Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan yang utama, tidak saja di

Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, ubi kayu merupakan makanan pokok

ke tiga setelah padi-padian dan jagung. Sedangkan untuk konsumsi penduduk

dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar

300 juta ton ubi kayu (Chalil, 2003).

Berdasarkan data FAO (2013) sejak tahun 2000-an produksi ubi kayu

dunia terus meningkat mencapai 100 juta ton. Peningkatan permintaan ubi kayu

berdampak positif terhadap harga jual ubi kayu di tingkat petani. Harga komoditas

ubi kayu yang terus membaik, mendorong petani untuk memproduksi ubi kayu

sebanyak- banyaknya dengan cara memperluas areal tanam, meningkatkan indeks

penanaman (IP), menanam varietas unggul yang berumur genjah dan tahan hama

penyakit tertentu (Qurrahman, 2014).

Ubi kayu merupakan salah satu kooditas tanaman pangan yang telah lama

di budidayakan petani, bahkan pada lokasi yang telah tumbuh industri

pengolahan. Komoditas ini dijadikan sebagai usaha bisnis untuk menopang

kebutuhan ekonomi keluarga. Usahatani ubi kayu yang dapat dilakukan di lahan

kering dan bersifat marginal adalah alternaif pilihan, jadi sebagai sumber bahan

pangan keluarga dan secara ekonomis tentnya petani ubikayu mengharapkan

keuntungan dari usahanya (Darwis, 2009).

Permintaan ubi kayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik

untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri. Peran ubi kayu dalam

bidang industri akan terus mengalami peningkatan seiring dengan program


pemerintah untuk menggunakan sumber energi alternatif yang berasal dari hasil

pertanian (liquid biofuel), seperti biodiesel dan bioetanol serta diversifikasi

pangan berbasis pangan lokal (Sundari, 2010).

Tanaman ubi kayu merupakan salah satu tanaman pangan alternatif

pengganti beras sebagai makanan pokok. Keunggulan tanaman ubi kayu

dibandingkan tanaman pertanian lain seperti beras adalah mudah untuk

dibudidayakan, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, mampu bertahan

pada kondisi kekurangan air atau curah hujan yang rendah, dapat berproduksi

dengan baik di tanah yang miskin hara (Caniago, 2014).

Strategi Pembangunan Pertanian agarbisa meningkatkan kesejahteraan

petani diperlukan suatu strategi yang tepat yaitu pembangunan yang berbasis pada

systemagribisnis.Pengembangan agribisnis tidak akan efektifdan efisien bila

hanya mengembangkan salahsatu subsistem yang ada didalamnya. Sebagai

permasalahan yang tirnbul di dacrlirpenghasil produk pertanian misal ubi kayu

berhasil dalam meningkatkan produksinya dan mutu produknya, tetapi tidak

berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat secaranyata karena tidak disertai

dengan pengembangan subsistem pemasaran dan pengolahan hasil

( Bharoto, 2014).

Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan ubi kayu adalah

memaksimalkan produktivitas melalui pengembangan bibit ubi kayu mukibat,

yaitu penyambungan bibit stek ubi kayu dengan batang atas ubi kayu karet

(Manihot glasiovii) dan batang bawah ubi kayu varietas unggul. Penggunaan stek

sambung ubi kayu telah dimulai sejak tahun 2005 di beberapa tempat di Jawa

Timur dan Lampung dalam upaya peningkatan produktivitas mendukung upaya


penyediaan bahan baku untuk pabrik ethanol namun dalam hal penyambungan

bibit ubi kayu mukibat sering mengalami kegagalan atau tingkat keberhasilan

yang cukup rendah (Adamu, 1989).

Faktor lingkungan yang berpengaruh pada okulasi diantaranya media

tanam dan ketersediaan hara bagi tanaman. Media tanam berfungsi untuk

menopang bibit, menyimpan dan menyediakan air, serta memberikan unsur hara

bagi bibit. Media tanam yang baik adalah gembur, aerasi baik, porositas tinggi,

mampu menahan air dan menyediakannya bagi tanaman, dan mampu

menyediakan unsur hara (Caniago, 2014).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui tata cara

penyambungan dan okulasi ubi mukibat.

Hipotesis Percobaan

Ada pengaruh pemberian air kelapa terhadap keberhasilan dan

pertumbuhan okulasi dan penyambungan bibit ubi kayu mmukibat.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat melengkapi komponen penilaian di

Laboratorium Budidaya Tanaman Pangan Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan

informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Ubi Kayu (Manihot utilissima Pohl.)

Klasifikasi tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

Divisi : Spermatophyta, Sub Divisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae,

Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Manihot,

Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.

( Prihatman, 2000 ).

Batang tanaman ubi kayu berkayu, beruas-ruas dengan ketinggian

mencapai lebih dari 3 m. warna batang bervariasi, ketika masih muda umumnya

berwarna hijau dan setelah tua menjadi keputih-putihan, kelabu atau hijau kelabu.

Batang berlubang berisi empulur berwarna putih, lunak dengan struktur seperti

gabus (Suprapti, 2005).

Daunnya mengandung lebih banyak asam sianida dari pada ubinya.

Menurut suatu catatan dari Boorsma dalam daun yangt dewasa ditemukan rata-

rata 0.05%, pada daun yang muda kadarnya 0,1% dan lebih dari itu

(Heyne, 1987).

Pembungaan memang lazim dari sebagian besar kultivar dan dapat terjadi

segera setelah tanaman berumur 6 minggu, tetapi beberapa kultivar tidak

berbunga.Jika terbentuk, bunga berdiameter 1 cm, dan tumbuh dalam kelompok

yang longgar pada tandan dekat ujung cabang.Warna bunga bermacam-macam

mulai dari ungu kehijauan hingga kuning agak kehijauan

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi

sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat


memanjang, terdiri atas kulit luar tipis (ari) berwarna kecoklat-coklatan (kering),

kulit dalam agak tebal berwarna keputih-putihan (basah), dan daging berwarna

putih atau kuning (tergantung varietasnya) yang mengandung sianida dengan

kadar yang berbeda (Suprapti, 2005).

Syarat Tumbuh

Iklim

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu antara 1.500 – 2.500

mm/tahun.Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%,

dengan suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10oC. Jika suhunya dibawah

100C, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi

kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.Sinar matahari yang

dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan

daun dan perkembangan umbinya(Sundari, 2010).

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10-

700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10-1.500 m dpl.Jenis ubi kayu tertentu

dapat ditanam pada ketinggian tempat teretentu untuk dapat tumbuh

optimal(Kartasapoetra, 1988).

Untuk dapat berproduksi optimal, ubi kayu memerlukan curah hujan 150-

200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100-150

mm pada fase menjelan dan saat panen. Berdasarkan karakteristik iklim di

Indonesia dan kebutuhan air tersebut, ubi kayu dapat dikembangkan di hampir

semua kawasan, baik di daerah beriklim basah maupun beriklim kering sepanjang

air tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman tiap fase pertumbuhan (Roja, 2009).

Tanah
Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur

remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan

organik.Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara

lebih mudah tersedia, dan mudah diolah.Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman

ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran,

grumosol, dan andosol (Kartasapoetra, 1988).

Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu

berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-

pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup

netral bagi suburnya tanaman ubi kayu(Sundari, 2010).

Walaupun tanah agak masam adalah medium yang optimum, ubi kayu

toleran terhadap paraf pH 4 hingga 8, salinitas tinggi membatasi pertumbuhan

tanaman. Tanaman juga toleran terhadap kadar kalsium rendah dan ketersediaan

aluminium dan mangan tinggi, kondisi yang umum di daerah bercurah tinggi dan

tanah tropika masam, yang tidak dapat ditoleransi oleh sebagian besar sayuran

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Botani Tanaman Ubi Karet (Manihot glaziovii M.A)

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman ubi karet

diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom :Plantae,Spermatophyta, Subdivisio :

Angiospermae, Kelas:Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Famili :

Euphorbiaceae,Genus : Manihot,Spesies : Manihot glaziovii M.A

( Prihatman, 2000 ).

Batangnya memiliki pola percabangan yang khas, dengan keragamannya

bergantung pada kultivar. Bagian batang tua memilki duduk daun yang terlihat
jelas. Ruas-ruas batang yang panjang menunjukkan laju pertumbuhan tanaman

cepat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Umbi yang terbentuk merupakan akar yang menggelembung dan berfungsi

sebagai tempat penampung makanan cadangan. Bentuk umbi biasanya bulat

memanjang, terdiri atas: kulit luar tipis (ari) berwarna kecokelat-coklatan (kering);

kulit dalam agak tebal berwarna keputih-putihan (basah); dan daging berwarna

putih atau kuning (tergantung varietasnya) mengandung sianida dengan kadar

berbeda (Alives, 2002).

Pembungaan pada tanaman sebagian besar terjadi pada beberapa kultivar

dan beberapa kultivar juga terdapat tidak mengalami pembungaan.Ukuran bunga

berdiamter 1 cm dan tumbuh dalam kelompok yang terdapat dekat ujung cabang.

Warna bunga bermacam-macam dimulai dari ungu kehijauan hingga kuning agak

kehijauan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Syarat Tumbuh

Iklim

Pertumbuhan yang terbaik terjadi pada wilayah antara lintang 15o di utara

dan selatan katulistiwa, yaitu daerah yang suhunya rata-rata 25 – 27 oC, namun

pada kisaran suhu 16 – 30 oC dan lintang hingga 30o pertumbuhan tanaman pun

cukup baik. Pertumbuhan sangat terhambat pada suhu lebih tinggi dari 35 oC

( Heyne, 1987).

Tanaman lebih baik tumbuh pada dataran rendah namun jika suhu

memungkinkan dapat ditanam pada ketinggian 2000 m dan tanaman sangat

memerlukan intensitas cahaya tinggi. Tanaman baik ditanam pada wilayah yang

kisaran curah hujannya besar mulai dari 500 – 5000 mm. Namun sebagian besar
wilayah produksi utama umumnya memiliki curah hujan rata-rata antara 1000 –

2000 mm. Tanaman toleran terhadap periode kekeringan yang panjang dan

keadaan tanpa penyiangan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Tanah

Tanaman ini menyukai tanah berpasir atau liat bepasir. Tanah yang dalam

dan gembur memungkinkan umbi yang sedang berkembang dapat menembus

tanah dengan tanah yang lebih baik. Tanah dangkal dan padat mempengaruhi

bentuk dan ukuran umbi. Tanah yang beraerasi buruk atau tergenang dapat

menghambat pertumbuhan dan menyebabkan umbi menjadi busuk

( Alives, 2002).

Tanaman toleran terhadap pH 4 – 8, salinitas tinggi dapat membatasi

pertumbuhan tanaman. Tanaman juga toleran terhadap kadar kalsium rendah dan

ketersediaan aluminium dan mangan yang tinggi

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Ubi Kayu Mukibat

Ubi kayu mukibat pada dasarnya adalah ubi kayu hasil sambungan dari

batang bawah ubi kayu (Manihot esculenta) dengan ubi kayu karet

(Manihot glaziovii). Nama mukibat diambil dari penemu teknologi tersebut bapak

Mukibat, seorang petani yang hidup dan tinggal di daerah Ngadiloyo, kabupaten

Kediri pada periode 1903-1966. Menurut penduduk setempat bapak Mukibat

mendapatkan ide menyambung ubi karet ke ubi kayu biasa setelah mengikuti

kursus yang diberikan Petugas Penyuluh Pertanian dimana kepada setiap

partisipan ditugasi secara individual menyambung tanaman (Balitkabi, 2010).


Di Indonesia, penanaman ubi kayu mukibat baru terdapat di beberapa

daerah dengan cara yang beragam sehingga memberikan hasil yang beragam pula.

Hasil survei Prasetiaswati et al., (2008) menunjukkan penggunaan bibit stek

sambung ubi kayu di tingkat petani di Jawa Timur memberikan hasil 33-59 t/ha,

lebih tinggi dibanding stek biasa (10,05 t/ha). Hasil analisis usaha tani

menunjukkan bahwa B/C ratio ubi kayu yang diusahakan dengan sistem stek

sambung berkisar antara 2,6-5,97, jauh lebih tinggi dibanding stek biasa

(B/C ratio 1,4). Meskipun ubi kayu sistem stek sambung memberikan hasil yang

tinggi, tetapi pengembangannya sangat lambat (Prasetiaswati, 2008).

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) petani

belum terampil membuat bibit, (2) tanaman ubi kayu karet sebagai batang atas

tidak selalu tersedia di setiap daerah, (3) lubang tanam lebih dalam dan besar, (4)

pada daerah yang anginnya cukup kencang diperlukan penyangga agar tidak

patah, dan (5) kesulitan panen karena umbi lebih besar dan panjang

(Nugroho et al., 1985).

Okulasi ( Budding ) Ubi Mukibat

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan organ

reproduktif setelah tejadi penyerbukan (cara seksual) atau dengan menggunakan

organ vegetatif. Perbanyakan secara vegetatif atau aseksual merupakan alternatif

yang dapat dilakukan untuk tanaman yang sulit dibiakkan dengan biji.

Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakuakan dengan beberapa cara yakni :

dengan menggunakan tunas, stek, cangkok, perundukan, penyambungan, okulasi

dan kulur jaringan (Lakitan, 1995).


Penempelan atau okulasi (budding) adalah penggabungan dua bagian

tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga menjadi satu kesatuan yang

utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada

bekas luka sambungan atau tautannya. Bagian bawah (yang mempunyai

perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah (rootstock atau

under stock) atau sering disebut stock. Bagian tanaman yang ditempelkan atau

disebut batang atas, entres (scion) dan merupakan potongan satu mata tunas

(entres) (Purnomo, 2009).

Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan sambung mata tunas /

okulasi (Budding) menurut Ashari (2006) adalah sukarnya kulit kayu batang

bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif,

yakni pada saat berpupus atau daun-daunnya belum menua. Hal ini berkaitan

dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman

dalam kondisi dorman. (Hartmann et al., 1997).

Penyambungan ( Grafting ) Ubi Mukibat

Perbanyakan ubi mukibat dengan cara grafting yaitu menyammmbungkan

antra batang bawah ubi kayu dengan batang atas ubi karet. Penelitian tentang

ubikayu sistim mukibat masih belum banyak dilakukan karena pada saat itu belum

mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Dari hasil pengamatan di lapang

ternyata cara bertanam ubikayu sistem mukibat masih cukup beragam. Pada tahun

1974 sistem Mukibat telah diteliti oleh Unibraw, yang menyimpulkan bahwa

source potential dari batang atas mampu memasok sink capacity dari batang

bawah, sehingga produktivitas ubikayu mampu ditingkatkan menjadi >70 t/ha.

Bahkan dengan pemeliharaan intensif dan diumurkan > 1,5 tahun hasil ubikayu
sistem Mukibat dapat mencapai >100 kg/tanaman. Lembaga Penelitian

Internasional IITA di Ibadan Nigeria, dan CIAT di Cali Columbia juga telah

mencoba menerapkan sistem Mukibat yang berkesimpulan bahwa source-sink

relationship meningkat seirama, sehingga mampu meningkatkan produktivitas

>100% (Purnomo, 2009).

Budidaya ubi kayu mukibat telah lama dikenal, namun sejauh ini belum

dikembangkan secara komersial oleh petani. Dengan meningkatnya permintaan

ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol, maka cara ini mempunyai prospek yang

baik dan mulai dikembangkan oleh beberapa pemerintah daerah dan petani,

dengan harapan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Hasil survei

kelayakan usaha tani menunjukkan belum ada teknologi baku untuk ubi kayu stek

sambung ditingkat petani. Meskipun demikian, penanaman ubi kayu stek

sambung mempunyai potensi hasil yang baik di Kabupaten Banyuwangi, Gunung

Kidul, dan Lampung Tengah, masing-masing dapat mencapai 59,0 t, 72,0 t dan

59,8 t/ha dengan keuntungan Rp 23.450.000 (B/C ratio 2,6), Rp 8.027.000 (B/C

ratio 1,3), dan Rp 22.315.000 (B/C ratio 2,1) (Radjid et al., 2010 ).

Manfaat Air Kelapa Dalam Keberhasilan Ubi Mukibat

Air kelapa merupakan salah satu bahan alami yang mengandung hormon

sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l. (Yong J,W,H et al.,2009 ). Senyawa lain

yang terdapat dalam air kelapa adalah protein, lemak, mineral, karbohidrat,

bahkan lengkap dengan vitamin C dan B kompleks . Protein dan karbohidrat

dibutuhkan tanaman sebagai cadangan makanan, lemak dibutuhkan tanaman

sebagai cadangan energi, mineral sebagai bahan penyusun tubuh tanaman, dan

vitamin C dan B kompleks berperan di dalam proses metabolisme. Dengan


demikian, air kelapa dapat dimanfaatkan untuk memacu pertumbuhan baik

pertunasan maupun perakaran pada berbagai jenis tanaman (Nugroho., 1985).

Pada umumnya auksin mengontrol pertumbuhan dan perkembangan

tumbuhan, yang mempengaruhi: pembelahan sel, perpanjangan sel dan

differensiasi sel. Menengahi respon fisiologis berjangka pendek dari tumbuhan

terhadap stimulus lingkungan. mempunyai efek ganda, tergantung pada tempat

kegiatannya, konsentrasinya dan stadia perkembangan tumbuhan (Radjid, 2010).

Dari hasil penelitian Marpaung dan Hutabarat (2015) menyatakan bahwa

jenis bahan alami air kelapa 50% menghasilkan waktu bertunas lebih cepat,

panjang tunas, jumlah daun, panjang, dan bobot basah akar yang tinggi. Bahan

alami air kelapa 50% dapat menggantikan perangsang akar sintetis sebagai zat

pengatur tumbuh pada setek batangtin. Hasil dari penelitian ini akan bermanfaat

dalam meningkatkan persentase jadi perbanyakan bibit tin melalui setek batang

dengan menggunakan bahan alami sebagai perangsang tumbuh

(Marpaung dan Hutabarat, 2015).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan


Praktikum ini dilakukan di Lahan Praktikum Budidaya Tanaman Pangan 1

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ±25 m di

atas permukaan laut.Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan

Mei 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah batang bawah ubi kayu gajah, batang atas

ubi karet, air kelapa sebagai ZPT alami, plastik bening untuk menyungkup,

polybag 5 kg untuk tempat media tanam, air sebagai campuran larutan perlakuan

air kelapa, top soil sebagai media tanam dan label sebagai penanda.

Alat yang digunakan adalah pisau untuk memotong bahan tanamn,

cangkul untuk mengaduk media tanam, timbangan untuk menimbang media

tanam, penggaris untuk mengukur panjang bahan tanam, hand sprayer untuk

menyemprotkan perlakuan air kelapa 50 % ke bahan tanam, beaker glass untuk

merendam bahan tanam dengan air kelapa 100% .

Metode Praktikum

Teknik perbanyakan ubi kayu mukibat :

1. Okulasi (Budding)

2. Penyambungan (Grafting)

Perlakuan yang diberikan :

1. Kontrol ( tanpa perlakuan )

2. Air kelapa 50%

3. Air kelapa 100%

Persiapan Bibit
Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang

akan dilakukan dengan cara diokulasi dan cara sambung, dimana bahan tanam

tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang

25 cm.

Prosedur Praktikum

Okulasi Ubi Kayu Mukibat

Langkah – langkah dalam pelaksanaan okulasi yaitu :

1. Disiapkan batang bawah dan batang atas

2. Dibersihkan batang bawah terlebih dahulu dengan kain sampai bersih

3. Dipotong batang atas yang memiliki satu mata tunas dalam bentuk

tameng, ditempelkan batang atas pada batang bawah yang telah dikupas

kuitnya sesuai ukuran.

4. Disemprotkan air kelapa sesuai perlakuan.

5. Diikat rapat-rapat dengan pelastik bening yang arah llitannya dari bawah

ke atas. Ini untuk encegah air masuk kedalam sambungan agar tidak busuk

6. Ditanam dimedia yang telah disiapkan dalam polybag ukuran 5 kg.

7. Disungkup sambungan dengan plastik transparan agar memmperkecil

penguapan.

8. Diamati perkembangan dari hail penyambungan.

Penyambungan Ubi Kayu Mukibat

Langkah – langkah dalam pelaksanaan penyambungan yaitu :

1. Disiapkan batang bawah ubi gajah sepanjang 25 cm, diameter 2 cm.

2. Dsiapkan batang atas ubi karet diameter 2 cm, panjag 20 cm.

3. Dipotong bagian ujung batang dengan kemiringan 450


4. Dilakukan pengaplikasian air kelapa sesuai perlakuan.

5. Diikat sambungan antara batang atas dan batang bawah dengan pelastik

agar tidak goyang dan kuat.

6. Dilakukan penanaman pada polybag.

7. Diamati persentase bertunas sambungan ubi kayu mukibat

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Media Tanam

Tanah yang digunakan adalah topsoil, pasir dengan perbandingan 2:1.

Media tanam di homogenkan dan di masukkan kedalam polybag,

Penanaman

Setelah proses okulasi selesai maka bibit siap ditanam pada media tanam

yang telah disiapkan. Teknik penanaman dilakukan dengan cara menancapkan

batang bawah pada media tanam dengan kedalaman 5 cm dan diberi sungkup agar

menjaga kelembaban udara didalam tanaman dan mencegahproses transpirasi

yang berlebihan. Penyungkupan dilakukan selama satu minggu setelah penanaman

di media tanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyiangan dan

pengendalian hama penyakit.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore. Penyiraman

dilakukan menggunakan gembor dan dijaga kondisi tanah agar tidak terlalu basah.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual menggunakan tangan agar sistem

perakaran tidak terganggu dan cangkul atau parang untuk disekitar luar polybag.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Prinsip pengendalian hama dan penyakit terpadu adalah penggabungan

beberapa cara pengendalian secara serasi dalam waktu bersamaan ataupun tidak

bersamaan untuk menekan populasi atau tingkat kerusakan hama dan penyakit di

bawah ambang ekonomi. Komponen pengendalian yang banyak dipraktekkan di


lapangan adalah perpaduan antar pengendalian cara fisik, mekanis, kultur teknis,

dan kimiawi.

Peubah Amatan

1. Kecepatan Bertunas

Kecepatan bertunas dihitung menggunakan rumus :

Rata-Rata Hari : N1T1 + N2T2 +....+ NxTx


Jumlah Total Bibit Berkecambah

Ket: N = jumlah tanaman yanng bertunas setiap waktu

T = jumlah waktu antara awal pengujian sampai akhir interval

pengaatan.

2. Persentase Keberhasilan (%)

Persentase keberhasilan dihitung setelah 2MST dengan rumus :

Persentase Bertunas : Jumlah Tanaman Yang Bertunas X 100%


Jumlah Tanaman Seluruhnya

3. Tinggi Tunas

Diukur dari pangkal tunas sampai ujung titik tumbuh dengan

penggaris atau meteran. Pengukuran dimulai pada 2MST sampai 6MST.

4. Diameter Tunas (mm)

Diukur pada bagian tunas yang muncul yang telah diberi tanda dengan

jangka sorong digital, pengukuran dimulai pada 2MST sampai 6MST.

5. Jumlah Daun (helai)

Dihitung dari tanaman yang mengeluarkan daun secara terbuka

sempurna, pengambilan dimulai pada 2MST sampai 6MST.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kecepatan Bertunas

Kecepatan Bertunas (hari) Ubi Kayu Budding (Okulasi)

Rata-Rata Hari : N1T1 + N2T2 +....+ NxTx


Jumlah Total Bibit Berkecambah

: (0.1) + (0.2) + (1.3) + (1.4) + (0.5) + (0.6) + (0.7)


3
: 7 = 1,75
3

Kecepatan Bertunas (hari) Ubi Kayu Grafting

Rata-Rata Hari : N1T1 + N2T2 +....+ NxTx


Jumlah Total Bibit Berkecambah

:(1.1) + (0.2) + (1.3) + (2.4) + (1.5) + (1.6) + (0.7)


3
: 19 = 6,33
3
Persentase Keberhasilan (%)

Persentase Keberhasilan Budding (Okulasi)

Persentase keberhasilan dihitung setelah 2MST dengan rumus :

Persentase Bertunas : Jumlah Tanaman Yang Bertunas X 100%


Jumlah Tanaman Seluruhnya

: 2 x 100% = 66,67%
3

Persentase Keberhasilan Grafting

Persentase keberhasilan dihitung setelah 2MST dengan rumus :

Persentase Bertunas : Jumlah Tanaman Yang Bertunas X 100%


Jumlah Tanaman Seluruhnya

: 3 x 100% = 100%
3
Diameter Tunas
Diameter Tunas Budding (Okulasi)

Sampel Minggu Setelah Tanam (MST)


2 MST 3 4 5 6
MST MST MST MST
1 0 0 0 1 1
2 0 0 1 2 3
3 2 2 2 4 5
Total 2 2 3 9 9
Rataan 0,67 1,3 2 3 3
DAFTAR PUSTAKA

Adamu, S. O. 1989. Cassava.International Food Policy Research Institute.


Washington, D.C.

Alives. 2002. Identifikasi Dan Inventarisasi Tanaman Ubi Kayu Di Kabupaten


Simalungun Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan

Balitkabi. 2010. Daya Saing Pertanian Dalam Tinjauan Analisis. Bayumedia


Publishing. Malang.

Bharoto, K.T.A. 2014. Analisa Kelayakan Usaha Pengolahan Ubi Kayu Menjadi
Selondok Desa Banjarharjo Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon
Progo. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta

Caniago, M., J.R. Dewi dan Herman. 2014. Deskripsi Karakter Morfologi Ubi
Kayu Juray dari Kabupaten Rokan Hulu. Jom Fakultas Ilmu Pengetahuan
Alam. Pekan Baru

Chalil, D. 2003. Agribisnis Ubi Kayu di Provinsi Sumatera Utara. USU Digital
Library. Medan.

Darwis, V., C. Muslim dan A. Askin. 2009. Analisa Usaha Tani dan Pemasaran
Ubi Kayu Serta Teknologi Pengolahan Tapioka d Kabupaten Pati Jawa
Tengah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Hartman. 1997. Analisis Potensi Kerusakan Tanah Untuk Produksi Ubi Kayu.
Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Sumedang.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan.


Jakarta.

Kartasapoetra, A. G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah


Tropik. Bina Aksara. Jakarta.

Lakitan. 1995. Sayuran Dunia Prinsip Produksi, dan Gizi. Penerbit ITB. Bandung.

Marpaung dan Hutabarat. 2015. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknologi


Budidaya Ubi Kayu. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Malang
Nugroho. 1985. Strategi Pembangunan Pertanian. Percetakan Pustaka Jogja
Mandiri. Bantul. Yogyakarta.

Prasetiaswati. 2008. Perkembangan Produksi Komoditas Pertanian dan


Peternakan Tahun 2006-2008.

Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon Singkong. Kantor Deputu Menegerisek Bidang


Pendayagunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Jakarta.

Purnomo. 2009. Agribisnis Ubi Kayu di Provinsi Sumatera Utara. USU Digital
Library. Medan.

Qurrahman, B.F.T., A. Suriadi dan H. Rachmat. 2014. Analisis Potensi Kerusakan


Tanah Untuk Produksi Ubi Kayu. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran.
Sumedang.

Radjid, 2010. Save and Grow Cassava. Food and Agriculture Organization.United
Nations.

Roja, A. 2009. Ubi Kayu: Varietas dan Teknologi Budidaya. Balai Pengkajian
Pertanian. Sumatera Barat.

Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia. Institut Teknologi


Bandung. Bandung.

Sundari, T. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknologi Budidaya Ubi


Kayu. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.

Suprapti, M. L. 2005. Tepung Tapioka. Kanisius.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai