Anda di halaman 1dari 9

OUTLINE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

APLIKASI BIOURINE PADA TANAMAN BAYAM MERAH


(Alternanthera amoena Voss) DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI
PERTANIAN (BPTP) UNGARAN SEMARANG JAWA TENGAH

Oleh:
Putri Emylia Agustin
NIM A1L113075

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

1
I. LATAR BELAKANG

Revolusi hijau yang telah dilaksanakan beberapa tahun silam mengakibatkan

kebanyakan dari petani di Indonesia bergantung pada pupuk anorganik. Pupuk

anorganik tersebut dikatakan mampu memberikan hasil produksi yang optimal bagi

para petani. Fenomena dampak negatif intensifikasi pertanian terhadap ekosistem

pertanian terjadi karena intensitas pemakaian pupuk kimia yang terus meningkat

dari waktu ke waktu. Pupuk anorganik lebih mudah didapatkan tetapi harganya

relatif mahal. Namun seiring dengan berjalannya waktu penggunaan pupuk

anorganik yang tak bijak mengakibatkan lahan lahan pertanian menjadi kritis.

Penggunaan pupuk anorganik selalu diikuti dengan masalah lingkungan, baik

terhadap kesuburan biologis maupun kondisi fisik tanah serta dampak pada

konsumen.

Pupuk yang beredar di pasaran ada dua jenis yaitu pupuk anorganik dan

organik. Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik

dan atau biologis dan merupakan hasil produksi dari suatu industri atau pabrik

pembuat pupuk. Sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau

seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan

yang telah melalui proses rekayasa, dapat dibentuk padat atau cair yang digunakan

untuk mensuplai bahan organik, yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan

biologi tanah. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah,

menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam

tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Sedangkan pemberian pupuk

anorganik dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang,

2
batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun (Dewanto,

2013). Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah

persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan

mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat

diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan

produksi tanaman (Nyanjang, 2003).

Penggunaan pupuk anorganik (N,P,K) secara terus-menerus dan berlebihan,

dan tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik menyebabkan tanah

menjadi keras serta produktivitasnya menurun. Pemupukan dengan pupuk

anorganik secara terus-menerus akan menurunkan tingkat kesuburan tanah,

misalnya unsur K dalam pupuk anorganik (N,P,K) merupakan salah satu unsur hara

yang mudah tercuci, sehingga tanah akan kekurangan unsur K yang dapat

menurunkan kesuburan tanah (Dharmayanti et.al., 2013). Menurut Supadma (2006)

sejak tahun 1984 pemakaian pupuk buatan (anorganik) oleh petani di Indonesia

sangat dominan untuk meningkatkan hasil pertanian secara nyata dan cepat.

Sebaliknya petani hampir melupakan peranan pupuk organik karena responnya

yang lambat dalam meningkatkan hasil. Salah satu cara yang dilakukan untuk

mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menerapkan pertanian organik untuk

mencegah semakin merosotnya kesuburan tanah. Faktor pendukung penting dalam

pertanian organik adalah pupuk organik. Penggunaan pupuk anorganik memegang

peranan penting untuk menambah kebutuhan unsur hara tanaman. Tetapi, jika

memakai pupuk anorganik secara terus menerus akan dapat merusak kondisi tanah.

3
Oleh karena itu dibutuhkan bahan organik agar kondisi tanahnya membaik. Salah

satu pupuk alam yang mengandung bahan organik ialah biourine sapi atau kambing.

Sistem pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik pada tanaman

pertanian semakin lama semakin berkembang. Pupuk organik padat lebih banyak

dimanfaatkan pada usahatani, sedangkan limbah cair (urine) masih belum banyak

dimanfaatkan (Adijaya et al., 2010). Urin sapi atau kambing dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk organik cair melalui proses fermentasi dengan melibatkan peran

mikroorganisme, sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat

yang biasa disebut dengan Biourine (Sutari, 2010). Biourine merupakan salah satu

alternatif untuk meningkatkan ketersediaan, kecukupan, dan efisiensi serapan hara

bagi tanaman yang mengandung mikroorganisme sehingga dapat mengurangi

penggunaan pupuk anorganik (N,P,K) dan meningkatkan hasil tanaman secara

maksimal. Adanya bahan organik dalam Biourine mampu memperbaiki sifat fisika,

kimia, dan biologi tanah. Pemberian pupuk organik cair seperti Biourine merupakan

salah satu cara untuk mendapatkan hasil produksi tanaman organik yang sehat

dengan kandungan hara yang cukup tanpa penambahan pupuk anorganik (N,P,K).

Salah satu komoditi yang akan dilakukan sebagai subjek dalam penggunaan

Biourine yaitu bayam merah. Bayam sangat dibutuhkan bagi anak kecil, balita,

maupun orang dewasa. Cara menghidangkan bayam pun beraneka ragam, seperti

disayur ataupun sebagai campuran bubur. Zat besi yang terkandung dalam bayam

sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan zat besi pada tubuh balita. Bayam

digemari masyarakat Indonesia karena enak, lunak, dan dapat memperlancar

pencernaan. Total luas panen bayam di Indonesia pada tahun 1994 mencapai 34.600

4
hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18 sayuran komersial yang dibudidayakan

dan dihasilkan di Indonesia (Hadisoeganda, 1996). Produksi bayam meningkat dari

tahun ke tahun karena kesadaran mayarakat akan pentingnya mengkonsumsi

sayuran semakin meningkat. Bayam dapat menjadi sumber protein yang murah dan

baik bagi para penduduk di daerah tropis, sub tropis, dan iklim sedang.

Bayam merah (Alternanthera amoena Voss) merupakan tumbuhan dari

keluarga Amaranthacea. Di Jawa, tanaman ini dinamai bayem abrit, bayem lemag

atau bayem sekul. Namun, tak dipungkiri bahwa mayoritas masyarakat kita tak

banyak mengenal bayam merah. Masyarakat lebih familiar dengan bayam hijau

untuk konsumsi sehari-hari. Ketidak populeran bayam merah berakibat pada

budidaya maupun pemasarannya juga belum begitu masif. Padahal, tanaman

bernama latin Alternanthera amoena Voss ini mengandung banyak khasiat yang

dapat mengobati berbagai penyakit. Bahkan, bayam merah dipercaya juga dapat

membersihkan darah setelah melahirkan, memperkuat akar rambut, mengobati

disentri, dan mengatasi anemia (Rizky, 2013). Oleh karena itu, penggunaan bayam

merah disini adalah untuk mengetahui pengaruh biourine terhadap pertumbuhan

bayam merah yang ditanam secara organik.

5
II. TUJUAN PRAKTIK KERJA LAPANG

1. Mengenal langsung kondisi geografis, sejarah, organisasi, dan kegiatan utama

di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Semarang,

2. Mengetahui secara langsung proses pembuatan dan pengaplikasian biourine,

3. Mengetahui pengaruh pengaplikasian biourine terhadap pertumbuhan tanaman

bayam merah,

4. Mengembangkan sikap mental mahasiswa yang berorientasi dunia kerja

(menumbuhkan rasa percaya diri, tangguh, dinamis, disiplin, bertanggung

jawab, dan mampu bermasyarakat).

6
III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan

Praktik kerja lapangan dilaksanakan selama 25 hari antara bulan Juli

Agustus 2016 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Ungaran Semarang.

B. Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi praktik kerja lapangan ini adalah mengenai aplikasi biourine pada

tanaman bayam merah (Alternanthera amoena Voss) di Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Ungaran Semarang.

C. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

1. Metode yang digunakan yaitu metode observasi dan praktik lapangan untuk

memperoleh data dan informasi terkait.

2. Pengambilan data primer melalui praktik langsung, pengamatan, dan

wawancara dengan staff atau petugas lain yang turut serta dalam proses

pembuatan dan budidaya.

3. Mencari sumber data sekunder dari arsip atau dokumen terkait dengan aplikasi

biourine dan budidaya bayam merah.

4. Studi pustaka yang mendukung.

7
IV. JADWAL PELAKSANAAN

Pelaksanaan praktik kerja lapang ini dilaksanakan selama 25 hari antara

bulan Juli Agustus 2016 dengan pembagian kerja seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang


Minggu ke-
Kegiatan
I II III IV

Persiapan dan orientasi lapang ****

Pembuatan dan pengaplikasian biourine **** ****

Pengumpulan data **** **** ****

Penyusunan laporan ****

8
DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, I.N. dan Kertawirawan, P.A. 2010. Respon Jagung (Zea mays L.) Terhadap
Pemupukan Biourin Sapi di Lahan Kering. Laporan. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Denpasar, Bali.

Dewanto, Frobel G., J.J.M.R. Londok, R.A.V. Tuturoong, dan W.B. Kaunang.
2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi
Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan, Jurnal Zootek. 3(5):1-8.

Dharmayanti, Ni Kadek Shinta, A.A. Nyoman Supadma, dan I Dewa Made


Arthagama. 2013. Pengaruh Pemberian Biourine dan Dosis Pupuk Anorganik
(N,P,K) Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Pegok dan Hasil Tanaman
Bayam (Amaranthus sp.), Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 2(3):165 174.

Hadisoeganda, A.W. 1996. Bayam: Sayuran Penyangga Petani di Indonesia. Balai


Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.

Nyanjang, R., A. A. Salim., Y. Rahmiati. 2003. Penggunaan Pupuk Majemuk NPK


25-7-7 Terhadap Peningkatan Produksi Mutu Pada Tanaman The
Menghasilkan di Tanah Andisols. PT. Perkebunan Nusantara XII. Prosiding
Teh Nasional. Gambung. 181- 185.

Rizky, Farah. 2013. The Miracle of Vegetables. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sudarmaji, S. 1995. Prosedur Analisa Bahan Makanan Pertanian. Liberty,


Yogyakarta.

Supadma, A.A.N. 2006. Uji Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap
Hasil Jagung Manis Serta Kepadatan Tanah Inceptisol Tabanan. Agritrop.
25(2):51-56.

Sutari, N. W. S. 2010. Pengujian Kualitas Biourine Hasil Fermentasi Dengan


Mikroba Yang Berasal Dari Bahan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.). Tesis. Program Studi
Bioteknologi Pertanian, Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian,
Universitas Udayana, Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai