ACARA I
PENGUJIAN BERAT 1000 BENIH DAN KEMURNIAN BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman (UU RI No. 12 Th.
1992). Input dasar yang paling penting dalam pertanian adalah mutu benih,
karena pemilihan biji untuk bahan tanam mempengaruhi hasil produksi
tanaman. Mutu benih mencakup semua hal yang berkaitan dengan atribut
fisik, biologis, potologis dan genetik yang akan menentukan produksi
tanaman. Dalam menentukan benih yang memiliki kualitas yang baik,
dapat dilakukan dengan pengujian berat 1000 benih dan kemurnian benih.
Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang
dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan. Diharapkan dengan
mengetahui besar, berat benih dapat memperbaiki produksi hasil panen
dan memilih benih yang berkulitas. Benih pasca panen yang baik
menunjukkanbahwa biji saat panen dalam keadaan masak, karena benih
yang baik untuk ditanam atau dijadikan benih adalah benih yang benarbenar masak.
Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh
petani. Guna menjaga mutu benih maka peranan pengujian penting
dilakukan baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada
tingkat petani. Mutu benih meliputi mutu genetik yang mencakup
kemurnian benih sesuai genetik dan kebenaran varietas, mutu fisiologis
mencakup viabilitas dan bebas hama penyakit, serta mutu fisik yang
mencakup ukuran benih yang seragam, bernas dari varietas lain dan
gulma.
Benih murni adalah segala macam biji yang merupakan jenis/spesies
yang sedang diuji. Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan
menetapkan nilai setiap contoh benih yang perlu diuji selaras dengan
faktor kualitas benih. Pengujian kemurnian benih pengujian atas dasar
keselarasan dengan faktor kualitas benih, termasuk persentase berat dari
benih murni, benih varietas lain, biji herba dan kotoran-kotoran pada
massa benih. Hal ini selanjutnya untuk menentukan berat minimal dan
berat maksimal benih yang diuji.
2. Tujuan
Tujuan praktikum acara Pengujian Berat 1000 Benih dan Kemurnian
Benih adalah :
1
a. Untuk mengetahui kualitas benih ditinjau dari berat 1000 benih
b. Untuk mengetahui kualitas benih ditinjau dari tingkat kemurnian benih
B. Tinjauan Pustaka
Mutu benih meliputi mutu genetik, fisiologik dan fisik. Benih yang benar
adalah benih dengan mutu genetik tertentu yang telah dideskripsikan oleh
dan
penyimpanan.
Panen
pada
saat
masak
fisiologis
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Uji Tetrazolium dilaksanakan pada hari Kamis, 13
November 2014 pukul 14.00-15.00 WIB bertempat di Laboratorium
Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman (EMPT), Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
:
1) Timbangan
2) Cawan petri
3) Kalkulator
b. Bahan
:
1) Benih padi (Oryza sativa)
2) Benih kacang hijau (Vigna radiata)
3) Benih kedelai (Glycine max)
3. Cara Kerja
a. Pengujian berat 1000 benih
1) Menimbang 1000 benih dan mengulangnya sebanyak 4 kali
2) Menghitung berat 1000 benih dan standart deviasinya
3) Menentukan berat 1000 benih maksimum dan minimum
b. Pengujian kemurnian benih
1) Mengambil contoh benih yang tersedia secara acak lalu
menimbangnya sebesar 40 g
2) Dari 400 g contoh benih tersebut, mengambil sebanyak 40 g dari
contoh benih untuk dilakukan pemisahan : benih murni, benih
tanaman lain atau varietas lain, bii-bijian herba dan kotoran atau
benda mati
3) Menimbang dari masing-masing bagian dengan tingkat ketelitian
dua desimal
4) Untuk mengetahui identitas benih tanaman lain atau varietas lain,
memeriksa kembali sisa contoh benih (360 g) yang selanjutnya
dijumlah dengan hasil perhitungan dari contoh 40 g
5) Setiap komponen yang diperoleh dari contoh yang 40 g dinyatakan
dalam prosesntase
6) Selisih berat antar contoh benih pengujian semula dengan jumlah
berat ke 4 komponen harus <1% komponen yang <0.05%
dinyatakan sebagai jumlah yang terlalu sedikit (trace)
(y-
SD
24,25
27,27
27,07
27,22
27,58
5,90
0,35
0,15
0,29
0,81
133,39
7,5
1,21
0,29
0,19
0,26
0,45
2,4
26,68
1,5
0,48
Standar Deviasi II =
( y )
n1
5,90
51
= 1,47
= 1,21
( y )
n1
0,08
0,35
51
= 0,29
= 0,26
Standar Deviasi V =
( y )
n1
Standar Deviasi IV =
( y )
n1
0,07
0,29
51
0,03
0,15
51
= 0,19
( y )
n1
0,2
0,81
51
= 0,45
Berat maksimum I = y + SD
Berat minimum I = y SD
= 24,25 + 1,21
= 25,46
= 24,25 1,21
= 23,04
Berat maksimum II = y + SD
Berat minimum II = y SD
= 27,27 + 0,35
= 27,62
Berat maksimum III = y + SD
= 27,27 - 0,35
= 26,92
Berat minimum III = y SD
= 27,07 + 0,19
= 27,26
Berat maksimum IV = y + SD
= 27,07 - 0,19
= 26,88
Berat minimum IV = y SD
= 27,22 + 0,26
= 27,48
Berat maksimum V = y + SD
= 27,22 - 0,26
= 26,96
Berat minimum V = y SD
= 27,58 + 0,45
= 27,58 - 0,45
= 28,03
= 27,13
Berat maksimum = + SD
Berat minimum = - SD
= 26,68 + 0,48
= 26,68 0,48
= 27,16
= 26,2
Tabel 1.2 Pengujian Kemurnian benih padi (Oryza sativa)
Ulanga
n
I
II
III
IV
V
Berat benih
murni (g)
14,98
12,65
8,82
17,34
13,52
Berat tanaman
lain (g)
22,18
26,83
30,47
21,63
26,50
Berat biji
herba (g)
0
0
0
0
0
Berat benda
mati (g)
0,80
0,68
0,47
0,71
0,63
67,31
127,61
3,29
13,46
25,52
0,65
13,46
40
= 1,68 %
x 100 %
berat benihtanamanlain
40
25,52
40
x 100%
x 100%
= 3,19%
berat benda mati
x 100
40
0,65
x 100
40
= 0,08%
2. Pembahasan
Benih adalah biji yang dipersiapkan untuk tanaman, telah melalui
proses seleksi sehingga diharapkan dapat mencapai proses tumbuh
yang besar. Benih yang diambil dalam praktikum adalah benih murni.
Benih murni merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih
sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi.
Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim
atau secara dominan ditemukan di dalam contoh benih, termasuk
benih-benih varietas lain dalam jenis tanaman tersebut. Benih bernutu
adalah benih yang mampu berkecambah dalam kondisi yang cukup
baik. Benih yang baik harus mampu menghasilkan bibit yang
berkulitas tinggi dapat tumbuh dengan baik serta tahan terhadap
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.
Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai
setiap contoh benih yang perlu diuji, selaras dengan faktor kualitas
benih. Suatu varietas dapat disertifikasi bila telah dianjurkan oleh team
penilaian dan pelepas varietas dari Badan Nasional dan disetujui oleh
menteri. Sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan bahwa benih
yang diperjual belikan harus ada sertifikat benih. Pengujian dengan
melakukan Penentuan berat 1000 butir dapat dipergunakan untuk
mengetahui jumlah benih per kg dari suatu jenis yang dapat dijadikan
DAFTAR PUSTAKA
B Thapa Kshetri 2010. On-farm manajemen dan kualitas penilaian disimpan biji
gandum petani di barat Terai, Nepal. Agronomi Journal of Nepal, (Agron JN)
Vol. 1
El-Refaee IS, RA Ebaid, Dan IM El-Rewiny 2006. Tanaman kinerja beras (Oryza
sativa L.) Di bawah rezim air yang berbeda dan metode tanam. Alex B. J.
Agric. Res, 51 (2): 47-55.
Ferdian 2010. Ilmu Pertanian. Jurnal Kultura. Vol. 11 (No.1). halaman : 22-31.
ACARA II
PENGUJIAN KADAR AIR BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang berasal dari
pembiakan generatif antara induk jantan dan induk betina, faktor penting
dalam budidaya tanaman. Kadar air benih merupakan salah satu komponen
benih
akan
kehabisan
cadangan
makanan
pada
saat
B. Tinjauan Pustaka
Benih padi varietas unggul bermutu merupakan penentu batas atas
produktivitas suatu usaha tani, baik usaha tani kecil maupun usaha tani besar,
dan berlaku bagi semua komoditi pertanian. Mungkin pula itu sebabnya
penyusun Panca Usaha Tani menempatkan benih varietas unggul bermutu
pada posisi pertama dari Panca Usaha Tani. Telah disadari pula bahwa 60%
65% peningkatan produktivitas suatu usaha tani ditentukan oleh faktor
penggunaan benih varietas unggul bermutu. Masyarakat sering mengalami
kegagalan panen karena diakibatkan benih padi yang kurang bagus. Misalnya
adalah kurangnya persiapan petani dalam mempersiapkan penggunaan padi
yang digunakan untuk benih tidak memperhatikan faktor-faktor pertumbuhan
benih padi tersebut, yaitu kadar air dalam padi, media penyemaian,
pemupukan dan perawatan selama benih mengalami pertumbuhan. Faktor
terpenting dari persiapan benih padi tersebut adalah kadar air dalam benih padi
(gabah) dimana sering terjadi benih yang mengalami kebusukan karena kadar
air yang tidak sesuai. Benih padi akan mengalami perkecambahan dalam
keadaan lingkungan yang kelembapannya cukup dan kadar airnya sesuai
(Samsul 2012).
Benih merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan budidaya tanaman pangan. Penggunaan bahan tanam bermutu
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan
pertanaman. Petani sering mengalami kerugian yang sangat besar baik dari
segi akibat dari penggunaan benih yang tidak bermutu atau tidak jelas asalusulnya. Kesalahan dalam penggunaan bahan tanam akan mengakibatkan
kerugian jangka panjang. Penggunaan bibit bermutu merupakan salah satu
kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu memberikan hasil yang
memuaskan (Situmorang 2010).
Benih tanaman dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki cadangan
makanan yang lebih banyak dari pada benih dengan ukuran yang lebih kecil
sehingga kemampuan berkecambah juga akan lebih tinggi karena cadangan
makanan yang dirubah menjadi energi juga semakin banyak. Benih yang
berukuran lebih besar mempunyai tingkat kemunduran benih yang relatif
cepat pula dibanding ukuran benih yang lebih kecil, karena kandungan
cadangan makanan pada biji ukuran yang lebih besar terdapat protein dan
lemak yang banyak sehingga jika terjadi penguapan terhadap benih akan
mempengaruhi terhadap meningkatnya kadar air didalam benih yang membuat
benih yang berukuran besar akan cepat dalam tingkat kemunduran benih
dibanding biji yang berukuran kecil (Samuel 2010).
Kadar air benih diatas 13% dapat meningkatkan laju kemunduran mutu
benih selama penyimpanan. Laju kemunduran mutu benih dapat diperlambat,
dengan cara kadar air benih harus dikurangi sampai kadar air benih optimum.
Kadar air benih optimal, yaitu kadar air tertentu dimana benih tersebut
disimpan lama tanpa mengalami penurunan mutu benih. Kadar air optimum
dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6-11%
(Indartono 2011).
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan
teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan
dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang
mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak
mungkin. Kadar air tampak ada hubungan dengan saat panen. Saat panen yang
paling cepat menghasilkan kadar air tertinggi dan akan menurun sejalan
dengan perkembangan kemasakan benih hingga mencapai konstan yang
didapatkan pada saat panen setelah tanam (ISTA 2006).
Faktor eksternal yang mempengaruhi umur simpan benih adalah
temperatur dan kadar air. Biji sangat mudah menyerap uap air dari udara di
sekitarnya, biji akan menyerap atau mengeluarkan zat air sampai kandungan
airnya seimbang dengan udara di sekitarnya. Kandungan air yang tinggi akan
meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang mana akan mempercepat terjadinya
proses respirasi (Chanan 2004).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Pengujian Kadar Air Benih dilaksanakan pada hari
Kamis, 20 November 2014 pukul 14.30-16.00 WIB bertempat di
Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Timbangan
2) Oven
3) Alat penguji kadar air benih
4) Cawan porselin
b. Bahan
1) Benih padi (Oryza sativa)
2) Benih kacang hijau (Vigna radiata)
3. Cara Kerja
a. Metode dasar
1) Menimbang cawan porselin yang telah dipanaskan dahulu ( W1 g )
2) Menimbang cawan porselin+cotoh benih ( W2 g )
3) Memanaskan cawan+cotoh benih dalam oven 50 menit pada suhu
130 derajat celcius
4) Mendinginkan cawan+contoh benih dalam eksikator selakma 45
menit
5) (sampai dingin)
6) Menimbang cawan+contoh benih yang telah didinginkan ( W3 )
7) Menghitung persentase air yang dilepaskan yakni : S =
( W 2W 3 )
(W 2W 1 )
b. Metode praktis
1) Menyiapkan peralatan yaitu Balance Mouisture Tester
2) Mengoperasikan alat dengan petunjuk yang ada
3) Menghitung kadar air benih
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Pengujian kadar air benih padi (Oryza sativa) dengan metode
dasar
W2W2Ulangan W1
W2
W3
Kadar Air %
W3
W1
1
5,58
27,66
27,40
0,26
22,08
0,012
2
6,10
34,8
34,67
0,2
28,7
0,006
3
6,16
28,83
28,72
0,11
22,67
0,004
4
5,52
23,51
23,22
0,29
17,99
0,016
5
3,86
23,67
23,54
0,13
13,79
0,009
27,2
2
138,47
137,55
0,99
105,23
0,047
5,44
27,69
27,51
0,19
21,04
0,009
5,87
27,59
27,40
0,20
22,94
0,009
68,1
13,62
Tabel 2.4 Pengujian kadar air benih kacang hijau (Phaseolus radiatus)
dengan metode praktis.
Ulangan
Kadar Air %
1
12
2
9,6
3
10,1
4
11,5
13,0
56,2
11,24
embrio
tidak
terjadi.
Kegiatan
enzim-enzim
akan
air semua
jenis
benih, sedangkan
kelemahannya
banyak
dengan
menggunakan
oven
dan
metode
praktis
dengan
mengetahui hasil kadar air, yaitu pada benih padi sebesar 13 % dan kacang
hijau sebesar 9,6 %. Jadi perolehan hasil kadar air dari kedua metode
menunjukkan selisih yang sangat jauh berbeda.
f. Kadar air dapat dicari dengan menghitung jumlah air yang hilang dari
sampel setelah dikeringkan dengan dinyatakan dalam persentase
terhadap berat awal contoh benih.
g. Pengujian kadar air dengan metode dasar diperoleh hasil yakni, benih
padi 0,014% benih kacang hijau yaitu 0,006 %.
h. Pengujian kadar air dengan metode praktis pada benih padi lebih tinggi
dibanding dengan benih kacang hijau.
i. Validitas pengukuran kadar air dengan metode dasar (oven) lebih
tinggi dibandingkan metode praktis (Balance Moisture Tester).
Persentase kadar air benih padi dengan kacang hijau berturut-turut
13% dan 9,6%.
j. Kelemahan menggunakan metode dasar yaitu membutuhkan alat yang
banyak dan waktu yang lama.
k. Semakin tinggi kadar air benih, maka proses metabolisme seperti
respirasi semakin aktif sehingga semakin banyak CO2, air dan panas
yang dihasilkan dan dapat mempercepat kerusakan mutu benih.
l. Benih tanaman dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki
cadangan makanan yang lebih banyak dari pada benih dengan ukuran
yang lebih kecil.
2. Saran
Saran untuk praktikan pada praktikum tentang pengujian kadar benih
ini, supaya lebih teliti dalam melakukan praktikum, agar menghasilkan
data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Chanan M 2004. Pengaruh Masa Simpan Benih Terhadap Viabilitas Leda
(Eucalyptus deglupta Blume). Jurnal Tropika 11 (2) : 215 220.
Indartono 2011. Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik Pengemasan
Terhadap Kualilitas benih Kedelai. Gema Teknologi 16 (3)
ACARA III
PENGUJIAN DAYA KECAMBAH BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
B. Tinjauan Pustaka
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi
yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan
jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam
kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan hasil
yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor apakah
yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya kecambah
dilakukan
dengan
menjamin
agar
lingkungan
menguntungkan
bagi
Mutu benih yang baik merupakan dasar bagi produksi pertanian yang lebih
baik. Mutu benih meliputi mutu genetik, fisiologik dan fisik. Salah satu
pengujian mutu benih secara fisiologik yaitu dengan pengujian daya
kecambah (viabilitas). Daya kecambah benih yaitu kemampuan benih untuk
dapat berkecambah normal pada kondisi lingkungan yang serba optimum
dalam
waktu
tertentu
yang
dinyatakan
dalam
persen.
Sedangkan
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Pengujian Daya Kecambah Benih dilaksanakan pada
Hari Kamis, 27 November 2014 pukul 13.00-14.30 WIB bertempat di
petridish
dan
kertas
perkecambahan
lalu
Kedelai
Kacang
Tanah
Kedelai
Kacang
Tanah
Kedelai
Kacang
Tanah
Kedelai
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1,5 cm
0,5 cm
9 cm
8 cm
6,5 cm
7 cm
4,5 cm
2 cm
2 cm
2,5 cm
3 cm
3 cm
2 cm
3 cm
1,5 cm
6,5 cm 2,5 cm
17,8 cm 14,8 cm
12 cm 11,7 cm
10,5 cm 12,5 cm
16 cm
10 cm
7,5 cm 9,5 cm
4 cm
3,5 cm
7 cm
4 cm
1 cm
1 cm
6,5 cm
5,5 cm
4,5 cm
5,5 cm
-
14 cm
3 cm
10 cm
-
8 cm
5 cm
11 cm
2 cm
-
2
2
2
1
2
-
60%
60%
100% 100%
100% 100%
40%
60%
60%
60%
80%
80%
80%
80%
Kacang
Tanah
10
Kedelai
11
Kacang
Tanah
12
Kedelai
13
Kacang
Tanah
14
Kedelai
15
Kacang
Tanah
16
Kedelai
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0,5 cm
1,5 cm
4 cm
2,5 cm
1,5 cm
2 cm
2,2 cm
4 cm
7,5 cm
1 cm
0,4 cm
1,2 cm
1,3 cm
1,0 cm
1,6 cm
0,5 cm
11,5 cm
9,5 cm
7 cm
4 cm
13,5 cm
13 cm
9,5 cm
6 cm
3 cm
3 cm
3,5 cm
4,5 cm
5,8 cm
7,5 cm
4 cm
-
80%
80%
40%
40%
100% 100%
100% 100%
20% 100%
80%
80%
0%
0%
100% 100%
1
2
Kacang
17
3
Tanah
4
5
1
2
18
Kedelai
3
4
5
Sumber : Data Rekapan.
1,5 cm
-
0%
20%
0%
0%
Analisis data :
Ulangan 7
Kacang tanah (Arachis hypogeae)
KK (%) =
=
= 80%
Jumlah benih yang berkecambah pada hari ke 7
X 100
DK (%) =
Jumlah benih yang dikecambahkan
=
4
X 100
5
= 80%
Tabel 3.2 Pengamatan Uji Daya dan Kecepatan Berkecambah Benih
Antar Kertas
Jenis
Panjang Tinggi Jumlah
Kelompok
Sampel
KK DK
Benih
Akar Tanaman Daun
1
4,3 cm
2
3 cm
Kacang
1
3
1,5 cm
60% 100%
Tanah
4
0,5 cm
5
0,3 cm
1
12,3 cm 16 cm
2
2
16,7 cm 13,5 cm
2
2
Kedelai
3
14,3 cm 12 cm
2
80% 100%
4
15,7 cm
9 cm
2
5
1,5 cm
2 cm
2
Kacang
Tanah
Kedelai
Kacang
Tanah
Kedelai
Kacang
Tanah
Kedelai
Kacang
Tanah
10
Kedelai
11
Kacang
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
8 cm
4,5 cm
7 cm
3,5 cm
5 cm
15 cm
9,7 cm
16,4 cm
12,5 cm
9,5 cm
12 cm
2 cm
3 cm
8 cm
7 cm
7 cm
12 cm
15 cm
6,5 cm
5 cm
4 cm
4 cm
6 cm
7 cm
8 cm
5 cm
11 cm
0,5 cm
3 cm
1,5 cm
9,5 cm
15,5 cm
2 cm
12 cm
6,2 cm
2 cm
2,5 cm
1,5 cm
1,5 cm
2 cm
12,4 cm
15,7 cm
8,8 cm
8,2 cm
1 cm
1 cm
1 cm
1 cm
1cm
7,5 cm
10,2 cm
5 cm
4,5 cm
10 cm
7,5 cm
1 cm
1,5 cm
-
2
2
2
2
1
-
100% 100%
80% 80%
100% 100%
80% 80%
80% 80%
100% 100%
80% 80%
80% 80%
80% 80%
Tanah
12
Kedelai
13
Kacang
Tanah
14
Kedelai
15
Kacang
Tanah
16
Kedelai
17
Kacang
Tanah
18
Kedelai
2
3
4
5
1
2
3
4
5
7,5 cm
11,5 cm
13 cm
14,8 cm
5,5 cm
-
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
7,2 cm
7,5 cm
2,2 cm
2,7 cm
7,5 cm
5,5 cm
4 cm
2,5 cm
1 cm
1 cm
33 cm
37,5 cm
1 cm
0,8 cm
1,7 cm
1,8 cm
2,7 cm
3,5 cm
5,5 cm
3 cm
-
2
-
60% 60%
80% 80%
80% 80%
0% 40%
80% 80%
0% 100%
20% 40%
= 80%
DK (%) =
=
= 80%
3. Pembahasan
Kecepatan berkecambah benih adalah kecepatan benih untuk
berkecambah
normal
dalam
waktu
tertentu.
Dalam
pengujian
pada
kertas
(PK).
Pengujian
dilakukan
dengan
cara
berkecambah
dikatakan
tinggi
apabila
benih
yang
berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul dan memiliki daya tumbuh
lebih dari 80%, memiliki viabilitas atau dapat mempertahankan
kelangsungan
pertumbuhannya
menjadi
tanaman
yang
mampu
DAFTAR PUSTAKA
Ditjenbun. 2014. Pengujian Daya Berkecambah Benih Kenaf dengan Uji Antar
Kertas. http://ditjenbun.pertanian.go.id/. Diakses pada hari Kamis tanggal 11
Desember 2014, pukul 01:00 WIB
ISTA. 2005. International Rules for Seed Testing. Chapter 5: The Germination
Test. 5.15A.50. and Chapter 15: Seed Vigour Testing, 15.115.3. The
International Seed Testing Association. Bassersdorf, Switzerland.
Mwale SS, Hamusimbi C, and K Mwansa K. 2003. Germination, emergence and
growth of sunfl ower (Helianthus annuus L.) in response to osmotic seed
priming. Seed Sci. Technol, 31: 199106.
Priandoko, Satriya C. 2011. Pengujian Benih di Laboratorium.Yogyakarta. Dinas
Pertanian Provinsi DIY
Throneberry and Smith 2001. Relation of Respirations and Enzymic Activity to
Corn Seed Viability. Plant Physiol (30) : 337 343.
ACARA IV
UJI VIGOR BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Vigor benih adalah kemampuan benih berkecambah secara normal
pada kondisi yang suboptimal. Uji keserempakan perkecambahan benih
merupakan salah satu uji vigor kekuatan perkecambahan benih yang
pada akhirnya membuahkan produksi pertanaman yang optimum, meski
melalui tantangan yang kondisi lingkungan alam yang tidak optimum.
Vigor suatu benih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang
mempengaruhi laju kemunduran vigor benih, diantaranya faktor genetik
dari spesises atau kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan,
keseragaman benih serta cendawan gudang, tingkat kemasakan, umur
dan tingkat kemunduran. Kondisi benih sangat berpengaruh terhadap
vigor benih jika benih dalam keadaan yang baik dan proses penyimpanan
yang dilakukan benar maka vigor benih akan terjaga baik. vigor tinggi
akan menghasilkan kecambah dengan berat kering tinggi, ini
menunjukkan indikasi benih tersebut bervigor tinggi.
Vigor benih benih tinggi salah satu sifat genetik fisik benih yang
menunjukkan kualitas benih. Daya tahan disimpan lama, tahan terhadap
serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam
keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal, benih yang menunjukkan
vigor tinggi. Pengujian vigor benih dilakukan untuk melihat kekuatan
tumbuh (vigor). Pengujian dilakukan
40
Metode uji vigor benih yang dikenal terbaik dan banyak digunakan adalah
metode uji dingin (cold test) yang dikembangkan untuk pengujian benih
jagung, dan tentunya juga dapat digunakan untuk benih beberapa spesies
tanaman lainnya. Salah satu masalah pada pengujian tersebut adalah kesulitan
untuk menstandarisasi cendawan dan tanahnya yang digunakan untuk
membuat pengujian tersebut. Pengujian vigor lainnya yang digunakan untuk
penelitian meliputi uji GADA (Glutamic Acid Decarboxylase Activity),
berbagai macam uji tekanan, uji laju pertumbuhan kecambah, serta uji
tetrazolium. Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi umur simpannya. Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat
dibedakan, terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Proses
kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih disimpan
sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan vigor mempunyai
daya simpan yang lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang
mungkin sedang mengalami proses kemunduran sangat cepat
(Justice dan Bass 2002).
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsurangsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan
fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam proses penuaan atau mundurnya
vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah.
Peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah
dilapangan (field emergence). Benih yang mempunyai vigor rendah
meyebabkan pemunculan bibit dilapangan rendah, terutama pada kondisi
tanah yang kurang ideal (Vierra et al. 2001).
Pengujian vigor untuk kedelai yang sudah diterima sebagai metode resmi
dalam peraturan ISTA (International Seed Testing Association) adalah
pengujian viabilitas setelah didera fisik (Accelerated Ageing Test) dan
pengujian viabilitas secara biokhemis (uji tetrazolium/TZ). Namun, dalam
pelaksanaannya pengujian-pengujian tersebut memiliki beberapa kelemahan.
Pada pengujian vigor setelah Accelerated Ageing, waktu yang diperlukan
melebihi uji DB, yaitu 11 hari. Kelemahan pada uji tetrazolium adalah sangat
tergantung dari analis yang terlatih dan berpengalaman dalam menganalisis
hasil pengujian (Taliroso 2008).
Vigor dicerminkan oleh vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan benih.
Kedua nilai fisiologis ini memungkinkan benih tersebut untuk tumbuh
menjadi normal meskipun keadaan biofisik dilapangan produksi sub optimum.
Tingkat vigor tinggi dapat dilihat dari penampilan kecambah yang tahan
terhadap berbagai faktor pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya. Hal ini menunjukkan bahwa saja kedalaman penanaman
benih jagung menjadi factor pembatas bagi benih untuk tumbuh dan
berkecambah dan menyebabkan benih mati (Sadjad dalam Ichsan 2006).
Vigor benih terbukti mempengaruhi pertumbuhan tanaman di lapangan.
Permunculan kecepatan yang cepat dan seragam, dapat dijamin dengan
pemakaian benih bermutu prima. Hal tersebut merupakan salah satu faktor
penting dalam upaya keberhasilan budidaya tanaman. Pemunculan kecambah
di atas permukaan tanah merupakan faktor yang mencerminkan vigor suatu
bibit. Untuk mengetahui perlakuan yang dapat meningkatkan vigor dilakukan
pengamatan terhadap kecambah yang mampu muncul di atas permukaan tanah
dari sejumlah benih yang dikecambahkan (Imran et al. 2002).
Vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang
bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih
yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan
hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan
tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan
tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada
tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh
lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal
dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena
diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya
produksi tanaman (Timothy et al. 2011).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Uji Vigor Benih dilaksanakan pada hari Kamis, 27
November 2014 pukul 13.00-14.30 WIB bertempat di Laboratorium
Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman (EMPT), Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
c. Alat
5) Petridish
6) Kertas perkecambahan
d. Bahan
3) Benih kacang tanah (Arachis hypogeae)
4) Benih kedelai (Glycine max)
3. Cara Kerja
e. Mengambil sampel benih yang akan dikecambahkan, memilih 5
benih kacang tanah dan 5 kedelai yang baik untuk dikecambahkan.
f. Menanam benih dengan kedalaman 3 cm dan 7 cm, kemudian
menutup dengan tanah dan atau pecahan batu bata merah.
g. Mengamati kecambah yang muncul di permukaan tanah pada 4 dan
7 hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan pada benih yang
berkecambah dengan kriteria : kecambah kuat, kurang kuat, tidak
kuat atau mati.
h. Menghitung presentase kecambah normal yang muncul sebagai nilai
ketahanan benih terhadap kondisi sub optimum.
DK
(%)
100
33,3
100
66,6
33,3
0
100
100
100
66,7
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
Kedelai
(Glycine
max)
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
Kedelai
(Glycine
max)
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
Kedelai
(Glycine
max)
11
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
7
3
7
2
3
1
2
3
1
2
3
11,2
12
6,1
17,6
11,9
6
15,5
18,2
9,5
14,7
8
10
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
18
18
14,5
4
6
17,5
12
12,5
13,5
9,8
8,7
14
11,5
13,5
11,5
11,5
7,5
12
3
13,5
17
5,5
7
14,7
16
13
1,5
0,5
10,5
9
17
6
9,2
9
7,5
3
15
9
13
9
3,5
5,5
7,5
5,5
5
2
66,7
66,7
100
100
100
100
66,6
66,6
66,6
100
66,6
66,6
33,3
33,3
33,3
33,3
66,7
66,7
66,7
66,7
50
50
66,7
66,7
13
Kedelai
(Glycine
max)
3
7
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
Kedelai
(Glycine
max)
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
Kedelai
(Glycine
max)
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
15
17
3
1
2
3
1
2
3
5
5,5
10
3,5
0
0
0
4
3
6,6
3
0
0
0
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
14,5
8
11,5
4,2
0
0
9,5
10,5
13
3
13
15
13
13,5
15
15,5
5
11,5
15,5
2
-
10
6,5
6
9
0,2
0
2
11
11
6,5
15
14
13
6
7
6,5
13
4,5
6
15
3
-
66
100
16
33
66
100
16
33
66,67
66,67
66,67
50
50
66,7
50
50
66,7
DK (%) =
3
X 100
= 3
= 100%
Kedalaman 7 cm.
Jumlah benih yang berkecambah pada hari ke 4
X 100
KK (%) =
Jumlahbenih yang dikecambahkan
2
X 100
= 3
= 66,67%
Jumlah benih yang berkecambah pada harike7
X 100
DK (%) =
Jumlah benih yang dikecambahkan
2
X 100
= 3
= 66,67%
b. Kedelai (Glycine max)
Kedalaman 3 cm.
Jumlah benih yang berkecambah pada harike 4
X 100
KK (%) =
Jumlah benih yang dikecambahkan
3
X 100
= 3
= 100%
Jumlah benih yang berkecambah pada harike7
X 100
DK (%) =
Jumlah benih yang dikecambahkan
3
X 100
= 3
= 100%
Kedalaman 7 cm.
KK (%) =
2
X 100
= 3
= 66,67%
Jumlah benih yang berkecambah pada harike7
X 100
DK (%) =
Jumlah benih yang dikecambahkan
2
X 100
= 3
= 66,67%
Tabel 4.2 Pengamatan Vigor Benih pada Perlakuan Red Brick Test
Tinggi Panjang
Kedalaman
KK
Kelompok Komoditas
Ul Tanaman Akar
(cm)
(%)
(cm)
(cm)
1
13
11,5
3
2
8
6,5
66,6
Kedelai
3
0
0
(Glycine
1
17,5
20
max)
7
2
16
10
100
3
18
14,5
2
1
6
13
Kacang
3
2
5,5
12
66,6
Tanah
3
3
5,8
1
6,5
12,5
(Arachis
7
2
6
4,5
33,3
hypogea)
3
0
0
1
15,5
9,9
3
2
33,3
Kedelai
3
(Glycine
1
5,5
4,2
max)
7
2
33,3
3
4
1
3
9
Kacang
3
2
33,3
Tanah
3
1
10,5
10
(Arachis
7
2
33,3
hypogea)
3
-
DK
(%)
66,6
100
100
66,6
33,3
33,3
33,3
33,3
Kedelai
(Glycine
max)
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
Kedelai
(Glycine
max)
7
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
Kedelai
(Glycine
max)
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
10
12
Kedelai
(Glycine
max)
7
3
7
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
27
17
31
14
11
13
12
17
14
16
17
14
10
8
11
7
8
11
10
2,8
3,5
15
11
9
11
13
11
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
13
8
4
16,5
17,8
16,2
3,2
9,5
8,8
7
8,2
3
19,8
18
17,5
15,5
17
-
15
7
4
9,5
9,2
7
2,8
3,2
5,2
3,2
5
4,6
4,5
2,5
5,9
13,3
5
-
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
33.33 33,33
66,67 66,67
66,67 66,67
66,67 66,67
100
100
66,67 66,67
66,67 100
66,67 66,67
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
Kedelai
(Glycine
max)
14
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
Kedelai
(Glycine
max)
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
Kedelai
(Glycine
max)
16
18
Kacang
Tanah
(Arachis
hypogea)
7
3
7
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
16,5
16,9
15,5
16,2
16,5
17
22,1
20,6
19,5
12,8
17
21,1
2,5
2,5 66,67 100
6,9
0
0
12,6
12
67
100
10,04
6,6
10,03
0
67
7,2
4,5
5,5
67
100
10
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
18,4
3
15
22,5
19
18,5
-
11,4
1,5
5
5
6
7,5
-
67
20
20
20
66,67 100
-
Pada Praktikum Uji Vigor ini lebih baik tiap kelompok melakukan atau
mempraktikkan semua perlakuan ke dalaman yang telah ditentukan
sehingga setiap kelompok mengetahui hasilnya sendiri dan dapat
menyimpulkan mana yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ichsan, Cut Nur 2006.Uji Viabilitas Dan Vigor Benih Beberapa Varietas Padi
(Oryza sativa L.) yang Diproduksi pada Temperatur yang Berbeda Selama
Kemasakan. Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Unsyiah
Imran S, Syamsuddin dan Efendi 2002. Analisis Vigor Benih Padi (Oryza sativa)
pada Lahan Alang-Alang. Jurnal Agrista 6(1) : 81-86.
International Seed Testing Association 2007. International Rules of Seed Testing.
International Seed Testing Association. Zurich
Justice OL and Bass LN 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Edisi I.
Roesli R (penerjemah). Grafindo Persada. Jakarta. 446p
Taliroso D 2008. Deteksi Status Vigor Benih Kedelai (Glycine max L. Merr)
melalui Metode Uji Daya Hantar Listrik. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 84 hal.
Timothy L, Grey John,Beasley Jr, Theodore M. Webster, and Charles Y. Chen
2011. Peanut Seed Vigor Evaluation Using a Thermal Gradient. International
Journal of Agronomy 5 (2) : 11-18.
Vierra RD, DM Tekrony, DB Egli and M Rucker 2001. Electrical conduktivity of
Soybean seeds after storage in saveral environment. Seed science and
Technologi. 29. 599-608
ACARA V
UJI TETRAZOLIUM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Uji tetrazolium bisa disebut uji biokhemis benih atau uji cepat
viabilitas. Uji tetrazolium disebut sebagai uji biokhemis karena dalam
mendeteksi terjadi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam selsel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut sebagai uji cepat viabilitas
karena indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium berupa polapola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk
pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu. Pengujian viabilitas benih
terjadi secara cepat dan tidak langsung. Mengapa uji tetrazolium (TZ)
banyak digunakan untuk pengujian viabilitas benih oleh praktikan karena
waktu yang diperlukan lebih cepat (dalam hitungan jam) dibandingkan
pengujian daya berkecambah dalam hitungan hari).
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan
pertanaman, artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu
diperlukan mengetahui mutu benih mencakup tiga aspek yaitu mutu
genetik yaitu aspek mutu benih, mutu genetik dan mutu fisiologi. Aspek
fisiologi menunjukkan keterkaitan tentang pengujian viabilitas benih.
Aspek fisiologi ditunjukan oleh viabilitas benih yang meliputi daya
berkecambah dan vigor benih. Viabilitas benih sebagai salah satu
parameter yang perlu dipertimbangkan sebelum benih disimpan,
didistribusikan dan ditanam.
Pengujian benih dengan tetrazolium merupakan salah satu uji yang
efektif. Uji tetrazolium memanfaatkan prinsip dehidrogenase yang
merupakan group enzim metabolism pada sel hidup, yang mana mudah
diamati perubahan warnanya. Selain uji TZ, uji hydrogen peroksida
(H2O2) juga merupakan uji yang efektif. Uji ini merupakan uji viabilitas
yang lain, yang membentuk transisi menjadi pengujian kecambah.
55
B. Tinjauan Pustaka
Uji Tetrazolium dilakukan pada saat penyimpanan benih 0, 3, 6, 9,12 dan
15 Minggu. Benih yang diuji sejumlah 3 butir untuk setiap perlakuan.
Prosedur uji Tetrazolium adalah sebagai berikut, benih dilembabkan dengan
media di antara kertas (kertas daya kecambah) selama 12 jam, setelah benih
selesai diperlakukan kemudian direndam selama 10-15 menit dengan larutan
Tetrazolium 1,0% dengan pH 6,5 7,0 pada suhu 400C. Kulit benih dikupas
dan kotiledon dibelah dua. Pengamatan dilakukan dengan melihat jaringan
hidup yang berwarna merah (ISTA 2005).
Menurut Zanzibar (2006), kelebihan metode tetrazolium meliputi waktu
pengujian yang singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang
mengalami dormansi serta benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after
ripening), tingkat ketelitian tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan
keahlian dan pelatihan yang intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat
mendeteksi kerusakan yang di akibatkan oleh fungi atau mikroba lainnya yang
bersifat menimbulkan kerusakan. Pengujian tetrazolium memiliki batasan.
Perkecambahan tidak dapat dideteksi dengan pengujian tetrazolium. Pengujian
tetrazoilum tidak dapat mengukur kapasitas untuk fotosintesis normal dan
noda albino secara normal (McDonald and Kwong 2005).
Kriteria benih hidup uji belah dicirikan oleh kondisi struktur tumbuh
berwarna putih atau kuning dan terlihat segar, sedangkan benih mati bila
struktur tumbuh berwarna kekuningan atau coklat, kering, layu dan busuk. Uji
belah bersifat subyektif karena sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keahlian laboran dalam menginterpretasikan tampilan kondisi/mutu benih
yang beragam. Uji ini biasanya digunakan untuk menduga kualitas awal,
misalnya penilaian tingkat kemasakan atau mutu benih saat pengunduhan
(Herdiana 2010).
Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat
dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai
(favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai
(unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Uji Tetrazolium dilaksanakan pada hari Kamis, 6
November 2014 pukul 14.00-15.00 WIB bertempat di Laboratorium
Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman (EMPT), Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Gelas beker
2) Cutter / Silet
3) Pinset
4) Stopwatch
b. Bahan
1) Garam tetrazolium
2) Benih tanaman jagung (Zea mays)
3) Benih tanaman kedelai (Glycine max)
4) KH2PO4 dan Na2HPO4.2H2O
3. Cara Kerja
a. Membuat larutan penyangga dengan cara melarutkan 9.078 g KH 2PO4
dan 11.876 g Na2HPO4.2H2O (masing-masing dalam 1000 ml air).
b. Mencampurkan 400 ml larutan pertama dan 600 ml larutan kedua.
c. Melakukan test pH larutan dengan pH meter
d. Melarutkan 10 g garam tetrazolium dalam larutan penyangga.
e. Sementara itu, merendam benih yang akan diamati dengan air dingin
selama 12 jam guna melunakkan benih.
f. Membelah benih yang telah lunak melalui embryonic axis, dapat
berupa irisan melintang ataupun membujur, namun irisan jangan
sampai terlepas.
g. Merendam benih dalam larutan garam tetrazolium tersebut sampai 1015 menit.
Ulangan
Warna
Keteranga
n
Merah tua
Benih
mati
Jagung
(Zea
mays)
Merah tua
Benih
mati
Gambar 5.2 Foto Benih
Jagung 2
Merah cerah
Benih
viabel
Gambar 5.3 Foto Benih
Jagung 3
Merah muda
Benih
viabel
lemah
Gambar 5.4 Foto Benih
Kedelai 1
Kedelai
(Glycine
max)
Merah muda
Benih
viabel
lemah
Gambar 5.5 Foto Benih
Kedelai 2
Merah muda
Benih
viabel
lemah
Gambar 5.6 Foto Benih
Kedelai 3
2. Pembahasan
Tetrazolium test merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas
benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Uji tetrazolium sangat perlu
diketahui untuk mengefektifkan proses persemaian benih, terutama pada
benih-benih dorman. Selain itu, uji ini juga memiliki tingkat ketelitian
yang tinggi. Uji tetrazolium atau disebut juga uji cepat, karena indikator
pada uji ini adalah pola-pola pewarnaan pada embrio, bukan proses
perkecambahan yang umumnya memerlukan waktu yang lebih lama dalam
menentukan final count. Warna yang ditimbulkan akibat dari reduksi yang
terjadi secara enzymatic oleh garam tetrazolium yang menghasilkan
senyawa formazan yang berwarna merah. Kriteria pewarnaan dalam uji
Tetrazolium antara lain merah cerah : jaringan masih hidup atau benih
viabel, merah muda : jaringan atau viabilitas sudah lemah, merah tua :
jaringan rusak dan tidak berwarna : jaringan sudah mati. Uji ini merupakan
uji viabilitas yang lain, yang membentuk transisi menjadi pengujian
kecambah.
Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah yang
dapat diindikasikan oleh berbagai tolok ukur parameter viabilitas benih
potensial dan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala
metabolisme dan atau gejala pertumbuhan. Hasil dari viabilitas benih
dengan uji tetrazolium menunjukkan indikasi warna pada bahan uji yang
sudah direndam tetrazolium selama 12 jam pada jagung ulangan 1 dan 2,
berwarna merah tua. Hal ini menunjukkan bahwa viabilitas benih mati
karena warna yang muncul pada bagian ujung embrio merah tua. Pada
bahan uji jagung ulangan 3 menunjukkan warna merah cerah pada bagian
embrio. Dari ketiga bahan uji ulangan jagung menunjukkan bahwa tidak
semua biji yang fisiologisnya bagus dari luar menunjukkan viabilitas benih
bagus. Pada bahan uji kedelai ulangan 1, 2 dan 3 menunjukkan indikasi
warna merah muda pada bagian embrio yang berarti viabilitas benih pada
kedelai lemah. Dari ketiga bahan uji ulangan kedelai yang menunjukkan
fisiologis yang bagus juga tidak menunjukkan bahwa viabilitas benih
bagus. Pengujian tetrazolium menunjukkan persentase kemampuan biji
untuk dapat hidup. Benih yang dikatakan memiliki daya pertumbuhan baik
adalah benih dengan viabilitas mencapai 80% ke atas. Bahan uji jagung
dan kedelai rata-rata memiliki viabilitas yang kurang baik karena dari 6
total biji yang dilakukan bahan uji tetrazolium yang menunjukkan benih
viabel hanya 1 yaitu benih jagung.
Kedelai struktur bijinya antara lain plumula, epikotil, hipokotil dan
memiliki kotiledon, karena biji kedelai termasuk biji tanaman dikotil
seperti kacang-kacangan, apabila dibelah menjadi dua, akan mendapatkan
struktur biji yang terdiri atas plumula, hipokotil, radikula, kotiledon dan
embrio. Jagung merupakan tumbuhan monokotil yang mempunyai struktur
biji antara lain endosperma, plamula, kotiledon dan radikula.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarti 2006. Keragaman Plasma Nutfah. Buletin Plasma Nutfah 1 : 33-40.
Harnowo, D., 2001. Prinsip-Prinsip dalam Mempertahankan Mutu Benih dalam
Penyimpanan. Makalah Pada Pelatihan Pengawas Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura Propinsi Jawa Timur. BALITKABI: Malang.
Herdiana Nanang. 2010. Akurasi Metode Uji Cepat dalam Menduga Mutu
Fisiologis Benih Damar (Accuracy of Rapid Test Methods to Estimate the
Physiological Quality of Dammar Seed). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.7 No.4 p 181-189
ISTA. 2005. International rules for seed testing. The International Seed Testing
Association (ISTA), Bassersdorf, CH-Switzerland. 485 p
Kolasinska K, Szyrmer J, Dul S 2006. Relationship between laboratory seed
quality tests and field emergence of common bean seed. J. Crop Science
Society of America.4 0: 470-475.
McDonald dan Kwong. 2005. Flower seed Biology and Technology. CABI.
Wallingwood.
Zanzibar Muhamad. 2006. Kajian metode uji cepat sebagai metode resmi
pengujian Kualitas benih tanaman hutan di indonesia. Balai Litbang
Teknologi Perbenihan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Departemen Kehutanan.
LAMPIRAN