolahan tanah dikerjakan pada akhir musim kemarau,
dengan cara membalik bongkah-bongkah tanah. Saat musim hujan datang,
bongkah tanah hancur segera dibuat guludan untuk ditanami stek sulur yang telah
dipersiapkan dari persemaian. Di tanah yang berpasir pengolahan tanah dapat
langsung dengan membajak dan membuat guludan. Di lahan sawah, ubi jalar
ditanam setelah padi pada awal musim kemarau. Jerami padi dibabat selanjutnya
ditimbun tanah menjadi guludan, dan stek ditanam diatasnya. Selain bentuk
guludan terdapat pula bentuk bedengan. Alat yang digunakan pada penyiapan
lahan ubi jalar berupa traktor atau bajak dengan tenaga hewan maupun cangkul
dan sabit (Widodo dan Rahayuningsi, 2009).

BAB III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Maret 2020, pukul 10:00
WITA sampai selesai. Bertempat di desa Sindang Kasih, Kabpaten Konawe
Selatan, Sulawesi Tenggara.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu mistar, jangka sorong, dan
kamera (handphone). Bahan yang digunakan yaitu pulpon, lembaran quisioner
dan tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.).

C. Cara Kerja
Cara Kerja alam praktikum ini yaitu:
1. Membaaca protokol PSBB Pandemi COVID 19 dan terapkan dengan
sungguh- sungguh saat melakukan kegiatan praktek mandiri ini.
2. Menyiapkan/mengambil lembar kerja (formulir) pengamatan lapangan.
Membuatkan videonya dan melengkapi narasi.
3. Melakukan wawancara kepada pemilik lahan ubi jalar.
4. Melakukan wawancara kepada petani atau pemilik lahan untuk memperoleh
informasi terkait teknologi budidaya yang digunakan oleh petani untuk
peningkatan produksi tanaman pangan seperti:
a. Apakah petani melakukan budidaya pertanain secara modern atau
masih tradisional ?
b. Bagaimana Sejarah Pembukaan lahan ?
c. Teknologi apa saja yang digunakan saat pembukaan lahan ?
d. Teknologi apa saja yang digunakan saat pengolahan tanah ?
e. Apakah petani menggunakan bibit/benih lokal atau hybrida ?
f. Teknologi yang digunakan saat melakukan penanaman ?
g. Apakah petani melakukan pemupukan (kimia atau organik) ?
h. Teknologi yang digunakan saat pengendalian OPT ?
i. Teknologi yang digunakan saaat panen ?
j. Membuatkan videonya dan melengkapi narasinya.
5. Melakukan pengamatan terhadap hamparan salah satu tanaman di atas yang
menjadi obyek pengamatan dari aspek luasan (mencatat luasnya) dan
menulis jenis tanamannya. Sesuaikan dengan apa yang di peroleh selama
melakukan kegiatan terkait tugas ini). Membuatkan videonya dan
melengkapi narasinya.
6. Memilih secara acak 5-10 tanaman bersangkutan dari tiap bagian area
tersebut, dan beri label untuk tiap tanaman. Buatkan videonya dan lengkapi
narasi.
7. Melakukan pengukuran terhadap tinggi tanaman yang diukur dari pangkal
batang sampai ujung daun atau titik tumbuh paling atas dari tanaman
menggunakan alat ukur dengan ketelitian yang sesuai, diameter batang
diukur pada bagian tengah batang menggunakan jangka sorong, hitung
jumlah daun, ukur panjang dan lebar daun sampel kemudian hitung luas
daun, dan tentukan warna daun (gunakan bagan warna daun (minta bantuan
google untuk mencarikannya). Catat semua hasil pengukuran/menghitung
dalam lembar kerja (terlampir). Buatkan videonya dan lengkapi narasi dari
tiap kegiatan Anda.
8. Selesai
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pada praktikum teknologi budidaya tanaman pangan ini dapat di
lihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Jadwal Kegiatan
Hari/Tgl Uraian Kegiatan Dokumen Pendukung
Minggu, 13 Menjelaskan protokol kesehatan
Desember 2020 kepada petani
Minggu, 13 Melakukan wawancara mengenai
Desember 2020 tanaman ubi jalar
Minggu, 13 Memilih 10 sampel tanaman ubi
Desember 2020 jalar secara acak
Minggu, 13 Mengukur 10 sampel tanaman ubi
Desember 2020 jalar

Tabel 2. Pengamatan Ubi Jalar


Tanaman Jenis Tanaman: Ubi Jalar dan luas area: 15 Are
sampel Parameter yang
ke…… diukur
1 2 3 4 5 6 7
Daun ke: Daun ke: Daun ke:
1. 8 cm 1. 7 cm 1.
1 19 cm 0,34 cm 11 daun 2. 4,3 cm 2. 2,4 cm 2. Hijau
tua
3. 4 cm 3. 2,1 cm 3.
1. 4,2 cm 1. 1,7 cm 1.
Hijau
2 2. 3,5 cm 2. 1,9 cm 2.
22,4 cm 0,435 cm 8 daun tua
3. 3,9 cm 3. 2 cm 3.
1. 2,7 cm 1. 1,6 cm 1.
2. 2,3 cm 2. 1,6 cm 2. Hijau
3 19, 2 cm 0,42 cm 10 daun tua
3. 5 cm 3.3,2 cm 3.
1. 3,4 cm 1. 1,8 cm 1.

4 2. 3,5 cm 2. 2,2 cm 2.
28,6 cm 0,51 cm 19 daun Hijau
3. 3,5 cm 3. 2 cm 3. tua

1. 2,1 cm 1. 1,7 cm 1.
2. 3 cm 2. 1,7 cm 2. Hijau
5 17 cm 0,345 cm 10 daun 3. 2 cm 3.1,3 cm 3. tua
1. 3,3 cm 1. 1,6 cm 1.
2. 2,9 cm 2. 1,8 cm 2.
6 23 cm 0,42 cm 22 daun 3. 3,9 cm 3. 2,3 cm 3. Hijau
tua
1. 3,4 cm 1. 2 cm 1.
2. 4 cm 2. 2,3 cm 2.
7 20,4 cm 0,31 cm 11 daun 3. 3,2 cm 3. 2,1 cm 3. Hijau
tua
1. 3,6 cm 1. 2,1 cm 1.
2. 3,8 cm 2. 2,4 cm 2.
8 21,2 cm 0,445 cm 9 daun 3. 3,2 cm 3. 2,5 cm 3. Hijau
tua
1. 4 cm 1. 2,7 cm 1.
2. 3,9 cm 2. 2,3 cm 2.
9 17,2 cm 0,31 cm 14 daun 3. 4,1 cm 3. 2,6 cm 3. Hijau
tua
1. 2,7 cm 1. 1,7 cm 1.
2. 2,5 cm 2. 1,7 cm 2.
10 19,2 cm 0,356 cm 14 daun 3. 2,2 cm 3. 1,4 cm 3. Hijau
tua
Keterangan: 1) Tinggi taaman, 2) diameter batang, 3) jumlah daun, 4) panjang
daun, 5) lebar daun, 6) luas daun.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petani ubi jalar yang
bernama Pak Putu di Desa Sindang Kasih, Kabupaten Konawe Selatan degan luas
lahan tanaman ubi jalar seluas 15 Are, di ketahui bahwa petani di sana melakukan
budidaya pertanian mulai masuk ke pertanian modern. Sejarah pembukaan lahan
untuk tanaman ubi jalar di lahan Pak Putu yaitu pertama tanahnya di lukuh (di
hancurkan) setelah itu di gemburkan dan dibuatkan galuran baru memulai proses
penanaman. Teknologi yang digunakan saat pembukaan lahan dan pengolahan
tanahnya yaitu berhubung lahan yang digunakan untuk budidaya ubi jalar lahan
bekas tanaman padi maka terlebih dahulu disemprotkan dengan menggunakan
herbisida, untuk proses penggemburan tanahnya digunakan mesin traktor dan
untuk pembuatan galuran menggunakan cangkul.
Bibit yang digunakan untuk tanaman ubi jalar umumnya menggunakan
bibit lokal yaitu dengan mengambil pucuk tanaman ubi jalar yang telah di panen.
Teknologi yang digunakan saat melakukan penanaman ubi jalar yaitu dengan cara
manual yang langsung tanaman di tanah. Pemupukan pada tanaman ubi jalar ini di
lakukan saat pengolahan lahan dan pada saat penanaman, di mana pada saat
pengolahan lahan menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang yang
ditebarkan sebelum di galur pada saat pengolahan. Pupuk organik ini bertujuan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi pada tanah bekas tanaman padi
tersebut. Pada proses penanaman atau setelah ubi jalarnya di tanama pada saat itu
di lakukan pumupukan menggunakan pupuk kimia untuk mempercepat
pertumbuhan dari ubi jalar tersebut. Dengan menggunakan perpaduan pupuk
organik dan pupuk kimia ini memperoleh hasil yang lebih subur jika di
bandingkan dengan hanya menggunkana pupuk organik.
Teknologi yang digunakan pada saat pengendalian OPT pada tanaman ubi
jalar yaitu dengan menggunakan pestisida yang berupa insektisida untuk hama
yang memakan batang dan umbi ubi jalar tersebut. Pada saat proses pemanenan
teknologi yang digunakan yaitu teknologi manual dengan memacul jika cuacanya
tidak hujan maka dapat menggunakan traktor pada saat pembongkaran ubi jalar.
DAFTAR PUSTAKA

Purbasari K dan Angga RS. 2018. Studi Variasi Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.)
Berdasarkan Karakter Morfologi Di Kabupaten Ngawi. Jurnal Biologi dan
Pembelajarannya, 5 (2): 78 – 84.
Susanto E., Herlina N., dan Suminarti NE. 2014. Respon Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Ubi Jalar. (Ipomoea batatas L.) pada Beberapa Macam dan Waktu
Aplikasi Bahan Organik. Jurnal Produksi Tanaman. 2 (5): 412-418.
Damanhuri. 2005. Pewarisan Antosianin dan Tanggap Klon Tanaman Ubi Jalar
Terhadap Lingkungan Tumbuh. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana,
Universitas Brawijaya. Malang.
Karuniawan A., Arif AW., Debby U. dan Haris M. 2020. Pemuliaan dan
Budidayana Tanaman Ubi Jalar Madu. Penerbit Deepublish. Yogyakarta.
Purwono dan Heni Purnamawati . 2007. Budidaya 8 jenis Tanaman Pangan
Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Paulus, J.M., 2011. Pertumbuhan Dan Hasil Ubi Jalar Pada Pemupukan Kalium
Dan Penaungan Alami Pada Sistem Tumpangsari Dengan Jagung. J.
Agrivigor 10(3): 260-271.
Sarwono, 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jedeng IW. 2011. Pengaruh macam dan dosis pupuk organik terhadap
pertumbuhan dan hasil ubi jalar (Ipomoea batatas L.) var lokal ungu. Tesis.
Universitas Andalas.
Sonhaji, A, 2007. Mengenal Dan Bertanam Ubi Jalar. Gaza Publishing, Bandung.
Suparman. 2007. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Azka Press, Bandung.
Malik, A dan D. Wamaer. 2013. Kelayakan Teknis dan Ekonomis Ubi Jalar di
DataranRendah (kasus Kabupaten Keerom, Papua). Prosiding Seminar
Nasional Kerjasama Balai BP2TP, Pemerintah Privinsi Papua Dan ACIAR.
Jayapura.
Malik A. dan Intan GC. 2017. Manfaat Dan Ketersedian Teknologi Untuk
Pengembangan Ubi Jalar. Prosiding Seminar Nasional Kesiapan Sumber
Daya Pertanian dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0.

Anda mungkin juga menyukai