Anda di halaman 1dari 73

Panduan Lapang Praktis

Penyakit Padi
Di Indonesia
i
Kata Pengantar

Serangan penyakit pada tanaman padi


menjadi keprihatinan setiap petani. Bergantung
ii
pada jenis sistem produksi padi, petani di
Indonesia sering beranggapan bahwa penyebab
penyakit adalah sama.
Dalam buku panduan ini, kami telah mencoba
untuk mengumpulkan informasi praktis tentang
beberapa penyakit padi yang paling umum di
Indonesia. Panduan ini berisi informasi
mengenai jenis penyakit padi dan cara
pengendaliannya dengan singkat sehingga
mudah digunakan di lapangan. Selain itu,
gambar-gambar yang disajikan dimaksudkan
untuk membantu mengidentifikasi awal dan
akurat penyebab penyakit.
Tujuan kami adalah untuk memberikan
kemudahan petugas POPT dalam
mengidentifikasi penyakit di lapang secara
praktis dan, bila mungkin, untuk memberikan
strategi untuk memperbaiki pengelolaan penyakit
padi secara terpadu.

iii
Kami sangat berharap panduan ini akan
membantu petugas POPT lebih memahami
hubungan antara persiapan lahan, metode
penanaman padi, dan praktek-praktek
pengelolaan air pada awal musim yang sering
mempengaruhi penyakit tertentu yang
menginfeksi sawah mereka.
Kami menerima masukan dari para
praktisi tentang bagaimana hal ini dapat
ditingkatkan di masa mendatang.

Daftar isi

Kata Pengantar...............................................................iii
Pendahuluan....................................................................1

iv
BLAS (Blas)
Jamur (Pyricularia oryzae)...........................................2
HAWAR DAUN BAKTERI/KRESEK (Bacterial
Leaf Blight)/BLB..............................................................7
Bakteri (Xanthomonas oryzae pv.oryzae)................7
BUSUK PELEPAH (Sheath root)
Jamur (Sarocladium oryzae. Sawada)...................11
BERCAK COKLAT GARIS SEMPIT (Narrow
Brown Leaf Spot) Jamur (Cercospora oryzae)...14
BUSUK GABAH BAKTERI (Bacterial Grain
Rot) Bakteri (Bulkhoderia glumae).........................18
HAWAR PELEPAH (Sheath Blight)
Jamur (Rhizoctonia solani)........................................23
BERCAK COKLAT (Brown Spot)
Jamur (Helminthosporium oryzae).........................27
NODA PALSU (False Smut)
Jamur (Ustilaginoidea virens)...................................31
KEMBANG API (Udbatta)
Jamur (Ephelis oryzae)...............................................35
LEMPUH DAUN (Leaf Scald) Jamur
(Microdochium oryzae)...............................................38
BAKTERI DUAN BERGARIS (Bacterial Leaf
Streak)..............................................................................42
Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzicola)........42
v
BAKTERI HAWAR DAUN JINGGA
Bakteri (Acidovorax avenae).....................................46
LEAF SMUT Jamur (Entyloma oryzae)...................50
Bacterial Fot Rot (Erwinia chrysntemi)...................53
Palea Browning Bakteri (Pantoea ananatis)..........57
Bakanae Jamur (Fusarium fujikuroi (Sawada))....60
White Tip Nematoda (Aphelenchoides
besseyi)...........................................................................63

vi
Pendahuluan

Seringkali petugas dilapangan belum


tepat dalam melakukan identifikasi penyakit baik
yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus
serta nematoda. Kesalahan identifikasi dapat
menyebabkan tidak tepatnya rekomendasi
pengendalian sehingga hasilnya pun tidak sesuai
harapan.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan
petugas lapang dan petani khususnya identifikasi
penyakit maka diperlukan panduan praktis
sebagai bahan acuan dalam menentukan jenis
penyakit yang menyerang tanaman padi,
sehingga tepat dalam penentuan rekomendasi
pengendalian.
Mengingat kebutuhan tersebut, BBPOPT
menyusun Panduan Lapang Praktis Penyakit
Padi.

1
BLAS (Blas)
Jamur (Pyricularia oryzae)

Penyakit blas menyerang pada semua fase


pertumbuhan dan dikenal dengan istilah blas
daun (Leaf blast) pada saat fase vegetatif, dan
blas leher (Neck blast) pada saat fase generatif.
Penyakit blas ini termasuk salah satu penyakit
terbawa benih.
Gejala : Blas pada daun ditunjukan oleh
gejala yang khas berbentuk bercak belah ketupat
dengan gradasi warna kuning, coklat dan titik
putih keabu-abuan dibagian tengah. Sedangkan
gejala blas pada leher malai berwarna cokelat
dan melingkari batang leher malai yang
berwarna putih keabuan sehingga bisa
mengakibatkan leher malai menajdi patah.

Foto 1. Gejala blas


pada daun
2
Dok. C. Irwan

Tanda : Pada kelembaban yang tinggi maka


Foto 2. Gejala blas
akan
padamerangsang
leher tumbunya hifa/miselia pada
Dok. C. Irwan

bagian bercak tersebut.

3
Dok. C. Irwan

Foto 3. Spora
perbesaran 40 x

Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala


serangan dilapangan diantaranya :
1. Varietas yang peka.
2. Pemupukan N yang tinggi.
3. Sanitasi lahan yang kurang baik (banyak
rumput-rumputan sebagai tanaman inang
blas)
4. Lama pengembunan.
5. Kelembaban

Pengendalian :
4
1. Gunakan varietas tahan
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida.
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibasillus polymyxa
5-10 cc/ltr air /fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
7. Pemupukan berimbang

5
HAWAR DAUN BAKTERI/KRESEK
(Bacterial Leaf Blight)/BLB
Bakteri (Xanthomonas oryzae
pv.oryzae)

Penyakit ini menyerang pada semua fase


pertumbuhan baik dimusim hujan maupun
dimusim kemarau. Gejala serangan ini muncul
lebih awal pada daerah yang terkena banjir dan

6
penggunaan pupuk N yang tinggi. Penyakit BLB
ini termasuk salah satu penyakit terbawa benih.
Gejala : Penyakit ini akan muncul pada
seluruh bagian permukaan daun dengan ciri
khas warna kuning keemasan atau kemerahan
bahkan berwarna abu-abu dengan bentuk tidak
beraturan dan berkembang menjadi kering.

Dok. C. Irwan

7
Foto 5 . Gejala BLB

Foto 6. Perkembangan
gejala
Dok. C. Irwan

Tanda : eksudat/cairan koloni bakteri yang


berwana kuning akan muncul dibawah
permukaan daun pada pagi hari.

Dok. C. Irwan, 2016 Dok. C. Irwan, 2016

Foto 7. Eksudat dan koloni bakteri Xanthomonas


oryzae pv. oryzae
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Varietas yang peka.
2. Pemupukan N yang tinggi.
3. Sanitasi lahan yang kurang baik (banyak
rumput-rumputan sebagai tanaman inang
BLB)
4. Curah hujan yang tinggi

Pengendalian :
1. Gunakan varietas tahan
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati

9
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air pertanaman pada umur 14, 28
dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman
7. Pemupukan berimbang

BUSUK PELEPAH (Sheath root)


Jamur (Sarocladium oryzae.
Sawada)

Penyakit ini menyerang pada fase generatif awal


baik dimusim hujan maupun dimusim kemarau.
Penyakit busuk pelepah ini termasuk salah satu
penyakit terbawa benih.
Gejala : Pada pelepah daun bendera
terdapat noda berbentuk bulat memanjang

10
hingga tidak teratur yang berwarna abu-abu atau
cokelat keabu-abuan. Pada bulir berwarna
cokelat kehitaman dan bisa mengakibatkan bulir
menjadi hampa. Jika infeksi serangan berat akan
menyebabkan pelepah daun bendera tidak
membuka secara sempurna sehingga tangkai
malai abnormal.

11
Dok. C. Irwan Foto 8. Gejala busuk
pelepah

Foto 9 . Rumpun yang


terserang
Dok. C. Irwan

Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala


serangan dilapangan diantaranya :
1. Kelembaban tinggi
2. Daerah endemis penyakit
3. Pemupukan N yang tinggi
4. Pertanaman yang tidak sehat

Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran
12
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / bakterisida di pertanaman
pada umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman

BERCAK COKLAT GARIS SEMPIT


(Narrow Brown Leaf Spot)
Jamur (Cercospora oryzae)

Penyakit ini menyerang pada semua fase


pertumbuhan baik dimusim hujan maupun
dimusim kemarau. Penyakit bercak coklat sempit
ini termasuk salah satu penyakit terbawa benih.

Gejala : Gejala awal berbentuk garis


coklat dengan ukuran panjang 0,5-2 cm searah

13
dengan tulang daun. Penyakit ini awalnya hanya
menyerang pada bagian daun saja akan tetapi
karena kerentanan varietas dan faktor
lingkungan serta pemupukan tidak berimbang
mengakibatkan penyakit ini bisa berkembang
sampai ke leher malai seperti penyakit patah
leher blas.

Dok. C. Irwan

14
Foto 10. Gejala pada
malai

Foto 11 . Gejala
kerusakan berat Dok. C. Irwan

Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala


serangan dilapangan diantaranya :
1. Tidak dilakukanya pergiliran varietas
2. Pengolahan tanah yang tidak sempurna
3. Pemupukan N yang tinggi
4. Tidak dilakukan seleksi benih

Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.

15
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman

16
BUSUK GABAH BAKTERI
(Bacterial Grain Rot)
Bakteri (Bulkhoderia glumae)

Penyakit ini menyerang pada fase generatif baik


dimusim hujan maupun dimusim kemarau.
Penyakit busuk gabah ini termasuk salah satu
penyakit terbawa benih.
Gejala : Malai yang terinfeksi
menunjukan bulir yang berwarna kuning, ranting
malai masih hijau. Jika gabah dikupas akan
nampak garis coklat melintang pada bulir/beras,
busuk nampak pada batas bagian garis coklat
tersebut.

17
Foto 12. Gejala pada
malai

Dok. C. Irwan

Foto 13 . Bulir yang


Dok. C. Irwan terinfeksi

18
Foto 14. Gejala awal
BGR di persemaian

Dok. C. Irwan

Dok. C. Irwan
19
Foto 15. Kerusakan
akibat BGR di lapangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala


serangan dilapangan diantaranya :
1. Mikroklimat (suhu, kelembaban)
2. Daerah endemis penyakit
3. Pemupukan N yang tinggi
4. Benih yang terinfeksi patogen

Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/bakterisida
sesuai anjuran dan perendaman dengan air

20
hangat (suhu maksimal 55° C selama ± 20
menit)
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agens hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air di pertanaman pada umur 14,
28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman

21
HAWAR PELEPAH (Sheath Blight)
Jamur (Rhizoctonia solani)

Penyakit ini umumnya menyerang pada fase


vegetif dan bisa berkembang pada fase
generatif.

Gejala : Gejala awal umumnya


menyerang pada pelepah bagian bawah dengan
gejala putih atau putih keabu-abuan (gejala mirip
panu pada manusia), penyakit ini mampu
berkembang sampai ke ujung daun jika
hamparan tingkat kelembabannya sangat tinggi
dan pengaruh penggunaan unsur N yang
berlebihan.

22
Foto 16. Gejala hawar
pelepah

Dok. Sendy

Foto 17 . Rumpun
yang terserang Dok. C. Irwan

23
Dok. C. Irwan

Foto 18. Gejala hawar pelepah


pada daun

Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala


serangan dilapangan diantaranya :
1. Mikroklimat (suhu, kelembaban)
2. Daerah endemis penyakit
3. Pemupukan N yang tinggi,

24
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran.
4. Sanitasi dan manipulasi lingkungan disekitar
pertanaman (pengaturan drainase dengan
menggunakan system intermiten/pengairan
berselang).
5. Pengunaan pupuk kompos dan penggunaan
Agens Hayati pada waktu pengolahan lahan.
6. Pengunaan sistem jajar legowo

25
BERCAK COKLAT (Brown Spot)
Jamur (Helminthosporium oryzae)

Penyakit ini dapat menyerang pada saat


persemaian, fase vegetatif dan generatif. Pada
fase persemaian dapat mengakibatkan tanaman
mati karena busuk pada koleoptil, batang dan
akar. Serangan juga dapat terjadi pada daun dan
bulir, apabila bulir padi terserang maka mutunya
akan menurun.
Gejala : Gejala yang paling umum dari
penyakit ini adalah adanya bercak berwarna
coklat tua, berbentuk oval sampai bulat, pada
permukaan daun, pada pelepah atau pada
gabah. Gajala khas penyakit ini adalah adanya
bercak coklat pada daun berbentuk oval yang
merata di permukaan daun dengan titik tengah
berwarna coklat dengan tepian berwana kuning.
Bercak berwarna coklat gelap berbentuk oval
dengan diameter dapat mencapai ±1 cm.

26
Dok. C. Irwan

Foto 19. Gejala bercak coklat

Dok. C. Irwan
Foto 20. Gejala dilapangan

27
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Tanah kahat unsur kalium
2. Drainase yang tidak baik
3. Pemupukan N yang tinggi
4. Pertanaman yang tidak sehat
5. Tanah miskin unsur hara

Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.

28
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman

29
NODA PALSU (False Smut)
Jamur (Ustilaginoidea virens)

Penyakit ini menyerang pada fase generatif baik


dimusim hujan maupun dimusim kemarau.
Penyakit noda palsu ini menginfeksi organ pada
bunga padi kemudian menghasilkan hifa/miselia
berwarna putih dan berkembang menjadi
klamidiospora yang berwarna hijau gelap
kekuningan. Penyakit ini termasuk salah satu
penyakit terbawa benih.
Gejala : Bulir-bulir padi berubah menjadi
gumpalan spora berwarna kuning sampai orange
kemudian menjadi hijau gelap. Gejala terlihat
nyata sewaktu bulir mulai masak. Jamur ini akan
merusak pada kondisi yang lembab, banyak
hujan, mendung pada masa pembungaan dan
tanaman yang dipupuk N dengan dosis tinggi.

30
Dok. Suci NB

Foto 21. Gejala noda palsu

Dok. C. Irwan

Foto 22 . Bulir terinfeksi


31
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Kelembaban tinggi
2. Daerah endemis penyakit
3. Pemupukan N yang tinggi

Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.

32
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman

33
KEMBANG API (Udbatta)
Jamur (Ephelis oryzae)

Penyakit ini menyerang pada fase generatif.


Penyebaran jamur ini begitu cepat saat musim
hujan yang lembab dengan intensitas curah
hujan yang tinggi. Awal baik dimusim hujan
maupun dimusim kemarau. Penyakit kembang
api ini termasuk salah satu penyakit terbawa
benih.
Gejala : Gejala awal terlihat saat malai
keluar dari upih bendera. Cendawan ini telah
menginfeksi malai pada saat masih berada
dalam upih daun. Malai yang terinfeksi pada
umumnya pertumbuhannya terhambat dan gagal
membentuk biji karena diliputi oleh miselium
cendawan berwarna putih mirip kembang api.
Adanya serangan pada semua anakan dalam
satu rumpun mengindikasikan adanya infeksi
sistemik. Serangan pada malai yang tidak

34
mampu keluar dari upih daun bendera
menyebabkan tanaman menjadi kerdil.

Dok. C. Irwan Dok. C. Irwan

Foto 23. Gejala kembang api pada malai


Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Kelembaban tinggi
2. Daerah endemis penyakit
3. Pemupukan N yang tinggi
4. Pertanaman yang tidak sehat
Pengendalian :
35
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran atau dengan cara perendaman air
hangat (45-55°C) selama 10 menit
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman

36
LEMPUH DAUN (Leaf Scald)
Jamur (Microdochium oryzae)

Penyakit ini menyerang pada fase vegetatif baik


dimusim hujan maupun dimusim kemarau.
Penyakit lempuh daun ini termasuk salah satu
penyakit terbawa benih.

Gejala : Gejala dari penyakit daun


terbakar atau Leaf Scald biasanya terjadi pada
ujung daun tua . Namun dapat pula terjadi pada
sepanjang pinggir dan bagian lain dari helaian
daun. Bercak berbentuk gelombang. Daun yang
terinfeksi berat biasanya mengering dan berubah
warna menjadi putih jerami dengan warna coklat
dibagian tepinya dengan memudar.

37
Dok. C. Irwan

Dok. C. Irwan

Foto 24. Gejala lempuh daun

38
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Jarak tanam terlalu rapat
2. Daerah endemis penyakit
3. Pemupukan N yang tinggi
4. Kelembaban udara tinggi

Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.

39
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman

40
BAKTERI DUAN BERGARIS
(Bacterial Leaf Streak)
Bakteri (Xanthomonas oryzae pv.
oryzicola)

Bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzicola


menginfeksi tanaman melalui luka pada daun
atau dapat juga melalui proses alami saat
terbukanya pori-pori daun yang kemudian
terpapar butiran embun yang mengandung
bakteri. Curah hujan yang tinggi serta angin yang
cukup kencang membuat penyebaran serangan
panyakit Bakteri Daun Bergaris semakin cepat
dan meluas.
Gejala : Garis-garis ini awalnya
berwarna hijau tua dan kemudian menjadi coklat
muda hingga abu-abu kekuningan Seluruh daun
bisa menjadi coklat dan mati ketika penyakitnya
sangat parah. Dalam kondisi lembab, tetesan

41
kuning cairan bakteri, yang mengandung massa
sel bakteri, dapat diamati pada permukaan daun.

Dok. C. Irwan

Dok. C. Irwan

Foto 25. Gejala bakteri daun bergaris pada daun

Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala


serangan dilapangan diantaranya :
42
1. Kelembaban tinggi
2. Daerah endemis penyakit
3. Pemupukan N yang tinggi
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/bakterisida
sesuai anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
bakterisida pada umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / bakterisida di pertanaman
pada umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman

43
44
BAKTERI HAWAR DAUN JINGGA
Bakteri (Acidovorax avenae)

Penyakit ini menyerang pada fase vegetatif


sampai generatif baik dimusim hujan maupun
dimusim kemarau. Penyakit ini termasuk salah
satu penyakit terbawa benih.

Gejala : Muncul pada daun berbentuk


bulatan kecil/elips warna kuning merah atau
kuning kecoklatan, ukuran bercak antara 3-5mm.
gejala ini berkembang kearah ujung daun,
kadang-kadang gejala muncul pada pelepah
daun.

45
Dok. C. Irwan

Foto 26. Gejala Bakteri Garis


Daun Jingga

Dok. Anik

Foto 27. Gejala di lapangan


46
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Suhu dan Kelembaban tinggi
2. Daerah endemis penyakit
3. Pemupukan N yang tinggi

Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / bakterisida di pertanaman
pada umur 14, 28 dan 42 hst.

47
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman

48
LEAF SMUT
Jamur (Entyloma oryzae)

Penyakit ini menyerang pada semua stadia


pertanaman padi baik dimusim hujan maupun
dimusim kemarau. Penyakit ini termasuk salah
satu penyakit terbawa benih.

Gejala : Penyakit ringan dan ditandai


dengan penampilan bercak-bercak kecil, jelaga,
kusam, pada daun. Dalam varietas yang rentan,
jamur hampir menutupi seluruh permukaan daun
daun yang lebih tua.

49
Irwan, 2016
Dok. C. Irwan
Foto 28. Gejala Leaf Smut

Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala


serangan dilapangan diantaranya :
1. Suhu dan Kelembaban tinggi
2. Daerah endemis penyakit

50
3. Pemupukan N yang tinggi

Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati/fungisida sesuai
anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr atau
fungisida pada umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.
6. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman

51
Bacterial Fot Rot
Bakteri (Erwinia chrysntemi)

Busuk akar biasanya ditemukan sejak fase


anakan maksimum sampai fase produksi, tetapi
pada lahan sawah yang terserang banjir/ selalu
tergenang kerusakan dapat terjadi dimulai sejak
tanaman lebih muda.
Gejala : Penyakit busuk akar pada
tanaman padi mempunyai gejala utama berupa
daun menguning dan coklat gelap pada anakan
yang rusak. Infeksi dapat dimulai saat tanaman
masih muda. Sebagai fase awal gejala yang
timbul berupa busuknya pelepah daun dan
berubah menjadi coklat. Bercak cepat menyebar
kebawah pada buku-buku dan batang. Tangkai
menjadi lunak dan busuk mengeluarkan bau
yang tidak enak.

52
Pada gejala lanjut banyak tanaman padi yang
rusak sehingga seluruh tanaman rebah dan
mudah dicabut.
Foto 29. Gejala di
lapangan

Dok. C. Irwan

Dok. C. Irwan

Foto 30. Gejala pada batang


53
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Suhu dan Kelembaban tinggi
2. Sistem pengairan yang tidak baik
3. Pemupukan N yang tinggi
Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.

54
6. Bila muncul gejala serangan segera lakukan
pengaturan sistem pengairan secara
berselang (intermitten).

55
Palea Browning
Bakteri (Pantoea ananatis)

Busuk palea gabah biasanya ditemukan pada


fase generatif, kerusakan dapat terjadi dimulai
sejak fase primordia.
Gejala : Penyakit busuk palea pada
tanaman padi mempunyai gejala utama berupa
warna coklat sampai coklat tua pada bulir gabah.
Bercak warna coklat pada palea cepat menyebar
apabila suhu dan kelembaban tinggi.
Gejala lanjut warna coklat akan lebih banyak
pada palea bulir gabah.
Pada bintik yang menunjukkan gejala penyakit
pada palea, patogennya telah terdeteksi pada
stigma, bagian basal ovarium yang
mengindikasikan bahwa penempelan bakteri
dalam jaringan internal spikelets ini ditunjukan
dengan penampilan kecoklatan pada palea.
Penyakit ini sering terjadi pada saat periode

56
hujan dan suhu tinggi di kisaran 30-35oC.
Kejadian penyakit akan meningkat di lapangan
bila unsur nitrogen tinggi.

Foto 31. Gejala di


lapangan

Dok. C. Irwan

Foto 32. Gejala


pada bulir Dok. C. Irwan

57
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Suhu dan kelembaban tinggi
2. Pemupukan N yang tinggi

Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
3. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
4. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
5. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.

58
Bakanae
Jamur (Fusarium fujikuroi
(Sawada))

Gejala unik Bakanae adalah perpanjangan


pertumbuhan tunas setelah benih berkecambah.
Bibit yang terinfeksi tumbuh lebih cepat dan
beberapa inci lebih tinggi daripada bibit normal
dalam persemaian atau lambat di lapangan.
Gejala : Bibit atau pertanaman tipis dan
yang terinfeksi oleh Bakanae berwarna hijau
kekuningan dan tampak lemah. Ketika
mencapai fase panen, daun bendera anakan
yang terinfeksi berwarna hijau pucat. Tanaman
yang terinfeksi juga dapat menghasilkan akar
adventif pada simpul bawah batang dan daunnya
mengering satu per satu dari bawah dan mati
dalam beberapa minggu.
Tanaman yang terinfeksi mengakibatkan
pertumbuhan anakan yang sedikit dan

59
menghasilkan malai yang hampa atau
sepenuhnya berkembang menjadi bulir yang
terinfeksi. Bulir yang terinfeksi parah berwarna
kemerahan karena adanya konidia patogen.
menanam di pembibitan.

Foto 33. Gejala


batang terinfeksi

Dok. C. Irwan

Foto 34. Pertumbuhan


akar adventif pada ruas

Dok. C. Irwan

60
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Suhu dan kelembaban tinggi
2. Pemupukan N yang tinggi

Pengendalian :
1. Pemupukan berimbang
2. Penggunaan varietas toleran
3. Seleksi benih harus dilakukan dengan cara
menggunakan larutan garam dengan dosis
50 gr/ltr air.
4. Perlakuan benih/seed treatment dengan
memanfaatkan agen hayati sesuai anjuran
5. Lakukan pengendalian di persemaian
dengan memanfaatkan agen hayati
Paenibacillus polymyxa 5-10 cc /ltr pada
umur 10-15 hss.
6. Aplikasi agen hayati Paenibacillus polymyxa
5-10 cc/ltr air / fungisida di pertanaman pada
umur 14, 28 dan 42 hst.

61
White Tip
Nematoda (Aphelenchoides
besseyi)

A. besseyi menginfeksi gabah di semua sentra


produksi padi. Ektoparasit nematoda memakan
jaringan gabah muda di atas tanah.
Gejala : Gejala infeksi yang paling
mencolok adalah munculnya ujung putih pada
daun baru. Ujung-ujung yang terserang ini
berwarna putih, menjadi kering, terpelintir, dan
kusut, lalu mati.
Malai yang terinfeksi lebih pendek dari pada
tanaman sehat, dan gabah menjadi cacat.
Akibatnya, infeksi A. besseyi mempengaruhi
kualitas dann kuantitas hasil.
Beberapa varietas padi yang terinfeksi tidak
memiliki gejala ujung putih, tetapi hanya
menunjukkan gejala "butiran kecil" dan "malai
tegak" (Lin et al 2004). Bahkan, beberapa

62
kultivar tanpa gejala, tetapi banyak A. besseyi
dapat ditemukan di malai dan biji-bijian, ini
terutama berlaku pada padi japonica (data H. Ji.
unpubl.).
Ketika benih yang terinfeksi A. besseyi direndam
dalam air atau ditanam, nematoda menjadi aktif.
Mereka bermigrasi keluar dari biji dan memulai
ektoparasit, mereka memakan jaringan tanaman.
Selama pertumbuhan awal, A. besseyi
ditemukan sedikit dan berada semua jaringan
muda, meskipun lebih banyak di tunas. Populasi
nematoda meningkat cepat pada tahap
berbunga. Pada tahap ini, nematoda terutama
ditemukan di malai (H. Ji, unpubl. data).
Nematoda memasuki spikelet sebelum bunga
mekar dan makan ectoparasite pada struktur
reproduksi. Saat bulir matang, nematoda
menjadi non aktif dan mampu bertahan hingga 3
tahun (Tenente et al 1994), tetapi jumlah dan

63
infektivitas nematoda berkurang seiring
bertambahnya usia bulir (Sivakumar 1987).

Dok. Willing B.

Foto 35. Gejala pada tanaman

Dok. Willing B.

Foto 36. Gejala pada gabah dan


beras

Dok. Willing B.

64
Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
serangan dilapangan diantaranya :
1. Suhu dan kelembaban tinggi
2. Pemupukan N yang tinggi
Pengendalian :
1. Pengendalian air irigasi (intermitten) akan
mengurangi nematoda yang disebarkan oleh
aliran air.
2. Penggunaan varietas toleran, Secara umum,
varietas indica lebih toleran terhadap A.
Besseyi
3. Penanaman awal dan kepadatan penanaman
persemaian rendah juga bisa secara efektif
mengurangi penyakit.
4. Perlakuan air panas. Perlakuan yang paling
efektif benih direndam dalam air dingin
selama 18-24 jam, lalu rendam dalam air
panas pada 54-56°C selama 15 menit Setelah
perlakuan, benih dapat ditanam dengan cepat
(Todd dan Atkins 1958b).

65
5. Perlakuan kimia. Benih yang terkontaminasi
dapat direndam dalam berbagai jenis bahan
kimia untuk mengendalikan A. besseyi.
Misalnya, dalam 8 ppm avermectin EC atau
70 ppm fosthiazate EC selama 48 jam (H. Ji,
data tidak dipublikasikan). Setelah direndam,
benih perlu dibilas dengan air untuk
menghilangkan residu pestisida.

66
Daftar Pustaka

Mogi, S. 1992. Penyakit Padi. Laporan Akhir


Kerjasama Teknis Indonesia-Jepang
Bidang Perlindungan Tanaman Pangan
(ATA-162), Jakarta.

Sparks, Adam. 2001. Artikel. Brown spot. Dalam


http://www.knowledgebank.irri.org/training
/fact-sheets/pest-
management/diseases/item/brown-spot
diakses pada 12 April 2019.
Kyndt, Tina. dkk 2017. Rice nematodes or
roundworms, IRRI.

Cottyn, B. And Mew, T.W. Bacterial diseases,


IRRI.
Mew, T.W. Fungal diseases, IRRI.

67

Anda mungkin juga menyukai