Anda di halaman 1dari 9

ACARA II

PENGARUH KERAPATAN SEBAR BENIH TERHADAP KUALITAS BIBIT PADI

I. Tinjauan Pustaka

Penanaman padi secara pemindahan bibit (transplanting) memerlukan adanya peningkatan kesehatan
bibit selama dipersemaian bibit yang sehat dan kualitasnya baik akan dapat menyesuaikan dengan
keadaan lapang (tempat penanaman) lebih baik, dan ini juga dapat mempengaruhi pertumbuhan padi
muda selanjutnya.

Pada umumnya para petani menggunakan benih yang lebih banyak daripada yang dianjurkan.
Sedangkan luas persemaian yang digunakan lebih sempit dari yang seharusnya, sehingga kerapatan
sebarnya lebih tinggi. Bibit yang diameternya terlalu rapat, kebutuhan cahaya tiap bibit tidak terpenuhi
sehingga tidak akan tumbuh sangat panjang, kurus dan lemah. Tanaman yang menunjukkan
kenampakan seperti ini akan dikatakan etiolasi. Bibit yang kurus ini disebabkan pula oleh adanya
persaingan antar individu bibit itu sendiri didalam membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhannya.

Jumlah benih dianjurkan kurang lebih 25 kg/ha, sedangkan kerapatan sebarnya 75 gram/m2.

II. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh kerapatan sebar terhadap kualitas benih padi

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kualitas bibit padi dengan berat keringnya

III. Persiapan

Bahan:

· Biji padi

· Tanah

Alat:

· Polibag

· Penggaris

IV. Cara Kerja


Menyiapkan 9 buah polibag yang berdiameter sama yang kemudian diisi dengan tanah yang beratnya
sama pula, menambahkan air hingga kapasitas lapang. Benih padi disemaikan pada tiap-tiap polibag
dengan kerapatan sebar 100 gr/m2, 75 gr/m2 dan 50 gr/m2. Bibit dipelihara agar pertumbuhannya tidak
mengalami gangguan.

V. Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali sampai bibit berumur 21 hari. Setelah berumur 21 hari dicatat
mengenai:

1. Jumlah daun

2. Tinggi bibit

3. Jumlah anakan

Pengamatan dilakukan dengan mengambil 5 contoh bibit secara acak pada masing-masing perlakuan.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kualitas dengan berat kering bibit, maka 5 contoh bibit
dari masing-masing contoh tersebut dioven sampai beratnya tetap.

Dalam penilaian kualitas bibit, Numata 1971 cit. Muhammad Soerjani, 1974 menyarankan penggunaan
ukuran relative, yaitu Summed growth ratio (SGR) tanaman:

Dimana: L’ = ratio of the number of leaves

T’ = ratio of the number of tillers

H’ = raio of the number of height

Dari hasil perhitungan apabila SGR suatu bibit lebih tinggi maka bibit tersebut mempunyai kualitas yang
lebih baik daripada yang lainnya.

VI. Data Pengamatan

Kerapaatan Sebar

L
T

20

0.05

15

0.09

15

0.05

VII. Perhitungan

1. Menghitung dan membandingkan SGR masing-masing pada perlakuan

Diketahui :

L2 : 4

T2 : 20

H2 : 0.05

L3 : 6

T3 : 15

H3 : 0.09
L4 : 6

T4 : 15

H4 : 0.05

Ditanyakan :

SGR2, SGR3, SGR4 …….?

Penyelesaian :

L2 ‘ : 4/16 x 100% = 25 %

L3 ‘ : 6/16 x 100% = 37.5%

L4 ‘ : 6/16 x 100% = 37.5%

T2 ‘ : 20/50 x 100% = 40%

T3 ‘ : 15/50 x 100% = 30%

T4 ‘ : 15/50 x 100% = 30%

H2 ‘ : 0.05/0.19 x 100% = 26.32%

H3 ‘ : 0.09/0.19 x 100% = 47.37%

H4 ‘ : 0.05/0.19 x 100% = 26.32%

SGR2 : (L2 ‘ + T2 ‘ + H2 ‘) ÷ 3

: (25% + 40% + 26.32%) ÷ 3

: 30.44%

SGR3 : (L3 ‘ + T3 ‘ + H3 ‘) ÷ 3

: (37.5% + 30% + 47.37%) ÷ 3

: 38.29%
SGR4 : (L4 ‘ + T4 ‘ + H4 ‘) ÷ 3

: (37.5% + 30% + 26.32%) ÷ 3

: 31.27%

Pembahasan

Kesimpulan

https://devridap.blogspot.com/2014/10/laporan-praktikum-dasar-agronomi.html

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.)| adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Padi diduga
berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari
daratan Asia sekitar 1500 SM. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae. Bercirikan berakar
serabut, batang sanagt pendek, struktur berupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang
saling menopang, daun sempurna debgan pelepah tegak, dau berbetuk lanset, warna hujau muda
sampai hijau tua, berurat sejajar, ukuran 3mm–15mm, tertutup oleh sekaran (Anonim, 2012).
Untuk peningkatan produksi tanaman yang dilakukan dengan cara teknik budidaya,pengguanaan bibit
unggul,maupun pengaturan zat pengaturtumbuh. Gabungan antara teknik budidaya dan zat pengatur
tumbuh telah banyak dilakukan seperti cara tanam dan system pertanaman yang digabungkan antara
penggunaan hormon pertumbuhan (Budi, 2000).Penaburan gabah yang rapat pada pesemaian akan
berakibat pertumbuhan bibit kurang baik. Tanaman padi biasanya dengan pola tanam tertentu agar
mudah disiangi dan tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan unsur hara. Pada umumnya varietas
unggul dapat menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm (musim kemarau), 25 x 25 cm (musim hujan) dengan
pola tanam bujur sangkar (Soemartono, 1981).

Jarak tanam yang renggang membutuhkan keseluruhan parameter pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan dengan jarak tanam rapat dan tercermin pada peningkatan jumlah cabang, jumlah polong
dan berat kering biji (Lorentz dan Maynard, 1980).

Penentuan jarak tanam tergantung pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim, dan varietas
yang ditanam. Benih yang daya tumbuhnya rendah perlu ditanam dengan jarak tanamn yang lebih rapat.
Pada tanah yang subur, jarak tanam yang agak renggang lebih menguntungkan. Kegunaan jarak tanam
rapat yaitu tanaman muda yang mati dapat terkompensasi sehingga tanaman tidak terlalu
jarang,permukaan tanah dapat segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma dapat segera ditekan, dan
akan memberikan hasil yang tinggi. Sebaliknya kerugian jarak tanam yang terlalu rapat antara lain
penyiangan sukar dilakukan. Benih yang diperlukan lebih banyak, ruas batang tumbuh panjang sehingga
tanaman kurang kokoh dan mudah roboh (Supriono, 2000)

B.Tujuan

Adapun tujuan praktikum yang dilakukan oleh mahasiswa, yaitu :

1. Mengetahui pengaruh kerapatan sebar terhadap kualitas bibit.

2. Mengetahui hubungan antara kualitas bibit dengan berat keringnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penanaman benih secara pemindahan bibit memerlukan adanya peningkatan kesehatan bibit selama di
persemaian. Bibit yang kualitasnya lebih baik akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lapangan
lebih baik dan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi muda selanjutnya (Anonim, 2003).

Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air (waterplant). Sebagai tanaman air
bukanlah berarti bahwa tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus-menerus
digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah maupun disengaja. Dengan megahnya
tanaman padi juga bisa tumbuh di atas tanah kering, asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan
tanaman akan air (Siregar, 1981).

Metode budidaya padi metode SRI (System of Rice Intensification) merupakan terobosan budidaya padi
dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara. Dibandingkan dengan
budidaya padi dengan pola konvensional, metode SRI mampu menghemat benih hingga sepertiganya.
Metode SRI hanya memerlukan 10 kg benik untuk 1 hektar lahan, yang biasanya mencapai 30 – 50 kg
benih dalam sistem konvensional. Pada SRI penyiangan harus dilakukan karena banyak gulma.
Penyiangan dapat dilakukan dengan mekanisasi dengan memanfaatkan mesin penyiang. Dampaknya
menghemat tenaga kerja, waktu, dan memperbaiki sistem aerasi tanah (Anonim, 2010).

Menurut Uphoff (2006), sekitar 30 tahun revolusi hijau di Asia, keberlanjutan sistem produksi intensif
beras dapat dilihat dari perspektif yang berbeda yang mencerminkan kepentingan yang tampaknya
bertentangan. Pengalaman bersama SRI mengajarkan kita bahwa petani yang melakukan pengairan
terus – menerus pada padinya telah menghabiskan air dalam jumlah banyak. Padahal, nasi dapat
dihasilakn lebih banyak dengan air yang sedikit, selama tanah dan nutrisi diatur dengan baik.

Jumlah penduduk terus meningkat, sedangkan penyusutan lahan juga meningkat tiap tahun. Kebutuhan
bahan makanan yang berupa beras meningkat pula sehingga pemerintah berupaya meningkatkan
produksi padi. Metode SRI cukup membantu dalam upaya peningkatan ini (Budiyono, 2006).

Pada SRI benih dapat ditebar dalam wadah dimana tanaman muda dapat dipindahkan, sekali atau dua
kali sebelum penamanan permanen. Ini bermanfaat karena dapat menghemat waktu selama pengerjaan
tanah yang memakan waktu lama. Jarak tanam yang tepat juga sangat penting untuk menghindari
penjarangan yang ekstensif (Harjadi, 2002).

Untuk memperkirakan atau menentukan jarak tanam dan banyaknya benih dalam satu daerah lahan
harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi misalnya keadaan tanah, pengerjaan tanah, dan
pemupukan (Mayer dan Poljakof, 1975).

http://lalutaufik.blogspot.com/2015/05/kerapatan-sebar-benih-ddbt.html

Anda mungkin juga menyukai