Anda di halaman 1dari 19

Dosen Pengampu:1.Ir.Sixtus Hutauruk ,M.

2.Rio Stefanus Tarigan S.Hut,M.Si


MAKALAH

Disusun Oleh:

Daniel A.Sipayung (210420002)

Ketty Gebby Meltiades (210420004)

Alince Serayanta Br Tarigan (210420011)

Nirwana Melani Br Barus (210420014)

Giovani Tarigan (210420014)

Elopani Br Sinulingga (210420021)

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS

MEDAN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang


Tanaman Ubi Jalar Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoeabatatas
L.) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan
adalahakarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi (karbohidrat) yang
tinggi. DiAfrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok
yang penting.Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga
dibuat sayuran.Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena
keindahan daunnya.Ubi Jalar berasal dari Amerika Selatan dan iklim
tropis dan sekarangmasih diperdebatkan Papua. Kalangan yang tidak
menyetujui asal muasal ubi jalardari Papua berpendapat bahwa orang Indian
telah berlayar menuju kebarat melaluiSamudra Pasifik dan membantu
menyebarkan ubi jalar ke Asia. Proposal banyakditentang karena bertentangan
dengan fakta-fakta klimatologi dan antropologi.Di beberapa daerah
tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditibahan makanan
pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting diIndonesia
dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah
sampaidataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang
subur dankering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang
sepanjang tahunUbi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau
macam produk olahan.

Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar adalah sebagai berikut

 Kingdom :Plantae
 Divisi :Spermatophyta
 Subdivisi : Angiospermae
 Kelas : Dicotyledonae
 Ordo :Convolvulales
 Famili : Convolvulaceae
 Genus :Ipomea
 Species : Ipomea Batatas

Ubi jalar bisa diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Salah satu
kendala dalam budidaya ubi jalar yang dihadapi petani adalah akses petani
terhadap bibit masih kurang baik dari kuantitas maupun kualitas. Apabila hal ini
terus dilakukan maka akan menurunkan produktivitas. Varietas yang ada saat ini
ditanam petani juga belum memberikan produktivitas maksimal. Optimalisasi
peran kebun bibit perlu dilakukan dengan perluasan wilayah dengan harapan
semakin besar kuantitas bibit yang dihasilkan.Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas
L.) dapat dikembangbiakan dengan mudah menggunakan stek pucuk/batang,
umbi, dan biji. Stek pucuk/batang paling efisien digunakan untuk tujuan produksi
(komersial). Bahan perbanyakan tanaman ubijalar berupa stek paling cocok untuk
tujuan produksi umbi. Pertumbuhan tanaman ubijalar asal stek pucuk/batang lebih
seragam, selain itu kemampuan untuk menghasilkan umbi relatif lebih baik jika
dibandingkan dengan stek dari umbi atau biji. Stek dapat diambil dari tanaman
produksi yaitu tanaman yang dibudidayakan untuk memproduksi umbi atau dari
tanaman persemaian yang khusus ditanam untuk menghasilkan stek.

1.2.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1.Bagaimana cara perbanyakan tanaman ubi jalar?


2.Apa perbedaan antar stek batang dan stek pucuk?
3.Bagaimana cara melakukan stek batang dan stek pucuk yang baik dan
benar?
4.Bagaimana perbedaan pertumbuhan stek batang dan stek pucuk?

1.3.Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut

1.Agar mengetahui lebih banyak tentang komoditi tanaman ubi jalar

2.Agar mengetahui cara memperbanyak ubi jalar dengan cara stek batang dan stek
pucuk

3.Agar kita mengetahui persyaratan stek yang baik

4.Untuk mengetahui cara pengambilan stek yang baik dan benar

5.Agar mengetahui perbedaan pertumbuhan stek batang dan stek pucuk


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ubi jalar (Ipomea batatas (L) Lamb) merupakan tanaman yang tumbuh
baik di daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 27 °C,
berkelembaban udara 50-60% dan lama penyinaran 11-12 jam per hari dengan
curah hujan 750-1500 mm per tahun. Produksi dan pertumbuhan yang optimal
untuk usaha petani ubi jalar yang cocok adalah pada saat musim kemarau (kering).
Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 mdpl. Ubi jalar masih dapat
tumbuh dengan baik dataran tinggi (pegunungan) tetapi umur panen menjadi
panjang dan hasil yang didapat rendah. Pemanfaatan ubi jalar berbeda di berbagai
negara. Ubi jalar di Indonesia masih sedikit termanfaatkan dan masih terbatas
pada halan pangan tambahan dan bahan pengganti pada industri makanan. Sebagai
bahan karbohidrat yang murah, ubi jalar mempunyai potensi yang besar. tidak
hanya berguna untuk bahan pangan tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku industri atau pakan ternak. Ubi jalar di Australia dan Amerika Serikat
merupakan makanan istimewa pengganti kentang dan hanya di
konsumsi(Rukmana, 1997).

Tanaman ubi jalar merupakan salah satu komoditas di Indonesia yang


diusahakan penduduk mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi
(Meriyanto, 2016). Tanaman ubi jalar memiliki warna yang beragam, seperti
ungu, putih, kuning, kuning tua, krem, oranye tua, oranye muda, kombinasi ungu-
putih, dan ungu tua.dalam Padmaningrum dan Regina Tutik (2007), ubi jalar
merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori. Selain itu, ubi jalar juga
merupakan sumber vitamin dan mineral sehingga cukup baik untuk memenuhi
gizi dan menjaga kesehatan masyarakat. Vitamin yang terkandung dalam ubijalar
adalah vitamin A (B karoten), vitamin C, tiamin (vitamin B1), dan riboflavin
(vitamin B2), sedangkan mineral yang terkandung dalam ubi jalar adalah zat besi
(Fe), fosfor (P), kalsium (Ca), dan Natrium (Na). Kandungan gizi lain nya yang
terdapat dalam ubi jalar adalah protein, lemak, serat kasar, kalori, dan abu
Keistimewaan ubi jalar terletak dalam kandungan ẞ karotennya yang cukup
tinggi, terutama pada varietas ubi jalar yang warna daging ubi nya jingga yaitu
sebesar 7700,00 IU.

Produktivitas ubi jalar cukup tinggi jika dibandingkan dengan padi.


Produktivitas ubi jalar lebih dari 30 ton/ha dengan masa panen sekitar 4 bulan,
sedangkan produktivitas padi 5 ton/ha dengan masa panen 3 bulan (Hasyim dan
Yusuf, 2008 dalam Noviyanti, 2018). Balitbangtan (2008) menjelaskan bahwa,
produktivitas ubi jalar cukup tinggi jika dibandingkan dengan beras dan ubi kayu.
Produktivitas tersebut dipengaruhi oleh mutu bibit. sifat tanah, dan
pemeliharaannya. Rata-rata produktivitas nasional ubi jalar mencapai 12 ton/ha,
masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas nasional padi sebesar 5
ton/ha.

Tanaman ubi jalar merupakan salah satu komoditas di Indonesia yang


diusahakan penduduk mulai dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi
(Meriyanto, 2016). Tanaman ubi jalar memiliki warna yang beragam, seperti
ungu, putih, kuning, kuning tua, krem, oranye tua, oranye muda, kombinasi ungu-
putih, dan ungu tua. Menurut Juanda (2000) dalam Padmaningrum dan Regina
Tutik (2007), ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori. Selain
itu, ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral sehingga cukup baik
untuk memenuhi gizi dan menjaga kesehatan masyarakat. Vitamin yang
terkandung dalam ubijalar adalah vitamin A (B karoten), vitamin C, tiamin
(vitamin B1), dan riboflavin (vitamin B2), sedangkan mineral yang terkandung
dalam ubi jalar adalah zat besi (Fe), fosfor (P), kalsium (Ca), dan Natrium (Na).
Kandungan gizi lain nya yang terdapat dalam ubi jalar adalah protein, lemak, serat
kasar, kalori, dan abu Keistimewaan ubi jalar terletak dalam kandungan ẞ
karotennya yang cukup tinggi, terutama pada varietas ubi jalar yang warna daging
ubi nya jingga yaitu sebesar 7700,00 IU.
Produktivitas ubi jalar cukup tinggi jika dibandingkan dengan padi.
Produktivitas ubi jalar lebih dari 30 ton/ha dengan masa panen sekitar 4 bulan,
sedangkan produktivitas padi 5 ton/ha dengan masa panen 3 bulan (Hasyim dan
Yusuf, 2008 dalam Noviyanti, 2018). Balitbangtan (2008) menjelaskan bahwa,
produktivitas ubi jalar cukup tinggi jika dibandingkan dengan beras dan ubi kayu.
Produktivitas tersebut dipengaruhi oleh mutu bibit. sifat tanah, dan
pemeliharaannya. Rata-rata produktivitas nasional ubi jalar mencapai 12 ton/ha,
masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas nasional padi sebesar 5
ton/ha.

Jarak tanam yang dipakai yaitu 100 cm x 25 cm dan tiap stek ditanam di
tengah guludan. Penanaman dilakukan dengan menggunakan stek bahan tanam
yang yang terdiri dari 5 buku dengan rincian penanaman yaitu 3 buku ditanam
dibawah tanah dan 2 buku diatas tanah. Total bahan tanam yang dipergunakan
yaitu 720 sick atau 40 stek tiap perlakuannya. Sebelum tanam, stek direndam
dengan larutan insektisida sistemik, Regent dengan konsentrasi 2 ml liter untuk
melindungi bahan tanam dari serangan serangga tanah Aplikasi pupuk kimia
dilakukan 2 kali yaitu pada 1 MST dengan memberikan dosis urea, 1 dosis SP-36
dan 1 dosis KCl. Aplikasi kedua yaitu pada 7 MST dengan memberikan ½ dosis
urea. Dosis pupuk yang diberikana adalah Urea 100 kg ha, KCI 200 kg ha' dan
SP-36 100 kg ha (Ahas,2006).

Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penyiangan gulma secara manual,


pembumbunan dan pada 6 MST dilakkan pengepasan guludun dengan cara
memotong secara vertikal kedua sisi guladan dengan tujuan agar tanah menjadi
gembur dan merangsang akar umbi untuk dapat tumbuh dengan baik.
Pengendalian bana dan penyakit dilakukan dengan pemberian insektisida Furadan
3G (Carbofuran 3%) yang diberikan pada 1 MST dan penyemprotan insektisida
sistemik Regent (Fipronil 5g liter) jika dirasa kuantitas hama penyakit banyak dan
dapat mengancam penelitian tanaman ubi jalar (Priangani, 2007).

Pertumbuhan dari stek sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan


makanan dari stek yang digunakan. perlakuan panjang stek 50 cm ternyata mampu
mendukung pertumbuhan ubi jalar. Ketersediaan bahan makanan berupa
karbohidrat dan nitrogen yang terkandung dalam bahan stek yang digunakan
cukup untuk menumbuhkan tanaman tanaman ubi jalar. Pada akhir penelitian
terlihat kondisi pertumbuhan stek cukup baik, hal ini diduga kondisi persediaan
fotosintat pada sel (karbohidrat) masih optimum untuk pertumbuhan stek namun
ada sebagian kecil stek yang mengalami kematian atau mengering dikarenakan
gagalnya stek dalam tahap inisiasi perakaran ditambahakan bahan stek yang
mengandung karbohidrat tinggi dan nitrogen cukup akan membentuk akar dan
tunas, beberapa faktor yang juga mempengaruhi keberhasilan stek, yaitu asal stek
(posisi stek pada tanaman induk), panjang stek, dan lingkungan (media,
pengakaran, suhu, dan kelembaban, cahaya). Selain ketersediaan bahan makanan
yang cukup untuk pertumbuhan stek, diduga keadaan lingkungan (media
pengakaran, suhu dan kelembaban cahaya) dan pemilihan bahan stek yang baik
juga merupakan salah satu faktor keberhasilan tumbuhnya stek(Febriana,2009)

Tanaman ubi jalar umumnya ditanam dengan menggunakan stek pucuk


dengan berbagai posisi penanaman, seperti tegak (90°), miring dengan berbagai
sudut (30°, 45°, 60°) maupun posisi horizontal (180). Namun demikian, informasi
tentang posisi penanaman stek yang tepat pada tanaman ubi jalar. penanaman stek
dengan posisi miring dapat menghasilkan pertumbuhan yang baik, dengan jumlah
umbi yang banyak . Akan tetapi peneliti lain berpendapat bahwa dengan
penanaman stek secara horizontal, umbi yang dihasilkan mempunyai ukuran
besar, bentuknya lebih seragam dengan jumlah umbi yang banyak pula.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian yang bertujuan untuk mencari
informasi tentang posisi penananam stek yang tepat perlu dilakukan(Hartemink,
2003).

Permasalahan lain yang seringkali muncul dalam kaitannya dengan teknik


budidaya tanaman ubi jalar adalah pengurangan daun pada bahan tanam (stek).
Adapun hal yang mendasari dilakukannya kegiatan ini adalah untuk
mengendalikan laju evapotranspirasi yang terjadi pada bahan tanam agar tanaman
dapat segera melakukan recovery dan tumbuh secara normal. Namun demikian
kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak terjadi variasi tentang
pelaksanaan pengurangan daun pada bahan tanam tersebut. Sebagian petani telah
menerapkan pengurangan sebagian daun, bahkan ada yang seluruh daun. Akan
tetapi masih ada petani yang tidak melakukan kegiatan perompesan atau defoliasi
pada bahan tanam. Mengingat cukup bervariasinya informasi tersebut, diharapkan
melalui penelitian ini akan diperoleh informasi yang tepat tentang pengurangan
daun maupun kombinasi antara pengurangan daun (defoliasi) dengan posisi
penanaman stek agar hasil tanaman ubi jalar dapat ditingkatkan(Legese et al.,
2011)

Ubijalar umumnya diperbanyak dengan menggunakan stek pucuk atau stek


batang, umbi maupun biji. Perbanyakan menggunakan biji biasanya digunakan
untuk tujuan pemuliaan. Sedangkan untuk tujuan komersial, perbanyakan
menggunakan stek pucuk atau stek batang lebih menguntungkan dibandingkan
dengan menggunakan umbi.Namun pendapat yang sudah berkembang di
masyarakat menunjukkan bahwa stek pucuk atau stek batang yang diambil dari
tanaman produktif secara turuntemurun akan mengalami penurunan kualitas bibit,
sehingga kualitas dan kuantitas hasil tanaman yang dibudidayakan juga menurun.
Penelitian di Srilanka, penurunan produktivitas mulai terjadi pada generasi kelima
(De Silva et al. 2018).

Pada umumnya ubi jalar diperbanyak orang dengan menggunakan setek,


yaitu bagian batangnya dipergunakan untuk bibit. Bibit yang diperoleh dari ujung
batang merupakan bibit tanaman yang paling bagus. Setelah bibit dipotong,
bagian daunya sebelah bawah dipangkas dan dibuang. Maksudnya agar bibit ini
jangan mati kering setelah ditanam pada potongan setek hanya tinggal 2-3 daun
bagian pucuk. Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 bulan pada ubi
jalar yang genjah dan 6-7 bulan untuk yang berumur panjang (Lingga, 1986).

Ubi jalar bisa diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Salah satu
kendala dalam budidaya ubi jalar yang dihadapi petani adalah akses petani
terhadap bibit masih kurang baik dari kuantitas maupun kualitas. Apabila hal ini
terus dilakukan maka akan menurunkan produktivitas. Varietas yang ada saat ini
ditanam petani juga belum memberikan produktivitas maksimal. Optimalisasi
peran kebun bibit perlu dilakukan dengan perluasan wilayah dengan harapan
semakin besar kuantitas bibit yang dihasilkan. Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas
L.) dapat dikembangbiakan dengan mudah menggunakan stek pucuk/batang,
umbi, dan biji. Stek pucuk/batang paling efisien digunakan untuk tujuan produksi
(komersial). Bahan perbanyakan tanaman ubijalar berupa stek paling cocok untuk
tujuan produksi umbi. Pertumbuhan tanaman ubijalar asal stek pucuk/batang lebih
seragam, selain itu kemampuan untuk menghasilkan umbi relatif lebih baik jika
dibandingkan dengan stek dari umbi atau biji. Stek dapat diambil dari tanaman
produksi yaitu tanaman yang dibudidayakan untuk memproduksi umbi atau dari
tanaman persemaian yang khusus ditanam untuk menghasilkan
stek(Harjadi,2011).
BAB III

PEMBAHASAN

Ubi jalar adalah salah satu komoditi pertanian yang potensial digunakan
sebagai bahan pangan, bahan baku industri, pakan ternak, dan bahan biofuel.
Dibeberapa wilayah di Indonesia ubi jalar merupakan bahan makanan pokok
seperti nasi. Menurut World Health Organization (WHO), kandungan kalsium ubi
jalar lebih tinggi dibanding beras, jagung, terigu maupun sorghum. Kandungan
vitamin A pada ubi jalar merah sebanyak empat kali dari wortel, sehingga baik
untuk pencegahan kebutaan. Selain itu ubi jalar memiliki kandungan zat besi,
magnesium, vitamin B6, vitamin C, vitamin D, potassium, anti oksidan dan
kandungan kadar gula yang rendah.

Stek (cutting) dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan,


pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas
dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar baru.Keuntungan
propagasi melalui stek ini adalah banyak tanaman baru yang diperoleh dalam
ruang yang terbatas dan stok yang terbatas pula. Biaya pengadaan stek murah,
cepat, mudah dan tidak memerlukan teknik tertentu seperti grafting atau budding.
Dengan stek dapat pula diperoleh keseragaman yang tinggi, tanpa perbedaan
genetis persis seperti induk. Stek dapat dibuat dari bagian batang, rhizoma daun
atau akar

Stek Batang,akalan stek diambil dari batang atau cabang pohon induk
yang akan diperbanyak dan pemotongan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi
hari. Gunting stek yang digunakan harus tajam agar bekas potongan rapi. Pada
saat mengambil stek batang, pohon induk harus dalam keadaan sehat dan tidak
sedang bertunas. Yang dijadikan stek biasanya adalah bagian pangkal dari cabang.
Pemotongan cabang diatur kira-kira 0.5 cm di bawah mata tunas yang paling
bawah dan untuk ujung bagian atas sejauh 1 cm dari mata tunas yang paling atas.
Kondisi daun pada cabang yang hendak diambil sebaiknya berwarna hijau tua.
Dengan demikian seluruh daun dapat melakukan fotosintesis yang akan
menghasilkan zat makanan dan karbohidrat. Zat hasil fotosintesis akan disimpan
dalam organ penyimpanan, antara lain di batang. Karbohidrat pada batang
berperan sangat penting yaitu sebagai sumber energi yang dibutuhkan pada waktu
pembentukan akar baru.

Kelebihan dari stek batang adalah

 Tak terkendala waktu maupun musim, proses stek batang bisa dilaksanakan
kapan saja.
 Tanaman baru yang dihasilkan umurnya sama dengan indukannya. Dengan
demikian maka tanaman baru yang dihasilan cepat berbuah.
 Tanaman baru yang dihasilkan dari stek memiliki sifat yang persis sama
dengan indukannya.
 Dengan stek batang, kita bisa memperbanyak tanaman baru secara
berkelanjutan.
 Pelaksanaan stek batang menggunakan alat-lata yang murah dan sederhana.
 Proses stek batang sangat mudah dan cepat bahkan lebih mudah dari okulasi
dan cangkong.

Kekurangan stek batang adalah

 Jika dibandingkan dengan perkembangbiakan menggunakan biji maka proses


stek batang ini lebih rumit.
 Membutuhkan pohon dewasa sebagai indukan.
 Memerlukan biaya tertentu.
 Perakaran tanaman baru yang diperoleh lewat stek batang jauh lebih lemah
dibanding tanaman baru dari biji. Oleh sebab itu mudah tumbang oleh angin
yang kencang.
 Tanaman baru hasil stek batang lebih rentan kekeringan sehingga cendrung
sulit bertahan di musim kemarau. Sebabnya karena perakarannya yang
dangkal.
 Tanaman baru yang dihasilkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan metode
biji.

Stek pucuk adalah metode perbanyakan vegetatif secara konvensional


dengan menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas axilar pada media
persemaian sampai berakar sebelum dipindahkan ke lapangan. Keberhasilan
stek pucuk tergantung pada beberapa faktor dalam dan luar. Yang termasuk
faktor dalam diantaranya adalah tingkat ketuaan donor stek, kondisi
fisiologi stek, waktu pengumpulan stek, dsb. Sedangkan yang termasuk
faktor luar antara lain adalah media perakaran, suhu, kelembaban, intensitas
cahaya dan hormon pengatur tumbuh.

Kelemahan elebihan dalam stek pucuk ini yaitu tanaman yang di


perbanyak memiliki karakteristik yang sama dengan induknya, juga peluang
hidup yang lebih besar walaupun pertumbuhan akar terlambat. Sedangkan
kekurangan dari stek pucuk ini yaitu kondisi media tanam dan peralatan yang
digunakan harus dalam keadaan yang steril dan bersih. Polybag yang sudah di
gunakan dalam sek pucuk ini tidak dapat di gunakan lagi karena kondisi media
tanam yang sudah tidak steril.

Persyaratan stek yang baik

1.Stek berasal dari varietas atau klon unggul, Contoh : Solosa, Murazaki dan
Cilembu.

2.Umur tanaman induk yang ideal tidak lebih dari 3 bulan. Stek dari tanaman
muda (berumur 6 bulan berpeluang memunculkan sifat asli tanaman ubijalar, yaitu
menjalar.

3.Pertumbuhan tanaman induk sehat dan normal. Stek sehat dapat diidentifikasi
dengan melihat vigor tanaman induk yang kuat, sehat, pertumbuhan tanaman
normal, tidak terlalu subur atau kurus, serta bebas dari serangan hama dan
penyakit. Dari stek yang demikian memungkinkan tanaman untuk memberikan
hasil tertinggi. Beberapa perlakuan bibit dapat dilakukan untuk mengendalikan
perkembangan hama boleng dan penyakit kudis. Untuk mengendalikan hama
boleng, stek direndam dalam larutan insektisida misalnya Diazinon, sedangkan
untuk penyakit kudis, stek direndam dalam larutan fungisida seperti Dithane M-45
selama 5 menit.

4.Kondisi stek pada saat ditanam masih segar. Stek yang baru dipanen dapat
langsung ditanam, dapat pula disimpan pada tempat yang teduh selama 1−2 hari
atau 3−4 hari untuk menumbuhkan akar agar stek lebih toleran terhadap kondisi
stress pada saat penanaman.

Teknik Pengambilan Stek

1. Siapkan alat pemotong stek (pisau atau gunting pangkas) yang tajam dan bersih

2. Bibit ubi jalar dapat diperoleh dari stek pucuk sepanjang 20-25 cm. Stek
diambil dari tanaman indukan yang sudah berumur lebih dari 2 bulan.

3. Setek batang adalah setek yang berasal dari batang utama ubi jalar, stek batang
diambil 3 - 5 ruas tergantung pajang ruas ubi jalar dan kondisi batang ubi jalar
tersebut.

Stek yang biasanya digunakan adalah stek yang berasal dari tanaman
produksi Stek dapat mulai diambil ketika tanaman berumur antara 2−3 bulan,
yaitu ketika laju pertumbuhan tanaman kuat dan cepat. Jumlah stek yang diambil
dari masing-masing tanaman muda cukup satu atau dua saja agar tidak
berpengaruh terhadap penurunan hasil dan kualitas umbi. Apabila jumlah stek
yang diambil terlalu banyak, maka hasil umbi akan berkurang. Papas sebagian
daun-daunnya untuk mengurangi penguapan. Ikat batang yang telah distek
tersebut dan biarkan selama satu minggu di tempat yang teduh. Interval
pengambilan stek dapat dilakukan setiap dua minggu, tergantung pada macam
varietas yang dibudidayakan.Stek berasal dari persemaian(pembibitan)
Pembibitan dilakukan pada lahan yang sudah diolah dan dibentuk bedengan-
bedengan dengan lebar 1 m. Bahan tanam yang disemai berupa stek pucuk
sepanjang 20−30 cm. Penggunaan stek mini (1−3 ruas) dapat dilakukan jika
ketersediaan stek terbatas. Pada saat memotong, gunakan pisau atau gunting yang
bersih dan tajam. Jarak tanam pembibitan 10 x 20 cm. Stek ditanam tegak yaitu
satu ruas dibenamkan ke dalam tanah. Bedengan pembibitan disiram dua kali
sehari untuk menjaga kelembaban.Panen stek pada bedengan pembibitan dapat
dimulai setelah tanaman persemaian berumur 3−4 minggu. Pada umur tersebut
stek pertama sudah cukup panjang. Stek batang dipotong 5 cm di atas permukaan
tanah, dengan meninggalkan beberapa ruas untuk memastikan pertumbuhan tunas
berikutnya yang akan dapat dipanen lagi setelah 4 minggu.
DAFTAR PUSTAKA

De Silva et al. 2018. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Ubi Jalar. Kanisius:
Yogyakarta. 92 hal

Febriana,2009. Penampilan Agronomi Ubi Jalar Pada Cara Tanam yang Berbeda.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian.
Malang. Jurnal Penelitian Palawija 1(1).

Harjadi,2011.Potensi Ubi Jalar Ungu sebagai Pangan Fungsional. IPTEK


Tanaman Pangan.

Hartemink, 2003. Ubi Jalar dan Cara Bercocok Tanamnya. Bogor : Lembaga
Pusat Penelitian Pertanian.

Legese et al., 2011. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar


Universitas Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Lembaga
Sumberdaya Informasi IPB. Bogor.

Lingga, 1986. Eksplorasi dan Identifikasi Tanaman Ubi Jalar ((Ipomoea batatas.L)
Pada Sentra Produksi di Sumatera Barat. [Skripsi]. Padang: Jurusan
Agrokeoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas.

Priangani, 2007. Pengaruh Jenis Dan Hasil Ubi Jalar (Ipomoea batatas. L) Var.
Lokal Ungu. Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar.
Bali.

Rukmana,1997.Budidaya Ubi Jalar Cilembu Sebagai komuditas Unggulan.


Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Anda mungkin juga menyukai