Anda di halaman 1dari 15

ACARA II

BUDIDAYA TANAMAN BAWANG MERAH

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari : Rabu
Tanggal : 28 Agustus 2019
Tempat : Kebun Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta

B. Tujuan Acara
1. Mempelajari dan mempraktekan cara berbudidaya bawang merah
2. Mengkaji perlakuan benih (pemogesan) terhadap pertumbuhan bawang
merah

C. Tinjauan Pustaka
Tanaman bawang merah termasuk salah satu di antara tiga anggota
Allium yang paling populer dan mempunyai nilai ekonomi tinggi di samping
bawang putih dan bawang bombay (Wibowo, 1994 dalam Akira Tabuni, 2017).
Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia Tengah, yakni
sekitar Bangladesh, India, dan Pakistan (Tim Bina Karya Tani, 2014). Bawang
merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas tanaman
hortikultura yang banyak dikonsumsi manusia sebagai campuran bumbu masak
setelah cabe.
Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumput yang
tumbuh tegak dan tinggi mencapai 15-50 cm dan membentuk rumput. Akarnya
berbentuk akar serabut yang tidak panjang. Bentuk daun bulat kecil
memanjang, ujungnya meruncing sedangkan bagian bawah melebar.
Klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut menurut Suriani
(2011) :
Kingdom  : Plantae
Divisi       : Spermatophyta
Class        : Monocotyledonae
Ordo         : Liliales
Famili        : Liliaceae
Genus       : Allium
Spesies     : Allium ascalonicum L.
Pada umumnya bawang merah diperbanyak dengan menggunakan umbi
sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang
menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi yang baik
untuk bibit harus berasal dari tanaman yang sudah cukup tua umurnya, yaitu
sekitar 70-80 hari setelah tanam. Umbi bibit sudah siap ditanam apabila telah
disimpan selama 2-4 bulan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung
umbi. Pada umumnya petani bawang merah menggunakan bibit dari umbi
konsumsi. Penggunaan bibit dari umbi konsumsi dilakukan secara turun
temurun dalam kurun waktu yang lama. Akibatnya umbi bibit yang digunakan
mempunyai mutu yang rendah (Triharyanto et al., 2013).
Menurut Santoso (2012) tanaman bawang merah baik ditanam di dataran
rendah atau ketinggian sekitar 30 m dpl (di atas permukaan laut). Curah hujan
tahunan yang dibutuhkan sekitar 1.000-2.000 mm/tahun dengan bulan basah 5-
7 bulan dan bulan kering 4-6 bulan. Suhu udara untuk tanaman ini 25-32ºC,
kelembapan sedang, dan cukup mendapatkan sinar matahari langsung. Jenis
tanah yang dikehendaki adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu
dengan keasaman (pH) 6-6,8. Kedalaman air tanah sebaiknya sekitar 50cm dari
permukaan tanah.
Budidaya bawang merah di dataran rendah memiliki umur panen antara
hari setelah tanam (hst), sedangkan di dataran tinggi memiliki umur panen hst.
Umur panen bawang merah dipengaruhi oleh varietas yang digunakan. Bawang
merah varietas brebes sesuai namanya merupakan varietas lokal asal Brebes
dan dapat dipanen pada umur 60 hari setelah tanam. Produksi Bima Brebes
mampu mencapai 10 ton/ha umbi kering dan 22% susut bobot umbi dari umbi
panen basah. Varietas lokal asal Brebes ini resisten terhadap penyakit busuk
umbi (Botrytis alli) dan peka terhadap busuk daun (Phytopthora porri) sehingga
cocok ditanam di dataran rendah (Putrasamedja dan Suwandi, 2011)
Berdasarkan peneilitian Ambarwati dan Yudoyono (2009) bawang merah
varietas Bima Brebes beradaptasi jelek pada semua lingkungan uji yaitu dua
lokasi tanam pasir pantai dan sawah pada musim hujan dan kemarau.
Karakteristik varietas Bima Brebes yaitu tinggi tanaman cm, jumlah anakan 7
12 umbi per rumpun. Daun berbentuk silindris, berlubang, berwarna hijau dan
jumlah daun berkisar helai. Bentuk bunga menyerupai payung, berwarna putih,
buah per tangkai berkisar Bawang merah varietas ini berasal dari daerah lokal
Brebes dan agak sukar berbunga. Umbi berbentuk silindris, lonjong, bercincin
kecil pada leher cakram yang merupakan batang pokok tidak sempurna dan
berwarna merah muda (Putrasamedja dan Suwandi, 2011). 
Bawang merah varietas Tajuk berasal dari Nganjuk yang merupakan hasil
introduksi dari Thailand. Bawang merah ini memiliki ciri-ciri sebagai brikut,
tinggi tanaman 26.4–40.0 cm, bentuk daun silindris berongga, ukuran panjang
daun 27– 32 cm, lebar 0.49–0.54 cm, warna daun hijau muda, umur panen 52–
59 hari, bentuk umbi bulat, ukuran tinggi umbi 2.1–3.4 cm, diameter 0.8–2.7
cm, warna umbi merah muda, berat per umbi 5–12 gram, daya simpan di suhu
27-30℃ 3–4 bulan setelah panen, susut bobot umbi 22–25%, penciri utama:
warna daun hijau muda (Light Green 41 RHS 141 D), bentuk umbi bulat
dengan diameter terluas mendekati ujung akar, warna umbi merah muda (Pink
RHS 64 D). Keunggulan varietas Tajuk adalah beradaptasi dengan baik pada
musim kemarau dan tahan terhadap hujan, memiliki aroma yang sangat tajam,
sehingga cocok digunakan sebagai bahan baku bawang goreng. Wilayah
adaptasi varietas Tajuk sesuai di dataran rendah di Kabupaten Nganjuk
(Kementerian Pertanian 2016 dalam Fadhlurrahman, 2017).
Ciri-ciri morfologis bawang merah yaitu berumbi lapis, berakar serabut,
berdaun silindris seperti pipa, memiliki batang sejati seperti cakram tipis yang
disebut diskus. Bagian-bagian dari umbi bawang merah terdiri dari sisik daun,
kuncup, subang (diskus), dan akar adventif.. Bunga bawang merah termasuk
bunga sempurna yang memiliki benang sari dan kepala putik. Buah berbentuk
bulat dengan ujung tumpul yang membungkus biji yang berbentuk agak pipih.
Biji Bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman
secara generatif. Penyerbukan bunga bawang merah melalui perantaraan lebah
madu atau lalat hijau. Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk
berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga (Dewi, 2012).
Bawang merah lebih cocok tumbuh pada tanah subur, gembur, dan banyak
mengandung bahan organik, serta memerlukan drainase yang baik. Suhu yang
dikehendaki 25-30℃ dengan ketinggian tempat 0-900 m dpl. Curah hujan 300-
2500 mm/th. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah
regosol, grumosol, latosol dan aluvial (Dewi, 2012). Keasaman (pH) tanah
yang cocok untuk tumbuh bawang merah berkisar 5,5-6,5. Jika pH terlalu asam
maka garam alumunium larut dalam tanah dan dapat mengakibatkan racun bagi
tanaman bawang merah. Sedangkan apabila pH terlalu basa unsur Mangan
tidak dapat dimanfaatkan sehingga umbinya menjadi kecil. Bawang merah
membutuhkan iklim agak kering dan suhu udara panas sehingga cocok bila
ditanam di daerah dataran rendah. Bawang merah sangat baik ditanam pada
musim kemarau (Sunarjono, 2000 dalam Rosita, 2014). 
Bawang merah dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu secara vegetatif
dan secara generatif. Secara vegetatif, bawang merah diperbanyak dengan
umbi bibit, sedangkan secara generatif tanaman ini diperbanyak dengan biji
(Suriana, 2011). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam budidaya
bawang merah vegetatif dan generatif. Penanaman bawang merah
menggunakan umbi vegetatif menunjukkan pertumbuhan tunas dan anakan
lebih cepat karena dapat mendorong tunas samping akibat pemotongan umbi.
Waktu panen lebih cepat karena tidak perlu disemai. Namun, biaya umbi lebih
mahal sebesar 40% dari hasil dengan kebutuhan bibit yang banyak (1-1,2
ton/ha). Selain itu juga diperlukan gudang penyimpanan, transportasi khusus,
adanya HPT bawaan dan penurunan hasil dari generasi ke generasi (Suswandi,
2012).
Pada budidaya bawang merah menggunakan benih menghasilkan umbi
yang sedikit, waktu panen lebih lama dan masih terbatasnya jumlah bibit yang
bermutu. Namun, biaya benih relatif lebih rendah (7,5 kg/ha), bebas virus dan
penyakit tular benih, tanaman lebih sehat, daya hasil tinggi, tidak memerlukan
gudang penyimpanan dan transportasi khusus, ukuran umbi besar dan bulat
(Sopha, 2010). Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi
oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Serapan
unsur hara dibatasi oleh unsur hara yang berada dalam keadaan minimum
(Hukum Minimum Leibig). Dengan demikian status hara terendah akan
mengendalikan proses pertumbuhan tanaman. Untuk mencapai pertumbuhan
optimal, seluruh unsur hara harus dalam keadaan seimbang, artinya tidak boleh
ada satu unsur hara pun yang menjadi factor pembatas (Pahan, 2008 dalam
Mohammad Irfan, 2013).
Tanaman bawang ini membentuk umbi, umbi tersebut dapat membentuk
tunas baru, tumbuh dan membentuk umbi kembali. Karena sifat
pertumbuhannya yang demikian maka dari satu umbi dapat membentuk
rumpun tanaman yang berasal dari peranakan umbi (Rahayu dan Berlian,
1999). Seleksi umbi bibit merupakan langkah awal yang sangat menentukan
keberhasilan produksi. Beberapa perlakuan perlu mendapat perhatian setelah
umbi dipilih dan siap untuk ditanam. Dalam usaha budidaya tanaman bawang
merah dapat dikembangkansecara vegetatif yaitu dengan menggunakan bahan
umbi yang dilakukan dengan memotong umbi sepertiga dari ujung umbi. Pada
pemotongan bawang merah, bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah
yang dicobakan, pertumbuhan dan hasil bawang merah yang lebih baik
dijumpai pada tingkat pemotongan umbi ¼ bagian, yang ditunjukkan pada
peubah jumlah anakan umur 30 HST, jumlah umbi per rumpun dan bobot umbi
basah per rumpun, walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan
perlakuan pemotongan umbi 1/3 bagian, akan tetapi nyata berbeda dengan
perlakuan tanpa pemotongan umbi bibit. Hal ini diduga pemotongan 1/4 bagian
umbi mampu merangsang pembentukan hormon tumbuh tanpa mengganggu
mata tunas. Sebaliknya, pemotongan umbi bibit 1/3 bagian diduga
mengganggu mata tunas sehingga pertumbuhannya terganggu (Jumini, et. al.,
2010).
Pengaplikasian kompos sebagai media tanam harus memperhatikan
kualitas dan kemampuan kompos tersebut dalam mensuplai kebutuhan hara
tanaman. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kompos adalah
dengan penambahan pupuk. Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara
utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi hortikultura
atau sayuran. Setiap unsur hara memiliki peranan masing-masing dan dapat
menunjukkan gejala tertentu pada tanaman apabila ketersediaannya dalam
tanah sangat kurang. Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus
seimbang yaitu disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Buana et al. 2008
dalam Rosita, 2014).
Pemberian pupuk kimia harus diimbangi dengan pemberian pupuk
organik. Pupuk kimia berperan menyediakan nutrisi dalam jumlah yang besar
bagi tanaman, sedangkan bahan organik cenderung berperan menjaga fungsi
tanah agar unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh tanaman untuk
menyerap unsur hara yang disediakan oleh pupuk kimia (Damanik et al. 2011).
Pupuk urea terbuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua
zat ini menghasilkan pupuk urea dengan kandungan N mencapai 46%. Urea
merupakan jenis pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Oleh
karena itu, urea mudah larut dalam air dan mudah diserap tanaman. Sifat
lainnya adalah mudah tercuci oleh air dan mudah terbakar oleh sinar matahari
(Marsono dan Lingga 2010).
Pupuk SP36 mengandung 36 phosphor dalam bentuk P2O5. Pupuk ini
terbuat dari phosphate alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-
abu. Sifatnya agak sulit larut di dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu
digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak
higroskopis, dan tidak bersifat membakar. SP 36 merupakan pupuk fosfat yang
berasal dari batuan fosfat yang ditambang. Kandungan unsur haranya dalam
bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %.
Dalam air jika ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan
fosfat oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat mengakibatkan
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan produksi
tanaman rendah. (Nurhayari, 2009).
Pupuk (KCl) mengandung 45 % K2O dan khor, bereaksi agak asam, dan
bersifat higrokopis. Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi
tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim.  Pupuk
Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N, memperkuat
batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau dan dan dan
karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan
hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak, proses
pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada akhirnya
mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua
sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun. Kadang-kadang menjadi
tingkat terendah sehingga aktivitas fotosintesa terganggu (Hakim, 2012 ).

D. Alat Dan Bahan


1. Alat
a. Cangkul
b. Garu
c. Gembor
d. Cetok
e. Nampan
f. Cutter
g. Tugal
h. Mal jarak tanam
2. Bahan
a. Bawang merah
b. Pupuk kompos
c. Pupuk urea
d. Pupuk KCl
e. Pupuk SP36
E. Cara Kerja
1. Membuat bedengan dengan lebar 1,2 meter x 2,5 meter
2. Mencangkul bedengan agar tanah menjadi gembur lalu meratakan tanah
dengan menggunakan garu
3. Menebarkan dan meratakan pupuk kompos pada lahan
4. Momoges bawang merah seperempat bagian untuk ditanam
5. Membuat lubang tanam menggunakan tugal dengan cara tanam 20 cm x 20
cm
6. Menanam umbi bawang merah dengan posisi yang telah dipoges seperempat
bagian berada di atas
7. Menutup lubang tanam dengan tanah
8. Memberikan pupuk urea, pupuk KCl, dan pupuk SP36 dengan cara larkan di
samping lubang tanam bawang merah
9. Menyiram dengan gembor sampai lembab

F. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Tanaman Bawang Merah
Tinggi
Jumlah Daun Bobot Umbi
Varietas Perlakuan Tanaman (cm)
(helai) (gram)
Umur ke-
Tanpa
20,33 11 26,33
Pemogesan
Tajuk Pemogesan
13,33 8 12,00
1/3
Pemogesan ¼ 23,33 12 11,00
Tanpa
21,66 17 6,33
Pemogesan
Bima
Pemogesan
Brebes 13,66 8 6,00
1/3
Pemogesan ¼ 15,83 15 7,66
Sumber: Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hortikutura.

Keterangan:
B1 - B3 varietas Tajuk : B1 tanpa pemogesan, B2 pemogesan 1/3,
B3 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx pemogesan 1/4
B4 - B6 varietas Bima Brebes : B1 tanpa pemogesan, B2 pemogesan 1/3,
B3 xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx pemogesan 1/4

G. Pembahasan
Teknis kegiatan pada praktikum bawang merah ini pertama-tama membuat
bedengan dengan lebar 1,2 meter x 2,5 meter kemudian mencangkul bedengan
agar tanah menjadi gembur lalu meratakan tanah. Setelah tanah rata,
memberikan pupuk kompos pada lahan. Kemudian melakukan pemogesan
pada bawang merah untuk ditanam pada lahan yang telah diolah tadi. Membuat
lubang tanam menggunakan tugal dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm setelah
itu menanam umbi bawang merah dengan posisi yang telah dipoges seperempat
bagian berada di atas. Setelah lubang tanam ditutup menggunakan tanah
kemudian memberi pupuk urea, pupuk KCl, dan pupuk SP36 dengan cara
larikan di samping lubang tanam bawang merah dan menyiramnya sampai
lembab.
Pada praktikum ini menggunakan 2 varietas bawang merah yang berbeda,
yaitu bawang merah varietas Tajuk dan Bima Brebes. Masing-masing varietas
diambil tiga bawang merah yang digunakan sebagai sampel pengamatan.
Perlakuan yang dilakukan pada bawang merah varietas Tajuk dan Bima Brebes
yaitu bawang ditanam tanpa pemogesan, pemogesan 1/3 umbi, dan pemogesan
1/4 umbi. Pemogesan atau pemotongan pada bagian ujung ini bertujuan untuk
merangsang pertumbuhan tunas. Parameter yang diamati pada praktikum
bawang ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot umbi saat panen.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan diperoleh bawang merah varietas Tajuk
tanpa pemogesan memiliki tinggi rata-rata 20,33 cm, dengan jumlah daun rata-
rata 11 helai, dan bobot umbi 26,33 gram. Perlakuan pemogesan 1/3 memiliki
tinggi rata-rata 13,33 cm dengan jumlah daun 8 helai, dan bobot umbi 12,00
gram. Perlakuan pemogesan ¼ tinggi rata-rata adalah 22,33 cm dengan jumlah
daun rata-rata 12 helai, dan bobot umbi 11,00 gram. Sedangkan pada bawang
merah varietas Bima Brebes diperoleh umbi tanpa pemogesan memiliki tinggi
rata-rata 21,66 cm, dengan jumlah daun rata-rata 17 helai, dan bobot umbi 6
gram. Pemogesan 1/3 umbi memiliki tinggi rata-rata 13,06 cm, dengan jumlah
daun rata-rata 8 dan bobot umbi 6,00 gram. Pemogesan ¼ umbi memiliki
tinggi rata-rata 15,83 cm, dengan jumlah daun rata-rata 15 helai, dan bobot
umbi 7,66 gram.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, bawang merah varietas Tajuk dengan
parameter tinggi tanaman tertinggi terdapat pada pemogesan ¼ sedangkan yang
terendah terdapat pada pemogesan 1/3. Hal ini sesuai dengan teori Jumini, et.
al., (2010) yang menyatakan bahwa pemotongan bawang merah dengan
pemotongan umbi ¼ bagian yang ditunjukkan pada peubah jumlah anakan
umur 30 HST.DIHAPUS Hal ini diduga pemotongan ¼ bagian umbi mampu
merangsang pembentukan hormon tumbuh tanpa mengganggu mata tunas
(DISERTAI CATATAN KAKI). Sebaliknya, pemotongan umbi bibit 1/3
bagian diduga mengganggu mata tunas sehingga pertumbuhannya terganggu
(DISERTAI CATATAN KAKI).
Pada bawang merah varietas Tajuk jumlah helaian daun terbanyak juga
terdapat pada perlakuan pemogesan ¼ sedangkan yang tersedikit terdapat pada
perlakuan dengan pemogesan 1/3. Menurut Gardner et al., (1991) hal ini
dapat disebabkan karena jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe
setiap tanaman dan kondisi lingkungan di sekitar tanaman. Jumlah daun juga
dapat ditentukan oleh jumlah anakan, dimana anakan semakin banyak maka
daun yang terbentuk banyak pula, sedangkan jumlah anakan dipengaruhi oleh
genetik masing-masing varietas bawang merah. Menurut Sunarjono (1989)
dalam Arifah (2001), selain itu dimungkinkan adanya pengaruh luar dari faktor
genetik karena pada tanaman bawang merah jumlah daun dipengaruhi juga
oleh pertambahan jumlah anakan, di mana anakan yang terbentuk dari mata
tunas tumbuhan menjadi tanaman baru yang sempurna. Selain itu, pada
masing-masing varietas tanaman bawang merah yang mempunyai jumlah daun
terbanyak juga mempunyai tinggi tanaman tertinggi. Dalam hal ini dapat
dilihat hubungan bahwa semakin banyak daun maka proses fotosistensis lebih
banyak terjadi dan semakin banyak hasil fotosintat yang dihasilkan untuk
pertumbuhan tanaman.DIHAPUS Menurut Jumini, et. al., (2010) pemotongan
¼ bagian umbi mampu merangsang pembentukan hormon tumbuh tanpa
mengganggu mata tunas sehingga akan merangsang pertumbuhan daun juga
ditambah dibikin kalimat yg benar: ada daya regenerasi titik tumbuh meristem
dan jml cad makanan yg ada pd potongan umbi tsb utk tumbuh anakan dlm
pertumbuhannya.
Pada parameter bobot umbi bawang merah varietas Tajuk terberat terdapat
pada bawang merah tanpa pemogesan, sedangkan bobot teringan terdapat pada
pemogesan ¼. Menurut Sumarni dan Hidayat (2005) menyatakan bahwa untuk
umbi bibit yang umur simpannya kurang dari 2 bulan biasanya dilakukan
pemotongan ujung umbi sepanjang kurang lebih ¼ bagian dari seluruh umbi.
Tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan tunas dan merangsang tumbuhnya
umbi samping. Namun data yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang ada,
hal ini dapat disebabkan oleh terlambatnya penyulaman pada umbi bawang
merah pada perlakuan pemogesan ¼ sehingga terjadinya perbedaan waktu
panen pada umbi pemogesan ¼ dan tanpa pemogesan. Padahal pemanenan
dilakukan pada waktu yang bersamaan. Selain itu juga dapat disebabkan karena
umbi yang ditanam sedikit atau kecil dan kemungkinan tanaman menyimpan
lebih banyak cadangan makanannya di daun sehingga bobot umbinya menjadi
lebih ringan, namun tinggi tanaman dan jumlah daun terus bertambah.Diganti
alasannya. Cari alasan mengenai pemotongan umbi bikin umbi jd luka shg luka
tsb ganggu pertumbuhan umbi dan bobot umbi jd turun (disertai catatan kaki).
Berdasarkan tabel hasil pengamatan bawang merah varietas Bima Brebes
diperoleh hasil tanaman tertinggi terdapat pada bawang merah tanpa perlakuan
pemogesan, sedangkan tinggi tanaman yang terendah terdapat pada bawang
merah dengan perlakuan pemogesan 1/3 bagian DIHAPUS. Hal ini dapat
terjadi karena tdk sesuai teori, harusnya rendah, cari teori ttg utuh hrsnya
rendah krn merusak mata tunas dan pembentukan anakan terhambat dan
akibatnya tanaman tdk tmbh maksimal (disertai catatan kaki). umbi tanpa
perlakuan pemogesan masih dalam keadaan utuh dan menyimpan cadangan
makanan yang lebih banyak dibandingkan bawang merah yang telah dipoges.
Cadangan makanan yang ada pada umbi digunakan tanaman untuk tumbuh dan
berkembang serta menumbuhkan akar dan daun, sehingga pada perlakuan
bawang merah tanpa pemogesan ini cadangan makanan lebih banyak
dibandingkan dengan umbi yang telah dipoges, hal ini dapat mempengaruh
tinggi tanaman. Sesuai dengan Gardner et al. (1991) yang menyatakan bahwa
selama proses pertumbuhan awal tanaman bawang merah menggunakan
cadangan makanan yang terdapat pada umbi untuk membentuk akar dan daun.
Pada bawang merah dengan perlakuan pemogesan 1/3 memiliki tinggi
terendah, hal ini sesuai dengan pernyataan Jumini (2010), yaitu bahwa
pemotongan umbi bibit 1/3 bagian diduga mengganggu mata tunas sehingga
pertumbuhannya terganggu.
Pada parameter jumlah daun bawang merah varietas Bima Brebes
terbanyak terdapat pada perlakuan tanpa pemogesan, sedangkan jumlah daun
paling sedikit terdapat pada perlakuan pemogesan 1/3 bagian diganti,
dibandingkan dengan perlaukan 1/3 dan ¼ hal ini dikarenakan. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya pada pembahasan bawang merah varietas Tajuk,
bahwa jumlah daun dapat ditentukan oleh jumlah anakan, dimana semakin
banyak anakan maka daun yang terbentuk akan banyak pula, sedangkan jumlah
anakan dipengaruhi oleh genetik masing-masing varietas bawang merah
DIHAPUS. Bawang merah dengan perlakuan tanpa pemogesan juga memiliki
ukuran umbi yg lebih besar dan cadangan makanan yang banyak yang dapat
mempengaruhi banyak sedikitnya daun yang tumbuh. pada bawang merah
dengan perlakuan pemogesan 1/3 memiliki sedikit helai daun dapat
dipengaruhi oleh terganggunya mata tunas umbi karena pemogesan yang
terlalu banyak. Selain itu, pada masing-masing varietas tanaman bawang merah
yang mempunyai jumlah daun terbanyak juga mempunyai tinggi tanaman
tertinggi. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa semakin banyak daun maka proses
fotosistensis lebih banyak terjadi dan dapat menghasilkan lebih banyak
fotosintat yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.DIHAPUS
Pada parameter bobot bawang merah pada varietas Bima Brebes, bawang
merah dengan perlakuan pemogesan ¼ bagian memiliki bobot terberat, HAL
INI DIKARENAKAN (cari sumbernya) TDK GANGGU BAKAL TUNAS
DAN TDK MENGURANGI CAD. MAKANAN PD UMBI SHG TDK
MENGAMBAT PROSES FOTOSINTESIS (disertakan catatan kaki)
sedangkan yang teringan terdapat pada perlakuan pemogesan 1/3 bagian. Hal
ini dikarenakan (cari sumbernya) pemotonganyg lbh byk bikin luka pd umbi
dan luka sb ganggu pertumbuhan umbi jd bobot umbi turun disertai catatan
kaki)telah sesuai dengan teori Jumini et a.l (2010) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan dan hasil bawang merah yang lebih baik dijumpai pada tingkat
pemotongan umbi 1/4 bagian yang ditunjukkan pada perubahan jumlah anakan
umur 30 HST. Hal ini dapat juga terjadi karena ukuran umbi dipengaruhi oleh
hasil fotosintesis (fotosintat) yang tersimpan di dalam sel-sel umbi,
dikemukakan pula bahwa ukuran umbi pada dasarnya tergantung pada aktivitas
pembelahan dan pembesaran sekunder yang terjadi pada semua sel umbi tetapi
pembesaran sel tidak seragam pada semua bagian umbi. DIHAPUS Umbi
dengan perlakuan pemogesan 1/3 bagian akan mengganggu pertumbuhan mata
tunas dan juga proses fotosintesis akan lebih lambat dibandingkan dengan yang
lainnya sehingga cadangan makanan yang dapat tersimpan sedikit, hal ini yang
menyebabkan bobotnya rendah.
Secara umum, bawang merah varietas Tajuk memiliki produktivitas lebih
tinggi dibandingkan bawang merah varietas Bima Brebes. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor genetik dari bawang merah varirtas Tajuk, misalnya bawang merah
varietas Tajuk mampu beradaptasi dengan baik pada musim kemarau
dibandingkan varietas Bima Brebes. Selain itu, varietas Tajuk memiliki daun
yang lebih besar dan tebal sehingga mampu menyimpan air lebih banyak oleh
karena itu daya adaptasinya lebih tinggi. Daun yang besar lebih banyak
menyerap sinar matahari sehingga dapat berfotosintensis dengan maksimal,
sehingga ketersediaan energi untuk perkembangan pertumbuhan tanaman
menjadi lebih baik. Bawang merah varietas Tajuk juga memiliki masa panen
lebih cepat dibandingkan varietas Bima Brebes, yaitu varietas tajuk 52 hari
sampai 59 hari setelah tanam sedangkan varietas Bima Brebes mempunyai
umur panen pada 60 hari setelah tanam.
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dan pembahasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa:
1. Budidaya tanaman bawang merah secara umum dapat dilakukan dengan
menggunakan umbi. Budidaya ini dapat meliputi penyiapan lahan dan
pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen, dan pasca
panen.
2. Perlakuan benih yang dilakukan adalah umbi tanpa pemogesan, pemogesan
1/4 bagian, dan pemogesan 1/3 bagian. Perlakuan-perlakuan terebut
menghasilkan produksi bawang merah berbeda-beda pada tiap varietas.

DAFTAR PUSTAKA

Damanik, MMBD., Hasibuan, BE., Fauzi., Sarifuddin., dan Hamidah H. 2011.


Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Usu Press. Medan.
Irfan, Muhammad. 2013. Respon Bawang Merah (Allium Ascalonicum L)
Terhadap Zat Pengatur Tumbuh Dan Unsur Hara. Jurnal
Agroteknologi. Vol. 3 No. 2. Fak. Pertaniandan Peternakan Uin Suska
Riau
Jumini, Y.S. dan N. Fajri. 2010. Pengaruh Pemotongan Umbi dan Jenis Pupuk
Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. [Skripsi}
Unsyiah Banda Aceh.
Sipayung, Rosita. 2014. Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium
Ascalonicum L.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati Pada Berbagai
Media Tanam. Jurnal Online Agroekoteknologi . Issn No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 825 – 836
Suriani, N. 2011. Bawang Bawa Untung. Budidaya Bawang Merah dan Bawang
Merah. Cahaya Atma Pustaka. Yogjakarta.
Tabuni, Akira. 2017. Budidaya Tanaman Bawang Merah. Jurnal Penelitian.
Fakultas Pertanian. Universitas Merdeka Surabaya

Anda mungkin juga menyukai