Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

ACARA V.STRUKTUR DAN TIPE KECAMBAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : HIBATUNNUR

NIM : C1M017047

KELOMPOK : 13

GELOMBANG : II

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini dibuat dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti praktikum selanjutnya.

Mataram, 2 November 2019

Mengetahui,

Asisten Praktikum Praktikan,

Miftahur Rizky Hibatunnur


C1M015128 C1M017047
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang penting bagi manusia. Produktivitas


pertanian yang tinggi harus didukung pula oleh kualitas benih yang digunakan
sebagai bahan pertanaman. Benih merupakan biji yang digunakan sebagai
bahan utama dalam proses pertaaman.dan memiliki fungsi agronomis. Sebagai
bahan tanam, benih yang ditanam pada waktu tertentu harus mampu
berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman normal. Syarat tumbuh benih
meliputi syarat internal berupa kesiapan dan kemasakan embrio dan bagian-
bagian penunjang lnternal. Syarat eksternal meliputi keadaaan lingkungan yang
mendukung seperti pH, media, air, suhu dan lain sebagainya. Perkecambahan
dan syarat tumbuh suatau benih dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi:
tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat
perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan
cahaya.

Perkecambahan merupakan tahap dimulainya perkembangan suatu


tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Berdasarkan letak dari posisi kotiledon
dalam proses perkecambahan dikenal dengan adanya perkecambahan hipogeal
dan epigeal. Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang
meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah.
Kotiledon relatif tetap posisinya. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri dan
jagung. Pada epigeal, hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya
kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini
terjadi pada kacang hijau dan jarak.

Mengetahui tipe perkecambahan benih sangat bermanfaat dalam


pengaplikasian budidaya tanaman yakni dalam hal mengetahui cara penanaman
benih yang tepat serta berapa kedalaman tanah yang diperlukan agar benih
berkecambah dengan baik dan memudahkannya muncul ke permukaan
tanah.Oleh karena itu, perlu dilakukannya praktikum ini dengan mengetahui
sruktur dari kecambah dan tipe-tipe perkecambahan.

1.2.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini adalah mengetahui struktur
kecambah dan dapat membedakan tipe-tipe perkecambahan beberapa jenis
tanaman serta dapat mengamati perubahan dalam fase-fase perkembangan
benih.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan dapat diartikan sebagai suatu peristiwa tumbuhnya


embrio di dalam biji menjadi tanaman baru. Keadaan lingkungan yang sesuai
dapat menjadi salah satu faktor benih tanaman dapat berkecambah. Proses
perkecambahan ini memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang
memadai, persediaan oksigen yang cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur
biji yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan
struktur kecambah yang berbeda pula. Pada tumbuhan monokotil, struktur
kecambah meliputi radikula, akar primer, plumula, koleoptil, dan daun pertama.
Sedangkan, pada kecambah tumbuhan dikotil terdiri atas akar primer, hipokotil,
kotiledon, epikotil, dan daun pertama (Purnobasuki, 2011).

Mengacu pada ada tidaknya kotiledon yang tumbuh di atas permukaan


tanah atau tetap di dalam tanah, terdapat dua tipe perkecambahan. Tipe
perkecambahan epigeal adalah jika pada bagian aksis batang atau internodus,
hanya hipokotil (kotiledon bawah) yang memanjang, kemudian kotiledon
diangkat keatas tanah. Pada perkecambahan epigeal, hanya bagian kait pada
hipokotil yang tumbuh menembus tanah, sehingga bagian plumula yang halus
tidak terkena tanah dan dilindungi oleh kotiledon yang tertutup. Perkecambahan
hipogeal adalah jika internodus di bagian atas kotiledon (epikotil yang
memanjang) kemudian kotiledon tetap tinggal didalam tanah. Pada
perkecambahan hipogeal, epikotil membentuk kait, kembali melindungi ujung
plumula(Kristiati,2011).

Dalam melakukan uji viabilitas benih, dilakukan dengan dua metode


yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam metode uji secara
langsung kita dapat mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah
secara langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui
mutu hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme. Untuk metode
uji secara langsung diperlukan substrat pengujian, dapat berupa kertas, pasir,
tanah dan sebagainya. Metode uji dengan substrat sebagai tempat, lebih cepat
dan lebih mudah menilai struktur-struktur penting kecambah dan dapat dengan
mudah distandarisasi. Metode uji dapat dilakukan untuk mendapatkan uji daya
berkecambah, dan kekuatan tumbuh, hal ini tergantung pada kondisi lingkungan
pengujian benih (Aryunis, 2009).
Kelangsungan daya hidup benih ditunjukan oleh persentase benih yang
akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir
yanga menyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan suatu benih,
memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang tinggi dan
pada beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya pemecahan dormansinya.
Vigor benih dapat menjadi informasi penting untuk mengetahui kemampuan
tumbuh normal dalam kondisi optimal dan sub optimal (Shankar, 2006).
Kualitas benih digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kualitas genetik,
fisiologis, dan kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk mengetahui
kualitas fisiologis yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk
berkecambah. Index matematis terhadap perkecambahan dapat mudah untuk
menggambarkan kualitas benih yang dapat diterima oleh seluruh konsumen
(Al-Karaki, 2002).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 25 Oktober 2019
dimulai pukul 10.30-11.45 WITA. Bertempat di Laboratorium Agronomi dan
Hortikultura Tanaman Gedung D Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah nampan plastic
dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih
jagung,benih kacang dan tanah.

3.3 Prosedur Kerja Praktikum


Adapun hal-hal yang harus dilakukan pada saat praktikum yaitu :

a. Diisi bak pesemaian dengan pasir sampai ¾ tinggi bak, kemudian disiram air
sampai lembab (tidak tergenang)

b. Ditanam benih tanaman pada bak-bak yang sudah di sediakan.

c. Ditutup benih tanaman yang ditanam tersebut dengan pasir, kedalaman

tanaman jangan terlalu dalam atau terlalu dangkal.

d. Perawatan dilakukan setiap hari.

Pengamatan :

- Pengatan dilakukan setiap hari, selama sepuluh hari dimulai 1 hari (1x 24jam)

setelah penanaman

- Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan mencabut benih yang sudah

berkecambah dengan hati-hati dan jaga jangan sampai rusak.

- Parameter pengamatan pada tiap perkecambahan benih adalah (a) panjang


akar dan panjang tunas (b) jumlah benih berkecambah (c) gambar fase-fase
perkecambahan benih mulai saat tanam sampai hari ke 10 (sepuluh)
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Panjang plumula, radikula, dan jumlah benih yang


berkecambah

Hari Jagung (cm) Kacang tanah (cm)


pengamatan
A b c a b c

1 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0

3 6 2 8 0 0 0

4 213 198 17 28,7 9,3 4

5 - - - 35,2 12,5 6

6 - - - 37,3 11,3 5

7 - - - 7,42 3,8 4

Grafik 1. Perkecambahan Jagung dan Kacang tanah

40
30
rata-rata panjang
20 jagun
10 rata-rata panjang
kacang
0
0 2 4 6
-10
4.2. Pembahasan

Struktur perkecambahan merupakan bagian-bagian awal tanaman yang


muncul pada awal terjadinya perkecambahan.Secara umum struktur yang
peratama kali keluar pada perkecambahan adalah radukula dan plumula.
Radikula merupakan bakal calon akar yang tumbuh selama masa
perkecambahan. Radikula berfungsinya sebagai bagian tanaman yang akan
berkembang menjadi akar tanaman yang akan menyokong dan menyuplai
bahan-bahan makanan untuk diproses pada bagian tanaman lainnya.
Selanjutnya diikuti oleh munculnya plumula, yaitu bakal calon batang yang
tumbuh selama masa perkecambahan dan berfungsi sebagai bagian tanaman
yang akan mengalami perkembangan ke atas untuk membentuk batang dan
daun.
Dalam pengujian viabilitas benih, kita dapat mengetahui Tipe
perkecambahan benih itu sendiri. Tipe perkecambahan ada 2 yaitu tipe
perkecambahan epigel (tipe perkecambahan dimana plumula dan kotiledon
terangkat keatas permukaan tanah) dan tipe perkecambahan hipogeal (tipe
perkecambahan dimana plumula memanjang kotiledon tetap dibawah tanah).
Berdasarkan struktur bijinya, terdapat perbedaan antara benih kacang
tanah dan benih jagung. Dimana, benih kacang tanah merupakan kelompok biji
yang berkeping dua sementara benih jagung merupakan biji yang berkeping
satu. Sehingga untuk benih jagung mempunyai tipe perkecambahan hipogeal.
Sedangkan untuk benih kacang tanah tipe perkecambahan epigeal. Karena
struktur keeping biji mempengaruhi tipe perkecambahannya.
Pada proses perkecambahan tardapat 3 fase yaitu: Fase I disebut juga
dengan fase imbibisi, dalam fase ini air diserap oleh benih, baik benih dorman
maupun non dorman, benih viabel maupun non viabel. Proses ini berlangsung
karena adanya perbedaan potensial air antara benih dengan air yang sangat
besar. Potensial air pada benih kering dapat mencapai –1000 bar, sementara
pada air 0 bar. Fase II atau lag phase adalah periode mulai aktifnya
metabolisme sebagai persiapan untuk perkecambahan pada benih non dorman.
Sementara pengaktifan metabolisme tidak terjadi pada benih mati. Fase III atau
fase pertumbuhan hanya terjadi pada benih non dorman yang viabel, ditandai
dengan munculnya akar dan diikuti dengan proses pembelahan sel yang
ekstensif, peningkatan laju penyerapan air dan perombakan cadangan makanan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selama 7 hari, dapat
diketahui bahwa pada benih jagung, baik plumula maupun radikulanya baru
muncul pada hari ke-3 dimana jumlah benih yang berkecambah sebanyak 8
benih sementara total panjang radikulanya adalah 6cm dan panjang plumulanya
sebesar 2cm hal tersebut menunjukkan adanya pembenaran teori bahwa
radikula lebih dulu muncul dibandingkan plumula sementara pada hari ke -4
seluruh benih sisanya yakni sebanyak 17 benih berkecambah secara serempak.
Total panjang radikulanyapun masih mendominasi yakni sebesar 213 cm dan
total panjang plumulanya sebesar 198 cm. radikula lebih dahulu muncul guna
menyerap air dari lingkungan sekitarnya sehingga benih berkecambah dengan
baik.
Sementara itu, pada benih kacang tanah, benih menunjukkan
perkecambahan pada hari ke-4 dimana total panjang radikulanya sebesar 28,7
cm sementara total panjang plumulanya yaitu 9,3cm dengan jumlah biji
berkecambah sebanyak 4. Selanjutnya, pada hari ke 5 terjadi peningkatan
jumlah biji yang berkecambah yaitu sebanyak 6 biji dengan total panjang
radikula sebesar 35,2 cm dan panjang plumula sebesar 12,5 cm dengan total biji
yang berkecambah sebanyak 6 butir. Pada hari terakhir pengamatan,
didapatkan benih yang berkecambah sebanyak 5 benih dengan total panjang
radikula sebesar 37,3 cm dan panjang plumula sebesar 11,3 cm. Dari hasil yang
didapatkan menunjukkan bahwa vigor benih kacang tanah kurang baik dimana
dapat terlihat bahwa hingga hari ke 7 tidak semua benih yang berkecambah
secara serempak bahkan terdapat pula benih mati.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulakan
bahwa :
a. Struktur perkecamabahan pada benih kacang tanah maupun benih
jagung dimulai dari munculnya radikula kemudian diikuti oleh
kemunculan plumula
b. Tipe perkecambahan jagung adalah hypogeal sementara kacang tanah
tanah adalah hypogeal
2.1. Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya praktikan melakukan praktikum
dengan tenang dan teratur sehingga keadaan ruang laboratorium tetap kondusif
dan nyaman selama berlangsungnya praktikum. Selain itu, praktikan harus
lebih teliti dalam membaca diktat praktikum sehingga memahami apa saja yang
harus diamati
DAFTAR PUSTAKA

Al-Karaki. G.N. 2002. Seed size and water potential effects on water uptake
germination and growth oflentil. Journal of Agronomy Crop Science. 181(4)
:237-242.
Aryunis. 2009. Analisis Benih.Andi. Jakarta.
Kristiati,E.2011.Pertumbuhan dan Perkembangan. http://repository.ipb.ac.id. Diakses 02
November 2019.
Purnobasuki, Hery.2011.Perkecambahan.https://webcache.googleusercontent.Diakses 02
November 2019.
Shankar, U. 2006. Seed size as a predictor of germination success and early

Anda mungkin juga menyukai