Anda di halaman 1dari 68

1

ACARA I
PENGUJIAN BERAT 1000 BENIH DAN KEMURNIAN BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman (UU RI No. 12 Th.
1992). Input dasar yang paling penting dalam pertanian adalah mutu benih,
karena pemilihan biji untuk bahan tanam mempengaruhi hasil produksi
tanaman. Mutu benih mencakup semua hal yang berkaitan dengan atribut
fisik, biologis, potologis dan genetik yang akan menentukan produksi
tanaman. Dalam menentukan benih yang memiliki kualitas yang baik,
dapat dilakukan dengan pengujian berat 1000 benih dan kemurnian benih.
Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang
dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan. Diharapkan dengan
mengetahui besar, berat benih dapat memperbaiki produksi hasil panen
dan memilih benih yang berkulitas. Benih pasca panen yang baik
menunjukkanbahwa biji saat panen dalam keadaan masak, karena benih
yang baik untuk ditanam atau dijadikan benih adalah benih yang benarbenar masak.
Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh
petani. Guna menjaga mutu benih maka peranan pengujian penting
dilakukan baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada
tingkat petani. Mutu benih meliputi mutu genetik yang mencakup
kemurnian benih sesuai genetik dan kebenaran varietas, mutu fisiologis
mencakup viabilitas dan bebas hama penyakit, serta mutu fisik yang
mencakup ukuran benih yang seragam, bernas dari varietas lain dan
gulma.
Benih murni adalah segala macam biji yang merupakan jenis/spesies
yang sedang diuji. Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan
menetapkan nilai setiap contoh benih yang perlu diuji selaras dengan
faktor kualitas benih. Pengujian kemurnian benih pengujian atas dasar
keselarasan dengan faktor kualitas benih, termasuk persentase berat dari

benih murni, benih varietas lain, biji herba dan kotoran-kotoran pada
massa benih. Hal ini selanjutnya untuk menentukan berat minimal dan
berat maksimal benih yang diuji.
2. Tujuan
Tujuan praktikum acara Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian
Benih adalah :
1
a. Untuk mengetahui kualitas benih ditinjau dari berat 1000 benih
b. Untuk mengetahui kualitas benih ditinjau dari tingkat kemurnian benih

B. Tinjauan Pustaka
Mutu benih meliputi mutu genetik, fisiologik dan fisik. Benih yang benar
adalah benih dengan mutu genetik tertentu yang telah dideskripsikan oleh

pemuliaan tanaman. Mutu fisologik benik ditentukan oleh vuabilitas benih


sehingga mampu menghasilkan tanaman yang normal. Viabilitas penih
ditentukan oleh kondisi prapanen, antara lain kesuburan tanah, cara dan waktu
panen, serta pasca panen, yang meliputi pengeringan, perlakuan benih,
pengemasan

dan

penyimpanan.

Panen

pada

saat

masak

fisiologis

menghasilkan vigor maksimum (Hasanah 2002).


Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari species yang
dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Yang termasuk ke
dalam kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh,
benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah
berkecambah sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar
dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa
pecahan benih itu termasuk ke dalam species yang dimaksud (Retro 2010).
Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi-materi
non benih/ serasah, atau benih varietas lain yang tidak diharapkan. Biasanya
kemurnian benih dinyatakan dalam persentase (%). Pengujian kemurnian
benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen
benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung
presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian
adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari
contoh benih yang mewakili lot benih (Heddy 2000).
Peningkatan hasil biologis dan biji-bijian bisa disebabkan peningkatan
atribut hasil (tinggi tanaman, jumlah anakan produktif atau bukit, berat malai
dan berat 1000-butir) akibatnya. Sebuah signifikan perbedaan berat 1000 butir
beras dipengaruhi oleh variasi dalam paket pupuk juga diamati oleh.
Peningkatan hasil gabah komponen dapat disebabkan oleh fakta bahwa ada
lebih banyak air ditingkatkan ketersediaan nutrisi yang ditingkatkan nitrogen
dan makro dan mikro-elemen penyerapan lainnya serta meningkatkan
produksi dan translokasi isi bahan kering dari sumber tenggelam
(El-Refaee et al. 2006).
Jumlah benih tanaman lain (OCS) dan berbagai dibedakan lainnya (ODV)
jauh lebih rendah pada benih bersertifikat daripada benih yang dihasilkan oleh

petani di bawah kondisi manajemen tambahan generaland. Dalam produksi


benih bersertifikat, petani dihapus off-jenis dan semua tanaman tanaman lain
selama roguing karena paksaan sertifikasi benih. Petani juga mengadopsi
praktik rouging bawah manajemen tambahan tetapi itu tidak cukup seperti
dalam bibit bersertifikat. Jadi, perlu untuk menyarankan kepada petani untuk
mengadopsi rouging yang tepat praktek dalam manajemen tambahan dalam
produksi benih bersertifikat untuk menjaga fisik dan genetik kemurnian benih
(B Thapa Kshetri 2010).
Pengujian benih ini dilakukan untuk mengetahui kualitas benih. Penentuan
kualitas ini dapat ditentukan berdasarkan bobot seribu benih dan pengujian
kemurnian benih. Pengujian kemurnian benih adalah pengujian atas dasar
keselarasan dengan faktor kualitas benih. Faktor kualitas benih yaitu
prosentase benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang
tercampur, daya dan kecepatan kecambah, daya tumbuh benih, terbebasnya
benih dari penyakit, kadar air serta hasil pengujian berat benih perseribu benih
(Ferdian 2010).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Uji Tetrazolium dilaksanakan pada hari Kamis, 13
November 2014 pukul 14.00-15.00 WIB bertempat di Laboratorium
Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman (EMPT), Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
:
1) Timbangan
2) Cawan petri

3) Kalkulator
b. Bahan
:
1) Benih padi (Oryza sativa)
2) Benih kacang hijau (Vigna radiata)
3) Benih kedelai (Glycine max)
3. Cara Kerja
a. Pengujian berat 1000 benih
1) Menimbang 1000 benih dan mengulangnya sebanyak 4 kali
2) Menghitung berat 1000 benih dan standart deviasinya
3) Menentukan berat 1000 benih maksimum dan minimum
b. Pengujian kemurnian benih
1) Mengambil contoh benih yang tersedia secara acak lalu
menimbangnya sebesar 40 g
2) Dari 400 g contoh benih tersebut, mengambil sebanyak 40 g dari
contoh benih untuk dilakukan pemisahan : benih murni, benih
tanaman lain atau varietas lain, bii-bijian herba dan kotoran atau
benda mati
3) Menimbang dari masing-masing bagian dengan tingkat ketelitian
dua desimal
4) Untuk mengetahui identitas benih tanaman lain atau varietas lain,
memeriksa kembali sisa contoh benih (360 g) yang selanjutnya
dijumlah dengan hasil perhitungan dari contoh 40 g
5) Setiap komponen yang diperoleh dari contoh yang 40 g dinyatakan
dalam prosesntase
6) Selisih berat antar contoh benih pengujian semula dengan jumlah
berat ke 4 komponen harus <1% komponen yang <0.05%
dinyatakan sebagai jumlah yang terlalu sedikit (trace)

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pengujian berat benih padi (Oryza sativa) 1000 benih
Ulanga
n
I
II
III
IV
V

Berat 1000 benih

(y-

SD

24,25
27,27
27,07
27,22
27,58

5,90
0,35
0,15
0,29
0,81

133,39

7,5

1,21
0,29
0,19
0,26
0,45
2,4

26,68

1,5

0,48

Sumber : Laporan Sementara


Analisis Data :
Standar Deviasi I =

Standar Deviasi II =

( y )
n1

5,90
51

= 1,47
= 1,21

( y )
n1

0,08

0,35
51

= 0,29

Standar Deviasi III=

= 0,26
Standar Deviasi V =

( y )
n1

Standar Deviasi IV =

( y )
n1

0,07

0,29
51

0,03

0,15
51

= 0,19

( y )
n1

0,2

0,81
51

= 0,45

Berat maksimum I = y + SD

Berat minimum I = y SD

= 24,25 + 1,21
= 25,46

= 24,25 1,21
= 23,04

Berat maksimum II = y + SD

Berat minimum II = y SD

= 27,27 + 0,35
= 27,62
Berat maksimum III = y + SD

= 27,27 - 0,35
= 26,92
Berat minimum III = y SD

= 27,07 + 0,19
= 27,26
Berat maksimum IV = y + SD

= 27,07 - 0,19
= 26,88
Berat minimum IV = y SD

= 27,22 + 0,26
= 27,48
Berat maksimum V = y + SD

= 27,22 - 0,26
= 26,96
Berat minimum V = y SD

= 27,58 + 0,45
= 27,58 - 0,45
= 28,03
= 27,13
Berat maksimum = + SD
Berat minimum = - SD
= 26,68 + 0,48
= 26,68 0,48
= 27,16
= 26,2
Tabel 1.2 Pengujian Kemurnian benih padi (Oryza sativa)
Ulanga
n
I
II
III
IV
V

Berat benih
murni (g)
14,98
12,65
8,82
17,34
13,52

Berat tanaman
lain (g)
22,18
26,83
30,47
21,63
26,50

Berat biji
herba (g)
0
0
0
0
0

Berat benda
mati (g)
0,80
0,68
0,47
0,71
0,63

67,31

127,61

3,29

13,46

25,52

0,65

Sumber : Laporan Sementara


Analisis Data
berat benihmurni
x 100
40

a. Berat benih murni =


=

13,46
40

= 1,68 %

x 100 %

berat benihtanamanlain
40

b. Berat benih tanaman lain =


=

25,52
40

x 100%

x 100%

= 3,19%
berat benda mati
x 100
40

c. Berat benda mati =

0,65
x 100
40

= 0,08%
2. Pembahasan
Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui
proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh
yang besar. Benih yang diambil dalam praktikum adalah benih murni.
Benih murni merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih
sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi.
Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim
atau secara dominan ditemukan di dalam contoh benih, termasuk
benih-benih varietas lain dalam jenis tanaman tersebut. Benih bernutu
adalah benih yang mampu berkecambah dalam kondisi yang cukup
baik. Benih yang baik harus mampu menghasilkan bibit yang
berkulitas tinggi dapat tumbuh dengan baik serta tahan terhadap
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.
Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai
setiap contoh benih yang perlu diuji, selaras dengan faktor kualitas
benih. Suatu varietas dapat disertifikasi bila telah dianjurkan oleh team
penilaian dan pelepas varietas dari Badan Nasional dan disetujui oleh
menteri. Sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan bahwa benih
yang diperjual belikan harus ada sertifikat benih. Pengujian dengan
melakukan Penentuan berat 1000 butir dapat dipergunakan untuk
mengetahui jumlah benih per kg dari suatu jenis yang dapat dijadikan

standar dalam perencanaan kebutuhan benih untuk persemaian maupun


penanaman. Kemurnian benih berguna untuk menjaga kualitas benih
terutama varietas unggul dan mengetahui persentase kemurnian benih
dari suatu varietas. Menentukan benih yang memiliki kualitas yang
baik, dapat dilakukan dengan pengujian berat 1000 benih dan
kemurnian benih. Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari
bobot rata-rata yang dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan.
Standard deviasi menunjukan tingkat keseragaman benih, semakin
tinggi standard deviasi berati semakin beragam komponen benih dan
sebaliknya. Standard deviasi 0 artinya benih sangat seragam.
Keseragaman ini memungkinkan perkecambahan benih yang seragam.
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan
memisahkan benih murni, benih tanaman lain, biji herba, dan benda
mati atau kotoran yang bercampur yang selanjutnya dihitung
presentase dari keempat komponen benih tersebut. Standar Deviasi
biasanya digunakan sebagai alat uji statistik. Standar deviasi ini
merupakan fungsi langsung dari varian (pola variasi yang ada di dalam
sample). Standar deviasi berfungsi memperlihatkan pola sebaran data,
dan variasi sebaran antar data. Standard deviasai dapat digunakan
dalam menentukan berat maksimum dan minimum benih.
Hasil parktikum dari pengujian berat 1000 benih dan kemurnian
benih yang telah dilaksanakan yakni antara lain, dalam pengujian berat
1000 benih padi diketahui berat maksimal sebesar 27,16 gram yang
diperoleh dari penjumlahan ( + SD) dan berat minimum sebesar 26,2
gram dari penjumlahan ( - SD). Standar deviasi per ulangan secara
berurutan yaitu 1,21 ; 0,29 ; 0,19 ; 0,26 ; 0,45 dengan jumlah 2,4 dan
rata-rata 0,48. Pengujian kemurnian benih dilakukan sebanyak 5
ulangan yang dijumlahkan sebanyak 133,39 gram. Hasil penghitungan
berat benih murni dari berat benih 40 gram secara berturut-turut
diperoleh sebesar 14,98 gram, 12,65 gram, 8,82 gram, 17,34 gram dan
13,52 gram dengan diperoleh rata-rata sebesar 13,46 gram.
Penghitungan berat tanaman lain dengan berat benih 40 gram secara

berturut-turut diperoleh hasil 22,18 gram, 26,83 gram, 30,47 gram,


21,63 gram dan 26,5 gram dengan diperoleh rata-rata sebesar 25,52
gram. Berat biji herba dihitung 0. Untuk berat benda mati dari benih 40
gram secara berturut-turut diperoleh hasil yaitu 0,8 gram, 0,68 gram,
0,47 gram, 0,71 gram dan 0,63 gram sehingga hasil rata-rata yang
diperoleh adalah 0,65 gram. Perhitungan prosentase komponen hasil
uji kemurnian benih padi dari semua data yang dapat diketahui
prosentase berat benih murni sebesar 1,68%, berat benih tanaman lain
3,19%, berat biji herba 0 dan berat benda mati sebesar 0,08%.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari praktikum Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian Benih,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Untuk analisis kemurnian benih, contoh benih untuk diuji dipisahkan
menjadi 4 yaitu benih murni, benih kotoran lain, benih herba dan
kotoran benih.

b. Dari pengujian berat 1000 benih dapat diketahui berat maksimal


sebesar 27,16 gram dan berat minimum sebesar 26,2 gram.
c. Standar deviasi dari pengujian benih padi sebesar 0,68 yang berarti
bahwa benih padi mempunyai kualitas yang baik. Karena semakin
kecil nilai standar deviasinya maka keseragam benih yang dihitung
semakin tinggi.
d. Standar deviasi total 1,369 yang diperoleh dari seluruh pengulangan.
e. Hasil prosentase berat benih murni adalah 1,68%, berat tanaman lain
adalah 3,19%, berat biji herba 0 dan berat benda mati adalah 0,08%
2. Saran
Bagi praktikan sebaiknya dalam melakukan penghitungan benih
dilakukan berulang bila tidak takin dengan perhitungan benih dan
melakukan penimbangan dengan teliti, karena timbangan yang digunakan
adalah timbangan analitik yang akan berubah nilainya walaupun hanya
hembusan angin.

DAFTAR PUSTAKA
B Thapa Kshetri 2010. On-farm manajemen dan kualitas penilaian disimpan biji
gandum petani di barat Terai, Nepal. Agronomi Journal of Nepal, (Agron JN)
Vol. 1
El-Refaee IS, RA Ebaid, Dan IM El-Rewiny 2006. Tanaman kinerja beras (Oryza
sativa L.) Di bawah rezim air yang berbeda dan metode tanam. Alex B. J.
Agric. Res, 51 (2): 47-55.
Ferdian 2010. Ilmu Pertanian. Jurnal Kultura. Vol. 11 (No.1). halaman : 22-31.

Hasanah Maharani 2002. Peran Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan


Industri Benih Tanaman Industri. J. Litbang Pertanian, 21(3)
Heddy G 2000. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Retro 2010. Kemurnian benih. www.budidarma.com/2010/11/kemrnianbenih.html?m=1 diakses pada tanggal 17 November 2014 pukul 20.35 WIB.

ACARA II
PENGUJIAN KADAR AIR BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang berasal dari
pembiakan generatif antara induk jantan dan induk betina, faktor penting
dalam budidaya tanaman. Kadar air benih merupakan salah satu komponen

yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan


benih. Kadar air adalah berat air yang dikandung, yang kemudian hilang
karena pemanasan pada benih. Kadar air dapat dicari dengan menghitung
jumlah air yang hilang dari sampel setelah dikeringkan dengan dinyatakan
dalam persentase terhadap berat awal contoh benih. Kadar air benih
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap mutu benih. Faktorfaktor yang mempengaruhi kadar benih yaitu tipe benih, ukuran benih dan
penyimpanan benih. Kadar air benih sangat berkait erat dengan mutu fisik,
fisiologis, dan patologis.
Kadar air benih yang terlalu tinggi dapat memacu proses respirasi
benih sehingga akan meningkatkan perombakan cadangan makanan benih,
akibatnya

benih

akan

kehabisan

cadangan

makanan

pada

saat

berkecambah dan juga meragsang perkembangan cendawan patogen


didalam tempat penyimpanan. Apabila kadar air benih terlalu rendah akan
menyebabkan kerusakan embrio. Kadar air optimum untuk penyimpanan
benih antara 6%-8%.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih
yaitu, benih yang diambil ditempatkan dalam wadah yang kedap udara,
penguian dilakukan sesegera mungkin. Terdapat dua metode dalam
pengujian kadar air benih yaitu, metode konvensional dan metode praktis.
Metode konvensional, menggunakan oven dalam suhu 130-133oC. Metode
praktis menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higrometer.
Pengujian kadar air benih dilakukan untuk mengetahui kadar air dalam biji
atau benih untuk menentukan waktu panen yang tepat dan penyimpanan
benih dan engetahui mutu benih yang diinginan pasar atau petani.
14
Kualitas benih dapat dilihat dari beberapa variabel atau nilai dengan
pengujian kadar air menggunakan metode dasar dan metode praktek.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara Pengujian Kadar Air Benih , antara lain :
a. Mengetahui kadar air benih dengan metode dasar.
b. Menguji kadar air benih dengan metode praktis.

B. Tinjauan Pustaka
Benih padi varietas unggul bermutu merupakan penentu batas atas
produktivitas suatu usaha tani, baik usaha tani kecil maupun usaha tani besar,
dan berlaku bagi semua komoditi pertanian. Mungkin pula itu sebabnya
penyusun Panca Usaha Tani menempatkan benih varietas unggul bermutu
pada posisi pertama dari Panca Usaha Tani. Telah disadari pula bahwa 60%
65% peningkatan produktivitas suatu usaha tani ditentukan oleh faktor
penggunaan benih varietas unggul bermutu. Masyarakat sering mengalami

kegagalan panen karena diakibatkan benih padi yang kurang bagus. Misalnya
adalah kurangnya persiapan petani dalam mempersiapkan penggunaan padi
yang digunakan untuk benih tidak memperhatikan faktor-faktor pertumbuhan
benih padi tersebut, yaitu kadar air dalam padi, media penyemaian,
pemupukan dan perawatan selama benih mengalami pertumbuhan. Faktor
terpenting dari persiapan benih padi tersebut adalah kadar air dalam benih padi
(gabah) dimana sering terjadi benih yang mengalami kebusukan karena kadar
air yang tidak sesuai. Benih padi akan mengalami perkecambahan dalam
keadaan lingkungan yang kelembapannya cukup dan kadar airnya sesuai
(Samsul 2012).
Benih merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan budidaya tanaman pangan. Penggunaan bahan tanam bermutu
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan
pertanaman. Petani sering mengalami kerugian yang sangat besar baik dari
segi akibat dari penggunaan benih yang tidak bermutu atau tidak jelas asalusulnya. Kesalahan dalam penggunaan bahan tanam akan mengakibatkan
kerugian jangka panjang. Penggunaan bibit bermutu merupakan salah satu
kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu memberikan hasil yang
memuaskan (Situmorang 2010).
Benih tanaman dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki cadangan
makanan yang lebih banyak dari pada benih dengan ukuran yang lebih kecil
sehingga kemampuan berkecambah juga akan lebih tinggi karena cadangan
makanan yang dirubah menjadi energi juga semakin banyak. Benih yang
berukuran lebih besar mempunyai tingkat kemunduran benih yang relatif
cepat pula dibanding ukuran benih yang lebih kecil, karena kandungan
cadangan makanan pada biji ukuran yang lebih besar terdapat protein dan
lemak yang banyak sehingga jika terjadi penguapan terhadap benih akan
mempengaruhi terhadap meningkatnya kadar air didalam benih yang membuat
benih yang berukuran besar akan cepat dalam tingkat kemunduran benih
dibanding biji yang berukuran kecil (Samuel 2010).

Kadar air benih diatas 13% dapat meningkatkan laju kemunduran mutu
benih selama penyimpanan. Laju kemunduran mutu benih dapat diperlambat,
dengan cara kadar air benih harus dikurangi sampai kadar air benih optimum.
Kadar air benih optimal, yaitu kadar air tertentu dimana benih tersebut
disimpan lama tanpa mengalami penurunan mutu benih. Kadar air optimum
dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6-11%
(Indartono 2011).
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan
teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan
dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang
mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak
mungkin. Kadar air tampak ada hubungan dengan saat panen. Saat panen yang
paling cepat menghasilkan kadar air tertinggi dan akan menurun sejalan
dengan perkembangan kemasakan benih hingga mencapai konstan yang
didapatkan pada saat panen setelah tanam (ISTA 2006).
Faktor eksternal yang mempengaruhi umur simpan benih adalah
temperatur dan kadar air. Biji sangat mudah menyerap uap air dari udara di
sekitarnya, biji akan menyerap atau mengeluarkan zat air sampai kandungan
airnya seimbang dengan udara di sekitarnya. Kandungan air yang tinggi akan
meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang mana akan mempercepat terjadinya
proses respirasi (Chanan 2004).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Pengujian Kadar Air Benih dilaksanakan pada hari
Kamis, 20 November 2014 pukul 14.30-16.00 WIB bertempat di
Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan

a. Alat
1) Timbangan
2) Oven
3) Alat penguji kadar air benih
4) Cawan porselin
b. Bahan
1) Benih padi (Oryza sativa)
2) Benih kacang hijau (Vigna radiata)
3. Cara Kerja
a. Metode dasar
1) Menimbang cawan porselin yang telah dipanaskan dahulu ( W1 g )
2) Menimbang cawan porselin+cotoh benih ( W2 g )
3) Memanaskan cawan+cotoh benih dalam oven 50 menit pada suhu
130 derajat celcius
4) Mendinginkan cawan+contoh benih dalam eksikator selakma 45
menit
5) (sampai dingin)
6) Menimbang cawan+contoh benih yang telah didinginkan ( W3 )
7) Menghitung persentase air yang dilepaskan yakni : S =

( W 2W 3 )
(W 2W 1 )
b. Metode praktis
1) Menyiapkan peralatan yaitu Balance Mouisture Tester
2) Mengoperasikan alat dengan petunjuk yang ada
3) Menghitung kadar air benih
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Pengujian kadar air benih padi (Oryza sativa) dengan metode
dasar
W2W2Ulangan W1
W2
W3
Kadar Air %
W3
W1
1
5,58
27,66
27,40
0,26
22,08
0,012
2
6,10
34,8
34,67
0,2
28,7
0,006
3
6,16
28,83
28,72
0,11
22,67
0,004
4
5,52
23,51
23,22
0,29
17,99
0,016
5
3,86
23,67
23,54
0,13
13,79
0,009

27,2
2

138,47

137,55

0,99

105,23

0,047

5,44

27,69

27,51

0,19

21,04

0,009

Sumber : Laporan Sementara


Tabel 2.2 Pengujian kadar air benih kacang hijau (Phaseolus radiatus)
dengan metode dasar
Ulanga W1
W2
W3
W2-W3 W2-W1
Kadar air %
n
1
6,03 36,24 36,12
0,12
30,21
0,004
2
5,8
26,9
26,67
0,3
21,1
0,014
3
5,88 23,02 22,77
0,25
17,14
0,014
4
6,01 32,49 32,38
0,11
26,48
0,004
5
5,55 19,34 19,09
0,25
19,81
0,012

29,36 137,99 137,03


1,03
114,74
0,048

5,87

27,59

27,40

0,20

22,94

0,009

Sumber : Laporan Sementara


Analisis Data :
Tabel 2.3 Pengujian kadar air benih padi (Oryza sativa) dengan metode
praktis.
Ulangan
Kadar Air %
1
13,8
2
13,0
3
13,5
4
13,7
5
14,1

68,1

13,62

Sumber : Laporan sementara.

Tabel 2.4 Pengujian kadar air benih kacang hijau (Phaseolus radiatus)
dengan metode praktis.
Ulangan
Kadar Air %
1
12
2
9,6
3
10,1
4
11,5

13,0
56,2

11,24

Sumber : Laporan sementara.


2. Pembahasan
Kadar air benih merupakan berat air yang dikandung dan yang
kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan,
yang dinyatakan dalam prosentase terhadap berat awal contoh benih.
Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang
diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan
dalam persentase (%) terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan
kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum
disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan
dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut. Penurunan
kualitas benih selama penyimpanan bisa disebabkan oleh kandungan
protein dan lemak dalam biji yang relatif tinggi, kadar air benih meningkat
jika suhu dan kelembaban ruang simpan relatif tinggi. Penurunan kualitas
ini merupakan proses penurunan mutu yang berangsur-angsur dan
kumulatif, serta tidak dapat balik akibat perubahan fisiologis dan biokimia.
Kadar air benih yang berpengaruh terhadap proses penurunan mutu
benih. Semakin tinggi kadar air benih, maka proses metabolisme pada
respirasi semakin aktif sehingga semakin banyak CO 2, air dan panas yang
dihasilkan dan dapat mempercepat kerusakan mutu benih dan dapat
menyebabkan berkecambah benih pada saat penyimpanan. Jumlah air yang
tinggi akan mendorong proses-proses pertumbuhan karena enzim-enzim
yang terdapat dalam benih aktif. Apabila kadar air mencapai optimum
enzim-enzim dalam benih dalam keadaan non aktif sehingga proses
pertumbuhan

embrio

tidak

terjadi.

Kegiatan

enzim-enzim

akan

mempercepat terjadinya proses respirasi dan pembongkaran cadangan


makanan di dalam benih, sehingga benih akan mengalami kemunduran.
Penggunaan metode uji kadar air benih diantata metode dasar dengan
metode praktis lebih baik metode dasar. Kelebihan metode oven yakni

ketelitian dan kevalidan lebih tinggi, bisa digunakan untuk pengkukuran


kadar

air semua

jenis

benih, sedangkan

kelemahannya

banyak

membutuhkan peralatan yang dibutuhkan, harus sering menimbang bahan


yang diuji, serta pengujiannya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Sedangkan kelebihan pengukuaran kadar air dengan Balance Moisture
tester (tidak langsung) adalah hasil dapat diperoleh dengan cepat dan tidak
membutuhkan waktu yang lama (cukup 1 proses saja). Kelemahan alat ini
tidak bisa digunakan untuk mengukur kadar air berbagai jenis benih, hasil
tidak seragam, membutuhkan kalibrasi tiap kali digunakan, dan tidak
sensitif bila digunakan untuk mengukur kadar air benih yang relatif
rendah.
Hasil dari pengujian kadar air benih dengan menggunakan metode
dasar

dengan

menggunakan

oven

dan

metode

praktis

dengan

menggunakan alat Balance Moisture tester. Bahan uji menggunakan benih


padi (Oryza sativa) dan kacang hijau (Vigna radiata). Pada metode praktis
diperoleh W1 dari cawan porselin yang telah dipanaskan dan ditimbang
menghasilkan berat pada benih padi 3,8 gram dan kacang hijau 6,1 gram.
Hasil berat W2 dari cawan yang ditimbang dengan benih, pad benih padi
26,9 gram dan benih kacang hijau 34,8 gram. W2 dimasukkan kedalam
oven, setelah 45 menit diangkat dan didinginkan, ditimbang beratnya (W3)
diperoleh berat untuk benih padi 34,67 gram dan benih kacang hijau 26,67
gram. Berat benih setelah dioven benih padi sebesar 2,3 gram dan benih
kacang hijau sebesar 0,2 gram yang diperoleh dari selisih antara berat
benih sebelum dipanaskan dan berat benih sebelum dipanaskan (w2-w3).
Berat benih sebelum dipanaskan adalah benih padi 28,7 gram dan benih
kacang hijau 21,1 gram, diperoleh dari selisih antara berat cawan dan
benih didalamnya dikurangi berat cawan tanpa benih (w2-w1). Kadar air
yang terkandung dalam benih padi dan kacang hijau dengan perhitungan
rumus : S = ((W2-W3))/((W2-W1)), diperoleh hasil 0,014 % untuk padi
dan 0,006 % untuk kacang hijau. Cara kedua yaitu menggunakan metode
praktis dengan menggunakan alat Balance Moisture Tester untuk

mengetahui hasil kadar air, yaitu pada benih padi sebesar 13 % dan kacang
hijau sebesar 9,6 %. Jadi perolehan hasil kadar air dari kedua metode
menunjukkan selisih yang sangat jauh berbeda.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari praktikum Pengujian Kadar Air Benih, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :

f. Kadar air dapat dicari dengan menghitung jumlah air yang hilang dari
sampel setelah dikeringkan dengan dinyatakan dalam persentase
terhadap berat awal contoh benih.
g. Pengujian kadar air dengan metode dasar diperoleh hasil yakni, benih
padi 0,014% benih kacang hijau yaitu 0,006 %.
h. Pengujian kadar air dengan metode praktis pada benih padi lebih tinggi
dibanding dengan benih kacang hijau.
i. Validitas pengukuran kadar air dengan metode dasar (oven) lebih
tinggi dibandingkan metode praktis (Balance Moisture Tester).
Persentase kadar air benih padi dengan kacang hijau berturut-turut
13% dan 9,6%.
j. Kelemahan menggunakan metode dasar yaitu membutuhkan alat yang
banyak dan waktu yang lama.
k. Semakin tinggi kadar air benih, maka proses metabolisme seperti
respirasi semakin aktif sehingga semakin banyak CO2, air dan panas
yang dihasilkan dan dapat mempercepat kerusakan mutu benih.
l. Benih tanaman dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki
cadangan makanan yang lebih banyak dari pada benih dengan ukuran
yang lebih kecil.
2. Saran
Saran untuk praktikan pada praktikum tentang pengujian kadar benih
ini, supaya lebih teliti dalam melakukan praktikum, agar menghasilkan
data yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Chanan M 2004. Pengaruh Masa Simpan Benih Terhadap Viabilitas Leda
(Eucalyptus deglupta Blume). Jurnal Tropika 11 (2) : 215 220.
Indartono 2011. Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik Pengemasan
Terhadap Kualilitas benih Kedelai. Gema Teknologi 16 (3)

International Seed Testing Association (ISTA) 2004. ISTA Working Sheets on


Tetrazolium Testing. Journal Agricultural, Vegetable and Horticultural
Species. Zurich : International Seed Testing Association 13 (1)
Samsul 2012. Mahasiswa UNY Kembangkan Alat Pengukur Kadar Air Benih
Padi. http://Fmipa.uny.ac.id/berita
Samuel 2010. Pengaruh Kadar Air Terhadap Penurunan Mutu Fisiologis Benih
Kedelai (Glycine max (L) Merill) Varietas Gepak Kuning Selama Dalam
Penyimpanan. J. Agriculture 4 (3)
Situmorang TS 2010. Pengujian Mutu Benih. Balai Besar Benih dan Proteksi
Tanaman Direktorat Jendral Perkebunan-Departemen Pertanian Medan. http://
bbp2tpmedan@deptan.go.id

ACARA III
PENGUJIAN DAYA KECAMBAH BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang

Perkecambahan benih merupakan peristiwa pengaktifan kembali


sejak benih dorman sampai membentuk bibit, tergantung dari viabilitas
benih. Kedelai (Glycerin max L) merupakan salah satu jenis kacangkacangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu peningkatan produksi kedelai dalam negeri harus ditingkatkan,
karena sebagian besar kedelai yang digunakan adalah impor. Benih yang
bermutu mempunyai sifat fisiologis, fisik dan genetik yang baik, yang
dipengaruhi oleh proses produksi sampai penyimpanan.
Diperlukan persyaratan yang baik untuk benih, pertumbuhan
embryonic axis adalah : air, oksigen, cahaya yang cukup, suhu yang
panas, oleh karena itu perlu dilaksanakan pengujian benih untuk
mengetahui viabilitas benih atau kemampuam benih untuk tumbuh
menjadi bibit pada kondisi lingkungan yang optimum dengan substratum
kertas yaitu, antar kertas dan pada kertas. Uji perkecambahan itu
meliputi uji daya kecambah, dan uji kecepatan berkecambah yang
berhubungan dengan viabilitas benih dan vigor benih. Pengujian daya
kecambah diperoleh dari menghitung presentase daya berkecambahan
daya kecambah benih pada kondisi lingkungan.
Kemampuan benih untuk berkecambah, menunjukkan kondisi
genetis dan fisiologis benih. Perkecambahan setiap benih berbeda,
karena dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Memberikan
perlakuan yang berbeda pada satu jenis benih yang sama dengan maksud
memperoleh informasi, membandingkan kualitas benih antar seed lot
(kelompok benih), menduga storabilitas (daya simpan) benih dan
memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi
peraturan yang berlaku. Metode pengujian perkecambahan benih : pada
kertas (PK), pada pasir (PP), dalam pasir (DP), antar kertas (AK), pada
kertas digulung dalam plastic (PKDP)
25 dan substratum pasir.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara Pengujian Daya Kecambah Benih,
antara lain :

c. Mengetahui daya kecambah benih.


d. Mengetahui kecepatan kecambah benih.

B. Tinjauan Pustaka
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi
yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan
jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam

kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan hasil
yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor apakah
yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah
dilakukan

dengan

menjamin

agar

lingkungan

menguntungkan

bagi

perkecambahan seperti ketersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen


(Throneberry and Smith 2001).
Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya
menentukan persentase perkecambahan total. Pengujian ini dibatasi pada
pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio, yang
menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi
lapangan yang optimum.Sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan
kemampuan terssebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang
tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai
sebagai mati (Priandoko 2011).
Persyaratan media kertas untuk pengujian viabilitas antara lain harus
memiliki kapasitas menahan air yang cukup selama periode pengujian benih
untuk memastikan kontinuitas suplai air bagi pertumbuhan benih. Optimasi
media terutama kelembabannya, selain ditentukan oleh jenis kertas dan
ketebalannya (jumlah lembar kertas/unit media), juga ditentukan oleh ukuran
benih yang akan diuji. Ukuran benih merupakan faktor penting karena jumlah
air yang diperlukan untuk pertumbuhan benih berukuran besar berbeda dengan
benih berukuran kecil (ISTA 2005).
Biji yang dikecambahkan dalam kondisi kekurangan air dan kelembaban
yang tidak sesuai menyebabkan munculnya kecambah jelek dan tidak
serempak, yang akan berpengaruh terhadap keseragaman densitas tanaman
dan berdampak negatif pada hasil tanaman. Selain itu, potensial air yang
sangat rendah pada awal perkecambahan dapat mempengaruhi penyerapan air
oleh biji pada tanaman. Potensial air antara -0,4 dan -0,8 MPa menurunkan
persentase dan kecepatan perkecambahan serta menghambat pertumbuhan
hipokotil dan radikula pada tanaman (Mwale et al. 2003).

Mutu benih yang baik merupakan dasar bagi produksi pertanian yang lebih
baik. Mutu benih meliputi mutu genetik, fisiologik dan fisik. Salah satu
pengujian mutu benih secara fisiologik yaitu dengan pengujian daya
kecambah (viabilitas). Daya kecambah benih yaitu kemampuan benih untuk
dapat berkecambah normal pada kondisi lingkungan yang serba optimum
dalam

waktu

tertentu

yang

dinyatakan

dalam

persen.

Sedangkan

perkecambahan adalah pemunculan dan perkembangan dari embrio menjadi


plumula dan radikula yang menunjukkan akan berkembang menjadi tanaman
normal. Pada kondisi yang memungkinkan (Ditjenbun 2014).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Pengujian Daya Kecambah Benih dilaksanakan pada
Hari Kamis, 27 November 2014 pukul 13.00-14.30 WIB bertempat di

Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman (EMPT),


Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Petridish
2) Kertas perkecambahan
b. Bahan
1) Benih kacang tanah (Arachis hypogeae)
2) Benih kedelai (Glycine max)
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan

petridish

dan

kertas

perkecambahan

lalu

mengkecambahkan benih pada media perkecambahan Pada Kertas


(PK) dan Antara Kertas (AK)
b. Menjaga kelembaban dengan menyemprotkan air pada permukaan
kecambah.
c. Mengamati : kecambah normal, abnormal dan yang mati. Menggambar
kecambah normal beserta bagian-bagiannya
d. Menghitung daya kecambah dan kecepatan kecambah, perhitungan
kecepatan kecambah dihitung pada hari ke-4 sedangkan daya
kecambah pada hari terakhir pengamatan (hari ke-7).

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih Pada
Kertas
Jenis
Panjang Tinggi Jumlah
Kelompok
Sampel
KK DK
Benih
Akar Tanaman Daun
1
Kacang
1
3,4 cm
40% 60%
Tanah
2
1,7 cm
-

Kedelai

Kacang
Tanah

Kedelai

Kacang
Tanah

Kedelai

Kacang
Tanah

Kedelai

3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

1
2
3
4
5

1,5 cm
0,5 cm
9 cm
8 cm
6,5 cm
7 cm
4,5 cm
2 cm
2 cm
2,5 cm
3 cm
3 cm
2 cm
3 cm
1,5 cm
6,5 cm 2,5 cm
17,8 cm 14,8 cm
12 cm 11,7 cm
10,5 cm 12,5 cm
16 cm
10 cm
7,5 cm 9,5 cm
4 cm
3,5 cm
7 cm
4 cm
1 cm
1 cm
6,5 cm
5,5 cm
4,5 cm
5,5 cm
-

14 cm
3 cm
10 cm
-

8 cm
5 cm
11 cm
2 cm
-

2
2
2
1
2
-

60%

60%

100% 100%

100% 100%

40%

60%

60%

60%

80%

80%

80%

80%

Kacang
Tanah

10

Kedelai

11

Kacang
Tanah

12

Kedelai

13

Kacang
Tanah

14

Kedelai

15

Kacang
Tanah

16

Kedelai

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

0,5 cm
1,5 cm
4 cm
2,5 cm
1,5 cm
2 cm
2,2 cm
4 cm
7,5 cm
1 cm
0,4 cm
1,2 cm
1,3 cm
1,0 cm
1,6 cm
0,5 cm
11,5 cm
9,5 cm
7 cm
4 cm
13,5 cm
13 cm
9,5 cm
6 cm
3 cm

3 cm
3,5 cm
4,5 cm
5,8 cm
7,5 cm
4 cm
-

80%

80%

40%

40%

100% 100%

100% 100%

20% 100%

80%

80%

0%

0%

100% 100%

1
2
Kacang
17
3
Tanah
4
5
1
2
18
Kedelai
3
4
5
Sumber : Data Rekapan.

1,5 cm
-

0%

20%

0%

0%

Analisis data :
Ulangan 7
Kacang tanah (Arachis hypogeae)
KK (%) =
=

Jumlah benih yang berkecambah pada hari ke 4


X 100
Jumlahbenih yang dikecambahkan
4
X 100
5

= 80%
Jumlah benih yang berkecambah pada hari ke 7
X 100
DK (%) =
Jumlah benih yang dikecambahkan
=

4
X 100
5

= 80%
Tabel 3.2 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih
Antar Kertas
Jenis
Panjang Tinggi Jumlah
Kelompok
Sampel
KK DK
Benih
Akar Tanaman Daun
1
4,3 cm
2
3 cm
Kacang
1
3
1,5 cm
60% 100%
Tanah
4
0,5 cm
5
0,3 cm
1
12,3 cm 16 cm
2
2
16,7 cm 13,5 cm
2
2
Kedelai
3
14,3 cm 12 cm
2
80% 100%
4
15,7 cm
9 cm
2
5
1,5 cm
2 cm
2

Kacang
Tanah

Kedelai

Kacang
Tanah

Kedelai

Kacang
Tanah

Kedelai

Kacang
Tanah

10

Kedelai

11

Kacang

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1

8 cm
4,5 cm
7 cm
3,5 cm
5 cm
15 cm
9,7 cm
16,4 cm
12,5 cm
9,5 cm
12 cm
2 cm
3 cm
8 cm
7 cm
7 cm
12 cm
15 cm
6,5 cm
5 cm
4 cm
4 cm
6 cm
7 cm
8 cm
5 cm
11 cm
0,5 cm
3 cm
1,5 cm
9,5 cm
15,5 cm
2 cm
12 cm
6,2 cm

2 cm
2,5 cm
1,5 cm
1,5 cm
2 cm
12,4 cm
15,7 cm
8,8 cm
8,2 cm
1 cm
1 cm
1 cm
1 cm
1cm
7,5 cm
10,2 cm
5 cm
4,5 cm
10 cm
7,5 cm
1 cm
1,5 cm
-

2
2
2
2
1
-

100% 100%

80% 80%

100% 100%

80% 80%

80% 80%

100% 100%

80% 80%

80% 80%

80% 80%

Tanah

12

Kedelai

13

Kacang
Tanah

14

Kedelai

15

Kacang
Tanah

16

Kedelai

17

Kacang
Tanah

18

Kedelai

2
3
4
5
1
2
3
4
5

7,5 cm
11,5 cm
13 cm
14,8 cm
5,5 cm
-

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

7,2 cm
7,5 cm
2,2 cm
2,7 cm
7,5 cm
5,5 cm
4 cm
2,5 cm
1 cm
1 cm
33 cm
37,5 cm
1 cm
0,8 cm
1,7 cm
1,8 cm
2,7 cm
3,5 cm
5,5 cm
3 cm
-

2
-

60% 60%

80% 80%

80% 80%

0% 40%

80% 80%

0% 100%

20% 40%

Sumber : Data Rekapan


Analisis data :
Ulangan 7
Kacang tanah (Arachis hypogeae)
KK (%) =
=

Jumlah benih yang berkecambah pada hari ke 4


X 100
Jumlahbenih yang dikecambahkan
4
X 100
5

= 80%

DK (%) =
=

Jumlah benih yang berkecambah pada hari ke 7


X 100
Jumlah benih yang dikecambahkan
4
X 100
5

= 80%
3. Pembahasan
Kecepatan berkecambah benih adalah kecepatan benih untuk
berkecambah

normal

dalam

waktu

tertentu.

Dalam

pengujian

perkecambahan benih mekanisme yang sering dilakukan adalah dengan


menggunakan substratum kertas dan pasir. Daya kecambah benih yaitu
kemampuan benih untuk dapat berkecambah normal pada kondisi
lingkungan yang serba optimum dalam waktu tertentu yang dinyatakan
dalam persen. Beberapa metode yang dikenal antara lain : pada kertas
(PK), pada pasir (PP), dalam pasir (DP), antar kertas (AK) dan pada
kertas digulung dalam pasir (PKDP).
Benih normal yaitu kecambah yang menunujukkan potensi untuk
berkembang lebih lanjut untuk menjadi tanaman normal. Adapun ciri-ciri
dari benih normal adalah sebagai berikut : benih normal dibagi menjadi 2
yakni benih normal kuat dan benih normal lemah. Benih normal kuat
yaitu benih yang berkecambah dengan bagian-bagiannya yang lengkap.
Mempunyai penampilan yang lebih kuat perkecambahannya melebihi

rata-rata kecambah normal lainnya. Misalnya hipokotil lebih panjang


tanpa ada kerusakan pada jaringan, akarnya lebih panjang atau lebih
banyak, plumulanya lebih besar/ lebar dengan daun tumbuh hijau. Benih
normal lemah yaitu benih ini berpenampilan lemah dan juga bagiannya
belum lengkap seperti akarnya lebih kecil dan melengkung dan
plumulanya lebih kecil. Benih abnormal yaitu benih yang berkecambah
namun ada salah satu bagian yang tidak muncul atau mengalami
kerusakan dalam proses perkembangannya. Misalnya kecambah rusak
tanpa kotiledon, embrio pecah dan akar primer pendek, perkembangan
bagian penting lemah, hipokotil, epikotil dan kotiledon membengkok,
kecambah kerdil tidak membentuk klorofil dan lunak. Benih mati yaitu
benih yang sampai akhir periode perkecambahan tidak berkecambah.
Dalam praktikum pengujian daya kecambah ini benih yang
digunakan adalah benih kedelai (Glycine max) dan kacang tanah
(Arachis hypogeae). Pengujian menggunakan metode antar kertas (AK)
dan

pada

kertas

(PK).

Pengujian

dilakukan

dengan

cara

mengecambahkan benih pada petridish yang sudah diberi kertas


perkecambahan yang basah, sedangkan antar kertas benih masih harus
ditutup lagi dengan kertas perkecambahan yang kesuanya basah.
Penggunaan kedua metode tersebut prosentase paling besar daya
kecambahnya terdapat pada metode antar kertas, diketahui dari hasil
rata-rata semua ulangan/ kelompok yaitu: pada kertas (PK), kacang tanah
sebesar 66,66% dan kedelai sebesar 66,68%. Antar kertas (AK), kacang
tanah sebesar 84,44% dan kedelai sebesar 77,77%.
Hubungan kecepatan berkecambah dengan vigor benih, benih yang
kecepatan berkecambahnya tinggi, tanaman yang dihasilkan cenderung
lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan.
Kecepatan

berkecambah

dikatakan

tinggi

apabila

benih

yang

dikecambahkan berkecambah lebih dari 75% dari keseluruhan benih


yang disemaikan. Dapat diketahui dari pernyataan tersebut bahwa hasil

ulangan kelompok tujuh, benih kacang tanah memiliki vigor tinggi


karena kecepatan kecambahnya 80% yang berarti lebih dari 75%.
Hubungan daya kecambah (DK) dengan viabilitas terdapat pada
benih

bermutu. Benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang

berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul dan memiliki daya tumbuh
lebih dari 80%, memiliki viabilitas atau dapat mempertahankan
kelangsungan

pertumbuhannya

menjadi

tanaman

yang

mampu

berkecambah dengan normal pada jangka waktu tertentu. Dapat


diketahui dari pernyataan tersebut bahwa hasil ulangan kelompok tujuh
viabilitas benih cukup karena hanya memiliki daya kecambah 80% yang
berarti kurang dari 80%.
Faktor penyebab kegagalan perkecambahan, baik internal maupun
eksternal. Faktor internal berhubungan dengan kondisi benih yang
dikecambahkan meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih,
dormansi dan penghambat perkecambahan. sedangkan faktor eksternal
lebih berkaitan dengan lingkungan. Maksud penghambat perkecambahan
(herbisida, lendir yang melapisi biji). Faktor eksternal meliputi air, suhu,
oksigen, cahaya dan medium.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Hasil praktikum Pengujian Daya Kecambah Benih, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. Daya kecambah dan kecepatan kecambah mempengaruhi viabilitas dan
vigor benih.
b. Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal
c. Metode yang terbaik dari metode antar kertas dan pada kertas adalah
antar kertas (AK).
d. Hasil rata-rata semua ulangan/ kelompok daya kecambahnya : (1) pada
kertas (PK), kacang tanah sebesar 66,66% dan kedelai sebesar 66,68%.
(2) antar kertas (AK), kacang tanah sebesar 84,44% dan kedelai
sebesar 77,77%.
e. Benih memiliki viabilitas rendah karena daya kecambah tidak bisa
melebihi dari 80% dari keseluruhan benih yang dikecambahkan.
f. Benih memiliki vigor tinggi apabila kecepatan kecambah melebhi 75%
dari keseluruhan benih yang dikecambahkan.
2. Saran

Bagi praktikan sebaiknya dalam perawatan atau membasahi media


lebih diperhatikan, jangan sampai kering atau terlalu banyak air karena
akan menyebabkan benih busuk dan mati kalau perlu dilihat setiap hari.

DAFTAR PUSTAKA
Ditjenbun. 2014. Pengujian Daya Berkecambah Benih Kenaf dengan Uji Antar
Kertas. http://ditjenbun.pertanian.go.id/. Diakses pada hari Kamis tanggal 11
Desember 2014, pukul 01:00 WIB
ISTA. 2005. International Rules for Seed Testing. Chapter 5: The Germination
Test. 5.15A.50. and Chapter 15: Seed Vigour Testing, 15.115.3. The
International Seed Testing Association. Bassersdorf, Switzerland.
Mwale SS, Hamusimbi C, and K Mwansa K. 2003. Germination, emergence and
growth of sunfl ower (Helianthus annuus L.) in response to osmotic seed
priming. Seed Sci. Technol, 31: 199106.
Priandoko, Satriya C. 2011. Pengujian Benih di Laboratorium.Yogyakarta. Dinas
Pertanian Provinsi DIY
Throneberry and Smith 2001. Relation of Respirations and Enzymic Activity to
Corn Seed Viability. Plant Physiol (30) : 337 343.

ACARA IV
UJI VIGOR BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Vigor benih adalah kemampuan benih berkecambah secara normal
pada kondisi yang suboptimal. Uji keserempakan perkecambahan benih
merupakan salah satu uji vigor kekuatan perkecambahan benih yang
pada akhirnya membuahkan produksi pertanaman yang optimum, meski
melalui tantangan yang kondisi lingkungan alam yang tidak optimum.
Vigor suatu benih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang
mempengaruhi laju kemunduran vigor benih, diantaranya faktor genetik
dari spesises atau kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan,
keseragaman benih serta cendawan gudang, tingkat kemasakan, umur
dan tingkat kemunduran. Kondisi benih sangat berpengaruh terhadap
vigor benih jika benih dalam keadaan yang baik dan proses penyimpanan
yang dilakukan benar maka vigor benih akan terjaga baik. vigor tinggi
akan menghasilkan kecambah dengan berat kering tinggi, ini
menunjukkan indikasi benih tersebut bervigor tinggi.
Vigor benih benih tinggi salah satu sifat genetik fisik benih yang
menunjukkan kualitas benih. Daya tahan disimpan lama, tahan terhadap
serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam
keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal, benih yang menunjukkan
vigor tinggi. Pengujian vigor benih dilakukan untuk melihat kekuatan
tumbuh (vigor). Pengujian dilakukan

dengan menggunakan substrat

tanah atau pasir dengan kedalaman tanha tertentu. Hasil pengujian

mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan benih dilapangan yang


mempunyan pemudaran tanah akibat air hujan atau traktor.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara Uji Vigor Benih adalah untuk menguji
vigor benih.
B. Tinjauan Pustaka

40

Metode uji vigor benih yang dikenal terbaik dan banyak digunakan adalah
metode uji dingin (cold test) yang dikembangkan untuk pengujian benih
jagung, dan tentunya juga dapat digunakan untuk benih beberapa spesies
tanaman lainnya. Salah satu masalah pada pengujian tersebut adalah kesulitan
untuk menstandarisasi cendawan dan tanahnya yang digunakan untuk
membuat pengujian tersebut. Pengujian vigor lainnya yang digunakan untuk
penelitian meliputi uji GADA (Glutamic Acid Decarboxylase Activity),
berbagai macam uji tekanan, uji laju pertumbuhan kecambah, serta uji
tetrazolium. Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi umur simpannya. Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat
dibedakan, terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Proses
kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih disimpan
sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan vigor mempunyai
daya simpan yang lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang
mungkin sedang mengalami proses kemunduran sangat cepat
(Justice dan Bass 2002).
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsurangsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan
fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam proses penuaan atau mundurnya
vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah.
Peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah
dilapangan (field emergence). Benih yang mempunyai vigor rendah
meyebabkan pemunculan bibit dilapangan rendah, terutama pada kondisi
tanah yang kurang ideal (Vierra et al. 2001).

Pengujian vigor untuk kedelai yang sudah diterima sebagai metode resmi
dalam peraturan ISTA (International Seed Testing Association) adalah
pengujian viabilitas setelah didera fisik (Accelerated Ageing Test) dan
pengujian viabilitas secara biokhemis (uji tetrazolium/TZ). Namun, dalam
pelaksanaannya pengujian-pengujian tersebut memiliki beberapa kelemahan.
Pada pengujian vigor setelah Accelerated Ageing, waktu yang diperlukan
melebihi uji DB, yaitu 11 hari. Kelemahan pada uji tetrazolium adalah sangat
tergantung dari analis yang terlatih dan berpengalaman dalam menganalisis
hasil pengujian (Taliroso 2008).
Vigor dicerminkan oleh vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan benih.
Kedua nilai fisiologis ini memungkinkan benih tersebut untuk tumbuh
menjadi normal meskipun keadaan biofisik dilapangan produksi sub optimum.
Tingkat vigor tinggi dapat dilihat dari penampilan kecambah yang tahan
terhadap berbagai faktor pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Hal ini menunjukkan bahwa saja kedalaman penanaman
benih jagung menjadi factor pembatas bagi benih untuk tumbuh dan
berkecambah dan menyebabkan benih mati (Sadjad dalam Ichsan 2006).
Vigor benih terbukti mempengaruhi pertumbuhan tanaman di lapangan.
Permunculan kecepatan yang cepat dan seragam, dapat dijamin dengan
pemakaian benih bermutu prima. Hal tersebut merupakan salah satu faktor
penting dalam upaya keberhasilan budidaya tanaman. Pemunculan kecambah
di atas permukaan tanah merupakan faktor yang mencerminkan vigor suatu
bibit. Untuk mengetahui perlakuan yang dapat meningkatkan vigor dilakukan
pengamatan terhadap kecambah yang mampu muncul di atas permukaan tanah
dari sejumlah benih yang dikecambahkan (Imran et al. 2002).
Vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang
bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih
yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan
hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan
tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan
tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada

tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh
lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal
dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena
diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya
produksi tanaman (Timothy et al. 2011).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Uji Vigor Benih dilaksanakan pada hari Kamis, 27
November 2014 pukul 13.00-14.30 WIB bertempat di Laboratorium
Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman (EMPT), Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
c. Alat
5) Petridish
6) Kertas perkecambahan
d. Bahan
3) Benih kacang tanah (Arachis hypogeae)
4) Benih kedelai (Glycine max)
3. Cara Kerja
e. Mengambil sampel benih yang akan dikecambahkan, memilih 5
benih kacang tanah dan 5 kedelai yang baik untuk dikecambahkan.
f. Menanam benih dengan kedalaman 3 cm dan 7 cm, kemudian
menutup dengan tanah dan atau pecahan batu bata merah.
g. Mengamati kecambah yang muncul di permukaan tanah pada 4 dan
7 hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan pada benih yang
berkecambah dengan kriteria : kecambah kuat, kurang kuat, tidak
kuat atau mati.
h. Menghitung presentase kecambah normal yang muncul sebagai nilai
ketahanan benih terhadap kondisi sub optimum.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1Pengamatan Vigor Benih pada Perlakuan Deep Soil Test
Tinggi Panjang
Kedalaman
KK
Kelompok Komoditas
Ul Tanaman Akar
(cm)
(%)
(cm)
(cm)
1
19,5
15,3
3
2
20,3
11
100
Kedelai
3
26,1
14,9
(Glycine
1
0
1,6
max)
7
2
0
0
0
3
0
0
1
1
13,5
14,3
Kacang
3
2
15,2
11
100
Tanah
3
11,4
12,4
1
4
2
(Arachis
7
2
3,8
1,4
66,6
hypogea)
3
0
0
1
20
18
3
2
0
0
33,3
Kedelai
3
0
0
(Glycine
1
0
0
max)
7
2
0
0
0
3
0
0
3
1
17
11
Kacang
3
2
16
10
100
Tanah
3
16
11,5
1
5,5
9,5
(Arachis
7
2
4
2,5
100
hypogea)
3
2,5
1,5
1
18
9
Kedelai
3
2
18,8
8
5
(Glycine
100
3
15,5
8
max)
7
1
23
7,5
66,7

DK
(%)
100
33,3
100
66,6
33,3
0
100
100
100
66,7

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

Kedelai
(Glycine
max)

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

Kedelai
(Glycine
max)

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

Kedelai
(Glycine
max)

11

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

7
3
7

2
3
1
2
3
1
2
3

11,2
12
6,1
17,6
11,9
6

15,5
18,2
9,5
14,7
8
10

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2

18
18
14,5
4
6
17,5
12
12,5
13,5
9,8
8,7
14
11,5
13,5
11,5
11,5
7,5
12
3
13,5
17
5,5
7

14,7
16
13
1,5
0,5
10,5
9
17
6
9,2
9
7,5
3
15
9
13
9
3,5
5,5
7,5
5,5
5
2

66,7

66,7

100

100

100

100

66,6

66,6

66,6

100

66,6

66,6

33,3

33,3

33,3

33,3

66,7

66,7

66,7

66,7

50

50

66,7

66,7

13

Kedelai
(Glycine
max)

3
7

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

Kedelai
(Glycine
max)

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

Kedelai
(Glycine
max)

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

15

17

Sumber : Data Rekapan


Analisis data :
Ulangan 7

3
1
2
3
1
2
3

5
5,5
10
3,5
0
0
0

4
3
6,6
3
0
0
0

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

14,5
8
11,5
4,2
0
0
9,5
10,5
13
3
13
15
13
13,5
15
15,5
5
11,5
15,5
2
-

10
6,5
6
9
0,2
0
2
11
11
6,5
15
14
13
6
7
6,5
13
4,5
6
15
3
-

66

100

16

33

66

100

16

33

66,67

66,67

66,67

50

50

66,7

50

50

66,7

a. Kacang tanah (Arachis hypogeae)


Kedalaman 3 cm.
Jumlah benih yang berkecambah pada hari ke 4
X 100
KK (%) =
Jumlahbenih yang dikecambahkan
2
X 100
= 3
= 66,67%

DK (%) =

Jumlah benih yang berkecambah pada harike7


X 100
Jumlah benih yang dikecambahkan

3
X 100
= 3
= 100%
Kedalaman 7 cm.
Jumlah benih yang berkecambah pada hari ke 4
X 100
KK (%) =
Jumlahbenih yang dikecambahkan
2
X 100
= 3
= 66,67%
Jumlah benih yang berkecambah pada harike7
X 100
DK (%) =
Jumlah benih yang dikecambahkan
2
X 100
= 3
= 66,67%
b. Kedelai (Glycine max)
Kedalaman 3 cm.
Jumlah benih yang berkecambah pada harike 4
X 100
KK (%) =
Jumlah benih yang dikecambahkan
3
X 100
= 3
= 100%
Jumlah benih yang berkecambah pada harike7
X 100
DK (%) =
Jumlah benih yang dikecambahkan
3
X 100
= 3

= 100%
Kedalaman 7 cm.
KK (%) =

Jumlah benih yang berkecambah pada hari ke 4


X 100
Jumlahbenih yang dikecambahkan

2
X 100
= 3
= 66,67%
Jumlah benih yang berkecambah pada harike7
X 100
DK (%) =
Jumlah benih yang dikecambahkan
2
X 100
= 3
= 66,67%
Tabel 4.2 Pengamatan Vigor Benih pada Perlakuan Red Brick Test
Tinggi Panjang
Kedalaman
KK
Kelompok Komoditas
Ul Tanaman Akar
(cm)
(%)
(cm)
(cm)
1
13
11,5
3
2
8
6,5
66,6
Kedelai
3
0
0
(Glycine
1
17,5
20
max)
7
2
16
10
100
3
18
14,5
2
1
6
13
Kacang
3
2
5,5
12
66,6
Tanah
3
3
5,8
1
6,5
12,5
(Arachis
7
2
6
4,5
33,3
hypogea)
3
0
0
1
15,5
9,9
3
2
33,3
Kedelai
3
(Glycine
1
5,5
4,2
max)
7
2
33,3
3
4
1
3
9
Kacang
3
2
33,3
Tanah
3
1
10,5
10
(Arachis
7
2
33,3
hypogea)
3
-

DK
(%)
66,6
100
100
66,6
33,3
33,3
33,3
33,3

Kedelai
(Glycine
max)

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

Kedelai
(Glycine
max)

7
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

Kedelai
(Glycine
max)

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

10

12

Kedelai
(Glycine
max)

7
3
7

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

27
17
31
14
11
13
12
17
14
16
17
14

10
8
11
7
8
11
10
2,8
3,5
15
11
9
11
13
11

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

13
8
4
16,5
17,8
16,2
3,2
9,5
8,8
7
8,2
3
19,8
18
17,5
15,5
17
-

15
7
4
9,5
9,2
7
2,8
3,2
5,2
3,2
5
4,6
4,5
2,5
5,9
13,3
5
-

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

33.33 33,33
66,67 66,67
66,67 66,67
66,67 66,67
100

100

66,67 66,67
66,67 100
66,67 66,67

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

Kedelai
(Glycine
max)

14
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

Kedelai
(Glycine
max)

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

Kedelai
(Glycine
max)

16

18

Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)

7
3
7

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2

16,5
16,9
15,5
16,2
16,5
17
22,1
20,6
19,5
12,8
17

21,1

2,5
2,5 66,67 100
6,9
0
0
12,6
12
67
100
10,04
6,6
10,03
0
67
7,2
4,5
5,5
67
100
10

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2

18,4
3
15
22,5
19
18,5
-

11,4
1,5
5
5
6
7,5
-

67

20

20

20

66,67 100
-

Sumber : Data Rekapan


2. Pembahasan
Vigor benih adalah kemampuan benih untuk bertahan hidup maupun
daya kecambahnya pada kondisi lingkungan suboptimal. Kondisi
suboptimal berupa tanah subur, tanah asam maupun basa (netral) dan
dalam drainase baik sehingga terhindar dari terendam air maupun
kekeringan. Benih dengan vigor tinggi akan, dapat tumbuh cepat dan
serempak.
Red brick test adalah sebuah metode pengujian vigor benih dengan
menggunakan media tanam pecahan batu bata. Apabila benih mampu
tumbuh dan berkecambah dengan baik, dapat dinyatakan bahwa benih
memiliki vigor tinggi. Ukuran batu-bata mempengaruhi melekatnya akar,
media tanam ini dibuat kecil untuk meningkatkan kemampuan daya
serap batu bata terhadap air maupun unsur hara. Penggunaan media
tanam batu bata yang kondisinya miskin hara perlu diperhatikan
kebersihan, kesterilan pecahan batu bata. Oleh karena itu, penggunaan
media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang komposisi
haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Walaupun miskin unsur
hara, media pecahan batu bata tidak mudah melapuk. Dengan demikian,
pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media tanam di dasar pot
karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik.
Ciri benih yang memiliki vigor tinggi ciricirinya antara lain, tahan
disimpan lama, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tumbuhnya
cepat dan merata kuat baik pada tanah basah maupun kering, mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal, dan berproduksi tinggi pada
keadaan lingkungan yang suboptimal. Tipe kecambah yang kuat adalah
dimana benih tersebut memiliki kemampuam tumbuh diatas rata-rata
tinggi kecambah normal dengan perkecambahan lengkap. Sedangkan
tanaman yang tipe kecambahnya tidak kuat, ketidak mampuan tanaman
tumbuh pada kondisi lingkungan yang suboptimum, panjang dibawah

rata-rata tinggi kecambah normal dengan perkecambahan mengalami


kerusakan. Ini terjadi karena perbedaan vigor masing-masing benih.
Kedalaman tanam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pemilihan
media tanam juga mempengaruhi hasil tanam. Media tanam yang akan
digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam.
Ini dikarenakan karena setiap daerah memiliki kelembaban dan
kecepatan angin yang berbeda. Kedalaman tanam benih tergantung pada
tipe perkecambahan benih, vigor benih dan kandungan air serta oksigen
dalam media tanam. Benih dengan keping (cotyledoneae) yang muncul
ke atas permukaan tanah memerlukan penanaman dangkal daripada
benih yang keping bijinya tertinggal di bawah permukaan tanah.
Berdasarkan hasil pengujian metode deep soil test dan red brick test
diketahui bahwa menggunakan deep soil test rata-rata kemampuan
tumbuh benih lebih tinggi pada kedalaman 3 cm dibanding 7 cm. Metode
red brick test menunjukkan kemampuan tumbuh benih rata-rata lebih
tinggi pada kedalaman 3 cm lebih tinggi dibanding 7 cm. Namun
prosentase daya kecambah benih lebih tinggi pada deep soil test. Hal ini
menunjukkan bahwa pada kedalaman 3 cm menunjukkan kemampuan
vigor yang lebih tinggi dibanding kedalaman 7 cm.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Hasil praktikum Pengujian Daya Kecambah Benih, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Kemampuan vigor lebih tinggi pada kedalaman 3 cm dibanding
dengan 7 cm.
b. Media tanam merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan
dan hasil tanaman.
c. Ciri benih yang memiliki vigor baik adalah tahan disimpan lama, tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, tumbuhnya cepat dan merata
kuat baik pada tanah basah maupun kering, mampu menghasilkan
tanaman dewasa yang normal, dan berproduksi tinggi pada keadaan
lingkungan yang suboptimal.
d. Kemampuan kecambah kedelai lebih tinggi dibanding kacang tanah
jika menggunakan metode deep soil test.
e. Kedalaman tanam mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
2. Saran

Pada Praktikum Uji Vigor ini lebih baik tiap kelompok melakukan atau
mempraktikkan semua perlakuan ke dalaman yang telah ditentukan
sehingga setiap kelompok mengetahui hasilnya sendiri dan dapat
menyimpulkan mana yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Ichsan, Cut Nur 2006.Uji Viabilitas Dan Vigor Benih Beberapa Varietas Padi
(Oryza sativa L.) yang Diproduksi pada Temperatur yang Berbeda Selama
Kemasakan. Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Unsyiah
Imran S, Syamsuddin dan Efendi 2002. Analisis Vigor Benih Padi (Oryza sativa)
pada Lahan Alang-Alang. Jurnal Agrista 6(1) : 81-86.
International Seed Testing Association 2007. International Rules of Seed Testing.
International Seed Testing Association. Zurich
Justice OL and Bass LN 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Edisi I.
Roesli R (penerjemah). Grafindo Persada. Jakarta. 446p
Taliroso D 2008. Deteksi Status Vigor Benih Kedelai (Glycine max L. Merr)
melalui Metode Uji Daya Hantar Listrik. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 84 hal.
Timothy L, Grey John,Beasley Jr, Theodore M. Webster, and Charles Y. Chen
2011. Peanut Seed Vigor Evaluation Using a Thermal Gradient. International
Journal of Agronomy 5 (2) : 11-18.
Vierra RD, DM Tekrony, DB Egli and M Rucker 2001. Electrical conduktivity of
Soybean seeds after storage in saveral environment. Seed science and
Technologi. 29. 599-608

ACARA V
UJI TETRAZOLIUM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Uji tetrazolium bisa disebut uji biokhemis benih atau uji cepat
viabilitas. Uji tetrazolium disebut sebagai uji biokhemis karena dalam
mendeteksi terjadi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam selsel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut sebagai uji cepat viabilitas
karena indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium berupa polapola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk
pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu. Pengujian viabilitas benih
terjadi secara cepat dan tidak langsung. Mengapa uji tetrazolium (TZ)
banyak digunakan untuk pengujian viabilitas benih oleh praktikan karena
waktu yang diperlukan lebih cepat (dalam hitungan jam) dibandingkan
pengujian daya berkecambah dalam hitungan hari).
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan
pertanaman, artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu
diperlukan mengetahui mutu benih mencakup tiga aspek yaitu mutu
genetik yaitu aspek mutu benih, mutu genetik dan mutu fisiologi. Aspek
fisiologi menunjukkan keterkaitan tentang pengujian viabilitas benih.
Aspek fisiologi ditunjukan oleh viabilitas benih yang meliputi daya
berkecambah dan vigor benih. Viabilitas benih sebagai salah satu
parameter yang perlu dipertimbangkan sebelum benih disimpan,
didistribusikan dan ditanam.
Pengujian benih dengan tetrazolium merupakan salah satu uji yang
efektif. Uji tetrazolium memanfaatkan prinsip dehidrogenase yang
merupakan group enzim metabolism pada sel hidup, yang mana mudah
diamati perubahan warnanya. Selain uji TZ, uji hydrogen peroksida
(H2O2) juga merupakan uji yang efektif. Uji ini merupakan uji viabilitas
yang lain, yang membentuk transisi menjadi pengujian kecambah.
55

Pada praktikum Teknologi Benih kali ini dilakukan pengujian


tetrazolium untuk mengetahui viabilitas benih jagung dan benih kedelai.
Apakah benih masih viabel atau tidak dilihat dari perubahan reduksi
menjadi senyawa formazan. Kriteria pewarnaan akibat reaksi garam
tetazolium menunjukkan benih dengan viabilitas lemah atau benih mati.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara Uji Tetrazolium adalah untuk menguji
viabilitas benih secara cepat dan tidak langsung.

B. Tinjauan Pustaka
Uji Tetrazolium dilakukan pada saat penyimpanan benih 0, 3, 6, 9,12 dan
15 Minggu. Benih yang diuji sejumlah 3 butir untuk setiap perlakuan.
Prosedur uji Tetrazolium adalah sebagai berikut, benih dilembabkan dengan
media di antara kertas (kertas daya kecambah) selama 12 jam, setelah benih
selesai diperlakukan kemudian direndam selama 10-15 menit dengan larutan
Tetrazolium 1,0% dengan pH 6,5 7,0 pada suhu 400C. Kulit benih dikupas
dan kotiledon dibelah dua. Pengamatan dilakukan dengan melihat jaringan
hidup yang berwarna merah (ISTA 2005).
Menurut Zanzibar (2006), kelebihan metode tetrazolium meliputi waktu
pengujian yang singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang
mengalami dormansi serta benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after
ripening), tingkat ketelitian tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan
keahlian dan pelatihan yang intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat
mendeteksi kerusakan yang di akibatkan oleh fungi atau mikroba lainnya yang
bersifat menimbulkan kerusakan. Pengujian tetrazolium memiliki batasan.
Perkecambahan tidak dapat dideteksi dengan pengujian tetrazolium. Pengujian
tetrazoilum tidak dapat mengukur kapasitas untuk fotosintesis normal dan
noda albino secara normal (McDonald and Kwong 2005).
Kriteria benih hidup uji belah dicirikan oleh kondisi struktur tumbuh
berwarna putih atau kuning dan terlihat segar, sedangkan benih mati bila
struktur tumbuh berwarna kekuningan atau coklat, kering, layu dan busuk. Uji
belah bersifat subyektif karena sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keahlian laboran dalam menginterpretasikan tampilan kondisi/mutu benih
yang beragam. Uji ini biasanya digunakan untuk menduga kualitas awal,
misalnya penilaian tingkat kemasakan atau mutu benih saat pengunduhan
(Herdiana 2010).
Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat
dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai
(favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai
(unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak

sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih. Perlakuan dengan kondisi


lingkungan sesuai sebelum benih dikecambahkan tergolong untukmenduga
parameter vigor daya simpan benih, sedangkan jika kondisi lingkungan tidak
sesuai diberikan selama pengecambahan benih maka tergolong dalam
pengujian untuk menduga parameter vigor kekuatan tumbuh benih.
Permasalahan yang dihadapi dalam penyiapan atau pengadaan benih kedelai
adalah viabilitas benih kedelai yang cepat mengalami penurunan. Sering
terjadi viabilitas benih kedelai menurun sampai kurangdari 80% dalam waktu
2-3 bulan (Harnowo 2001).
Biji adalah ovule yang dewasa. Terbentuk satu atau lebih didalam satu
ovari pada legume, tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari
pada monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian,
yaitu embryo dan kulit biji. Embryo terbentuk atau berasal dari telur yang
dibuahi dengan mengalami pembelahan sel didalam embryo sac. Kulit biji
terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya
terdapat dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak, sedangkan
lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi
terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis. Setiap biji yang sangat muda
dan sedang tumbuh, selalu terdri atas tiga bagian yaitu embryo, kulit buji,
endosperm. Endosperm yaitu suatu jaringan penyimpanan makanan cadangan
yang mana diserap oleh embryo sebelum atau selama perkecambahan biji dan
selalu terdapat didalam biji yang sangat muda (Kolasinska 2006).
Struktur benih meliputi kulit benih, embrio, radikula, kotiledon beserta
jaringan-jaringan penghubungnya. Oleh karena itu, evaluasi pola pewarnaan
tidak hanya dilakukan pada bagian luar benih saja tetapi juga dilakukan pada
bagian dalam kotiledon benih. Benih dikatakan viabel apabila ujung radikula,
bagian penghubung antara radikula dan kotiledon, bagian penghubung antara
radikula dan hilum serta bagian dalam kotiledon yang tidak membentuk spot
berwarna merah muda (Budiarti 2006).

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Uji Tetrazolium dilaksanakan pada hari Kamis, 6
November 2014 pukul 14.00-15.00 WIB bertempat di Laboratorium
Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman (EMPT), Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Gelas beker
2) Cutter / Silet
3) Pinset
4) Stopwatch
b. Bahan
1) Garam tetrazolium
2) Benih tanaman jagung (Zea mays)
3) Benih tanaman kedelai (Glycine max)
4) KH2PO4 dan Na2HPO4.2H2O
3. Cara Kerja
a. Membuat larutan penyangga dengan cara melarutkan 9.078 g KH 2PO4
dan 11.876 g Na2HPO4.2H2O (masing-masing dalam 1000 ml air).
b. Mencampurkan 400 ml larutan pertama dan 600 ml larutan kedua.
c. Melakukan test pH larutan dengan pH meter
d. Melarutkan 10 g garam tetrazolium dalam larutan penyangga.
e. Sementara itu, merendam benih yang akan diamati dengan air dingin
selama 12 jam guna melunakkan benih.
f. Membelah benih yang telah lunak melalui embryonic axis, dapat
berupa irisan melintang ataupun membujur, namun irisan jangan
sampai terlepas.
g. Merendam benih dalam larutan garam tetrazolium tersebut sampai 1015 menit.

h. Mencuci benih dan melakukan melakukan pengamatan, menghitung


benih yang viabel maupun yang non viabel dengan pewarnaan dari
lembaga.
i. Menggambar struktur benih beserta bagian-bagiannya.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Pengamatan Uji Tetrazolium pada Benih Jagung (Zea mays) dan
Kedelai (Glycine max).
Benih

Ulangan

Warna

Keteranga
n

Merah tua

Benih
mati

Foto Hasil Uji


Tetrazolium

Gambar 5.1 Foto Benih


Jagung 1

Jagung
(Zea
mays)

Merah tua

Benih
mati
Gambar 5.2 Foto Benih
Jagung 2

Merah cerah

Benih
viabel
Gambar 5.3 Foto Benih
Jagung 3

Merah muda

Benih
viabel
lemah
Gambar 5.4 Foto Benih
Kedelai 1

Kedelai
(Glycine
max)

Merah muda

Benih
viabel
lemah
Gambar 5.5 Foto Benih
Kedelai 2

Merah muda

Benih
viabel
lemah
Gambar 5.6 Foto Benih
Kedelai 3

Sumber: Laporan Sementara

Gambar 5.1 Foto Benih Jagung


(Zea mays)

Gambar 5.2 Foto Benih Kedelai


(Glycine max)

2. Pembahasan
Tetrazolium test merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas
benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Uji tetrazolium sangat perlu
diketahui untuk mengefektifkan proses persemaian benih, terutama pada
benih-benih dorman. Selain itu, uji ini juga memiliki tingkat ketelitian
yang tinggi. Uji tetrazolium atau disebut juga uji cepat, karena indikator
pada uji ini adalah pola-pola pewarnaan pada embrio, bukan proses
perkecambahan yang umumnya memerlukan waktu yang lebih lama dalam
menentukan final count. Warna yang ditimbulkan akibat dari reduksi yang
terjadi secara enzymatic oleh garam tetrazolium yang menghasilkan
senyawa formazan yang berwarna merah. Kriteria pewarnaan dalam uji
Tetrazolium antara lain merah cerah : jaringan masih hidup atau benih
viabel, merah muda : jaringan atau viabilitas sudah lemah, merah tua :
jaringan rusak dan tidak berwarna : jaringan sudah mati. Uji ini merupakan
uji viabilitas yang lain, yang membentuk transisi menjadi pengujian
kecambah.
Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah yang
dapat diindikasikan oleh berbagai tolok ukur parameter viabilitas benih
potensial dan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala
metabolisme dan atau gejala pertumbuhan. Hasil dari viabilitas benih
dengan uji tetrazolium menunjukkan indikasi warna pada bahan uji yang
sudah direndam tetrazolium selama 12 jam pada jagung ulangan 1 dan 2,

berwarna merah tua. Hal ini menunjukkan bahwa viabilitas benih mati
karena warna yang muncul pada bagian ujung embrio merah tua. Pada
bahan uji jagung ulangan 3 menunjukkan warna merah cerah pada bagian
embrio. Dari ketiga bahan uji ulangan jagung menunjukkan bahwa tidak
semua biji yang fisiologisnya bagus dari luar menunjukkan viabilitas benih
bagus. Pada bahan uji kedelai ulangan 1, 2 dan 3 menunjukkan indikasi
warna merah muda pada bagian embrio yang berarti viabilitas benih pada
kedelai lemah. Dari ketiga bahan uji ulangan kedelai yang menunjukkan
fisiologis yang bagus juga tidak menunjukkan bahwa viabilitas benih
bagus. Pengujian tetrazolium menunjukkan persentase kemampuan biji
untuk dapat hidup. Benih yang dikatakan memiliki daya pertumbuhan baik
adalah benih dengan viabilitas mencapai 80% ke atas. Bahan uji jagung
dan kedelai rata-rata memiliki viabilitas yang kurang baik karena dari 6
total biji yang dilakukan bahan uji tetrazolium yang menunjukkan benih
viabel hanya 1 yaitu benih jagung.
Kedelai struktur bijinya antara lain plumula, epikotil, hipokotil dan
memiliki kotiledon, karena biji kedelai termasuk biji tanaman dikotil
seperti kacang-kacangan, apabila dibelah menjadi dua, akan mendapatkan
struktur biji yang terdiri atas plumula, hipokotil, radikula, kotiledon dan
embrio. Jagung merupakan tumbuhan monokotil yang mempunyai struktur
biji antara lain endosperma, plamula, kotiledon dan radikula.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Uji Tetrazolium yang kami lakukan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Uji tetrazolium merupakan pengujian viabilitas benih secara cepat dan
tidak langsung.
b. Bahan uji tetrazolium pada kedelai ulangan 1, 2 dan 3 viabilitasnya
lemah. Sedangkan pada bahan uji tetrazolium pada jagung ulangan 1
dan 2 benih mati, ulangan 3 benih viabel.
c. Cara melihat viabilitas benih dengan melihat warna yang ditunjukkan
benih pada bahan uji.
d. Viabilitas benih yakni daya hidup benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme dan atau gejala pertumbuhan.
2. Saran
Sebaiknya dalam melakukan uji tetrazolium untuk menentukan
indikasi warna, praktikan menggunakan bahan uji dengan ulangan yang
lebih banyak karena gradasi warna yang ditunjukkan kurang meyakinkan
untuk praktikan.

DAFTAR PUSTAKA
Budiarti 2006. Keragaman Plasma Nutfah. Buletin Plasma Nutfah 1 : 33-40.
Harnowo, D., 2001. Prinsip-Prinsip dalam Mempertahankan Mutu Benih dalam
Penyimpanan. Makalah Pada Pelatihan Pengawas Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura Propinsi Jawa Timur. BALITKABI: Malang.
Herdiana Nanang. 2010. Akurasi Metode Uji Cepat dalam Menduga Mutu
Fisiologis Benih Damar (Accuracy of Rapid Test Methods to Estimate the
Physiological Quality of Dammar Seed). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.7 No.4 p 181-189
ISTA. 2005. International rules for seed testing. The International Seed Testing
Association (ISTA), Bassersdorf, CH-Switzerland. 485 p
Kolasinska K, Szyrmer J, Dul S 2006. Relationship between laboratory seed
quality tests and field emergence of common bean seed. J. Crop Science
Society of America.4 0: 470-475.
McDonald dan Kwong. 2005. Flower seed Biology and Technology. CABI.
Wallingwood.
Zanzibar Muhamad. 2006. Kajian metode uji cepat sebagai metode resmi
pengujian Kualitas benih tanaman hutan di indonesia. Balai Litbang
Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Departemen Kehutanan.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai