Anda di halaman 1dari 6

SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK HEKSANA, KLOROFORM, DAN METANOL

PADA TUMBUHAN ANDONG (Cordyline fruticosa), ANTING-ANTING


(Acalypha indica), DAN ALANG-ALANG (Imperata cylindrical)
Tukiran, Suyatno, dan Nurul Hidayati*
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan fitokimia pada ekstrak heksana, kloroform,
dan metanol dari tumbuhan andong (Cordyline fruticosa (L.), alang-alang (Imperata cylindrical), dan antinganting (Acalypha indica). Uji skrining fitokimia yang dimaksud mencakup uji steroid/triterpenoid, alkaloid,
fenolik, flavonoid, saponin, dan tanin. Hasilnya adalah: 1) Semua tumbuhan ini diketahui mengandung senyawa
fenolik baik pada ekstrak heksana, ekstrak kloroform maupun ekstrak metanol, 2) Sebaliknya, ketiga tumbuhan
ini tidak mengandung senyawa tanin baik pada ekstrak heksana, ekstrak kloroform maupun ekstrak metanol.
Hal yang sama, senyawa saponin tidak dikandung pada ketiga ekstrak dari ketiga tumbuhan, kecuali ekstrak
metanol dari tumbuhan anting-anting, 3) diketahui bahwa ketiga tanaman tersebut mengandung senyawa
steroid dan/atau triterpenoid pada ekstrak heksana, ekstrak kloroform, dan/atau ekstrak metanol, dan 4)
Senyawa flavonoid justru terkandung dalam ekstrak non polar heksana dan semi polar kloroform, dan tidak
ada pada ekstrak polar metanol.
Key Words: andong, alang-alang, anting-anting, extract, phytochemical
Abstract: The aim of the research is to determine the phytochemical constituens on the hexane, chloroform, and methanol
extracts from the respect plants of andong (Cordyline fruticosa (L.), alang-alang (Imperata cylindrical), and anting-anting
(Acalypha indica). Screening phytochemical tests includes alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid, phenolic, tannin, and
saponin. The results of research are 1) all of plants contained phenolic compounds either on hexane, chloroform or methanol
extracts, 2) in contrast , all of plants do not contain tannin either on hexane, chloroform or mehtanol extracts. In the same
case, saponin also do not contain on the three extracts of all plants, except methanol extract from anting-anting. 3) it was
known that the three plants consist of steroid and/or triterpenoid on hexane, chloroform, and/or methanol extracts, and 4)
It is very interersting that favonoid compounds contain on non polar hexane and semi polar choroform extracts, and no on
polar methanol extract.
Kata Kunci: cordyline fruticosa, imperata cylindrical, acalypha indica, ekstrak, fitokimia

Pendahuluan

Memiliki batang keras dan getas, dan bekas


dudukan daun tampak dengan jelas.
(Gambar 1).
Dilihat dari sisi manfaat dan khasiat
diketahui bahwa bagian tanaman yang
dijadikan obat adalah daun. Khasiat tanaman
ini antara lain adalah obat hemostatik,
antibengkak, batuk darah, keluar bercak
darah sewaktu hamil (kemungkinan
keguguran), darah haid keluar sangat banyak,
urine berdarah (hematuria), wasir berdarah,

Tanaman andong (Cordyline fruticosa (L)


A. Cheval) memiliki nama daerah endong,
kayu urip, linjuwang, jejuwang, sabang, dan
daun ngasi. Tanaman ini sering ditanam di
kebun. Biasanya, tanaman ini juga tumbuh liar
di pagar atau di pekuburan sebagai tanaman
hias, lazim di tanam pada dataran rendah
sampai 1900 m dpl. Tumbuhan ini berupa
pohon dengan tinggi dapat mencapai 5 meter.
*Staff Akademik FMIPA Jurusan Kimia UNESA Surabaya

Anting-anting (Acalypha indica) atau juga


biasa disebut kucing-kucingan (Gambar 1),
lelatang merupakan gulma yang sering
dijumpai di bantaran Kali Surabaya,
disamping pohon-pohon pisang dan
rerumputan tegalan yang menempel di tepian
got, sangat umum ditemukan liar dipinggir
jalan. Tanaman ini disebut kucing-kucingan
sebab, kucing sangat menyukai akar-akarnya.
Bisa dicoba dengan menjemur bagian akar dan
memberikannya pada kucing anda maka
dengan
bernafsu
kucing
akan
menggunyahnya. Dalam beberapa penelitian
akar Anting-anting atau kucing-kucingan
dapat memperbaiki fungsi ginjal pada kucing.
Sifat dan khasiat tanaman anting-anting adalah memiliki rasa pahit dan
menyejukkan
(astrigen).
Berkhasiat
antiradang, peluruh kencing (diuretik),
pencahar, dan penghenti pendarahan. Indikasi
tanaman ini digunakan untuk pengobatan:
rematik, radang pada leher rahim, susah
buang air besar (sembelit), luka berdarah,
koreng, radang kulit, dan berak darah.

luka berdarah, diare, disentri, nyeri lambung


dan ulu hati. Tanaman ini juga bisa
menyembuhkan rasa sakit dari sengatan
binatang berbisa dan radang gusi. Kandungan
kimiawi pada tanaman ini yang telah
diketahui adalah steroida, saponin, dan
polisakarida.
Alang-alang adalah rumput tahunan
(Mac Donald et al., 2002), berakar rim-pang
yang tumbuh menyebar mendatar di bawah
permukaan tanah, dan bagian yang ada di
atas permukaan tanah mudah terbakar.
Walaupun berulang kali terbakar, alang-alang
tidak musnah, karena dari akar rimpangnya
akan tumbuh tunas baru (Gambar 1). Eusen
(1981 dalam Murniati, 2002) menyatakan
bahwa laju pertumbuhan relatif alang-alang
dapat diturunkan hingga 50% dengan
menurunkan intensitas cahaya 80%. Penelitian
menggunakan naungan (50% dan 75%) dapat
menurunkan secara drastis berat kering
pucuk, berat kering rimpang, dan kandungan
karbohidrat total dalam rimpang (Moosavinia
and Dore, 1979 dalam Murniati, 2002).
Alang-alang dapat berkembang biak
dengan dua cara, yaitu melalui biji dan akar
rimpang. Biji alang-alang yang tertiup angin
akan terbang mengikuti arah angin dan akan
tumbuh pada tempat biji tersebut tersangkut/
jatuh. Akar rimpang yang berada di bawah
permukaan tanah akan mengeluarkan tunas
baru yang akan menjadi alang-alang. Dengan
sifat-sifat tersebut alang-alang berkembang
biak sangat cepat dan sulit diberantas
(Pudjiharta, dkk., 2008).
Adapun nama alang-alang dikenal di
berbagai daerah seperti berikut. Bernama
Naleueng lakoe (Aceh); Jih (Gayo); Rih, Ri
(Batak); Oo (Nias); Alalang, Hilalang, Ilalang
(Minang kabau); Lioh (Lampung); Halalang,
Tingen, Padang, Tingan, Puang, Buhang,
Belalang, Bolalang (Dayak); Eurih (Sunda);
Alang-alang kambengan (Jawa); Kebut,
Lalang (Madura); Ambengan, Lalang (BaIi);
Kii, Rii (FIores); Padengo, Padanga
(Gorontalo); Deya (Bugis); Erer, Muis, Wen
(Seram); Weli, Welia, Wed (Ambon).
Sementara nama simplisia adalah Imperatae
Rhizoma; rimpang alang-alang.

Metode Penelitian
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
penelitian ini mencakup: blender, pisau,
neraca O-hauss, gelas kimia 100 mL, corong
gelas, tabung reaksi, pipet tetes, pelat tetes,
tripot/kaki tiga, batang pengaduk,
penangas air, dan lain-lain. Sementara,
bahan yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi: sampel berupa daun andong,
daun alang-alang, dan daun anting-anting.
dan Berikut
anting-anting:
ini gambar dari tanaman andong,
alang-alang dan anting-anting:

Gambar 1. A. Andong (Cordyline fruticosa), B.


Alang-alang (Imperata cylindrical), C. Antinganting (Acalypha indica)

Bahan lain yang digunakan adalah


asam klorida (HCl) pekat, asam sulfat
pekat, asam sulfat (H2SO4) 2N, ferriklorida
(FeCl3) 1%, kloroform, amoniak, logam Mg,
metanol 60-80%, etanol 70%, aquadest,
reagen Liebermann-Burchard, reagen
Mayer, reagen Dragendorff, dan reagen
Wagner.

Sampel sebanyak 1 mL
dicampur dengan 3 mL klorofrom
atau 3 mL etanol 70% dan ditambah
2 mL asam sulfat pekat dan 2 mL
asam asetat anhidrat (reagen
Liebermann-Burchard). Perubahan
warna dari ungu ke biru atau hijau
menunjukkan adanya steroid atau
terbentuknya
warna
merah
kecoklatan pada antar permukaan
menunjukkan adanya triterpenoid.
2. Identifikasi Alkaloid dengan Metode
Culvenor-Fitzgerald (Harborne, 1987)
Sampel sebanyak 1 mL
dicampur dengan 1 ml kloroform
dan 1 ml amoniak dimasukkan ke
dalam
tabung
reaksi,
lalu
dipanaskan di atas penangas air,
dikocok dan disaring. Filtrat yang
diperoleh dibagi tiga bagian yang
sama, lalu masukkan ke dalam
tabung reaksi, dan tambahkan
masing-masing 3 tetes asam sulfat 2
N, kocok dan diamkan beberapa
menit hingga terpisah. Bagian atas
dari masing-masing filtrat diambil
dan diuji dengan pereaksi Meyer,
Wagner,
dan
Dragendorf.
Terbentuknya endapan jingga,
cokelat, dan putih pada masingmasing hasil uji menunjukkan
adanya alkaloid.
3. Identifikasi Fenolik
Sampel sebanyak 1 mL
didihkan dengan 20 ml air di atas
penangas air, lalu disaring. Filtrat
yang diperoleh, ditambahkan
beberapa tetes (2-3 tetes) FeCl 3 1%
dan terbentuknya warna hijau,
merah, kuning, orange, biru atau
hitam menunjukkan adanya fenolik.
4. Identifikasi Flavonoid (Harborne,
1987)
Sampel sebanyak 1 mL
dicampur dengan 3 mL etanol 70%,
lalu dikocok, dipanaskan, dan
dikocok lagi kemudian disaring.
Filtrat yang diperoleh, kemudian
ditambah Mg 0,1 g dan 2 tetes HCl

b. Prosedur Penelitian
a. Penyiapan Ekstrak Heksana, Kloroform,
dan Metanol dari Daun Andong, Daun
Alang-alang, dan Daun Anting-anting
Daun segar secukupnya dari ketiga
tanaman masing-masing dibersihkan,
dipotong
kecil-kecil,
lalu
dikeringanginkan. Setelah kering
kemudian digiling atau diblender untuk
mendapatkan serbuk kering sebanyak 5
g. Sebanyak 5 g serbuk tersebut masingmasing dimasukkan ke dalam gelas
kimia 100 mL untuk diekstraksi atau
dimaserasi dengan cara merendam
serbuk tersebut ke dalam masing-masing
30 mL heksana teknis, 30 mL kloroform
teknis, dan 30 mL metanol 60 - 80%, dan
biarkan semalam atau 24 jam.
Selanjutnya, masing-masing disaring
menggunakan kertas saring dan filtrat
yang dihasilkan dipekatkan dengan cara
diuapkan dalam penangas air atau
rotary evaporator untuk menghasilkan
ekstrak kental heksana, ekstrak
kloroform, dan ekstrak metanol dari
ketiga jenis tanaman tersebut.
b. Uji Fitokimia terhadap Ekstrak
Heksana, Kloroform, dan Metanol dari
Ketiga Tumbuhan
Ekstrak-ekstrak
ini
yang
selanjutnya disebut sebagai SAMPEL,
kemudian dilakukan uji fitokimia untuk
mengetahui komponen kimianya
mencakup uji alkaloid, steroid/
triterpenoid, fenolik, flavonoid, tanin,
dan saponin, masing-masing uji
dilakukan 1 kali, dengan langkah
prosedur sebagai berikut.
1. Identifikasi
Steroid/Triterpenoid
(Harborne, 1987)

pekat. Terbentuknya warna merah


pada lapisan etanol menunjukkan
adanya flavonoid.
5. Identifikasi Saponin (Harborne, 1987)
Sampel sebanyak 1 mL
dididihkan dengan 10 ml air dalam
penangas air. Filtrat dikocok dan
didiamkan selama 15 menit.
Terbentuknya busa yang stabil
(bertahan lama) berarti positif
terdapat saponin.
6. Identifikasi Tanin (Edeoga et al., 2005)
Sampel sebanyak 1 mL
didihkan dengan 20 ml air di atas
penangas air, lalu disaring. Filtrat
yang diperoleh, ditambahkan
beberapa tetes (2-3 tetes) FeCl 3 1%

dan terbentuknya warna coklat


kehijauan atau biru kehitaman
menunjukkan adanya tanin.

Hasil dan Pembahasan


Uji (skrining) fitokimia merupakan salah
satu langkah penting dalam upaya
mengungkap potensi sumber daya tumbuhan.
Hasil analisis fitokimia dapat memberikan
petunjuk tentang keberadaan komponen
kimia (senyawa) jenis golongan steroid/
triterpenoid, alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin, dan tanin pada tumbuhan. Berikut ini
(Tabel 1) adalah hasil uji skrining fitokimia
yang terdapat pada 3 daun tanaman obat yaitu
andong, alang-alang dan anting-anting:

Tabel 1. Hasil Uji Skrining Fitokimia terhadap Tiga Daun Tumbuhan Obat
No
1
2

3
4
5
6

Andong

Uji

Alang-alang

Anting-anting

Fitokimia

Hx

CHCl3

MeOH

Hx

CHCl3

MetOH

Hx

Steroid/
Triterpenoid

+/-

+/-

-/+

+/-

+/-

+/-

-/+

+/-

+/-

+
+
+
-

+
+
-

+
+
-

+
+
+
-

+
+
-

+
-

+
+
-

+
-

+
+
+
-

Alkaloid:
a. Mayer
b. Dragendr
off
c. Wagner
Fenolik
Flavonoid
Saponin
Tanin

CHCl3 MeOH

Keterangan:
Hx = Heksana, CHCl3 = Kloroform, dan MeOH = Metanol

Berikut adalah penjelasan singkat


mengenai karakteristik masing-masing
senyawa sebagaimana disebutkan di atas.
Berikut adalah penjelasan singkat
mengenai karakteristik masing-masing
senyawa sebagaimana disebutkan di atas.
Steroid/triterpenoid adalah suatu
kelompok senyawa yang memiliki kerangka
dasar siklopentanoperhidrofenantrena, dalam
bentuk empat cincin terpadu. Senyawa ini
memiliki beberapa kegunaan bagi tumbuhan
yaitu sebagai pengatur pertumbuhan (misal
dari kelompok seskuiterpenoid, abisin dan
giberelin), karotenoid sebagai pewarna dan

memiliki peran dalam membantu proses


fotosintesis. Kegunaannya dalam bidang
farmasi seringkali digunakan sebagai bahan
baku/simplisia pembuatan obat.
Lebih lanjut dilaporkan bahwa alkaloid
merupakan senyawa organik bahan alam
yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah
maupun sebarannya. Alkaloid merupakan
senyawa yang bersifat basa, mengandung
atom nitrogen di dalam struktur dasarnya.
Harborne dan Turner (1984, dalam
Trengginas, F. (2012) mengungkapkan bahwa
tidak satupun definisi alkaloid yang
memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah

senyawa metabolid sekunder yang bersifat


basa, yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen dengan sepasang elektron bebasnya.
Fenol meliputi berbagai senyawa yang
berasal dari tumbuhan yang memiliki ciri dan
karakter yang sama, yaitu memiliki cincin
aromatik yang mengandung satu atau dua
gugus hidroksil. Kuinon adalah senyawa
berwarna dan mempunyai kromofor kasar.
Identifikasi hasil positif senyawa ini yaitu
adanya perubahan warna larutan menjadi
merah, violet, atau merah-ungu (Harbourne,
1987).
Flavonoid adalah suatu kelompok
senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan
di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat
warna merah, ungu, biru, dan kuning yang
ditemukan banyak dalam tumbuh-tumbuhan.
Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada
tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai
glikosida, dan dalam bentuk campuran, serta
jarang sekali dijumpai berupa senyawa
tunggal. Misalnya antosianin dalam mahkota
bunga yang berwarna merah, hampir selalu
ditemukan mengandung senywa flavon atau
flavonol yang tak berwarna. Flavonoid dapat
digunakan sebagai obat karena mempunyai
bermacam macam bioakitivitas seperti
antiinflamasi, membantu memaksimalkan
fungsi vitamin C, mencegah keropos tulang,
sebagai antibiotik, antikanker, antifertilitas,
antiviral, antidiabetes, antidepresant, dan diuretic.
Saponin merupakan senyawa glikosida
kompleks hasil kondensasi suatu gula dengan
suatu senyawa hidroksil organik yang apabila
dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon)
dan non-gula (aglikon) serta busa. Saponin ini
terdiri dari dua kelompok: saponin
triterpenoid dan saponin steroid. Saponin
banyak digunakan dalam kehidupan seharihari, misal untuk bahan pencuci kain (batik)
dan sebagai shampoo.
Sementara, tanin merupakan gambaran
umum untuk senyawa golongan polimer
fenolik (Cowan, 1999 dalam Mustarichie, dkk.,
2011), contohnya (-)-epicathecin gallate dan
(-)-epigallocathecin gallate. Untuk mengetahui
senyawa tanin dapat digunakan larutan
FeCl 3. Perubahan warna coklat kekuningan

dari larutan FeCl 3 menjadi coklat kehijauan


atau biru kehitaman menunjukkan adanya
tanin. Menurut Syarifuddin (1994 dalam
Mustarichie, dkk., 2011) disampaikan bahwa
hal ini terjadi disebabkan terbentuknya Fe 3+tanin dan Fe3+-polifenol. Atom oksigen pada
senyawa tanin dan polifenol memiliki
pasangan elektron bebas yang mampu
menyumbangkan elektronnya kepada Fe 3+
yang mempunyai orbital d yang kosong untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat sehingga
menjadi senyawa kompleks.
Sementara itu, uji (skrining) fitokimia
telah dilakukan terhadap serbuk kering dari
ketiga tanaman obat, yaitu daun andong
(Cordyline fruticosa (L.), daun alang-alang
(Imperata cylindrical), dan daun anting-anting
(Acalypha indica) dan hasilnya dapat disajikan
pada tabel berikut.
Terkait dengan hasil uji skrining
fitokimia terhadap tiga tumbuhan obat di atas
dapat dijelaskan hal-hal penting sebagai
berikut: 1) Semua tumbuhan obat diketahui
mengandung senyawa fenolik baik pada
ekstrak heksana, ekstrak kloroform maupun
ekstrak metanol, 2) Sebaliknya, ketiga
tumbuhan obat tidak mengandung senyawa
tanin baik pada ekstrak heksana, ekstrak
kloroform maupun ekstrak metanol. Hal yang
sama, senyawa saponin tidak dikandung pada
ketiga ekstrak dari ketiga tumbuhan, kecuali
ekstrak metanol dari tumbuhan anting-anting.
3) diketahui bahwa ketiga tanaman obat
mengandung senyawa steroid dan/atau
triterpenoid pada ekstrak heksana, ekstrak
kloroform, dan/atau ekstrak metanol. 4) Yang
menarik adalah senyawa flavonoid justru
terkandung dalam ekstrak non polar heksana
dan semi polar kloroform, dan tidak ada pada
ekstrak polar metanol. Kemungkinan struktur
flavonoid disini telah tersubstitusi oleh gugus
metil maupun prenil dan tidak lagi
tersubstitusi oleh gugul glikosil yang
menyebabkan tidak terdapat pada ekstrak
metanol pada ketiga tumbuhan obat tersebut.

Simpulan
Dari hasil uji skrining fitokimia terhadap
ekstrak heksana, kloroform, dan metanol dari
tanaman andong, alang-alang, dan anting-

yang tidak dipublikasikan. Medan:


Universitas Sumatera Utara : 16-25

anting dilaporkan adanya senyawa steroid/


triterpenoid, alkaloid, fenolik, dan flavonoid.
Disisi lain, semua tumbuhan ini tidak
mengandung senyawa tanin maupun saponin,
kecuali untuk senyawa saponin hanya
terdapat pada ekstrak metanol dari tumbuhan
anting-anting.

Kamilia Mustikasari, Dahlena Ariyani, (2010),


Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol Biji
Kalangkala (Litsea Angulata), Program
Studi Kimia FMIPA Unlam Banjarbaru,
Sains dan Terapan Kimia, 4(2), pp. 131136.

Saran

MacDonald, G.E., D.G. Shilling, B.J. Brecke, J.F.


Gaffney, K.A. Lange-land and J.T. Ducar.
2002. Weeds in the Sunshine: Cogon
Grass (Im-perata cylindrica (L.) Beauv.)
Bio-logy, Ecology and Management in
Florid. WWW.google.com

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut


untuk mengetahui komponen-komponen
kimia yang terkandung dalam ketiga tanaman
obat tersebut melalui serangkaian kegiatan
ekstraksi, isolasi, dan elusidasi struktur
senyawa hasil isolasi dan kajian ilmu
kimianya.

Murniati. 2002. From Imperata cylin-drica


Grassland to Productive Ag-roforestry.
Thesis Wageningen Uni-versity. The
Netherlands.

Ucapan Terima Kasih


Tulisan ini merupakan bagian kecil dari
hasil penelitian yang didanai oleh Islamic Development Bank (IDB) bekerjasama dengan Program Desentralisasi, Direktorat Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemendikbud,
dengan nomor: 097/UN38/HK/LT/2014
tanggal . Untuk ini, penulis menyampaikan
banyak terima kasih atas dukungan dana
tersebut. Kami juga mengucapkan terima
kasih pada mahasiswa bimbingan yang ikut
mendukung kelancaran dan keberhasilan
dalam penelitian ini.

Mursito, B. 2000. Ramuan Tradisional untuk


Kesehatan Anak. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Mustarichie, R., Ida Musfiroh, dan Jutti Levita,
(2011). Metode Penelitian Tanaman
Obat: Teori dan Implementasi Penelitian
Tanaman untuk Pengobatan, PT. Widya
Padjadjaran, Bandung.
Pudjiharta, Enny Widyati, Yelin Adalina, dan/
and Syafruddin HK, 2008. Kajian Teknik
Rehabilitasi Lahan Alang-Alang
(Imperata cylindrica L. Beauv), Info Hutan
Vol. V No. 3 : 219-230, 2008.

Daftar Acuan

Tim Penyusun, 2014. Petunjuk Praktikum


Kimia Organik II, Laboratorium Kimia
Organik, Jurusan Kimia, Universitas
Negeri Surabaya.

Cowan, (1999). Plant Product as Antimicrobial


Agents, Clinical Microbiology Reviews, 12
(4), 564 582.

Trengginas, F. (2012), Metode Ekstraksi dan


Uji Fitokimia Pada Genjer (Limnocharis
Flava), Departemen Teknologi Hasil
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Edeoga, H.O., D.E. Okwu & B.O. Mbaebie.


2005. Phytochemical Constituents of
Some Nigerian Medicinal Plants. African
Journal of Biotechnology. 4 (7), pp. 685688.

http://www.herbalisnusantara.com/
o b a t h e r b a l /
view4905.html?mnu=2&id=201, diakses
3-3-2014, 14.30).

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia.


Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata
& I. Soediro, Penerbit ITB, Bandung.

http://tanamanherba.com/uncategorized/
obat-herbal-alang-alang.html), diakses
9-3-2014, 8.57).

Jatmoko. 2003. Studi Pembuatan Sirup Akar


Alang-Alang ( Imperata cylindrica). Skripsi

Anda mungkin juga menyukai