Penyakit Padi
Di Indonesia
i
Kata Pengantar
iii
Kami sangat berharap panduan ini akan
membantu petugas POPT lebih memahami
hubungan antara persiapan lahan, metode
penanaman padi, dan praktek-praktek
pengelolaan air pada awal musim yang sering
mempengaruhi penyakit tertentu yang
menginfeksi sawah mereka.
Kami menerima masukan dari para
praktisi tentang bagaimana hal ini dapat
ditingkatkan di masa mendatang.
Daftar isi
Kata Pengantar...............................................................iii
Pendahuluan....................................................................1
iv
BLAS (Blas)
Jamur (Pyricularia oryzae)...........................................2
HAWAR DAUN BAKTERI/KRESEK (Bacterial
Leaf Blight)/BLB..............................................................7
Bakteri (Xanthomonas oryzae pv.oryzae)................7
BUSUK PELEPAH (Sheath root)
Jamur (Sarocladium oryzae. Sawada)...................11
BERCAK COKLAT GARIS SEMPIT (Narrow
Brown Leaf Spot) Jamur (Cercospora oryzae)...14
BUSUK GABAH BAKTERI (Bacterial Grain
Rot) Bakteri (Bulkhoderia glumae).........................18
HAWAR PELEPAH (Sheath Blight)
Jamur (Rhizoctonia solani)........................................23
BERCAK COKLAT (Brown Spot)
Jamur (Helminthosporium oryzae).........................27
NODA PALSU (False Smut)
Jamur (Ustilaginoidea virens)...................................31
KEMBANG API (Udbatta)
Jamur (Ephelis oryzae)...............................................35
LEMPUH DAUN (Leaf Scald) Jamur
(Microdochium oryzae)...............................................38
BAKTERI DUAN BERGARIS (Bacterial Leaf
Streak)..............................................................................42
Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzicola)........42
v
BAKTERI HAWAR DAUN JINGGA
Bakteri (Acidovorax avenae).....................................46
LEAF SMUT Jamur (Entyloma oryzae)...................50
Bacterial Fot Rot (Erwinia chrysntemi)...................53
Palea Browning Bakteri (Pantoea ananatis)..........57
Bakanae Jamur (Fusarium fujikuroi (Sawada))....60
White Tip Nematoda (Aphelenchoides
besseyi)...........................................................................63
vi
Pendahuluan
1
BLAS (Blas)
Jamur (Pyricularia oryzae)
3
Dok. C. Irwan
Foto 3. Spora
perbesaran 40 x
Pengendalian :
4
1. Gunakan varietas tahan
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida.
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibasillus polymyxa
5-10 cc/ltr air /fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
7. Pemupukan berimbang
5
HAWAR DAUN BAKTERI/KRESEK
(Bacterial Leaf Blight)/BLB
Bakteri (Xanthomonas oryzae
pv.oryzae)
6
penggunaan pupuk N yang tinggi. Penyakit BLB
ini termasuk salah satu penyakit terbawa benih.
Gejala : Penyakit ini akan muncul pada
seluruh bagian permukaan daun dengan ciri
khas warna kuning keemasan atau kemerahan
bahkan berwarna abu-abu dengan bentuk tidak
beraturan dan berkembang menjadi kering.
Dok. C. Irwan
7
Foto 5 . Gejala BLB
Foto 6. Perkembangan
gejala
Dok. C. Irwan
Pengendalian :
1. Gunakan varietas tahan
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
9
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air pertanaman pada umur 14, 28
dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
7. Pemupukan berimbang
10
hingga tidak teratur yang berwarna abu-abu atau
cokelat keabu-abuan. Pada bulir berwarna
cokelat kehitaman dan bisa mengakibatkan bulir
menjadi hampa. Jika infeksi serangan berat akan
menyebabkan pelepah daun bendera tidak
membuka secara sempurna sehingga tangkai
malai abnormal.
11
Dok. C. Irwan Foto 8. Gejala busuk
pelepah
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran
12
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / bakterisida di pertanaman
pada umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
13
dengan tulang daun. Penyakit ini awalnya hanya
menyerang pada bagian daun saja akan tetapi
karena kerentanan varietas dan faktor
lingkungan serta pemupukan tidak berimbang
mengakibatkan penyakit ini bisa berkembang
sampai ke leher malai seperti penyakit patah
leher blas.
Dok. C. Irwan
14
Foto 10. Gejala pada
malai
Foto 11 . Gejala
kerusakan berat Dok. C. Irwan
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
15
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
16
BUSUK GABAH BAKTERI
(Bacterial Grain Rot)
Bakteri (Bulkhoderia glumae)
17
Foto 12. Gejala pada
malai
Dok. C. Irwan
18
Foto 14. Gejala awal
BGR di persemaian
Dok. C. Irwan
Dok. C. Irwan
19
Foto 15. Kerusakan
akibat BGR di lapangan
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/bakterisida
sesuai anjuran dan perendaman dengan air
20
hangat (suhu maksimal 55° C selama ± 20
menit)
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agens hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air di pertanaman pada umur 14,
28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
21
HAWAR PELEPAH (Sheath Blight)
Jamur (Rhizoctonia solani)
22
Foto 16. Gejala hawar
pelepah
Dok. Sendy
Foto 17 . Rumpun
yang terserang Dok. C. Irwan
23
Dok. C. Irwan
24
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran.
4. Sanitasi dan manipulasi lingkungan disekitar
pertanaman (pengaturan drainase dengan
menggunakan system intermiten/pengairan
berselang).
5. Pengunaan pupuk kompos dan penggunaan
Agens Hayati pada waktu pengolahan lahan.
6. Pengunaan sistem jajar legowo
25
BERCAK COKLAT (Brown Spot)
Jamur (Helminthosporium oryzae)
26
Dok. C. Irwan
Dok. C. Irwan
Foto 20. Gejala dilapangan
27
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Tanah kahat unsur kalium
2. Drainase yang tidak baik
3. Pemupukan N yang tinggi
4. Pertanaman yang tidak sehat
5. Tanah miskin unsur hara
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
28
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
29
NODA PALSU (False Smut)
Jamur (Ustilaginoidea virens)
30
Dok. Suci NB
Dok. C. Irwan
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
32
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
33
KEMBANG API (Udbatta)
Jamur (Ephelis oryzae)
34
mampu keluar dari upih daun bendera
menyebabkan tanaman menjadi kerdil.
36
LEMPUH DAUN (Leaf Scald)
Jamur (Microdochium oryzae)
37
Dok. C. Irwan
Dok. C. Irwan
38
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Jarak tanam terlalu rapat
2. Daerah endemis penyakit
3. Pemupukan N yang tinggi
4. Kelembaban udara tinggi
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
39
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
40
BAKTERI DUAN BERGARIS
(Bacterial Leaf Streak)
Bakteri (Xanthomonas oryzae pv.
oryzicola)
41
kuning cairan bakteri, yang mengandung massa
sel bakteri, dapat diamati pada permukaan daun.
Dok. C. Irwan
Dok. C. Irwan
43
44
BAKTERI HAWAR DAUN JINGGA
Bakteri (Acidovorax avenae)
45
Dok. C. Irwan
Dok. Anik
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / bakterisida di pertanaman
pada umur 14, 28 dan 42 hst.
47
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
48
LEAF SMUT
Jamur (Entyloma oryzae)
49
Irwan, 2016
Dok. C. Irwan
Foto 28. Gejala Leaf Smut
50
3. Pemupukan N yang tinggi
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
51
Bacterial Fot Rot
Bakteri (Erwinia chrysntemi)
52
Pada gejala lanjut banyak tanaman padi yang
rusak sehingga seluruh tanaman rebah dan
mudah dicabut.
Foto 29. Gejala di
lapangan
Dok. C. Irwan
Dok. C. Irwan
54
6. Bila muncul gejala serangan segera lakukan
pengaturan sistem pengairan secara
berselang (intermitten).
55
Palea Browning
Bakteri (Pantoea ananatis)
56
hujan dan suhu tinggi di kisaran 30-35oC.
Kejadian penyakit akan meningkat di lapangan
bila unsur nitrogen tinggi.
Dok. C. Irwan
57
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Suhu dan kelembaban tinggi
2. Pemupukan N yang tinggi
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
58
Bakanae
Jamur (Fusarium fujikuroi
(Sawada))
59
menghasilkan malai yang hampa atau
sepenuhnya berkembang menjadi bulir yang
terinfeksi. Bulir yang terinfeksi parah berwarna
kemerahan karena adanya konidia patogen.
menanam di pembibitan.
Dok. C. Irwan
Dok. C. Irwan
60
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Suhu dan kelembaban tinggi
2. Pemupukan N yang tinggi
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Penggunaan varietas toleran
3. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
4. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
5. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
6. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
61
White Tip
Nematoda (Aphelenchoides
besseyi)
62
kultivar tanpa gejala, tetapi banyak A. besseyi
dapat ditemukan di malai dan biji-bijian, ini
terutama berlaku pada padi japonica (data H. Ji.
unpubl.).
Ketika benih yang terinfeksi A. besseyi direndam
dalam air atau ditanam, nematoda menjadi aktif.
Mereka bermigrasi keluar dari biji dan memulai
ektoparasit, mereka memakan jaringan tanaman.
Selama pertumbuhan awal, A. besseyi
ditemukan sedikit dan berada semua jaringan
muda, meskipun lebih banyak di tunas. Populasi
nematoda meningkat cepat pada tahap
berbunga. Pada tahap ini, nematoda terutama
ditemukan di malai (H. Ji, unpubl. data).
Nematoda memasuki spikelet sebelum bunga
mekar dan makan ectoparasite pada struktur
reproduksi. Saat bulir matang, nematoda
menjadi non aktif dan mampu bertahan hingga 3
tahun (Tenente et al 1994), tetapi jumlah dan
63
infektivitas nematoda berkurang seiring
bertambahnya usia bulir (Sivakumar 1987).
Dok. Willing B.
Dok. Willing B.
Dok. Willing B.
64
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Suhu dan kelembaban tinggi
2. Pemupukan N yang tinggi
Pengendalian :
1. Pengendalian air irigasi (intermitten) akan
mengurangi nematoda yang disebarkan oleh
aliran air.
2. Penggunaan varietas toleran, Secara umum,
varietas indica lebih toleran terhadap A.
Besseyi
3. Penanaman awal dan kepadatan penanaman
persemaian rendah juga bisa secara efektif
mengurangi penyakit.
4. Perlakuan air panas. Perlakuan yang paling
efektif benih direndam dalam air dingin
selama 18-24 jam, lalu rendam dalam air
panas pada 54-56°C selama 15 menit Setelah
perlakuan, benih dapat ditanam dengan cepat
(Todd dan Atkins 1958b).
65
5. Perlakuan kimia. Benih yang terkontaminasi
dapat direndam dalam berbagai jenis bahan
kimia untuk mengendalikan A. besseyi.
Misalnya, dalam 8 ppm avermectin EC atau
70 ppm fosthiazate EC selama 48 jam (H. Ji,
data tidak dipublikasikan). Setelah direndam,
benih perlu dibilas dengan air untuk
menghilangkan residu pestisida.
66
Daftar Pustaka
67