Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AGROKLIMATOLOGI

HUBUNGAN ANTARA IKLIM DAN ZONA AGROEKOLOGI

Disusun Oleh :

1. Aisyah Nurvipta A. S (17025010001)


2. Devita Ayuningtyas (17025010011)
3. Pebri Dian C. P (17025010016)
4. Agnes Septiya N. (17025010018)
5. Yusuf Yordania (17025010020)
6. Dinda Rizka Rahayu (17025010022)
7. Dian Novita (17025010029)
8. Lisa Dwilyana (17025010032)
9. Alfira Yunianingratih (17025010137)
10. Achmad Adnan N. (17025010140)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah peranan mikroorganisme
dalam bidang industri. Laporan  yang kami susun dengan sistematis dan sebaik mungkin ini
bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah Agroklimatologi.
Dengan terselesainya makalah ini, maka tidak lupa kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini, khususnya kepada ibu
selaku dosen pembimbing kami serta teman-teman yang saling membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Demikian makalah yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan khususnya
bagi kami selaku penulis.

Surabaya, 3 Desember 2018

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agroekologi adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi untukproduksi
pertanian. Dalam penerapannya, diharapkan dengan Agroekologi, ahli pertanian diharapkan
mampu mendefnisikan sifat agroekosistem yaitu produktivitas, stabilitas, keberlanjutan dan
keseimbangan dan menerapkannya secara terintegrasi pada lahan tanam terutama diwilayah
tropika.Dalam praktek di lapangan konsep agroekologi adalah upaya mencari bentukpengelolaan
sumberdaya lahan permanen, baik dalam satu komoditi maupun kombinasi antara komoditi
pertanian dan kehutanan secara simultan atau secara bergantian pada unit lahan yang sama dan
bertujuan untuk mendapatkan produktivitas optimal, lestari dan serbaguna, dan memperbaiki
kondisi lahan atau lingkungan.
Iklim dikelompokkam berdasarkan faktor-faktor iklim utama yang berhubungan erat
dengan keragaman tanaman yaitu suhu dan kelengasan. Untuk daerah tropis seperti Indonesia,
suhu dibagi menjadi panas biasanya diperoleh pada ketinggian dibawah 700m dan sejak untuk
wilayah dengan ketinggian yang lebih tinggi sampai sekitar 2000 mdpl. Kelengasan dibagi
menjadi basah, lembab, agak kering dan kering berdasarkan berapa lama tanah sampai
kedalaman tertentu mengalami kekeringan dalam setahun. Untuk pertumbuhan tanaman yang
optimal, kondisi iklim khusus diperlukan untuk setiap tanaman. Sehingga menjadi sesuai untuk
meningkatkan produksi karena berkaitan dengan interaksi antara faktor-faktor meteorologi dan
hidrologi disatu sisi pertanian.
Kondisi lahan yang semakin baik, akan semakin banyak alternative komoditas yang
dipilih untuk ditanam. Pembangunan pertanian tidak dapat terlepas dari faktor sosial ekonomi,
seperti penduduk sebagai sumber tenaga kerja dan potensi pasar, prasarana, dan kebiasaan-
kebiasaan masyarakat. Teknologi pertanian dapat berkembang dan berkelanjutan tidak saja
karena secara teknis mantap dan aman secara lingkungan, tetapi juga secara ekonomi harus layak
secara sosial dapat diterima dan secara administrative dapat dikelola.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makala ini dapat mengetahui pengertian iklim, macam-macam zona
agroekologi serta hubungan iklim dan zona agroekologi.
1.3 Rumusan Masalah
1. Pengertian iklim ?
2. Macam – macam zona agroekologi ?
3. Hubungan iklim dan zona agroekologi ?
TINJAUAN PUSTAKA
Zona agroekologi (ZAE) merupakan salah satu cara dalam menata penggunaan lahan
melalui pengelompokkan wilayah berdasarkan kesamaan sifat dan kondisi wilayah.
Pengelompokkan bertujuan untuk menetapkan area pertanaman dan komoditas potensial,
berskala ekonomi, dan tertata dengan baik agar diperoleh sistem usaha tani yang berkelanjutan.
Penyusunan ZAE mengacu pada konsep sistem pakar (expert system). Konsep ini mengacu pada
kesesuaian antara karakteristik lahan, iklim dan persyaratan tumbuh tanaman (Syafruddin.dkk,
2012).
Karakteristik ini, merupakan sumber daya lahan meliputi iklim dan tanah juga bervariasi
dan berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Oleh karena itu dalam upaya pembangunan
pertanian, perkebunan, perikanan yang berorientasi pada agroindustri/agrobisnis perlu pemetaan
zona agroekologi .Topografi (relief) adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah,
termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peran topografi dalam proses genesis dan
perkembangan profil tanah adalah melalui empat cara, yaitu lewat pengaruhnya dalam
menentukan: jumlah airhujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah, kedalaman air
tanah, besarnya erosi yang dapat terjadi, dan arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan
terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. (Hanafiah, 2012)
Sistem klasifikasi tanah dapat dibedakan atas klasifikasi alami dan klasifikai teknis.
Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkanan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa
menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi teknis yakni klasifikasi
tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi penggunaan tertentu. Sistem
klasifikasi tanah yang ideal harus mampu mengelompokkan tanah dalam satu kelas untuk tanah-
tanah yang mempunyai genesis yang sama (isogenus,mempunyai kesamaan asal dan
perkembangan), tanah yang mempunyai kesamaan kenampakan (isomorf), tanah yang
mempunyai fungsi sama dalam lingkungan (isofungsi), dan tanah yang mempunyai loka sama
(isotopik). Jenis-jenis tanah menurut FAO: Entisols, andisols, alfisols, dan oxisols. Entisols
adalah tanah dengan perkecualian, kemungkinan mempunyai epipedon okrik atau horizon albik
tanpa menunjukkan perkembangan horizon; terjadi pada bahan aluvium yang muda. Andisols
adalah tanah yang ketebalannya 60% atau lebih, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen
adalah andosol. Alfisols adalah tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horizon argilik
dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Oxisols tanah yang mempunyai horizon oksik pada
kedalaman <2m dari permukaan tanah.(Sutanto, 2005)
Guna mewujudkan perencanaan penggunaan lahan yang baik, terutama untuk sektor
pertanian, yang sesuai dengan kapasitas dan daya dukung lingkungan, tersedia beberapa konsep
dan metode, satu diantaranya adalah Zona Agroekologi (ZAE). ZAE merupakan suatu metode
yang menetapkan pengelompokkan karakteristik lahan ke dalam zona-zona yang mempunyai
daya dukungtertentu untuk setiap penggunaan lahan yang akan diterapkan pada zona
tersebut(Suriadikusumah, 2012).Produksi pertanian menjadi optimum serta berwawasan
lingkungan tercapai apabila lahan digunakan secara tepat dan dengan cara pengelolaan yang
sesuai. Penerapan  paket teknologi system usaha tani harus didasarkan kepada suatu kajian zona
agroekologi (ZAE) yang lebih menyuluruh sehingga akan memudahkan perencanaan dan
pengelolaan tanaman (Kubelaborbir dkk,2012).
Dengan analisis ZAE maka diperoleh informasi yang terpadu dan memadai mengenai:
1)keadaan lingkungan di suatu wilayah, 2) kesesuaian beberapa jenis tanaman/komoditas
pertanian penting serta kesesuaian teknologi di suatu   wilayah, 3) berbagai komoditas pertanian
unggulan spesifik lokasi serta  kebutuhan teknologinya, dan 4) bahan masukan dalam
rangka perencanaan pembangunan daerah dan pengembangan komoditas unggulan
spesifik lokasi(busyra,2011)
Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan
yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan  akan berbeda dan
tidak nyata. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan
tanah.Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud apabila lahan digunakan untuk sistem
pertanian yang tepat dengan cara pengelolaan yang sesuai. Apabila lahan tidak gunakan dengan
tepat, produktivitas akan cepat menurun dan ekosistem menjadi terancam kerusakan.
Penggunaan lahan yang tepat selain menjamin bahwa lahan dan alam ini memberikan manfaat
untuk pemakai pada masa kini, juga menjamin bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk
generasi penerus di masa mendatang. Dengan mempertimbangkan keadaan agroekologi,
penggunaan lahan berupa sistem produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat dapat
ditentukan.Metode penyusunan Zona Agroekologi (ZAE) dilakukan melalui penggabungan
antara karakteristik fisiografi lahan (kelerengan, drainase, tinggi tempat) dan iklim (curah hujan
dan suhu) (Susetyo dkk, 2011).
BAB III
PEMBAHASAN
3,1 Pengertian Iklim
Pengertian iklim menurut definisi para ahli mengatakan bahwa pengertian iklim adalah
keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah yang luas dan ditentukan berdasarkan perhitungan
dalam waktu yang lama (kurang lebih 30 tahun).
Unsur-unsur iklim sama dengan unsur-unsur cuaca. Unsur-unsur iklim terbagi atas 6 unsur
yakni suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, awan, angin, hujan, ke enam unsur tersebut
sama dengan unsur-unsur cuaca.
3.2 Macam – Macam Zona Agroekologi
Macam-macam Zona Agroekologi
1. Zona Moonson
Zona ini seringkali disebut sebagai Tropical Decidous Forest. Zona ini dicirikan oleh
batas yang jelas antara musim kemarau dan musim hujan (separo tahun). Beberapa pohon
decidous akan menggugurkan daun saat musim kemarau (misal Jati/Tectona grandis). Akan
tetapi saat musim hujan, ekosistem ini sulit dibedakan dengan ekosistem tropis lembab, dan
oleh karenanya keduanya seringkali disebut sebagai ‘closed atau moist forests’. Di Indonesia,
wilayah ini secara umum lebih subur dibandingkan wilayah tropis lembab (apalagi di
Indonesia wilayah monsoon yaitu Jawa memiliki banyak gunung berapi). Biasanya wilayah
ini terdapat populasi yang sangat padat, sehingga terjadi ‘lapar lahan’ (lahan yang dapat
dikuasai per jiwa sangat sempit atau bahkan tidak ada sama sekali) dan masalah sosial
ekonomi masyarakat lainnya. Pemanfaatan lahan secara optimal seperti agroforestri
merupakan alternatif tepat yang telah pula dipraktekkan sejak lama, baik pada lahan-lahan.
2. Zona Tropis Lembab
Ekosistem tropis lembab menempati kawasan hutan yang terluas di Indonesia, tersebar
dari Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Ekosistem ini memiliki karakter biofisik penting
antara lain tingginya curah hujan dan kelembaban udara. Topografi berbukit-bukit dengan
dominasi jenis tanah podsolik merah kuning yang memiliki kesuburan (dan berarti daya
dukung lahan) yang rendah. Tegakan alaminya dicirikan dengan pohon-pohon tinggi
berdiameter besar dan tingginya keanekaragaman hayati (baik bersifat keragaman tapak
ataupun bentang lahan). Meskipun ekosistem tropis lembab sering disebut dengan Mixed
Dipterocarps Forest (karena dominasi jenis-jenis pohon komersial dari suku Dipterokarpa),
akan tetapi sebutan tersebut lebih ditujukan bagi Hutan Tropis Lembab Dataran Rendah
(Lowland Dipterocarps Forests). Di samping itu masih ada Hutan Tropis Lembab Dataran
Tinggi (termasuk di dalamnya yang disebut Hutan Pegunungan) dan formasi-formasi edafis
seperti misalnya hutan rawa (swamp forests) serta hutan payau (mangrove forests).

3. Zona kering
Zona kering (zona semi arid, atau semi ringkai)
Wilayah ini mencakup kawasan NTT, NTB, sebagian Bali dan Jawa Timur sebagian
Sulawesi Selatan/Tenggara dan sebagian Papua bagian selatan. Ciri khas daerah ini adalah
perbedaan musim hujan dan kemarau yang sangat menyolok. Rata-rata hujan turun dalam 3–
4 bulan dan musim kemarau 7-8 bulan. Curah hujan tahunan berkisar kurang dari 1000 mm
di daerah tertentu sampai dengan 1200 mm. Di dataran yang lebih tinggi, curah hujan bisa
mencapai lebih dari 1500 sampai 2000 mm/tahun dengan lama musim hujan enam bulan.
Evapotranspirasi jauh lebih besar daripada presipitasi (Roshetko, et al., 2000). Keseimbangan
air (water balance) yang khas di daerah ini menuntut pemilihan pola dan jenis tanam yang
memadai.
Petani umumnya mengusahakan tanaman pangan hanya dalam musim hujan. Dalam musim
kemarau tidak ada peluang untuk mengusahakan tanaman semusim kecuali di daerah yang
ada irigasinya. Biasanya pada musim kemarau masyarakat mengusahakan pemeliharaan
ternak. Dengan demikian tanaman atau pohon dan semak penghasil pakan ternak merupakan
salah satu pilihan penting.
Ciri lain dari daerah semi kering adalah intensitas hujan sangat tinggi pada musim hujan.
Perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau ini menyebabkan erosi yang sangat
besar. Karena itu pilihan tanaman danteknologi untuk pencegah erosi juga menjadi perhatian
serius. Gulma cenderung tumbuh sangat cepat pada musim hujan.
4. Zona pesisir kepulauan
Ciri utama pada zona kepulauan adalah lahan terbatas dengan kemiringan yang tinggi,
berbatu atau berpasir serta sangat rentan terhadap erosi dan longsoran atau pergerakan tanah
jika terjadi hujan lebat, apalagi jika penutupan tanah sangat rendah baik oleh vegetasi alami
maupun vegetasi buatan.
Di zona kepulauan di kawasan Nusa Tenggara, umumnya kontras terdapat tanaman pantai
dan tanaman di kawasan pegunungan. Konservasi tanah, pemeliharaan ternak dan
pengembangan tanaman kelapa di kawasan pantai menjadi ciri utama penanganan ekosistem
pertanian dan upaya memperoleh pendapatan. Akhir-akhir ini di kawasan pantai, tanaman
kelapa mulai dikombinasikan dengan tanaman perkebunan seperti coklat, cengkeh dan vanili
tergantung pada tingkat curah hujan. Tanaman kelapa dipadukan pula dengan pisang dan ubi-
ubian yang menjadi pola menu utama pangan masyarakat pantai tradisional.
5. Zona pegunungan
Zona pegunungan umumnya mempunyai iklim yang lebih dingin dan basah. Agroforestri
biasanya dikaitkan dengan pengembangan hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan.
Kontras dengan dataran rendah, jenis ternak di kawasan pegunungan terbatas.
Kawasan pegunungan umumnya ideal untuk tanaman buah-buahan dan sayuran. Wanatani
bisa merupakan perpaduan antara tanaman buah-buahan dengan sayuran atau dengan
tanaman pangan. Beberapa pohon berkayu yang juga dapat dijumpai di wilayah pegunungan
seringkali menjadi bagian dari sistem agroforestri yang dikembangkan, misalnya di Papua
banyak dijumpai jenis cemara gunung (Casuarina sp.).
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah yang luas dan ditentukan
berdasarkan perhitungan dalam waktu yang lama (kurang lebih 30 tahun). Unsur-unsur iklim
terbagi atas 6 unsur yakni suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, awan, angin, hujan, ke
enam unsur tersebut sama dengan unsur-unsur cuaca. Terdapat 5 Macam-macam Zona
Agroekologi yaitu zona moonson, zona tropis lembab, zona kerimg, zina oesisr kepulauan, dan
zona pegunungan. Komponen utama dalam menentukan zona agroekologi adalah iklim,
fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. tanaman yang cocok dibudidayakan di daerah yang
bersuhu udara panas dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu padi. Tanaman hortikultura
seperti sayur-sayuran dan buah-buahan cocok dibudidayakan di daerah sedang sampai sejuk
dengan intensitas curah hujan tidak setinggi pada tanaman padi.

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Busyra,B,S dan salwati.2011.zona agroekologisebagai acuan perencanaan pembangunan


pertanian di kabupaten sarolangun provinsi jambi.  9(2): 117-121

Hanafiah, Kemas Ali.2012.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kubelaborbir, Hendrik dan Karel Yarangga.2012.Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi
Papua Berdasarkan Pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG).21(1):77.
Nurdin, Jurmadi.2012.Pemetaan zona agroekologi (AEZ)
Suriadikusumah, Abraham dan Ema Alemina.2012.Kajian Potensi Sumberdaya Lahan Melalui
Pendekatan Zona Agroekologi (Kasus Kabupaten Aceh Besar).Bandung:CV. Alfabeta.
Susetyo, Yerymia Alfa, dkk.2011.Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE)menggunakan
Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial.8(1):61.
Sutanto, Rachman.2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Syafruddin, dkk.2014.Penetapan Sistem Pertanian Dan Penetapan Komoditas Unggulan
Berdasarkan Zona Agroekologi Di Sulawesi Tengah.32(2):61

Anda mungkin juga menyukai