Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Salah satu jenis tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan di

budidayakan oleh petani di seluruh wilayah nusantara adalah ubi jalar. Potensi

nilai ekonomi dan sosial ubi jalar merupakan bahan pangan masa depan yang

penting untuk bahan baku berbagai industri dan pakan ternak (Rukmana, 2007).

Ubi jalar atau ketela rambat sudah lama di kenal dan di tanam oleh

penduduk di dunia. Hasil penelusuran para pakar botani dan pertanian

menunjukkan bahwa tanaman ubi jalar berasal dari kawasan benua Amerika

beriklim tropis.

Ubi jalar (Ipomea batatas L.) merupakan tanaman ubi-ubian dan tergolong

tanaman semusim (Juanda dan Cahyono, 2009). Menurut Rukmana (2007), ubi

jalar berasal dari benua Amerika, tanaman ini masuk ke Indonesia sekitar tahun

1960. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi

selain padi dan jagung. Ubi jalar terseba ke daerah Sumatera, Jawa, dan Papua.

Rukmana (2007) mengatakan pada tahun 1968 Indonesia menjadi negara

penghasil ubi jalar nomor empat di dunia.

Nikolai Ivanovik Vavilov, seorang ahli botani soviet, memastikan sentrum

(tempat asal) plasma nutfah tanaman ubi jalar adalah Brasil (Amerika Selatan).

Penyebaran pertama kali ubi jalar terjadi antara lain, ke Afrika, Madagaskar,

India, Tiongkok, dan beberapa Negara yang terkenal daerah pertaniannya.

Di Indonesia, ubi jalar dijadikan makanan pokok nomor 3 setelah padi dan

jagung. Penyebaran tanaman ubi jalar meluas ke semua propinsi di Indonesia. Ubi

1
jalar saat ini sudah di garap sebagai komoditas agroindustri, seperti produk aneka

makanan seperti kripik, pia, kue kering dan tepung. Di Indonesia tanaman ubi

jalar tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai dataran tinggi, yakni

antara 10 m – 1.500 di atas permukaan laut (dpl). Daerah yang paling ideal untuk

mendapatkan produksi yang optimal adalah daerah dataran rendah yang

berketinggian antara 10 m – 700 dpl. Makin tinggi daerah penanaman dari

permukaan laut, akan semakin lambat pertumbuhan tanaman ubi jalar sehingga

umur panennya makin lama (Tjitrosoepomo, 2011)

Ilmu usaha tani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk

tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif

apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka

miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatan efesien bila pemanfaatan

sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan

(input) (Sudarmono, 1990)

Faktor produksi adalah faktor mutlak yang diperlukan dalam proses

produksi. Faktor produksi terdiri dari lima komponen, yaitu: tanah, modal, tenaga

kerja, skill, dan manajemen. Masing-masing faktor produksi mempunyai fungsi

yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor produksi

tidak tersedia, maka produksi tidak berjalan.

Masyarakat di Pikhe membudidayakan ubi jalar sebagai makanan pokok

dan pakan ternak. Adrianus (2012) menyatakan bahwa ubi jalar merupakan

sumber utama karbohidrat di kawasan dataran tinggi Jayawijaya yang memenuhi

90% kebutuhan kalori masyarakatnya. Produksi ubi jalar di Papua pada tahun

2
2008 yaitu 326,193 ton (Widodo dan Rahayuningsih, 2009). Masyarakat di Pikhe

memanen ubi pada umur 6-7 bulan, biasanya ketika memanen hanya dipilih dan

diambil umbi yang ukurannya besar, sedangkan akar-akar umbi yang ukurannya

kecil akan ditimbun kembali dan dipanen setelah besar.

Varietas ubi jalar yang dilepas oleh Kementerian Pertanian mulai tahun

1978 hingga 2006 jumlahnya cenderung sedikit yaitu hanya 17 varietas unggul

(Widodo dan Rahayuningsih (2009). Menurut Zuraida (2009), beberapa varietas

ubi Jalar lokal di Pikhe misalnya Tabimbi, Wortel, Helalekue Alepmeke, Yiloli,

Dirake, Malugerom, Yobere, Kentang, Tinta, Arugalek, Musan, Mingka, Aluage,

Gelakue, dan Musaneken.

Petani memiliki preferensi masing-masing dalam memilih varietas ubi

jalar yang dibudidayakan, preferensi ini didasarkan pada sifat-sifat dari ubi jalar

itu sendiri dan disesuaikan pemanfaatannya apakah untuk dikonsumsi sendiri,

dijual, dijadikan bahan baku suatu industri, dijadikan pakan ternak dan lain

sebagainya (Rahayuningsih, 2003). Widodo dan Rahayuningsih (2009)

mengemukakan bahwa masyarakat di Papua memiliki fanatisme sendiri terhadap

ubi jalar varietas lokal, hal ini mendukung konservasi genetik varietas lokal dari

kepunahan.

Pada dasarnya penerimaan dan pendapatan suatu usahatani sangat

tergantung bagaimana peranan petani dalam mengelola usahataninya. Pendapatan

petani adalah selisih antara hasil penjualan (produksi) ubi jalar dengan total biaya

produksi yang dikeluarkan oleh petani ubi jalar. Hal ini disebabkan karena luas

lahan yang digunakan, produksi (penjualan), harga jual, biaya produksi,

penerimaan dan pendapatan yang diterima berbeda.

3
Untuk itu perlu melakukan penelitian analisis usaha tani tanaman Ubi jalar

untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha pada komoditas ubi jalar tersebut di

kampong Pikhe dengan judul : “PENDAPATAN USAHA TANI UBI JALAR

(Ipomea. Batatas L) DI KAMPUNG PIKHE DISTRIK HUBIKIAK ”

1.2. Rumusan Masalah

Ubi bagi masyarakat suku Dani di Papua merupakan tumbuhan yang

penting karena selain sebagai makanan pokok, ubi juga digunakan sebagai pakan

ternak babi. Untuk itu perlu dilakukan analisa usaha tani guna mengetahui sejauh

mana usaha budidaya ubi jalar layak diusahakan atau tidak, dari permasalahan

tersebut dapat dirumuskan sebagai beriku:

1. Berapa Besar keuntungan dari hasil tanaman ubi jalar yang

diusahakan?

2. Apakah Usaha Tani ubi jalar layak atau menguntungkan ?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui besarnya keuntungan usaha tani tanaman ubi jalar di

Kampung Pikhe, Distrik Hubikiak

2. Mengetahui kelayakan usaha tani tanaman Ubi jalar di Kampung

Pikhe, Distrik Hubikiak

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai pendapatan Ubi

Jalar

2. Sebagai bahan masukan bagi penulis lainnya dan untuk menambah

perbendaharaan perpustakaan di bidang agribisnis.

4
3. Penelitian ini bermanfaat memberikan informasi mengenai besarnya

keuntungan dan kelayakan usaha tani tanaman Ubi Jalar Kampung

Pikhe.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi dan Morfologi Ubi Jalar

Ubi jalar (Ipomea. Batatas L) berasal dari daerah Amerika, ubi jalar

masuk ke Indonesia sekitar tahun 1960, tersebar ke daerah Sumatera, Jawa, dan

Papua (Suprapti, 2003). Menurut Suprapti (2003), ciri-ciri tanaman ubi jalar yaitu

memiliki susunan tubuh utama terdiri atas batang, daun, bunga, buah, biji, dan

umbi, batang tanaman berbentuk bulat, tidak berjalar, dan berbuku-buku, tipe

pertumbuhan tegak dan merambat atau menjalar, panjang batang tipe tegak:

1 m – 2 m, sedangkan tipe merambat: 2 m- 3 m. Menurut Juanda dan Cahyono

(2009), klasifikasi tanaman ubi jalar adalah sebagai berikut:

Divisi :Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dycotyledonae

Ordo : Convolvulales

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas L.

Ubi jalar masih satu keluarga kangkung kangkungan. Ubi jalar memiliki

batang berbentuk bulat dan lunak, tidak berjalar serta beruas-ruas, bagian tengah

bergabus. Ruas ditumbuhi daun, akar dan tunas atau cabang (Juanda dan

Cahyono, 2009). Setiap varietas memiliki ciri ciri penampakan yang berbeda.

Menurut Juanda dan Cahyono (2009), varietas ubi jalar yang merambat panjang

6
batang utamanya mencapai 2-3 m dengan diameter batang besar sedangkan

varietas ubi jalar yang bertipe tegak panjang batang utamanya yaitu 1-2 m dengan

diameter batang berukuran kecil. Beberapa varietas ada yang batangnya berbulu

dan ada yang tidak berbulu, warna batang ini juga bervariasi antara hijau dan ungu

tergantung varietasnya. Selain batangnya yang bervariasi, daun ubi jalar juga

bervariasi tergantung varietasnya, ada yang berbentuk bulat dengan tepian daun

rata, berlekuk dangkal, atau menjari. Daun ubi jalar yang berbentuk oval memiliki

tepi daun rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam. Daun ubi yang berbentuk

bulat runcing memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal, atau berlekuk dalam.

Tulang-tulang daun ubi jalar menyirip dengan kedudukan daun tegak agak

mendatar. Daun ubi jalar juga ukurannya tergantung dari varietasnya dengan

warna hijau tua, hijau kuning dan ungu.

Warna umbi ubi jalar bervariasi mulai dari putih, kuning kunyit, kuning

gading, kuning keputih-putihan, putih kemerah-merahan atau merah. Bentuk

umbinya juga ada yang berbentuk bulat, lonjong, agak bulat, agak lonjong dan ada

yang memanjang dengan ukuran umbi bervariasi juga (Suparman, 2007).

Di Lani jaya Ubi jalar memiliki nama – nama dalam bahasa Lokal, setiap

jenis memiliki nama daerah tersendiri, setiap jenis juga memiliki umur yang

berbeda – beda, berdasarkan kegunaan umumnya digunakan sebagai bahan

makanan untuk manusia namun juga digunakan sebagai makanan ternak Babi.

2.2. Teori Usaha Tani

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengalokasikan sumber daya yang ada secara efisien untuk tujuan memperoleh

keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi, 2002). Ilmu usahatani

7
merupakan proses menentukan dan mengkoordinasi penggunaan faktor-faktor

produksi untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang maksimal

( Suratiyah, 2006).

Usahatani memiliki empat unsur pokok, yaitu: Lahan, berperan sebagai

faktor produksi yang dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, luas lahan, lokasi,

intensifikasi, dan fasilitas.Tenaga Kerja yang berasal dari orang lain atau dari

anggota keluarga sendiri. Modal yang digunakan untuk meningkatkan

produktivitas kerja dan kekayaan usahatani.Pengelolaan dalam menentukan,

mengkoordinasi, dan mengorganisasikan faktor-faktor produksi pertanian

sebagaimana yang diharapkan ( Hermanto, 1996).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksiyang

diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara

penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode (Suratiyah,

2006). Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua

biaya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual ( Rahim, 2007). Menurut ( Sukirno 2002), pendapatan total

usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih penerimaan total dengan biaya total

yang dikeluarkan dalam proses produk si, dimana semua input miliki keluarga

diperhitungkan sebagai biaya produksi. Total Revenue (TR) adalah jumlah

produksi yang dihasilkan, dikalikan dengan harga produksi dan pendapatan

merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya.

Pendapatan petani dari usahataninya seperti padi, jagung, ketela, kopi,

tebu, dan lainnya dapat diperhitungkan total penerimaanyang berasal dari nilai

penjualan hasil dikurangi dengan total nilai pengeluarannya yang terdiri dari :

8
Pengeluaran untuk input misalnya bibit, pupuk, pestisida.Pengeluaran untuk upah

tenaga kerja. Pengeluaran untuk pajak, iuran air, bunga kredit (Prayitno, 1997).

2.3. Kandungan Ubi Jalar

Ubi jalar mengandung serat, gula alami, karbohidrat kompleks, protein,

folat, vitamin A dan C, kalium, natrium, besi dan kalsium (Rahayuningsih, 2003).

Ubi jalar yang yang umbinya berwarna ungu mengandung pigmen antosianin

sedangkan yang berwarna kuning hingga oranye mengandung betakaroten.

Adrianus (2012) menambahkan bahwa karoten pada ubi jalar sebagai bahan utama

pembentukan vitamin A setara dengan kandungan karoten pada wortel. Ubi jalar

dengan berbagai kandungannya memiliki manfaat mencegah berbagai penyakit

seperti rabun, struk, kanker dan lain sebagainya.

Selain sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar juga mengandung gizi yang

cukup oleh sebab itu ubi jalar menjadi salah satu makanan pokok beberapa

masyarakat di Indonesia. Selain umbinya dikonsumsi sebagai makanan pokok,

daun ubi jalar juga dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Beberapa varietas di daerah

tertentu juga digunakan sebagai pakan ternak.

2.4. Lingkungan Optimal bagi Pertumbuhan Ubi Jalar

Ubi jalar memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga dapat bertahan

hidup dalam berbagai kondisi lingkungan namun lingkungan yang optimal bagi

pertumbuhannya yaitu lingkungan dengan suhu 24°C-27°C dengan lama

penyinaran matahari 10-12 jam sehari. Ubi jalar menyukai kondisi yang cukup air,

tidak berlebih dengan kondisi tanah yang gembur tidak terlalu liat agar

pertumbuhan umbi optimal (Suparman, 2007). Ubi jalar dapat tumbuh sepanjang

9
tahun, namum saat lingkungan cenderung basah, pertumbuhan ubi jalar lebih

cenderung ke hijuannya daripada umbinya.

Ubi jalar pada dataran rendah dapat dipanen sekitar umur 4 bulan,

sedangkan di dataran tinggi sekitar umur 6 bulan (Zuraida, 2009). Ubi jalar tidak

menyukai air yang berlebih sehingga pada musim hujan guludan dibuat lebih

besar dan tinggi agar umbi dapat tumbuh optimal. Widodo dan Rahayuningsih

(2009) menambahkan bahwa cuaca kering sesuai untuk pembentukan dan

perkembangan umbi, namum apabila kondisi kekeringan terjadi pada fase

pembentukan umbi maka akan berakibat penurunan produksi umbi secara nyata.

2.5. Keragaman Varietas Ubi Jalar

Ubi jalar memiliki keragaman varietas yang memiliki sifat morfologi dan

agronomi yang berbeda. Menurut Zuraida (2009), perbedaan varietas biasanya

didasarkan pada perbedaan bentuk umbi, warna kulit umbi dan daging umbi.

Suryaningsih (2011) menyatakan bahwa identifikasi ubi jalar perlu dilakukan

karena akan memberi informasi mengenai suatu varietas sehingga dapat dijadikan

dasar baik untuk kegiatan pemuliaan tanaman maupun untuk pengembangan

penelitian tanaman, selain itu identifikasi varietas juga diperlukan sebagai langkah

dasar dalam melestarikan plasma nutfah. Wahyuni (2012) mengemukakan bahwa

kegiatan ekplorasi dengan mengidentifikasi varietas-varietas lokal di Indonesia

perlu dilakukan guna mencegah proses erosi gen ubi jalar. Erosi gen ini

merupakan hilangnya kekayaan gen-gen pembawa yang ada pada tanaman karena

beberapa faktor, diantaranya penggunaan varietas unggul yang luas, rendahnya

daya saing komoditas, cekaman biotik dan abiotik, pergeseran fungsi lahan,

10
kerusakan habitat akibat bencana alam dan lain-lain. Oleh sebab itu diperlukan

usaha penyelamatan plasma nutfah terutama dari varietas lokal.

Menurut Yen (1982) dalam Rahayuningsih (2003), Indonesia merupakan

salah satu pusat keanekaragaman genetik ubi jalar terbesar di Asia Pasifik, Papua

merupakan salah satu daerah sumber keragaman genetik ubi jalar tertinggi di

Indonesia karena secara ekologis memiliki keanekaragaman yang sangat tingg

oleh sebab dilewatinya garis katulistiwa, selain itu dari dahulu masyarakat papua

menjadikan Ubi sebagai makanan pokok.

2.6. Pendapatan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha

atau sebagainnya). Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang

yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk

upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba (KBBI, 1998).

Menurut ( Mubyarto 2004), mengemukakan pengertian pendapatan adalah

sebagi saluran penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain

maupun dari hasil sendiri yang dimulai dengan sejumlah uang atau jasa atas dasar

harga yang berlaku pada saat itu. Selanjutnya pendapatan dapat dibedakan antara

lain:

1. Sektor pekerja pokok, yaitu yang menjadi sumber utama kehidupan keluarga

2. Sektor pekerjaan sampingan, yaitu pekerjaan yang hasilnya dipakai sebagai

penunjang untuk mencukupi kebuthan hidup suatu keluarga

3. Sektor subsistem, yaitu sumber pendapatan yang sering diartikan sebagai

pekerjaan yang menghasilkan sesuatu untuk dikonsumsi sendiri.

11
Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya

penerimaan yang dinilai dengan suatu mata uang yang dapatvdihasilkan seseorang

atau suatu bangsa dalam priode tertentu. Reksoprayitno. 2004, mendefinisikan : “

Pendapatan (revenue) dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh

pada priode tertentu”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan

adalah sebagi jumlah spenghasilan yang diterima oleh para nggota masyarakat

untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau factor-faktor produksi yang

telah disumbangkan.

2.7. Pengertian Biaya

Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari

aktivitas perusahaan. Biaya didefiniskan sebagai satu sumber daya yang

dikorbankan (sacrified) atau diepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan

tertentu (Horngren ddk, 2008). Menurut Bustami dan (Nurlela 2006), biaya

merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam suatu uang

yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan

tertentu. Biaya merupakan nilai dari semua masukan ekonomis yang

diperlukan, yang dapat diperkirakan dan olah diukur untuk menghasilkan

suatu produk. Biaya dalam proses produksi berdasarkan jangka waktu dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu biaya jangka pendek dan biaya janka panjang.

Biaya jangka pendek berkaitan dengan penggunaan biaya dalam waktu atau

situasi yang tidak lama jumlah masukan (Input) factor produksi tidak samSIa,

dapat berubah-ubah. Namun demikian biaya produksi jangka pendek masi

dapat dibedakan adanya biaya tetap dan biaya variable, sedangkan dalam

jangka panjang semua faktor produksi.

12
1. Biaya langsung (directcost)

Adalah : biaya yang lamgsumg di bebankan pada objek atau produksi.

Misalnya bahan baku langsung. Upah tenaga kerja yang dilibat langsung dalam

proses produksi,Biaya iklan ,ongkos .

2. Biaya tidak langsung indrect

Biaya yang sulit atau tidak dapat dibebankan secara langsung dengan unit

produksi. Adalah biaya angkut,dan sebagai-nya Gaji pimpinan mandor dan iklan

untuk lebih dari satu macam produk.dan sebagainya, biaya tidak langsung

disebut juga biaya ovheadbSementara ( kuswandi 2005) juga mengolongkan

biaya berdsarkan pola perilaku biaya yaitu:

Adalah biaya yang jumlahnya tetap atau tidak berubah dalam rencang waktu

tertentu jumlahnya berubah - ubah secara proposional.

Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk

tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif

apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka

miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatan efesien bila pemanfaatan

sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan

(input) (Sukarwati, 1995)

Faktor produksi adalah faktor mutlak yang diperlukan dalam proses

produksi. Faktor produksi terdiri dari lima komponen, yaitu: tanah, modal, tenaga

kerja, skill, dan manajemen. Masing-masing faktor produksi mempunyai fungsi

yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor produksi

tidak tersedia, maka produksi tidak berjalan (Daniel, 2002)

13
Menurut Hadisapura (1973) Untuk memperhitungkan penerimaan, biaya,

dan pendapatan pada umumnya dapat dibedakan tiga cara yaitu; yang pertama

cara memperhitungkan keadaan keungan usaha tani dan petani pada suatu waktu

atau periode, yang kedua cara memperhitungkan biaya dan pendapatan usahatani

selama satu tahun, dan yang ketiga yaitu cara memperhitungkan hubungan antara

biaya dan pendapatan usaha tani pada akhir tahun untuk mengetahui pendapatan

suatu Susahatani menggunakan rumus menurut Sukarwati (1995) sebagai berikut:

Π = TR – TC

Keterangan :

Π = Pendapatan Usahatani (Rp)

TR = Total Penerimaan Usahatani (Rp)

TC = Total Biaya usahatani (Rp)

Biaya adalah sejumlah nilai uang yang dikeluarkan untuk membiayai

kegiatan proudksi . di dalam produksi faktor – faktor yang mempengaruhi biaya

dikombinasikan, di proses kemudian dapat menghasilkan suatu hasil akhir yang

biasa disebut dengan produksi atau output.

2.8. Keuntungan

Keuntungan merupakan selisih antara pengeluaran (output) dan

pemasukan (input), yang dimaksud keuntungan adalah sejumlah uang yang

diterima dari hasil penjualan dengan harga tertentu,. Jika pengeluaran lebih kecil

dibandingkan dengan pemasukan maka dikatakan Untung, jika pemasukan sama

dengan pengeluaran maka imbang yang artinya tidak untung dan tidak rugi,

namun jika pemasukan lebih kecil dari pengeluaran maka Rugi (Hadisapoetra,

1973).

14
2.9 Kelayakan Usahatani Ubi jalar

Suatu usaha dapat dikatakan layak untuk diusahakan jika petani


memperoleh keuntungan yang maksimal dari usahatani yang dikelolanya.
Manajemen usahatani yang baik sangat dibutuhkan dalam pelaksanaannya mulai
dari penanaman, pemupukan, penyiangan, dan pemanenan, serta pemasaran yang
baik akan mendukung terciptanya usahatani yang efisien. Dalam setiap jenis
usahatani, selalu terdapat hubungan antara input (masukan) dan output (hasil).
Input (masukan) bagi usahatani terdiri dari unsur alam, unsur tenaga, unsur modal,
managemen dan unsur sosial budaya. Cara menghitung kelayakan adalah sebagai
berikut :
R/C = Total Penerimaan
Total Biaya

Ketentuan :
R/C > 1, Artinya Untung

R/C = 0, Artinya Seimbang (Impas)

R/C < 1, Artinya Rugi

2.10. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai hal yang

penting. Secara keseluruhan kerangka pemikiran Pendapatan Usahatani Ubi Jalar

( Ipomea Batatas L. ) di Kampung Pikhe, Distrik Hubikiak dapat dilihat pada

Bagan 1.

15
PENDAPATAN
USAHATANI UBI
JALAR

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi:

 Produksi
 Kinerja
 Biaya bibit
 Penjualan
 Keuntungan
 Jumlah tangungan keluarga
 Pendidikan
 Luas lahan

Bagan 1. Pendapatan Usahatani Ubi Jalar

16
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di Kampung Pikhe, Distrik Hubikiak,

penelitian dimulai pada tanggal 1 November sampai dengan 23 November tahun

2018.

3.2. Tehnik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study) yaitu;

penelitian yang dilakukan dengan melihat langsung ke lapangan, karena studi

kasus merupakan metode yang menjelaskan jenis penelitian mengenai suatu objek

tertentu selama kurun waktu tertentu, atau suatu fenomena yang ditemukan pada

suatu tempat yang belum tentu sama dengan daerah lain. Daerah penelitian

ditentukan secara purposive, yaitu kampung Pikhe, Distrik Wamena

Daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki produksi ubi

jalar yang cukup banyak. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel

adalah metode sensus, dimana semua populasi di daerah penelitian dijadikan

sampel, sampel pada penelitian ini adalah 15 orang petani ubi jalar.

3.3. Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode Surve, pengambilan sampel dilakukan

dengan cara Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak terhadap

jumlah populasi petani Ubi jalar sebanyak 15 Orang. Berdasarkan sumber data

dan jenis data yaitu data primer dan sekunder. Data primer yaitu; perolehan data

dari hasil wawancara langsung terhadap petani dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sementara data sekunder yaitu

17
data yang diperoleh dari Instansi terkait seperti; Dinas Pertanian, Dinas tanaman

pangan dan hortikultura dan atau instansi yang terkait lainya yang berhubungan

dengan penelitian ini.

3.4. Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan

data skunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung kepada 15 petani

sebagai responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah

dipersiapkan. Data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari

instansi atau lembaga terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5 Metode Analisis Data

Untuk menganalisis permasalahan pertama, menggunakan rumus

menurut Sukartawati (1995) sebagai berikut:

π = TR - TC

Keterangan :

π = Pendapatan Usahatani (Rp)

TR = Total Penerimaan Usahatani (Rp)

TC = Total Biaya usahatani (Rp)

Menganalisis permasalahan Kedua, digunakan dengan analisis Retrun


Cost Ratio (Rasio R/C) sebagai berikut :
R/C = Total Penerimaan
Total Biaya

Ketentuan :
R/C > 1, Artinya Untung

R/C = 0, Artinya Seimbang (Impas)

R/C < 1, Artinya Rugi (Soekartawati, 1995).

18
DAFTAR PUSTAKA

Adrianus. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas
L.) pada Tinggi Petakan yang Berbeda. Jurnal Agricola, 2(1): 49-69.

Daniel. M. 2002. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Bina Aksara. Jakarta.

Ginting, W.A.P., Ginting, J., dan Rahmawati, N. 2017. Respons Pertumbuhan dan
Produktivitas Tiga Varietas Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) terhadap
Pemberian Berbagai Dosis Bokashi Jerami Padi. Jurnal Agroekoteknologi FP
USU, 5(1): 1-7.P
Hermanto, Fadholi. 1999. Ilmu Usaha Tani, Penebar Swadaya. Jakarta.

Juanda, B. dan Cahyono, B. 2009. Ubi Jalar: Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Yogyakarta: Kanisius.

Nani, Z. 2009. Status Ubi Jalar sebagai Bahan Diversifikasi Pangan Sumber
Karbohidrat. Iptek Tanaman Pangan, 4(1): 69-80.

Rahayuningsih, S.A. 2003. Profil Varietas Unggul Ubi Jalar Sari: Beradaptasi
Luas, dan Berumur Genjah. Buletin Palawija, No 5&6: 57-67.

Rukmana, R. 2007. Ubi Jalar: Budi Daya dan Pascapanen. Yogyakarta:


Kanisius.

Sukirno, Sudono dkk. 2004. Pengantar Bisnis. Jakarta : Prenada Media.

Suparman. 2007. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Jakarta: Azka Press.

Suprapti, L. 2003. Teknologi Tepat Guna Tepung Ubi Jalar, Pembuatan dan
Pemanfaatannya. Yogyakarta: Kanisius.

Suryaningsih, N.L.S. 2011. Evaluasi Sifat Kuantitatif Beberapa Kultivar Ubi Jalar
Lokal yang Tahan terhadap Elsinoe batatas. Jurnal Agricola, 1(2): 142-148.

Soekartawi. 1995. Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Presada. Jakarta.

Thamrin, Muhammad, Ainul Mardhiyah dan Samsul Efendi Marpaung . 2013.


ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot utilissima). Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMSU, Medan

Wahyuni, T. S. 2012. Konservasi Koleksi Plasma Nutfah Ubi Jalar. Buletin


Palawija, No 23: 28-37.

Widodo, Y. dan Rahayuningsih, S.A. 2009. Teknologi Budidaya Praktis Ubi Jalar
Mendukung Ketahanan Pangan dan Usaha Agroindustri. Buletin Palawija, No
17: 21-32.

19

Anda mungkin juga menyukai