Anda di halaman 1dari 14

DASAR-DASAR REKAYASA MEDIA TUMBUH DAN LINGKUNGAN

―Bercocok Tanam Dalam Rumah Kaca Tanaman Selada‖

Oleh :
NAMA : ASTIKA RENANDA
NIM : D1B118088
KELAS : AGT-B

PROGRAM STUDI / JURUSAN AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas seizin-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Makalah dengan
judul ―Bercocok Tanam Dalam Rumah Kaca Tanaman Selada‖ ini dibuat untuk memenuhi
ujian tengah semester dari dosen mata kuliah dasar rekayasa media tumbuh dan lingkungan.
Semoga makalah ini dapat memberikan maanfat yang maksimal untuk pembaca dan tim
penyusun.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Saya juga memohon maaf apa bila ada kesalahan baik dalam
penulisan maupun materi dalam makalah ini.

Baubau, 20 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAKS
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 5

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 5

1.2. Tujuan .....................................................................Error! Bookmark not defined.

1.3 Rumusan Masalah ...................................................Error! Bookmark not defined.

BAB II. PEMBAHASAN .................................................Error! Bookmark not defined.

2.1. Tanaman Selada ......................................................Error! Bookmark not defined.

2.2. Green House............................................................Error! Bookmark not defined.

2.3. Kondisi Budidaya Goodplant ................................................................................... 8

2.4. Syarat Tumbuh Tanaman Selada ............................................................................. 9

BAB III. PENUTUP ........................................................................................................ 13

3.1. Kesimpulan .............................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ..................................................... Error! Bookmark not defined.4

3
Abstraks

Selada (Lactuca sativa L) termasuk dalam tananman kaya akan kandungan gizi dan
nutrisi seperti vitamin, asamfolat, dan finonutien. Hidroponik atau Soilles Culture (Teknik
Budidaya Tanaman tanpa Tanah) merupakan suatu teknik budi daya tanaman dengan
memanfaatkan air sebagai media tanam yang kaya dengan berbagai nutrisi, sehingga dapat
mempermudah dalam pengendalian hama, penyakit, dan efek pencahayaan yang sering
dialami oleh tanaman. Pembudidayaan selada dengan metode ini pada Green House dengan
iklim tropis dianggap lebih efektif dan optimal. Sebab akan memungkinkan untuk tumbuh
subur dengan membutuhkan perawatan yang mudah. Media yang tepat dan khusus sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman selada.Hasilnya selada pada Green House
dengan kondisi lingkungan yang ideal akan meningkatkan kualitas produk pascapanen serta
mengurangi kemungkinan adanya hama atau penyakit.

Kata Kunci: Air, Hidroponik, Selada

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Selada (Lactuca sativa L.) termasuk dalam kelompok tanaman sayuran daun yang dikenal
di masyarakat. Jenis sayuran ini mengandung zat - zat gizi khususnya vitamin dan mineral
yang lengkap untuk memenuhi syarat kebutuhan gizi masyarakat. Selada sebagai bahan
makanan sayuran bisa konsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan bersama-sama dengan
bahan makanan lain. Selain berguna untuk bahan makanan, selada juga berguna untuk
pegobatan (terapi) berbagai macam penyakit. Sehingga dengan demikian, selada memiliki
peranan yang sangat penting di dalam menunjang kesehatan masyarakat.
Mengingatakan pentingnya sayuran ini bagi kesehatan, baik kandungan gizi maupun
seratnya, mendorong masyarakat makin menggemari sayuran khususnya daun selada.
Permintaan yang terus meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk maka perlu adanya
usaha-usaha pengembangan teknologi dalam budidaya selada.
Akan tetapi dengan terjadinya peristiwa perubahan iklim, menyebabkan kondisi
lingkungan maupun cuaca mudah sekali berubah-ubah sehingga tanaman selada tidak dapat
tumbuh secara optimal dalam kondisi tertentu. Selain itu kondisi lahan pada saat ini semakin
sempit karena banyak pengalihan fungsi lahan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
membahas mengenai tanaman selada pada saat ini serta bagaimana kondisi yang ideal bagi
tanaman selada baik dari proses budidaya hingga pascapanen.

1.2.Tujuan
a. Mengetahui kondisi tanaman selada saat ini
b. Mengetahui kondisi ideal bagi tanaman selada dalam proses budidaya
c. Mengetahui kondisi tanaman selada menggunakan sistem greenhouse
d. Mengetahui perlakuan pascapanen yang ideal bagi tanaman selada

1.3.Rumusan Masalah
a. Bagaimana kondisi tanaman selada saat ini?
b. Bagaimana kondisi yang ideal bagi tanaman selada dalam proses budidaya?
c. Bagaimana kondisi tanaman selada menggunakan sistem greenhouse?
d. Bagaimana perlakuan pascapanen yang ideal bagi tanaman selada?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Selada

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran daun yang berumur semusim.
Kedudukan tanaman selada dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Famili :Asteracea(Compositae)
Genus : Lactuca
Selada termasuk tanaman semusim yang banyak mengandung air (herbaceous).
Batangnya pendek berbuku–buku sebagai tempat kedudukan daun. Daun–daun selada
berbentuk bulat panjang, panjangnya ± 25 cm dan lebar ±15 cm
Sistem perakaran tanaman selada adalah akar tunggang dan cabang–cabang akarnya
menyebar ke semua arah pada kedalaman 25–50 cm. Di daerah yang beriklim sedang (sub
tropis), tanaman selada mudah berbunga. Bunga tanaman ini berwarna kuning, terletak pada
rangkaian yang lebat dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini
menghasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji
Tanaman selada dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi
(pegunungan). Beberapa daerah di Indonesia cocok untuk dilakukan penanaman selada
karena kondisi lingkungannya (iklim dan tanah) yang mendukung pertumbuhan optimal pada
tanaman selada.
a. Iklim
Daerah yang cocok untuk penanaman selada adalah daerah yang memiliki ketinggian sekitar
500-2.000 m dpl dan suhu rata-rata 15º-20ºC. Di dataran rendah kropnya kecil-kecil dan
cepat berbunga. Tanaman selada tidak tahan bila terlalu banyak hujan, kelembaban terlalu
tinggi, dan tergenang air karena dalam kondisi seperti itu, tanaman akan mudah terserang
penyakit. Waktu tanam terbaik pada akhir musim hujan, walaupun demikian dapat
ditanam pada musim kemarau dengan pengairan atau penyiraman yang cukup. Selada
memerlukan sinar matahari yang cukup (tidak banyak awan) dan tempat yang terbuka[9]
b. Tanah
Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah namun pertumbuhan yang
baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang cukup mengandung bahan
organik, gembur, remah dan tidak mudah tergenang oleh air. Selada tumbuh baik dengan pH
5,0 - 6,5. Bila pH terlalu rendah perlu dilakukan pengapuran agar tanaman dapat tumbuh
optimal .

6
2.2 Green House

Gambar 1. GreenHouse

Green house adalah sebuah bangunan kontruksi yang berfungsi untuk menghindari dan
memanipulasi kondisi lingkungan agar tercipta kondisi lingkungan yang dikehendaki dalam
pemeliharaan tanaman. Green House disebut juga "Rumah Kaca", karena kebanyakan green
house di buat dari bahan yang tembus cahaya seperti kaca, achrilic, plastik dan sejenisnya.
A. Kondisi lingkungan yang dapat dihindari:
1. Perubahan suhu dan kelembaban yang fluktuatif akibat buruk yang di timbulkkan dari
radiasi sinar matahari jenis sinar ultra violet dan sinar infra red.
2. Kekurangan air pada musim kemarau dan kelebihan air pada musim penghujan.
3. Hama dan binatang pengganggu serta penyakit tanaman seperti jamur dan bakteri.
4. Tiupan angin kencang yang dapat merobohkan tanaman dan merusak daun.
5. Tiupan angin dan serangga yang dapat menggagalkan proses penyerbukan bunga.
6. Akibat buruk dari polusi udara.

B. Kondisi lingkungan yang dapat di ciptakan dengan adanya greenhouse:


1. Kondisi cuaca yang mendukung pertumbuhan tanaman.
2. Suhu, kelembaban dan intensitas cahaya matahari dapat di atur sesuai kebutuhan.
3. Penyiraman tanaman dapat diatur berkala.
4. Kebersihan lingkungan dapat dijaga dengan baik sehingga terhindar dari penyakit
tanaman.
5. Kenyamanan terhadapa aktivias produksi dan pengendalian mutu.
6. Udara yang bersih dari polutan.
7. Insklusi (terlindung) terhadap gangguan binatang/hama dan serangga penggangu.

C. Manfaat dan Fungsi Greenhouse:


1. Sebagai sarana pembibitan tanaman
2. Tempat karantina tanaman
3. Sebagai wahana budidaya tanaman tertentu
4. Sebagai sarana Agro Wisata
5. Sebagai Agromart/Agroshop

7
2.3 Kondisi Budidaya GOODPLANT

2.3.1 Kondisi Kegiatan Budidaya Selada

Model teknik budidaya greenhouse digunakan untuk mengatasi kondisi iklim Indonesia
yang saat ini tidak menentu. Hal ini bertujuan agar permintaan pasar dapat terpenuhi dalam
kondisi iklim apapun. Greenhouse ini mampu menjaga tanaman dari paparan sinar matahari
atau radiasi matahari secara langsung. Greenhouse yang digunakan oleh GOODPLANT ini
berbahan dasar plastik atau dikenal dengan plastik penghalang UV.Plastik penghalang UV ini
berfungsi untuk menghalangi radiasi matahari secara langsung terhadap tanaman selada,
sehingga tanaman dapat memperoleh penyinaran yang tepat. Selain itu, digunakan insecnet
pada beberapa bagian disisi atapnya. Insecnet berfungsi untuk menghalangi hama ataupun
hewan masuk kedalam greenhouse selain itu berfungsi sebagai sirkulasi udara dari dalam
keluar agar suhu dalam ruangan tidak terlalu tinggi.
Teknik budidaya tanaman selada di GOODPLANT menggunakan teknik hidroponik
sistem instalasi NFT. Datar dan sistem rakit apung hidroponik. Perbedaan diantara kedua
sistem tersebut yaitu terletak pada waktu pertumbuhan tanaman dan sirkulasi aliran air.
Media utama yang digunakan yaitu rockwool yang merupakan media tanam hidroponik yang
terbentuk dari pemanasan batuan basalt dengan suhu yang sangat tinggi
Berdasarkan tahapan budidaya selada yang diterapkan dalam GOODPLANT
menunjukkan bahwa kondisi yang dikontrol yaitu pada kadar keasaman atau ph, nutrisi, serta
sinar matahari. Kadar keasamaan yang dipertahankan yaitu berada pada interval 6 – 6,5 dan
sirkulasi aliran air harus mengalir secara terus menerus agar dapat mengikat oksigen guna
untuk pertumbuhan. Nutrisi yang diberikan pada tiga tahapan budidaya yaitu 400-500 ppm
saat pembibitan, 1000 ppm saat tanaman remaja, dan 1250 ppm saat penumbuhan hingga siap
panen. Upaya pencegahan hama dilakukan dengan teknik penyemprotan pestisida organik
yang terbuat dari daun sirsak. Teknologi sensor-sensor kontrol pH, kelembaban, suhu atau
radiasi matahari, sirkulasi udara, hama dan penyakit serta monitoring belum dapat diterapkan.
Sehingga, harus dilakukan kontrol manual secara rutin setiap jamnya agar kualitas dari
tanaman selada sesuai dengan standard mutu yang ditetapkan.

2.3.2 Kondisi Kegiatan Pemanenan Selada

Kegiatan pemanenan selada dari pembibitan hingga siap panen membutuhkan kurun
waktu 40 hingga 45 hari, dimana tahapan pembibitan selama 16 hari, tahapan pertumbuhan
menjadi tanaman remaja selama 14 hari, dan tahapan pertumbuhan menjadi tanaman dewasa
selama 10-15 hari. Hal ini bergantung pada banyak sedikitnya intensitas cahaya matahari
yang masuk, karena didalam greenhouse ini belum terdapat system kontrol sinar UV untuk
mengatur kebutuhan penyinaran tanaman selada. Proses pemanenan hanya dengan
mengangkat tanaman dari lubang sistem inflasi NFT datar atau rakit apung, kemudian
dikumpulkan kedalam satu wadah. Setelah itu selada masuk kedalam tahapan pengemasan,
dimana wadah pot hitam dipisahkan dari tanaman selada dan kemudian selada dikemas
dengan plastik dan diikat dibagian batangnya. Media rockwool tidak dilepaskan dari akar
tanaman, hal ini bertujuan agar selada dapat bertahan selama 3 hari dalam keadaan yang

8
segar karena kandungan air yang masih tertinggal pada media rockwool. Selain itu terdapat
pengemasan selada dengan pemberian sedikit air didalam kemasan, tujuannya guna media
dapat menyerap sedikit air untuk mempertahankan kesegaran dari sayuran selada.

2.3.3 Kondisi Kegiatan Distribusi

Kegiatan distribusi selada dilakukan secara langsung setelah produk telah dikemas. Tidak
terdapat produk yang ditimbun untuk beberapa hari, tujuannya agar kualitas produk tetap
terjaga hingga ketangan konsumen karena umur produk sangat singkat. Distribusi produk
selada GOODPLANT didistribusikan ke pasar-pasar tradisional dan pameran-pameran.
Transportasi yang digunakan saat proses distribusi tidak menggunakan kendaraan yang
memiliki kemampuan untuk menjaga sayuran tetap dingin. Hal ini lah yang menyebabkan
mengapa pengemasan produk tidak melepaskan media rockwool atau menambahkan sedikit
air didalam kemasannya, karena bertujuan untuk mejaga tanaman tetap segar selama proses
distribusi yang tanpa di dukung dengan bantuan pengdinginan dari kendaraan. Sehingga
belum terdapat perlakuan kendaraan, kontrol suhu, ataupun penambahan gas tertentu untuk
menghambat pembusukan pada saat proses distribusi.

2.4 Kondisi Budidaya Ideal atau Optimal

2.4.1 Syarat Tumbuh Tanaman Selada

Suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi adalah 15-25 °C. Suhu yang lebih
tinggi dari 30°C dapat menghambat pertumbuhan, merangsang tumbuhnya tangkai bunga
(bolting), dan dapat menyebabkan rasa pahit. Sedangkan untuk tipe 8 selada kepala suhu
yang tinggi dapat menyebabkan bentuk kepala longgar.Selada tipe daun longgar umumnya
beradaptasi lebih baik terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi ketimbang tipe bentuk kepala
.Selada dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi (pegunungan). Pada
daerah pegunungan, daun dapat membentuk krop yang besar sedangkan di dataran rendah
daun dapat membentuk krop yang kecil, tetapi cepat berbunga. Syarat penting agar selada
dapat tumbuh dengan baik yaitu memiliki derajat keasaman tanah pH 5-6.5. Selada dapat
tumbuh pada jenis tanah lempung berdebu, berpasir dan tanah yang masih mengandung
humus.Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara dan
ber-pH netral. Jika tanah asam, daun selada akan menjadi berwarna kuning. Karena itu,
sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman .

2.4.2 Kondisi Lingkungan

Secara umum green house dapat didefinisikan sebagai bangun kontruksi dengan atap
tembus cahaya yang berfungsi memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di dalamnya
dapat berkembang optimal.Manipulasi lingkungan ini dilakukan dalam dua hal,
yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki dan memunculkan kondisi
lingkungan yang dikehendaki.
 Kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki antara lain :
1. Ekses radiasi sinar matahari seperti sinar ultra violet dan sinar infra merah.

9
2. Suhu udara dan kelembaban yang tidak sesuai.
3. Kekurangan dan kelebihan curah hujan.
4. Gangguan hama dan penyakit.
5. Tiupan angin yang terlalu kuat sehingga dapat merobohkan tanaman.
6. Tiupan angin dan serangga yang menyebabkan kontaminasi penyerbukan.
7. Ekses polutan akibat polusi udara.

 Kondisi lingkungan yang dikehendaki antara lain :


1. Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang.
2. Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan tanaman.
3. Suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur.
4. Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit.
5. Kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan mutu.
6. Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu pestisida
7. Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.

2.4.3 GreenHouse yang sesuai dengan Tanaman Selada


a. Hidroponik
Hidroponik yaitu budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa
menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilless. Jenis tanaman yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi untuk dibudidayakan di hidroponik yaitu selada. Dalam konteks ini fungsi
dari tanahadalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk
kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam
dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Gambar 2. Sistem tanam hidroponik

 Macam-macam hidroponik
1. Static solution culture (kultur air statis)
2. Continuous-flow solution culture, contoh : NFT (Nutrient Film Technique),DFT (Deep
Flow Technique)
3. Aeroponics
4. Passive sub-irrigation
5. Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation
6. Run to waste

10
7. Deep water culture
8. Bubbleponics
9. Bioponic

 Media tanam inert hidroponik


Media tanam inert adalah media tanam yang tidak menyediakan unsur hara. Pada
umumnya media tanam inert berfungsi sebagai buffer dan penyangga tanaman. Beberapa
contoh di antaranya adalah:Arang sekam, Spons, Expanded clay, Rock wool, Coir, Perlite,
Pumice, Vermiculite, Pasir, Kerikil, dan Serbuk kayu.

 Keuntungan teknik hidroponik


 Tidak membutuhkan tanah
 Air akan terus bersirkulasi di dalam sistem dan bisa digunakan untuk keperluan lain
 Mudah dalam pengendalian nutrisi sehingga pemberian nutrisi bisa lebih efisien
 Relatif tidak menghasilkan polusi nutrisi ke lingkungan
 Memberikan hasil yang lebih banyak
 Mudah dalam memanen hasil

b. Aeroponik
Aeroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman hidroponik. Secara harafiah
diartikan cara bercocok tanam di udara, atau bercocok tanam dengan system pengkabutan,
dimana akar tanamannya menggantung di udara tanpa media (misalkan tanah), dan
kebutuhan nutrisinya dipenuhi dengan cara spraying ke akarnya. Sebuah produk yang
dipasarkan, khususnya dengan market toko swalayan/supermarket/hypermarket dituntut 3 hal
pokok, yaitu: kualitas, kontinuitas dan produktifitas. Salah satu cara untuk memenuhi ketiga
tuntutan tersebut adalah dengan system hidroponik, khususnya aeroponik.

Gambar 3. Sistem Tanam Aeropinik

Beberapa alasan menggunakan system aeroponik adalah sebagai berikut :


1. Mengurangi ketergantungan ketersediaan tanah dan tidak dibutuhkan rotasi lahan.
2. Dapat ditanam setiap saat, yang akhirnya setiap hari bisa memanen.
3. Dapat ditanam sepanjang musim. Artinya ketersediaan sayuran bisa terjamin.
4. Ketersediaan nutrisi tanaman terjamin setiap saat, sehingga pertumbuhannya bisa optimal,
bahkan maksimal.
5. Tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja yang banyak, sehingga menjamin efisiensi
tenaga kerja.

11
6. Hasil yang diperoleh merupakan produk yang bersih (tidak memerlukan pencucian), sehat
(selama proses budidaya tidak menggunakan pestisida, karena ditanam di dalam green
house).

c. Aquaponik

Gambar 4. Metode Aquaponik

Ada berbagai macam konfigurasi sistem aquaponic.Komponen umum untuk setiap


sistem aquaponic adalah tangki ikan dan tempat pertumbuhan tanaman. Variabel termasuk
komponen filtrasi, komponen pipa, jenis tempat tidur tanaman dan jumlah dan frekuensi
sirkulasi air dan aerasi. Secara umum, sistem yang memanfaatkan filtrasi beberapa untuk
menghilangkan limbah padat ikan akan memiliki produksi yang lebih tinggi dari ikan dan
tanaman daripada mereka yang tidak menggunakan filtrasi.
Ada tiga metode utama aquaponic muncul di industri.Setiap jika metode ini didasarkan pada
desain sistem hidroponik, dengan akomodasi untuk ikan dan filtrasi, diantaranya Rafting
Sytem, NFT (Nutrient Film Technique), dan growing media.
Ikan dan tanaman yang dipilih untuk sistem aquaponic harus memiliki kebutuhan
yang sama, baik suhu dan pH. Akan selalu ada beberapa kompromi dengan kebutuhan ikan
dan tanaman tetapi, semakin dekat dengan kondisi baik suhu dan pH, maka mereka akan
semain cocok, dan lebih berhasil dalam teknik akuakultur. Sebagai gambaran bahwa, kondisi
air yang hangat,dan air tawar, merupakan kombinasi ikan dan tanaman seperti selada, dan
herbal tumbuh dengan baik, sistem hidroponik yang sesuai dengan ini adalah Rafting dan
NFT. Dalam sistem sangat penuh dengan ikan, Anda mungkin beruntung dengan tanaman
buah seperti tomat dan paprika, dengan aquaponic yang memerlukan tangki-tangki air untuk
ikan.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh, yaitu


1. Teknik budidaya yang sesuai untuk tanaman selada yaitu hidroponik.
2. Sistem greenhouse yang sesuai dengan iklim tropis yaitu dengan bahan bangunan yang
tahan terhadap korosi, dinding yang cukup rapat dan atapnya berventilasi.
3. Kondisi ideal untuk produksi selada adalah suhu 15-25 °C dan tingkat keasaman tanah
pH 5—6.5 dengan kontrol nutrisi dan intensitas sinar matahari.
4. Masa produksi selada membutuhkan waktu 40-45 hari dengan kontrol nutrisi yang
diberikan pada tiga tahapan yaitu 400-500 ppm saat pembibitan selama 16 hari, 1000 ppm
saat tanaman remaja selama 14 hari, dan 1250 ppm saat penumbuhan hingga siap panen
selam 10-15 hari.
5. Kondisi pasca panen yang dilakukan adalah selada langsung dikemas setelah dipisahkan
dari pot. Pengemasan menggunakan plastik dengan batang selada diikat tanpa melepas
rockwool dan pemberian sedikit air di dalam kemasan untuk mempertahnkan kesegaran
selada.
6. Distribusi dilakukan secara langsung.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ariffin. 2017. Merekayasa Energi Radiasi Matahari Untuk Optimalkan Produksi. Dalam web
www.tanindo.com diakses pada 20 Mei 2020 pukul 19.06 WIB

Eprianda, Dian. 2017. Efisiensi Teknis Dan Analisis Risiko Budidaya Selada Keriting Hijau
Dan Selada Romaine Hidroponik Nft (Nutrient Film Technique) Di Pt Xyz Provinsi
Jawa Barat. digilib.unila.ac.id

Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi 1998. Sayuran Dunia 2, Prinsip Produksi dan Gizi. Edisi
Kedua. Bandung : ITB Ganesha

Rukmana, R. 2005. Bertanam Selada dan Andewi. Jakarta: Penerbit Kanisius

Sastradihardja, S. 2011. Praktis Bertanan Selada & Andewi Secara Organik. Bandung:
Angkasa

Subandi, M. Nella P.S., dan Budy F. 2015. Pengaruh Berbagai Nilai EC (Electrical
Conductivity) terhadap Pertumbuhan dan Hasil bayam (Amaranthus sp.) Padat
Hidroponik Sistem Rakit Apung (Floating Hydroponic System). Jurnal Istek
Vol. 9 (2): 136-152.

Sunarjono, H. 2014. Bertanam 36 Jenis Sayuran. Jakarta : Penebar Swadaya

Wibowo, S. dan Arum A.S. 2013. Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya Pakcoy
(Brassica rapa chinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (3):
159-167.

14

Anda mungkin juga menyukai