Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI UPTD KECAMATAN LABUAPI UNTUK KEGIATAN DI


DESA BAGEK POLAK DAN BAGEK POLAK BARAT

Nama Mahasiswa : Fatimah Al- Idrus


NIM : C1M016049
Program Studi : Agroekoteknologi
Jurusan : Budidaya Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


DI UPTD KECAMATAN LABUAPI UNTUK KEGIATAN DI
DESA BAGEK POLAK DAN BAGEK POLAK BARAT

Nama Mahasiswa : Fatimah Al- Idrus


NIM : C1M016049
Program Studi : Agroekoteknologi
Jurusan : Budidaya Pertanian

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Praktik Kerja Lapangan : PKL di UPTD Kecamatan Labuapi untuk
Kegiatan di Desa Bagek Polak dan Desa Bagek
Polak Barat
Nama Mahasiswa : Fatimah Al- Idrus
NIM : C1M016049
Program Studi : Agroekoteknologi
Fakultas : Pertanian
Waktu Pelaksanaan : 11 Juni- 11 Juli
Nama Institusi Tempat PKL : UPTD Pertanian Kecamatan Labuapi
Alamat Institusi Tempat PKL : Labuapi, Kec. Labuapi, Kabupaten Lombok
Barat, Nusa Tenggara Barat 83361

Mataram, 11 Juni 2019


Yang Melaksanakan
PKL

Fatimah Al- Idrus


(C1M016049)

Mengetahui Menyetujui,
Ketua Program Studi, Pembimbing,

Ir. Uyek Malik Yakop, M.Sc., Ph.D. Ir. Aluh Nikmatullah, M.Agr.Sc.,
NIP. 196003251987031002 Ph.D.
NIP. 196502241992032003

Disahkan pada tanggal :……………………

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan banyak kesempatan, sehingga laporan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini yang berjudul “PKL di UPTD Kecamatan
Labuapi untuk Kegiatan di Desa Bagek Polak dan Desa Bagek Polak Barat”dapat
diselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi salah satu syarat
dalam menyelesaikan PKL bagi mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa


selesainya laporan PKL ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta
bimbingan dari berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil, oleh karena-
Nya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
memberikan dukungan, semangat, serta bimbingan kepada penulis.

Penyusunan laporan PKL ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun masih


terdapat kekurangan didalamnya, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga laporan PKL ini dapat
bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis.

Mataram , 11 Juni 2019

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I.PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang..............................................................................................1

1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan.........................................................................2

1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapangan.......................................................................2

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1. Arti Penting Dan Manfaat Padi Bagi Kehidupan Manusia.............................4

2.2. Teknologi Budidaya......................................................................................4

2.2.1. Syarat Tumbuh .......................................................................................... 4

2.2.2. Persiapan Benih padi.................................................................................. 4

2.2.3. Persemaian........................................................................................................5

2.2.4. Pengolahan Tanah............................................................................................5

2.2.5.Tanam.................................................................................................................5

2.2.6. Pemindahan Tanaman (Tanam Pindah).........................................................6

2.2.7. Jarak Tanam......................................................................................................6

2.2.8. Penyulaman Bibit.............................................................................................7

2.2.9. Pengairan...........................................................................................................7

2.2.10. Pemupukan......................................................................................................7

2.2.11. Pengendalian Gulma......................................................................................7

2.2.12. Pengendalian Hama dan Penyakit................................................................8

2.2.13. Panen dan Pasca Panen..................................................................................9


BAB III.METODE PELAKSANAAN .................................................................14

3.1. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan..............................................................14

3.1.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.........................14

3.2. Prosedur Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan..............................................14

BAB  IV.HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................15

4.1.Hasil Kerja Praktek Kerja Lapangan................................................................15

4.1.1. Uraian Singkat Tentang UPTD Labuapi......................................................15

4.1.1.2. Kegiatan Mingguan di Kantor UPTD Labuapi ......................................16

4.1.1.3. Pelaksanaan Kegiatan PKL Bersama Penyuluh WKPP Di Desa


Bagek Polak dan Bagek Polak Barat........................................... 17

4.1.1.3.1. Pelaksanaan Kegiatan PKL Bersama Penyuluh WKPP Di Desa


Bagek Polak.......................................................................................17

4.1.1.3.2. Pelaksanaan Kegiatan PKL Bersama Penyuluh WKPP Di Desa


Bagek Polak Barat..............................................................................20

4.1.1.4. Program Kerja UPTD Di Desa Bagek Polak dan Bagek Polak Barat...22

4.1.1.5. Hasil Diskusi Rapat Setiap Rabu...........................................................22

4.1.2. Pembahasan..............................................................................................23

4.1.2.1. Teknologi Budidaya yang Diterapkan......................................................23

4.1.2.2. Pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh WKPP Di Desa Bagek Polak
dan Bagek Polak Barat...............................................................................25

BAB V.PENUTUP.................................................................................................27

5.1. Kesimpulan..................................................................................................27

5.2. Saran............................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada masa era globalisasi dan pasar bebas seperti saat ini kebutuhan akan
sumber daya manusia yang berkualitas sangatlah tinggi. Salah satu cara untuk
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat menjadi tenaga kerja
yang baik dapat dicapai melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
telah dipelajari di dunia nyata, sehingga terjadi keseimbangan anatara ilmu yang
dipelajari dengan kenyataan yang sebenarnya. Untuk memenuhi tuntutan tersebut
mahasiswa khususnya calon sarjana agroekoteknologi diharuskan terlebih dahulu
mengenali lebih dekat keaadan dunia kerja melalui praktek kerja lapangan( PKL).
PKL atau praktek kerja lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang
harus diambil oleh mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian Universitas Mataram dan dapat membantu mahasiswa untuk mengenali
dunia pekerjaan. Pelaksanaan PKL ini dijadikan sebagai pelatihan kerja yang
memungkinkan mahasiswa untuk dapat mengetahui kondisi lingkungan kerja
dengan mengamati dan ikut serta secara langsung pada kegiatan kegiatan yang
bersangkutan dilapangan.
Penyuluhan Pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah
perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai
kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau
kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.
Menurut Deptan di dalam Kartono (2011), penyuluhan pertanian adalah suatu cara
atau usaha pendidikan yang bersifat di luar bangku sekolah (non formal) untuk
para petani dan keluarganya di pedesaan. Dalam penyuluhan terkandung arti
aktivitas pendidikan di luar bangku sekolah (non formal).
UPTD Pertanian Labuapi adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah Pertanian
yang bergerak dibidang penyuluhan pertanian khususnya pada pembangunan
pertanian yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM) termasuk juga didalamnya pembangunan kreativitas dan kemandirian para
pelaku terutama petani. Selain itu, pembangunan pertanian juga diarahkan untuk
mengembangkan industrialisasi pertanian melalui pembangunan agribisnis
sehingga pendapatan petani dapat ditingkatkan.
Kecamatan Labuapi adalah salah satu dari 10 kecamatan yang ada di
Kabupaten Lombok Barat dengan batas wilayah di sebelah utara Kota Mataram,
sebelah barat Selat Lombok, sebelah timur Kecamatan Narmada dan sebelah
selatan Kecamatan Kediri. Kecamatan Labuapi menjadi kecamatan yang
berbatasan langsung dengan wilayah kota dan berada di wilayah tengah kabupaten
Lombok Barat. Kecamatan Labuapi terdiri dari Desa Kuranji, Perampuan, Karang
Bongkot, Terong Tawah, Bajur, Telaga Waru, Bagek polak, Bengkel, Merembu,
Labuapi, Kuranji Dalang, dan Bagek Polak Barat. Berdasarkan kondisi geografi
Kecamatan Labuapi yang ada pada profil desa dan kecamatan, terdapat dua desa
pantai yang memiliki wilayah berdekatan langsung dengan garis pantai.
Sedangkan desa yang tidak mempunyai pantai ada sepuluh desa dengan topografi
datar. Masing- masing desa di Labuapi memiliki potensi yang berbeda- beda.
Salah satunya di desa Bagek Polak dan Bagek Polak Barat yang memiliki potensi
pertanian baik itu pertanian dalam bidang pangan dan hortikultura, perkebunan
dan perternakan. Dengan mengetahui potensi desa yang dimiliki oleh masing-
masing desa, diharapkan mahasiswa selama melakukan praktek kerja lapangan ini
akan menambah pengetahuan praktis dan wawasan mahasiswa yang menjadi
tempat praktek kerja lapangan selama waktu yang telah ditentukan.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pola tanam kelompok tani di Desa Bagek Polak dan Bagek
Polak Barat.
2. Mengetahui teknologi budidaya yang di lakukan di Desa Bagek Polak dan
Bagek Polak Barat
3. Mengetahui jenis – jenis dan cara pembinaan yang dilakukan oleh UPTD
kepada kelompok tani dan efektivitasnya.
1.3 Manfaat
Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa adalah :
a. Dapat berlatih melakukan tugas kerja penyuluhan dalam pemberdayaan
masyarakat tani.
b. Dapat mengenal lebih lanjut realita ilmu yang telah diterima di bangku
kuliah melalui kenyataan yang ada di lapangan.
c. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman mahasiswa untuk siap
terjun langsung di masyarakat khususnya di lingkungan mahasiswa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Arti Penting Dan Manfaat Padi Bagi Kehidupan Manusia


Beras memiliki peranan paling penting dalam konsumsi pangan rumah
tangga. Pengadaan beras dalam jumlah yang sesuai kebutuhan merupakan upaya
sangat penting dalam rangka membangun ketahanan pangan nasional. Akibat
pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita maka
kebutuhan beras secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Dalam rangka peningkatan stabilitas pengadaan pangan dan mendukung
ketahanan pangan nasional maka upaya peningkatan produksi beras harus
ditempuh. Secara teknis upaya-upaya tersebut dapat diwujudkan melalui dua
pendekatan yaitu: (a) Ekstensifikasi (perluasan areal) atau (b) Intensifikasi
(peningkatan produktivitas usahatani). Peningkatan produktivitas usahatani
melalui peningkatan mutu intensifikasi yang dilakukan dengan perbaikan
teknologi usahatani merupakan pendekatan yang realitis karena upaya
ekstensifikasi melalui pencetakan sawah membutuhkan biaya investasi yang
sangat mahal .Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat,
protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung
beberapa unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosfor dan lain
sebagainya (Irawan 2010).

2.2. Teknologi Budidaya

2.2.1. Syarat Tumbuh


Di Indonesia, padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan
lapisan atasnya antara 18-22 cm, terutama tanah muda dengan pH antara
4-7. Sedangkan lapisan olah tanah sawah menurut IRRI adalah dengan
kedalaman 18 cm (Taslim et al., 2010).

2.2.2. Persiapan Benih padi


Benih yang digunakan berasal dari benih yang sudah bersertifikat
.Ciri-ciri benih yang bagus adalah bentuk bulat, seragam dan warnanya
cerah, kadar airnya 10-14%, daya kecambah 80-90%, berasal dari
penangkar bersertifikat (Iskandar, 2007).
Sementara itu, perendaman padi dilakukan dengan cara merendamkan
benih selama 24 jam kemudian diperam selamaa 48 jam dan selanjutnya
ditutup dengan karung goni (Ghulamahdi, 2010).

2.2.3. Persemaian
Sebelum bibit padi ditanam disawah, biasanya bibit disemaikan
dahulu di persemaian. Ada beberapa macam cara persemaian padi yaitu
cara persemaian basah ( wet bed), persemaian kering (dry bed), dan
persemaian dapog. Umur bibit siap dipindahkan tergantung dari cara
persemaian. Bibit dari persemaian basah dapat dipindahkan pada umur 20-
30 hari, persemaian kering umur 20-30 hari setelah tabur dan cara dapog
bibit siap dipindahkan pada umur 9-14 hari. Tinggi genangan air
dipersemaian biasanya antara 2-5 cm (Taslim et al., 2010).

2.2.4. Pengolahan Tanah


Pengolahan tanah merupakan faktor yang berpengaruh langsung
terhadap hasil padi selain pemupukan, pengairan yang cukup, dan
pengendalian hama/penyakit. Pengolahan tanah sawah meliputi 3 fase
yaitu (1) penggenangan tanah sawah sampai tanah jenuh air, (2)
membajak, sebagai awal pemecahan bongkah dan membalik tanah, dan (3)
menggaru, untuk menghancurkan dan melumpurkan tanah dengan air.
(Taslim et al., 2010).

2.2.5. Tanam
a. Umur Bibit
Pemakaian bibit padi yang berumur lebih dari 30 hss akan
memberikan hasil yang kurang baik karena bibit yang digunakan relatif tua
sehingga beradaptasi lambat (stagnasi pertumbuhan setelah tanam relatif
lama), tidak seragam (mempunyai anakan yang tidak seragam), perakaran
dangkal dan rusak menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak berkembang
dengan baik setelah tanaman dipindah. Sementara itu, pemindahan bibit
pada umur yang lebih muda dapat mengurangi kerusakan bibit, tanaman
tidak mengalami stagnasi, dan pertumbuhan tanaman lebih cepat.
Selanjutnya, Pemakaian bibit padi sawah dengan umur yang relatif muda
(umur 12-15 hss) akan membentuk anakan baru yang lebih seragam dan
aktif serta berkembang lebih baik karena bibit yang lebih muda mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang baru setelah tanaman dipindah
(Kartaatmadja 2010).
b. Jumlah Bibit
Penanaman bibit dengan jumlah yang relatif lebih banyak (5-10
batang per rumpun, bahkan >10 batang per rumpun) menyebabkan
terjadinya persaingan sesama tanaman padi (kompetisi inter spesies) yang
sangat keras untuk mendapatkan air, unsur hara, CO2, O2, cahaya, dan
ruang untuk tumbuh sehingga pertumbuhan akan menjadi tidak normal.
Akibatnya, tanaman padi menjadi lemah, mudah rebah, mudah terserang
hama dan penyakit, dan lebih lanjut keadaan tersebut dapat mengurangi
hasil gabah. Sedangkan penggunaan jumlah bibit yang lebih sedikit (1-3
batang per rumpun) menyebabkan: (1) lebih ringannya kompetisi inter
spesies; dan (2) lebih sedikitnya jumlah benih yang digunakan sehingga
mengurangi biaya produksi (Abdullah 2004).

2.2.6. Pemindahan Tanaman (Tanam Pindah)


Tanam pindah dilakukan karena tanam secara sebar langsung lebih
peka terhadap serangan tikus, siput dan burung. Pengendalian gulma lebih
mudah dilakukan bila bibit ditanam didalam barisan. Bibit ditanam pada
kedalaman yang tepat karena anakan umumnya berkembang 5-10 hari
setelah tanam. Tanam terlalu dalam dapat menunda pembentukan anakan
(Taslim et al., 2010).

2.2.7. Jarak Tanam


Pada padi yang ditanam-pindah, jarak tanam merupakan faktor
produksi yang penting. Jarak tanam optimum tergantung dari kesuburan
tanah dan musim tanam. Untuk lahan 1 ha dengan jarak tanam 25 x 25 cm
akan terdapat 160.000 tanaman (rumpun). Bila satu rumpun terdiri dari 3
bibit maka untuk untuk 1 ha lahan diperlukan 160.000 x 3 bibit = 480.000
batang bibit. Alat pengukur jarak tanam digunakan camplak dari
kayu/bambu, dapat juga dengan menggunakan tali atau bambu yang
ditandai (Taslim et al., 2010).

2.2.8. Penyulaman Bibit


Rumpun-rumpun (padi) yang mati dapat disulam dengan
menggunakan sisa bibit yang ditanam dipinggiran petakan sawah/galangan
dekat pemasukan air. Penyulaman dapat dilakukan 4-5 hari setelah tanam
(Taslim et al., 2010).

2.2.9. Pengairan
Kondisi air dipersemaian setelah benih ditaburkan adalah macak-
macak. Setelah 3 hari, air selama persemaian dinaikkan sedikit demi
sedikit. Ketinggian air dipertahankan 1/3 dari tinggi tanaman hingga umur
dalam pembenihan 30-35 hari (30-40 hari) (Iskandar, 2007)

2.2.10. Pemupukan
Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsure hara
tanaman yang jika diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman. Sedangkan pemupukan adalah pemberian
pupuk ke pertanaman dalam jumlah yang rasional guna menigkatkan hasil
panen dan/atau keuntungan usahatani (Taslim et al., 2010).
Pemupukan dilakukan pada saat tanam dengan menggunakan
pupuk Urea = 125 kg/ha, SP36 = 150 kg/ha dan KCl = 100 kg/ha, macak-
macak selama 3-4 hari dan diberi Furadan 20kg/ha. Untuk pengaturan
ketersediaan air, diperlukkan saluran inlet dan outlet (Ghulamahdi, 2010).

2.2.11. Pengendalian Gulma


Gulma yang tumbuh bersama-sama tanman padi akan mengurangi
hasil gabah, karena (gulma) bersaing dalam pengambilan hara, air, udara,
dan ruang. Selain mengurangi kuantitas maupun kualitas hasil, gulma juga
dapat bertindak sebagai inang bagi hama dan penyakit Secara garis besar
cara pengendalian gulma: 1) substitusi termasuk persiapan tanam
(pengolahan tanah) dan pengelolaan air; 2) preventif dengan menanam
benih yang bersih dari biji gulma atau persemaian yang bebas gulma,
saluran irigasi, peralatan dan mesin-mesin yang dipakai tidak
terkontaminasi gulma, termasuk didalamnya pencegahan terbentuknya biji
maupun umbi gulma-gulma yang berbahaya; 3) komplementer termasuk
cara tanam pindah lebih baik dari sebar langsung, pemilihan kultivar yang
tahan kompetisi gulma, pengaturan jarak tanam dan populasi tanaman dan
cara/waktu dan dosis pemupukan; 4) secara langsung misalnya dengan
disiang tangan tanpa atau menggunakan alat bantu, cara mekanis, dan cara
kimia(Bangun dan Syam, 2010).

2.2.12. Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama dan penyakit utama yang menyerang pada tanaman padi adalah
sebagai berikut:
1. Hama
a) Penggerek batang padi,hama ini disebut sundep. Larva menggerek
batang sebelum berbunga, disebut beluk menggerek pada masa
berbunga. Diatasi dengan insektisida Furadan 3G (Ghulamahdi,
2010).
b) Ganjur, adanya pipa seperti daun bawang pada daun termuda.
Diatasi dengan insektisida Furadan 3G (Ghulamahdi, 2010).
c) Lalat bibit. Lalat ini memakan tepi daun. Diatasi dengan Furadan
3G (Ghulamahdi, 2010).
d) Hama putih. Larva membungkus dalam tabung daun. Diatasi
dengan insektisida Tiodan (Ghulamahdi, 2010).
e) Ulat tentara. Ulat ini menyerang daun pada malam hari. Diatasi
dengan insektisida misalnya Tiodan (Ghulamahdi, 2010).
f) Walang sangit. Serangga ini menyerang saat matang susu
(Ghulamahdi, 2010).
g) Wereng. Terdapat berbagai jenis wereng yaitu wereng padi hijau,
wereng padi loreng, dan wereng padi coklat (paling berbahaya)
(Ghulamahdi, 2010).
2. Penyakit
a) Kerdil kunig dan rumput kerdil. Daun kecil dan tegak, malai
kecil dan gabah hampa. Penyebab penyakit ini yaitu virus
(Ghulamahdi, 2010).
b) Tungro. Batang kerdil, sedikit tunas, dan jumlah gabah sedikit
dan ringan. penyakit ini disebabkan oleh virus (Ghulamahdi,
2010).
c) Penyakit Daun Jingga. Daun kuning jingga, daun menggulung
kedalam, anakan mengering dari pucuk daun. Penyakit ini
disebabkan oleh virus (Ghulamahdi, 2010).
d) Bercak daun, busuk leher oleh Pylicularia oryzae banyak pada
padi gogo. Penyakit-penyakit ini dapat diatasi dengan
Fungisida dan menggunakan varietas yang tahan terhadap
penyakit ini (Ghulamahdi, 2010).

2.2.13. Panen dan Pasca Panen


Pemanenan dan Proses Pasca Panen meliputi:
1. Pemanenan
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada umur panen yang tepat
dan dengan cara panen yang benar. Umur panen padi yang tepat
akan menghasilkan gabah dan beras bermutu baik, sedangkan cara
panen yang baik secara kuantitatif dapat menekan kehilangan hasil.
Oleh karena itu komponen teknologi pemanenan padi perlu
disiapkan (Anonim, 2009).
a. Umur panen
1) Sesuai dengan deskripsi varietas è dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya varietas, iklim, dan tinggi tempat, sehingga
umur panennya ± berbeda antara 5-10 hari (Anonim, 2009).
2) Berdasarkan kadar air gabah, padi yang dipanen pada kadar air
21-26% memberikan hasil produksi optimum dan
menghasilkan beras bermutu baik (Anonim, 2009).
3) Metode optimalisasi è padi dipanen pada saat malai berumur
30 – 35 hari setelah berbunga rata (HSB) sehingga dihasilkan
gabah dan beras bermutu tinggi (Anonim, 2009).
4) Kenampakan malai. Penentuan saat panen yang umum
dilaksanakan petani adalah didasarkan kenampakan malai,
yaitu 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning (Anonim,
2009).
b. Alat
Alat panen yang sering digunakan dalam pemanenan padi, adalah
(1) ani –ani, (2) sabit biasa dan (3) sabit bergerigi (BPS, 1996).
Dengan diintroduksikannya varietas –varietas unggul baru padi
yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek, maka
terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani-ani ke
penggunaan sabit biasa/sabit bergerigi. Cara panen padi tergantung
kepada alat perontok yang digunakan. Ani-ani umumnya
digunakan petani untuk memanen padi lokal yang tahan rontok dan
tanaman padi berpostur tinggi dengan cara memotong pada
tangkainya. Cara panen padi varietas unggul baru dengan sabit
dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah atau
potong bawah tergantung cara perontokannya. Cara panen dengan
potong bawah, umumnya dilakukan bila perontokannya dengan
cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher. Panen
padi dengan cara potong atas atau potong tengah bila dilakukan
perontokannya menggunakan mesin perontok (Anonim, 2009).
c. Perontokan
Perontokan padi merupakan tahapan pascapanen padi setelah
pemotongan padi (pemanenan). Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk
melepaskan gabah dari malainya. Perontokan padi dapat dilakukan
secara manual atau dengan alat dan mesin perontok. Prinsip untuk
melepaskan butir gabah dari malainya adalah dengan memberikan
tekanan atau pukulan terhadap malai tersebut. Proses perontokan padi
memberikan kontribusi cukup besar pada kehilangan hasil padi secara
keseluruhan. Prinsip untuk melepaskan butir gabah dari malainya
adalah dengan memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai
tersebut. Proses perontokan padi memberikan kontribusi cukup besar
pada kehilangan hasil padi secara keseluruhan (Anonim, 2009).
Berdasarkan alat perontok padi, cara perontokan dapat
dikelompokkan menjadi beberapa cara, antara lain (1) iles/injak-injak,
(2) pukul/gedig, (3) banting/gebot, (4) pedal thresher, (5) mesin
perontok (Anonim, 2009).
d. Penggunaan Mesin Pemanen Padi
Dengan semakin terbatas tenaga kerja panen tersebut, perlu
meningkatkan efisiensi dalam kegiatan panen, misalnya dengan
introduksi alat/mesin panen stripper, reaper dan combine harvester.
Dari unjuk kerja alat terlihat bahwa kapasitas kerja stripper jauh lebih
tinggi dibanding panen secara tradisional (manual), sedangkan dan
combine harvester Kubota menunjukkan kapasitas kerja tertinggi.
Namun demikian penggunaan combine harvester ini membutuhkan
banyak persyaratan, antara lain lahan harus cukup kering atau cukup
keras agar dapat menahan beban alat, disamping itu tanaman padi yang
akan dipanen tidak boleh basah agar tidak terjadi kemacetan di dalam
sistem perontokan (Anonim, 2009).
e. Perawatan Gabah Basah
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya yang dihadapi petani
adalah penanganan gabah basah hasil panen dimusim hujan.
Terbatasnya lantai jemur dan tidak munculnya sinar matahari karena
hujan dan sulitnya mendapatkan mesin pengering serta mahalnya biaya
pengeringan mengakibatkan banyaknya petani mengalami kesulitan
dalam menyelamatkan gabah hasil panennya. Akibatnya gabah yang
dihasilkan menjadi rusak dan berkecambah. Oleh karena itu perlu
dirakit teknologi perawatan gabah basah yang sederhana dengan
dengan biaya murah dan mudah diterapkan ditingkat petani. Pada
prinsipnya tujuan dari perawatan gabah adalah mengawasi kecepatan
transpirasi, oksidasi dan infeksi hama dan penyakit. Untuk mengatasi
hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengurangi kadar air gabah
sampai kadar air simpan atau menghambat kenaikan suhu dalam
tumpukan gabah dengan menggunakan zat higroskopis. Masalah lain
yang tidak kalah pentingnya yang dihadapi petani adalah penanganan
gabah basah hasil panen dimusim hujan. Terbatasnya lantai jemur dan
tidak munculnya sinar matahari karena hujan dan sulitnya
mendapatkan mesin pengering serta mahalnya biaya pengeringan
mengakibatkan banyaknya petani mengalami kesulitan dalam
menyelamatkan gabah hasil panennya. Akibatnya gabah yang
dihasilkan menjadi rusak dan berkecambah. Oleh karena itu perlu
dirakit teknologi perawatan gabah basah yang sederhana dengan
dengan biaya murah dan mudah diterapkan ditingkat petani (Anonim,
2009).
Pada prinsipnya tujuan dari perawatan gabah adalah mengawasi
kecepatan transpirasi, oksidasi dan infeksi hama dan penyakit. Untuk
mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengurangi kadar
air gabah sampai kadar air simpan atau menghambat kenaikan suhu
dalam tumpukan gabah dengan menggunakan zat higroskopis
(Anonim, 2009).
2. Pasca Panen
Penanganan pascapanen padi dilakukan karena empat faktor
yaitu:
1) Hasil tanaman “hidup” (mengalami peristiwa fisiologis)
2) Adanya penyakit yang merusak/ mengubah sifat hasil tanaman
3) Kehilangan dalam bentuk fisik kebanyakan terkait dengan
kegiatan panen & pengangkutan hasil
4) Berkembangnya penyakit/hama selama penyimpanan (Anonim,
2009).
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1. Pelaksaan Praktik kerja lapangan

3.1.1.Waktu dan Tempat pelaksaan praktik kerja lapangan


Waktu Pelaksanaan : 11 Juni- 11 Juli
Nama Institusi Tempat : UPTD Pertanian Kecamatan Labuapi
PKL
Alamat Institusi Tempat : Labuapi, Kec. Labuapi, Kabupaten Lombok
PKL Barat, Nusa Tenggara Barat 83361

3.2. Prosedur pelaksanaan praktik kerja lapangan


Prosedur pelaksaaan praktik kerja lapangan antara lain :
1. Pendaftaran praktik kerja lapangan dan survey daya tampung dan tempat
pkl
2. Membuat penulisan proposal sebagai syarat untuk melaksanakan praktik
kerja lapangan
3. Pelepasaan mahasiswa dan mahasiswi praktik kerja lapangan
4. Mengikuti seluruh kegiatan selama melaksanakan praktik kerja lapangan
5. Penarikan mahasiswa dan mahasiswi praktik kerja lapangan
6. Penilaian dan pelaporan terhadap hasil praktik kerja lapangan yang telah
dilakukan

BAB  IV
 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Praktik Kerja Lapangan


4.1.1.Uraian Singkat Tentang UPTD Kecamatan Labuapi
UPTD Pertanian Kecamatan Labuapi merupakan gabungan dari BPP dan
UPT Distanakbun dibawah Dinas pertanian Kabupaten Lombok Barat
berdasarkan Peraturan daerah Nomor 10 Tahun 2016 yang beralamatkan Jalan
Permas Indah Labuapi kecamatan Labuapi Lombok Barat.
UPTD Pertanian Kecamatan Labuapi dibentuk pada tahun 2006,
berada dibawah naungan Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Lombok Barat
dengan wilayah kerja meliputi 12 Desa yaitu Desa Kuranji, Kuranji Dalang,
Perampuan, Karang Bongkot, Bajur, Terong Tawah, Telaga Waru, Labuapi,
Bagek Polak Barat, Bagek Polak, Bengel dan Desa Merembu. Letak UPTD
Kecamatan Labuapi  berada pada 80 37’39.2” S 1160 07’19.1” E . Luas Gedung ±
25 are dan luas lahan percontohan : ± 80 are, kondisi bangunan pada saat ini
Rusak sedang, dengan alamat e-mail bp3k.labuapi@gmail.com.
UPTD Pertanian Kecamatan Labuapi memiliki struktur organisasi
kepala UPTD Labuapi Hj. Ida Wahyuni, SP. M.SI. , kepala tata usaha H. Jumerah.
S.sos , koordinator penyuluh I Putu Sueka Agung, S.ST, administrasi umum
Nurjannah, pengumpul data Emy Pujiati dan penyuluh WKPP masing- masing
desa.Visi UPTD Kecamatan Labuapi adalah terwujudnya kelembagaan unit
pelaksana teknis Dinas Pertanian yang tangguh untuk mendukung ketahanan
pangan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani yang berwawasan
lingkungan. Misi UPTD ini antara lain melakukan revitalisasi kelembagaan
petani, meningkatkan kualitas kerja dan pelayanan penyuluh kepada publik yang
amanah dan profesional, meningkatkan kordinasi dan kerja sama dengan pihak
terkait dan mendorong terciptanya kemitraan lembaga pelaku utama dan pihak
lain yang saling menguntungkan. Tugas UPTD Labuapi adalah melaksanakan
pembinaan teknis operasional di bidang pertanian tanaman pangan, hortikultura
serta perkebunan dan peternakan. Fungsi dan tanggung jawab UPTD Kecamatan
Labuapi antara lain pengendalian dan pengkoordinasi pelaksanaan kegiatan Dinas
Pertanian tingkat kecamatan, pelaksanaan memberikan pelayanan dan informasi
tanaman padi; palawija; hotikultura; perkebunan dan peternakan melalui
identifikasi dan percontohan, pelaksanaan dan bimbingan penerapan teknologi
bidang pertanian; perkebunan dan peternakan mengikuti kegiatan kecamatan,
pelaksanaan bimbingan dan pembinaaan teknis pertanian; perkebunan dan
peternakan kepada penyuluh dan petani, pelaksana kegiatan yang diprogramkan
oleh pemerintah, melaksanakan pelaporan kegiatan dan pengurusan kepegawaian
UPTD Kecamatan dan memberikan pelayanan pada masyarakat dalam
pengembangan produksi pertanian; perkebunan dan peternakan. UPTD
Kecamatan Labuapi memiliki 76 jumlah kelompok tani yang dibina dan 24
kelompok tani ternak.
4.1.1.2. Kegiatan Mingguan yang Dilakukan Di Kantor UPTD Labuapi
Hari Senin upacara atau apel pagi dan survey ke lapangan kelmpok tani,
hari Selasa apel pagi dan diskusi ke kelompok tani, hari Rabu rapat hasil kerja,
hari Kamis survei ke lapangan dan diskusi bersama kelompok tani dan hari Jum’at
melakukan kegiatan gotong royong di kantor.
Table Pelaksanaan Kegiatan

Tanggal Kegiatan
11 Juni Penyerahan Mahasiswa/Mahasiswi PKL
2019
12 Juni Observasi dan orientasi lapangan
2019
14 Juni Kunjungan lapangan ke ketua kelompok tani desa Kuranji
2019
17 Juni Observasi lapangan ke desa Bagek Polak , Bagek Polak Barat
2019 dan Terong Tawah
18 Juni Observasi lapangan ke desa Labuapi dan diskusi dengan
2109 petani
24 Juni Observasi lapangan ke desa Bajur untuk rencana pembuatan
2019 saluran irigasi
24 Juni Observasi lapangan ke desa Bajur untuk melihat masalh
2019 hama dan penyakit padi
24 Juni Kunjungan ke peternak sapi desa Bajur
2019
25 Juni Kunjungan ke peternakan ayam desa Bagek Polak Barat serta
2019 diskusi singkat petani dan bank sampah
25 Juni Observasi dan wawancara atau diskusi dengan ketua
2019 kelompok tani desa Bagek Polak Barat
28 Juni Bergotong royong dan mengerjakan laporan di kantor UPTD
2019 Kecamatan Labuapi
01 Juli Membantu administrasi di kantor
2019
02 Juli Kunjungan lapangan ke desa Bagek Polak kelompok tani
2019 ngaro ngareng
02 Juli Kunjungan lapangan ke kantor desa Telaga Waru dan diskusi
2019 singkat bersama kepala desa
02 Juli Kunjungan kerumah ketua kelompok tani Semanggi Putih
2019 didesa Bajur
08 Juli Kunjungan lapangan ke desa Perempuan dan wawancara dengan
2019 petani
11 Juli Kunjungan lapangan ke desa Kuranji Dalang
2019
11 Juli Membantu administrasi di kantor UPTD kecamatan Labuapi
2019
12 Juli Panarikan Mahasisawa/ mahasiswi PKL
2019

4.1.1.3. Pelaksanaan Kegiatan PKL Bersama Penyuluh WKPP Di Desa


Bagek Polak dan Bagek Polak Barat
4.1.1.3.1. Pelaksanaan Kegiatan PKL Bersama Penyuluh WKPP Di Desa
Bagek Polak
Desa Bagik Polak merupakan salah satu desa di Kecamatan Labuapi
dengan luas wilayah 270,39 Ha, dan terdiri terdiri 7 (Tujuh) dusun yaitu dusun
Karang Bucu Lauk, dusun Karang Bucu Daye, dusun Karang Bucu Barat, dusun
Rerot, dusun Karang Kebon Timur, dusun Karang Kebon Barat dan dusun Enjak.
Desa Bagik Polak berada di daerah sebelah Timur Kecamatan Labuapi yang
berbatasan langsung dengan Kota Madya Mataram. Desa Bagek Polak memiliki
delapan kelompok tani antara lain kelompok tani beriuk seneng, setia kawan,
ngaro- ngareng, patuh pacu, jati karya, apik- apik, satu tujuan dan beriuk pacu.
Selain itu Desa Bagek Polak memiliki lima kelompok tani ternak antara lain
pemuda pelopor, sinar terang, sinar berseri, harapan gubug dan patuh kemelleh
serta dua kelompok wanita tani pade apik dan nyiur gading.
Mahasiswa dan penyuluh mengunjungi ketua kelompok tani satu tujuan
desa Bagek Polak salah satu petani teladan yang mendapatkan prestasi atas
keberhasilannya dalam menemukan varietas padi nas 18 yang tahan terhadap
rebah, tahan penyakit blass dan produksi tinggi namun varietas ini belum disebar
luaskan hanya masih umum digunakan oleh di kelompok tani Desa Bagek Polak.
Ketua kelompok tani satu tujuan bernama Bapak Nasrullah biasa dipanggil pak
Nas. Pak Nas memiliki luas areal 25 are dan pak Nas menggunakan pola tanam
dalam setahun yakni padi- padi- padi. Pola tanam ini dipilih karena irigasinya
masih bagus dan termasuk indeks pertanaman(IP) 300. Pola tanam memasuki pola
tanam ke dua jenis tanaman padi, varietas yang digunakan varietas nas 18 karena
varietas ini memiliki keunggulan tahan rebah, tahan penyakit blass, umur 120 hari
dan produksi tinggi rata rata 8 ton/ha. Selain itu beberapa kelompok tani lain
didesa Bagek Polak menggunakan varietas inpari 32. Teknologi budidaya yang
diterapkan yakni teknologi budidaya dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1
karena hasil panen atau produksi yang didapat lebih tinggi. Benih yang dipilih
tidak bersertifikat atau dari hasil pembenihan sendiri oleh petani yang dilakukan
melalui seleksi benih dilapangan sehingga menemukan varietas nas 18 yang telah
diuji dilapangan dan hasil yang diperoleh memiliki keunggulan tersendiri seperti
tahan rebah, tahan penyakt blast dan produksi tinggi. Pengolahan tanah dlakukan
dengan traktor setelah itu dilakukan baris tanam. Lahan sawah yang sudah siap
ditanami, 1 – 2 hari sebelum tanam air dibuang sehingga lahan dalam keadaan
macak-macak. Tujuan air dihilangkan adalah untuk dapat membentuk garis-garis
tanam secara jelas. Dengan menggunakan alat pembuat garis jajar legowo 2 : 1
(Atajale 2 : 1), dibuat garis tanam 40 cm x ( 20 cm x 10 cm) dengan cara menarik
atajale pada lahan yang akan ditanami. Bibit yang ditanam terlebih dahulu
disemai. Bibit padi pindah tanam umur kurang dari 21 hari sebanyak 1-2 bibit
ditanam pada perpotongan garis-garis yang terbentuk, dengan cara maju atau
mundur sesuai kebiasaan regu tanam. Pupuk yang digunakan yakni pupuk dasar
pupuk organik dari kotoran hewan dan kompos dari sisa sisa jerami dan pupuk
susulan beupa pupuk urea dosis 250 kg/ha an pupuk NPK 200 kg/ha. Pupuk
diberikan 2 kali aplikasi selama tanaman padi umur 15- 17 HST hari dan umur 30-
35 HST.Sumber air atau irigasi yang digunakan diperoleh dari irigasi Datar ,
Tangkeban dan Remeneng . Sarana produksi diperoleh dari UD Rizki dan tenaga
kerja sebanyak 6-7 orang dengan upah Rp. 14.000,00- Rp. 16.000,00/orang.
Pupuk yang digunakan yakni pupuk dasar pupuk organik dari kotoran hewan dan
kompos dari sisa sisa jerami dan pupuk susulan beupa pupuk urea dosis 250 kg/ha
an pupuk NPK 200 kg/ha. Pupuk diberikan 2 kali aplikasi selama tanaman padi
umur 15- 17 HST hari dan umur 30- 35 HST. Pemeliharaan meliputi penyiagan
gulma dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Pemanenan dilakukan setelah umur
padi 120 hari. Pemanenan dilakukan dengan sederhana menggunakan sabit
dengan memotong bagian bawah batang padi dan langsung membawa ke mesin
perontokan padi. Padi yang telah dipanen selanjutnya di jemur dengan
menggunakan alas terpal yang dilakukan pembalikan setiap 1-2 jam. Jika pada
musim hujan lama pengeringan dapat mencapai 3-4 hari. Penjulan dilakukan
secara langsung oleh petani melalui pengepul dengan harga Rp. 5000,00-
6000,00/kg Total biaya produksi seluruhnya adalah Rp.13.147.500,00- dan
keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 23.812.500,00-. Masalah yang sering
dihadapi petani adalah hama penggerek batang padi, penyakit blast dan rebah.
Petani umunya masih menggunakan insektisida sintetik untuk hama penggerek
seperti regent dan herbisida sintetik metsulfuron dan 2,4 D umur 15- 17 HST dan
penyiangan mekanis umur 30-35 HST. Pembinaan yang dilakukan oleh Penyuluh
WKPP kepada anggota kelompok tani antara lain meningkatkan pengetahuan
sikap dan keterampilan petani untuk menerapkan sistim tanam jajar legowo secara
maksimal melalui pemberian materi keunggulan sistim tanam jajar legowo dengan
metode atau kegitan baik secara demplot, demfarm serta ceramah dan diskusi.
Meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan petani untuk menerapkan
pupuk berimbang dengan tambahan pupuk organik melalui pemberian materi
dengan metode atau kegiatan secara demplot, demfarm serta ceramah dan diskusi.
Meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan petani tentang pemanfaatan
limbah jerami melalui pemberian materi tentang pembuatan pupuk organik
dengan jerami dengan metode atau kegiatan secara demplot, demfarm , serta
ceramah dan diskusi. Peranan kelompok tani antara lain sebagai wadah kegiatan
pembelajaran dalam menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta
kerjasama kelompok tani, kemampuan meningkatkan hubungan kerjasama
kelembagaan misalnya dengan koperasi/ KUD dan kemampuan mengambil atau
merencanakan kegiatan bersama untuk meningkatkan produktivitas usaha tani
melalui pengembangan produksi yang menguntungkan.
4.1.1.3.2. Pelaksanaan Kegiatan PKL Bersama Penyuluh WKPP Di Desa
Bagek Polak Barat

Desa Bagik Polak Barat merupakan salah satu desa di Kecamatan Labuapi
dengan luas wilayah220 Ha, dan terdiri terdiri 6 (enam) dusun yaitu dusunJogot
Barat, dusun Jogot selatan, Dusun Jogot Tengah, Dusun Jogot Timur, Dusun
Dusun Lendang , dan Dusun Jerneng. Desa Bagek Polak Barat memiliki tiga
kelompok tani antara lain kelompok tani demung sari, inget- inget dan jogot sari.
Selain itu terdapat empat kelompok tani ternak yakni jogor sari, berani maju,
lendang maju, sopoq agen dan satu kelompok wanita tani yakni sinar lima.
Mahasiswa dan penyuluh mengunjungi ketua kelompok tani Demung Sari
bernama Bapak Mahrip. Pak Mahrip memiliki luas areal 20 are dan pak Mahrip
menggunakan pola tanam dalam setahun yakni padi- padi- padi. Pola tanam ini
dipilih karena irigasinya masih bagus dan termasuk indeks pertanaman(IP) 300
dan keuntungan yang diperoleh. Pola tanam memasuki pola tanam ke dua jenis
tanaman padi, varietas yang digunakan varietas Inpari 32 yang sudah bersertifikat
karena varietas ini memiliki keunggulan tahan terhadap penyakit hawar daun
bakteri strain III, agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV, tahan terhadap
blass ras 033, agak tahan terhadap tugro, rasa nasi pulen, umur 120 hari dan
produksi tinggi . Teknologi budidaya yang diterapkan yakni teknologi budidaya
dengan sistem konvensional tandur joget dengan jarak tanam 20-25 cm.
Pengolahan tanah dilakukan dengan traktor. Setelah pengolahan tanah
dilakukakan pengukuran jarak tanam 20-25 cm. Penanaman dilakukan setelah
melakukan penyemaian tanaman 25-27 hari. Sumber air atau irigasi yang
digunakan diperoleh dari daerah irigasi Datar dan Keriasi. Sarana produksi
diperoleh dari UD Rizki dan tenaga kerja sebanyak 6-7 orang dengan upah Rp.
10.000,00/orang. Pupuk yang digunakan yakni pupuk dasar pupuk furadan dan Za
dan pupuk susulan berupa pupuk phonska dosis 150 kg/ha an pupuk NPK 150
kg/ha. Pemupukan diaplikasikan selama 2 kali, aplikasi pertama dilakukan saat
padi umur 15 HST dan aplikasi pupuk kedua dilakukan saat padi umur 30 HST.
Pemeliharaan meliputi penyiagan gulma dilakukan secara mekanis dan kimiawi.
Pemanenan dilakukan setelah umur padi 120 hari. Pemanenan dilakukan dengan
sederhana menggunakan sabit dengan memotong bagian bawah batang padi dan
langsung membawa ke mesin perontokan padi. Padi yang telah dipanen
selanjutnya di jemur dengan menggunakan alas terpal yang dilakukan pembalikan
setiap 1-2 jam. Jika pada musim hujan lama pengeringan dapat mencapai 3-4 hari.
Penjulan dilakukan secara langsung oleh petani melalui pengepul dengan harga
Rp. 5000,00- 6000,00/kg .Total biaya produksi seluruhnya adalah
Rp.13.000.000,00- dan keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 21.960.000,00-.
Masalah yang sering dihadapi petani adalah hama penggerek batang padi dan
busuk daun. Petani umunya masih menggunakan insektisida sintetik untuk hama
penggerek seperti prevathon dan herbisida sintetik metsulfuron dan 2,4 D umur
15- 17 HST dan penyiangan mekanis umur 30-35 HST. Pembinaan yang
dilakukan oleh Penyuluh WKPP dikelompok tani antara lain meningkatkan
pengetahuan sikap dan keterampilan petani untuk menerapkan dosis serta cara
dan waktu pemupukan sesuai anjuran teknis dengan metode atau kegitan diskusi
serta praktek langsung dan demplot. Meningkatkan pengetahuan sikap dan
keterampilan petani untuk penanaman dengan sistim tanam tandur jajar legowo
melalui pemberian materi dengan metode atau kegiatan secara demplot, praktek
langsung dan diskusi. Meningkatkan pengetahuan sikap dan keterampilan petani
tentang penggunaan pupuk organik melalui teknik penggunaan POG dengan
metode atau kegiatan secara demplot, praktek langsung dan diskusi . Peranan
kelompok tani yang ada antara lain tentang kegiatan- kegiatan kelompok tani yang
dikelola berdasarkan persetujuan anggotanya, untuk mengembangkan wawasan
para petani sehingga petani dapat dengan mandiri mengambil keputusan untuk
memilih suatu pilihan dengan memprtimbangkan konsekuensi yang akan diterima
oleh para petani termasuk dalam pendapatan usahataninya.
4.1.1.4. Program Kerja UPTD Di Desa Bagek Polak dan Bagek Polak Barat

1) Program Kerja UPTD Di Desa Bagek Polak dan Desa Bagek Polak Barat

Program kerja yang sudah dilaksanakan oleh UPTD Kecamatan Labuapi


sebelum PKL dilaksanakan adalah sekolah lapang budidaya tanaman padi yang
prakteknya demplot sistem tanam jajar legowo dari pengolahan tanah sampai
panen di lima desa yakni Desa Bagek Polak, Desa Telaga Waru, Desa Merembu,
Desa Kuranji Dalang dan Desa Bengkel. Selama PKL dan setelah PKL program
kerja belum ada karena kebijakan dari Dinas Pertanian dan disesuaikan dengan
anggaran yang ada baik dari Kementrian Pusat maupun Kementrian Provinsi.

4.1.1.5. Hasil Diskusi Rapat Setiap Rabu

Diskusi dilaksanaka pada hari Rabu, 19 Juni 2019 di Aula UPTD


Kecamatan Labuapi. Hasil diskusi yang disampaikan oleh kepala UPTD Labuapi
yaitu evaluasi hasil kerja PP pada hari Kamis 13 Juni 2019 di desa Kuranji. Di
desa Bajur lahan yang beralih fungsi untuk di data. Masalah kekeringan di MK I
untuk di data bagi kelompok tani yang terkena dampak kekeringan beserta hama
penyakit( desa Telaga Waru dan Terong Tawah). Calon petani yang mendapatkan
bantuan APBD Inhibrida dengan luas 100 ha. Masalah penilain kelompok. Jadwal
kunjungan untuk laporan dibuat supaya bisa dikontrol. KLM bantuan di desa
Bengkel pak Saleh. Admin banyak lembaga mikro di Kecamatan Labuapi.
Keswan pelayanan nyata berupa setoran PAD. Data lahan BTN Kecamatan
Labuapi. KTU penyesuaian masalah RDKK pupuk belum subsidi dipilih karena
satu desa belum dilengkapi( Kuranji Dalang). Bumi sejuta aren dan menuju wisata
aren. Pengembanggan peternakan. Khusus bidang penyuluh untuk usulan rehap
kantor 2019 dan lomba diadakan 2019. Koordinasi, sistem pembinaan pada
kelompok tani dari persiapan sampai dengan evaluasi. Laporan angka tanam atau
panen supaya ditulis dan diisi setiap hari. Evaluasi RDKK pupuk. PHP, kurang
lebih 10 ha untuk Kecamatan Labuapi banyak terdapat serangan kresek. Hama
putih palsu diakibatkan oleh cuaca yang tidak menentu padi varietas Inpari 32.
Stok rasin untuk kreasek habis dan untuk ulat masih ada.
4.1.2. Pembahasan

4.1.2.1. Teknologi Budidaya yang Diterapkan

Seperti yang telah diketahui pada pelaksanaan kegiatan di Desa Bagek Polak
dan Bagek Polak Barat memiliki teknologi budidaya yang diterapkan berbeda-
beda mulai dari pengohan lahan sampai pemananenan.Di desa Bagek Polak
menerapkan teknologi budidaya dengan sistem jajar legowo 2:1. Jajar Legowo 2 :
1 (40 cm x (20 cm x 10 cm)) adalah salah satu cara tanam pindah sawah yang
memberikan ruang (barisan yang tidak ditanami) pada setiap dua barisan tanam,
tetapi jarak tanam dalam barisan lebih rapat yaitu 10 cm tergantung dari
kesuburan tanahnya. Sistem tanam jajar legowo ini digunakan karena memiliki
keunggulan yakni dapat meningkatkan produksi 10-15 % , pengendalian
organisme pengganggu serta pemupukan mudah dilakukan, penyinaran matahari
lebih optimal, sirkulasi udara akan lebih lancar dan optimal sehingga mengurangi
resiko penyakit dan popolasi atau rumpun akan bertambah sekitar 30%. Akan
tetapi masalah yang sering dihadapi oleh petani dalam menerapkan sistem tanam
ini adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja yang masih
rendah atau belum terbiasa.Sedangkan di desa Bagek Polak Barat teknologi
budidaya yang diterapkan masih sederhana atau konvensional dengan sistem
tanam tandur atau tegel. Sistem tanam ini digunakan karena umunya petani tidak
ingin menyisihkan lahan penanaman dan hasil produksi yang cukup tinggi.
Di Desa Bagek Polak dan Bagek Polak Barat memiliki pola tanam yang
sama yakni padi- padi- padi. Pola tanam ini dipilih karena daerah tersebut irigasi
yang dimiliki masih bagus dan termasuk indeks pertanaman(IP) 300. Tetapi
menurut (Handoko, 2010) pada lahan dengan pola tanam padi- padi-padi terjadi
penurunan kesuburan tanah yang disebabkan pengangkutan bahan organik tanpa
pengembalian lagi kedalam tanah dan tanah akan menjadi jenuh. Selain itu pola
penanaman ini juga dapat mengakibatkan meningkatnya populasi hama wereng.
Oleh karena itu di Desa Bagek Polak penerapan pupuk organik dan pergiliran
tanaman pada musim pertama dilakukan dengan penanaman jagung agar tanahnya
tidak rusak semetara di Desa Bagek Polak Barat belum ada penerapan pergiliran
tanaman dan penggunaan pupuk organik dilahan yang menggunakan pola tanam
padi-padi-padi.
Pemilihan varietas yang digunakan di Desa Bagek Polak dan Desa Bagek
Polak Barat yang digunakan sama yaitu varietas padi inpari 32 karena benih yang
digunakan didapat dari bantuan pemerintah di semua Kecamatan Labuapi dan
benih itu digunkan karena varietas ini merupakan benih bersertifikat dan memiliki
keunggulan tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, agak tahan
terhadap hawar daun bakteri strain IV, tahan terhadap blass ras 033, agak tahan
terhadap tugro, rasa nasi pulen, umur 120 hari dan produksi tinggi. Selain itu di
desa Bagek Polak kelompok tani satu tujuan menggunakan varietas padi yang di
hasilkan sendiri melalui seleksi benih di lahan yang ditemukan varietas nas 18
yang tahan terhadap rebah, tahan penyakit blass dan produksi tinggi namun
varietas ini belum disebar luaskan. Pengolahan tanah di Desa Bagek Polak dan
Bagek Polak Barat mengunakan traktor dan pembutan garis tanam dengan alat
caplak. Persemaian dilakukan di Desa Bagek Polak sampai umur kurang dari 21
hari sedangkan persemaian di Desa Bagek Polak Barat sampai umur 25-27 hari.
Umur persemain yang bagus umur yang relatif muda (umur 12-15 hss) akan
membentuk anakan baru yang lebih seragam dan aktif serta berkembang lebih
baik karena bibit yang lebih muda mampu beradaptasi dengan lingkungan yang
baru setelah tanaman dipindah (Kartaatmadja dan Fagi, 2000 serta Gani, 2003).
Setelah disemai tanaman kemudian dipindah tanam ke lahan yang sudah dibuat
garis untuk penanaman, jarak tanam yang digunakan pada sistem jarwo desa
Bagek Polak (40 cm x (20 cm x 10 cm)) dan tandur didesa Bagek Polak Barat 25
cm x 25 cm. Penyulaman Bibit dilakukak umur 4-5 hari Rumpun-rumpun (padi)
yang mati dapat disulam dengan menggunakan sisa bibit yang ditanam
dipinggiran petakan sawah/galangan dekat pemasukan air. Pengairan Kondisi air
dipersemaian setelah benih ditaburkan adalah macak-macak. Setelah 3 hari, air
selama persemaian dinaikkan sedikit demi sedikit. Ketinggian air dipertahankan
1/3 dari tinggi tanaman hingga umur dalam pembenihan 30-35 hari (30-40 hari)
Pemupukan, pupuk yang digunakan di Desa Bagek Polak yakni pupuk dasar
pupuk organik dari kotoran hewan dan kompos dari sisa sisa jerami dan pupuk
susulan beupa pupuk urea dosis 250 kg/ha dan pupuk NPK 200 kg/ha. Pupuk
diberikan 2 kali aplikasi selama tanaman padi umur 15- 17 HST hari dan umur 30-
35 HST. Sedangkan di Desa Bagek Polak Barat Pupuk yang digunakan yakni
pupuk dasar pupuk furadan dan Za dan pupuk susulan berupa pupuk phonska
dosis 150 kg/ha an pupuk NPK 150 kg/ha. Pemupukan diaplikasikan selama 2
kali, aplikasi pertama dilakukan saat padi umur 15 HST dan aplikasi pupuk kedua
dilakukan saat padi umur 30 HST. Pemeliharaan meliputi penyiagan gulma di
desa Bagek Polak dan Bagek Polak Barat dilakukan secara herbisida sintetik
metsulfuron dan 2,4 D umur 15- 17 HST dengan dosis 320-480 g/ha dan
penyiangan mekanis umur 30-35 HST. Petani di Desa Bagek Polak umunya masih
menggunakan insektisida sintetik untuk hama penggerek seperti regent dengan
dosis 5-10 g /ha dan di Desa Bagek Polak Barat menggunakan insektisida sintetik
untuk hama penggerek seperti prevathon 2 ml/l dan Pemanenan dilakukan sama
di kedua desa setelah umur padi 120 hari. Pemanenan dilakukan dengan sederhana
menggunakan sabit dengan memotong bagian bawah batang padi dan langsung
membawa ke mesin perontokan padi. Padi yang telah dipanen selanjutnya di
jemur dengan menggunakan alas terpal yang dilakukan pembalikan setiap 1-2
jam. Jika pada musim hujan lama pengeringan dapat mencapai 3-4 hari. Penjulan
dilakukan secara langsung oleh petani melalui pengepul.

4.1.2.2. Pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh WKPP Di Desa


Bagek Polak dan Bagek Polak Barat

Pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh WKPP masing- masing di Desa


Bagek Polak dan Bagek Polak Barat sudah maksimal dirasakan oleh petani karena
dilihat dari pembinaan yang telah dilakukan masing-masing penyuluh terhadap
hasil produksi padi yang sudah diterapkan oleh petani serta melalui kegiatan
praktik langsung mengenai penerapan teknologi tanam yang baik untuk
menghasilkan produksi yang tinggi.Selain itu penyuluh di masing- masing desa
sudah memberikan kegiatan dan memfasilitasi penanaman padi inhhibrida dan
pemupukan yang sesuai dosis yang dianjurkan melalui kegiatan pengunjungan
lapangan di tiap kelompok tani yang ada di masing- masing desa. Akan tetapi
masih ada beberapa masalah kelompok tani dalam penerapan teknologi sistem
tanam dipetani yang belum dapat mengikuti dan menerapkan pembinaan yang
telah dilakukan dengan alasan petani masih senang dan terbiasa melakukan sistem
tanam. Sementara untuk pemupukan yang dilakukan serta dosis pengendalian
hama dan penyakit yang masih sering berlebihan juga masih menjadi masalah
penyuluh dalam keefektivannya memberi materi dan praktek langsung oleh petani
karena petani masih berdasarkan pola pemikiran yang sederhana tanpa mengikuti
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada. Pemanfaatan teknologi
masih tergolong kurang dan belum sampai kepada petani atau petani masih
meragukan akan manfaat teknologi yang ada dan petani memerlukan contoh yang
nyata dari kegiatan budidaya .

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja lapangan yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pola tanam kelompok tani di Desa Bagek Polak dan Bagek Polak Barat
tergolong masih sama yakni pola tanam padi-padi-padi
2. Teknologi budidaya yang di lakukan di Desa Bagek Polak dan Bagek
Polak Barat berbeda di desa Bagek Polak menggunakan teknologi
budidaya jajar legowo 2:1 dan di desa Bagek Polak Barat menggunakan
teknologi budidaya tandur joget
3. Jenis – jenis dan cara pembinaan yang dilakukan oleh UPTD kepada
kelompok tani di masing- masing Desa Bagek Polak dan Bagek Polak
Barat berbeda terlihat juga dari efektivitasnya.

7.2. Saran  
            Saran yang dapat penulis sampaikan kepada pihak UPTD Kecamatan
Labuapi adalah mampu membuat usulan program kerja yang baru agar dapat
menambah wawasan serta minat petani dalam melakukan inovasi perubahan
pertanian sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus
berkembang.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2004. Pengolahan Tanah dalam Sistem Produksi Padi Sawah
Mendukung IP300/IP400. Prosiding Seminar Nasional hasil Penelitian
Padi 2009. Subang: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, hlm. 508.

[Anonim]. 2009. Pengelolaan Pascapanen Padi. Universitas Lampung. Lampung

Bangun, P dan Syam, M. 2010. Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi. Padi
Buku 2. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor, hlm. 579-599.

Ghulamahdi, M. 2010. Modul Kuliah Budi Daya Padi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.

Handoko. 2008. Keterkaitan Perubahan Iklim dan Produksi Pangan Strategis:


Telaah Kebijakan Independen dalam Bidang Perdagangan dan
Pembagunan. Seameo Biotrop. Bogor.

Irawan.2010. Pentingnya Pangan untuk Masyarakat. Balai Pengkajian Teknologi


Pertanian (BPTP) Sumatera Barat.
http://warsitotti.files.wordpress.com/2010/01/pentingnya-pangan- untuk
-masyarakat.pdf (20 Juni 2019).

Iskandar. 2007. Bertanam Padi Pandan Wangi. Sinergi. Bandung.

Kartaatmadja. 2010. Budidaya Tanaman Padi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Taslim, H., Partohardono, S. dan Djunainah. 2010. Bercocok Tanam Padi Sawah.
Padi Buku 2. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan Bogor, hlm. 481-505.

Taslim H., Partohardono S. dan Subandi. 2010. Pemupukan Padi Sawah. Padi
Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor,
hlm. 445-479.
LAMPIRAN LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Pelepasan Mahasiswa PKL

PERSEMAIAN PADI VARIETAS NAS 18 DESA BAGEK POLAK KELOMPOK


TANI SATU TUJUAN
BIBIT PADI VARIETAS NAS 18

PERSIAPAN TANAM MEMBUAT GARIS DENGAN CAPLAK DESA BAGEK


POLAK DAN BAGEK POLAK BARA T

PENANAMAN BENIH PADI VARIETAS NAS DENGAN SISTIM JARWO 2:1


DESA BAGEK POLAK KELOMPOK TANI SATU TUJUAN
PADI VERIETAS NAS 18 DENGAN SISTIM JARWO 2:1 UMUR 14 HST DESA
BAGEK POLAK KELOMPOK TANI SATU TUJUAN

PEMELIHARAAN TANAMAN PADI UMUR 14 HST


(PENGENDALIAN GULMA DAN PENYEMPROTAN)

DISKUSI DAN WAWANCARA DENGAN PETANI DESA BAGEK POLAK


KELOMPOK TANI SATU TUJUAN
SISTEM TANAM TANDUR DESA BAGEK POLAK BARAT VARIETAS PADI
INPARI 32

SURVEY LAPANGAN HAMA KRESEK TANAMAN PADI VARIETAS INPARI


32 DI DESA BAGEK POLAK BARAT

DISKUSI BERSAMA PETANI TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT


KRESEK DI DESA BAGEK POLAK BARAT
APEL PAGI BERSAMA DI KANTOR UPTD LABUAPI

RAPAT BERSAMA DI KANTOR UPTD LABUAPI

MEMBANTU ADMINISTRASI DI KANTOR UPTD LABUAPI

PENARIKAN PKL DI KANTOR UPTD LABUAPI

Anda mungkin juga menyukai