i
DAFTAR ISI
ii
3.2 Saran .......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Bagaimana cara budidaya tanaman melati?
6. Bagaimana rekayasa teknologi produksi tanaman pada melati?
7. Bagaimana pengendalian hama dan penyakit pada tanaman melati?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bunga melati yang tidak memiliki aroma yang harum pada umumnya, beberapa jenis
tersebut tidak mengeluarkan bau apa-apa.
Bunga melati memiliki susunan mahkota yang berbeda, yaitu bisa tunggal dan bisa
juga ganda. Dari sini dapat disimpulkan bahwa bunga melati juga merupakan bunga
majemuk sama seperti morfologi bunga mawar, dimana susunan bunganya menyirip
sercara berhadapan.
Daun yang dimiliki oleh bunga melati ini berbentuk bulat oval. Umumnya panjang
dari daunnya adalah sekitar 2-10 cm, lalu lebarnya sekitar 1,5-6 cm, akan tetapi itu sangat
tergantung dari jenisnya. Adapun bagian-bagian daun tepinya tidak rata dan sedikit
bergelombang dengan posisi menyirip seperti yang telah disinggung sebelumnya.
Dimana pangkal daun memiliki bentuk setengah lingkaran. Yang unik dari daun
bunga melati adalah permukaan daunnya yang terlihat cerah mengkilap seperti kaca.
Adapun daun batangnya memiliki kedudukan yang saling berhadapan sama seperti
halaman buku.
Batang dari bunga melati merupakan jenis batang semak-semak dengan memiliki
tinggi kurang dari 5m. Batang tanaman ini memiliki warna coklat seperti pada umumnya
dengan bentuk bulat, bahkan hingga segi empat dengan memiliki banyak cabang. Selain
itu permukaan batangnya memiliki bulu-bulu halus dengan presentase 10%, artinya
sangat jarang ditemukan disetiap bunga melati yang kita temukan di lingkungan sekitar
kita. Batang dari tanaman ini tergolong lentur dan mudah patah sehingga memudahkan
mereka untuk memetiknya.
Bunga melati merupakan tanaman parennial, yaitu tanaman yang dapat tumbuh lebih
dari setahun dan memiliki ketinggian 0,5-2 meter, sehingga membutuhkan akar yang
kuat. Adapun akar yang dimiliki oleh bunga melati merupakan jenis akar tunggang dan
bercabang, dimana akar ini diperkirakan dapat menopang tanaman ini hingga ketinggian
kurang lebih 5 m.
Cabang yang terdapat pada akar bunga melati dapat menyebar ke berbagai arah
hingga kedalaman 40-80 cm jika dihitung dari akar yang ada diatas permukaan tanah.
Yang perlu diketahui adalah bahwa akar dari bunga melati ini ternyata dapat
memunculkan tunas bunga melati yang baru.
4
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Melati
2.3.1 Iklim
1) Curah hujan 112–119 mm/bulan dengan 6–9 hari hujan/bulan, serta mempunyai
iklim dengan 2–3 bulan kering dan 5–6 bulan basah.
2) Suhu udara siang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30◦C,
3) Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.
4) Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di daerah yang cukup
mendapat sinar matahari.
5
- Siapkan tempat/wadah semai berupa pot berukuran besar/polybag, medium semai
(campuran tanah, pasir steril/bersih).
- Periksa dasar wadah semai dan berilah lubang kecil untuk pembuangan air yang
berlebihan.
- Isikan medium semai ke dalam wadah hingga cukup penuh/setebal 20–30 cm.
Siram medium semai dengan air bersih hingga basah.
b) Pemeliharaan bibit stek:
- Lakukan penyiraman secara kontinu 1–2 kali sehari.
- Usahakan bibit stek mendapat sinar matahari pagi.
- Pindahkan tanaman bibit stek yang sudah berakar cukup kuat (umur 1–23 bulan)
ke dalam polybag berisi medium tumbuh campuran tanah, pasir dan pupuk
organik (1:1:1).
- Pelihara bibit melati secara intensif (penyiraman, pemupukan dan penyemprotan
pestisida dosis rendah) hingga bibit berumur 3 bulan.
6
Lubang tanam dibuat ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100-150 cm.
Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau/1-2 bulan sebelum musim
hujan.
7
Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering ditumbuhi rumput-
rumput liar (gulma). Rumput liar ini menjadi pesaing tanaman melati dalam
pemenuhan kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.
3) Pemupukan
Pemupukan tanaman melati dilakukan tiap tiga bulan sekali. Jenis dan dosis
pupuk yang digunakan terdiri atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI 100-
300 kg/ha/tahun. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara disebar merata dalam
parit di antara barisan tanaman/sekeliling tajuk tanaman sedalam 10-15 cm, kemudian
ditutup dengan tanah. Pemupukan dapat pula dengan cara memasukan pupuk ke
dalam lubang tugal di sekeliling tajuk tanaman melati. Waktu pemupukan adalah
sebelum melakukan pemangkasan, saat berbunga, sesuai panen bunga dan pada saat
pertumbuhan kurang prima.
Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati, terutama jenis pupuk
yang kaya unsur fosfor (P), seperti Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15)
dan waktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00) atau
sore hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik menyengat.
4) Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, tanaman melati membutuhkan ketersediaan air
yang memadai. Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari sampai tanaman berumur
kurang lebih 1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi dan sore
hari. Cara pengairan adalah dengan disiram iar bersih tiap tanam hingga tanah di
sekitar perakaran cukup basah.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Zat perangsang/zat pengatur Tumbuh (ZPT) dapat digunakan untuk
mempertahankan dan meningkatkan produksi bunga, zat perangsang bunga yang
berpengaruh baik terhadap pembungaan melati adalah Cycocel (Chloromiguat) dan
Etherel. Tanaman melati yang di semprot dengan Cycocel berkonsentrasi 5.000 ppm
memberikan hasil bunga yang paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman.
Cara pemberiannya: zat perangsang bunga disemprotkan pada seluruh bagian
tanaman, terutama bagian ujung dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yang
dianjurkan 3.000 ppm–5.000 ppm untuk Cycocel atau 500-1.500 ppm bila digunakan
Ethrel.
8
2.5 Manfaat Tanaman Melati
Dalam pengobatan tradisional, bagian tanaman yang biasanya digunakan
adalah akar, daun dan bunga dan bagian batangnya bersifat menyejukan (Zhang et al.,
1995). Hampir seluruh bagian tanaman memiliki khasiat dalam menyembuhkan
berbagai penyakit (Thomas, 1993; Heyne, 1987; Soepardi, 1964)
9
bahan baku seperti industi minyak wangi jasmine, sabun, cat, tinta, karbol, semir
sepatu, kain dan pestisida. Industriindustri tersebut diharapkan dapat
menyerap dan meningkatkan harga melati. Jenis melati yang mengeluarkan aroma
harum dan banyak dimanfaatkan sebagai pewangi diantaranya adalah Jasminum
sambac dan Jasminum officinale (Wuryaningsih, 1994). Bunga melati yang disuling
untuk diambil minyak atsirinya banyak digunakan dalam industri parfum, sabun,
kosmetik, farmasi dan penyegar ruangan. Jenis melati yang digunakan untuk produksi
parfum di India adalah Jasminum auriculatum, Jasminum grandiflorum dan
Jasminum sambac (Gupta and Chandra, 1957). Di Negaranegara Perancis, Mesir dan
Monako minyak melati digunakan sebagai bahan bermutu tinggi (Guenther, 1952).
10
1952). Pengobatan aroma terapi memanfaatkan berbagai minyak atsiri. Penyembuhan
dengan minyak atsiri dalam aroma terapi bisa dengan cara inhalasi atau dihirup,
dimasak atau perendaman tubuh. Aroma melati bisa digunakan untuk mengatasi pegal
linu (Harry, 2000). Aromanya dapat merangsang pengaturan aliran kelenjar adrenalin
dan menenangkan sistem saraf, sehingga menimbulkan perasan senang, tenang dan
dapat menghilangkan shock.
11
yang memiliki kualitas yang bagus, berarti memiliki diameter yang lebih luas, waktu
berbunga yang lebih cepat,
Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil produksi bunga melati adalah dengan
dilakukan pemangkasan (prunning). Pemangkasan merupakan salah satu bentuk
intervensi fisik. Adalah salah satu teknik budidaya yang dilakukan kepada tanaman
melati. Metode ini berguna sejak zaman antik untuk memulai kembali pertumbuhan
tanaman (Parsons, 1956). Sebagai hasil pemangkasan, jumlah tunas baru meningkat yang
menghasilkan peningkatan kualitas bunga dengan aktivasi aktivitas fisiologis.
Pertumbuhan dan diferensiasi tanaman diatur oleh fitohormon yang mungkin memberikan
pengaruhnya pada reaksi metabolik tertentu dalam jaringan target melalui molekul
reseptor. Selain fitohormon alami, sekelompok bahan kimia pemicu musim di luar
memodifikasi tanaman dalam perilaku pertumbuhan dan perkembangannya tanpa
menimbulkan efek fitotoksik atau malformatif (Nandhini et al., 2018).
Percobaan sesuai studi kasus yang diambil merupakan hasil penelitian yang
dilakukan di India oleh Nandhini et al., pada tahun 2018. Perlakuan yang dilakukan
merupakan pemangkasan ideal yaitu saat tanaman memiliki tinggi 45 cm. Pemangkasan
bersama dengan 1,5% kalium nitrat (T1), nitrobenzena 200 ppm (T2), tiourea 0,5% (T4),
100 ppm etrel (T5) diaplikasikan sebagai penyemprotan daun dan 300 ppm paclobutrazol
(T3) diterapkan sebagai pembasahan dan kontrol tanah (hanya pemangkasan) (T6).
Pembasahan dan penyemprotan dilakukan 20 hari setelah pemangkasan, ketika tanaman
mencapai jumlah daun segar yang cukup dan paclobutrazol yang baru disiapkan disiram
10 cm dari daerah terdekat dan sprayer tangan digunakan untuk menyemprot tanaman.
Dengan pemberian beberapa pupuk dan bahan aktif zat pengatur tumbuh lain ini
juga membuktikan bahwa tanaman melati yang berkualitas baik dengan hasil yang
banyak dapat dihasilkan melalui kombinasi perlakuan yang terkait satu dengan yang lain.
Yaitu dengan memberikan intervensi secara fisik dan kimiawi. Pada hasil penelitian yang
dilakukan, ditunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pemangkasan (prunning) dengan
penambahan intervensi kimiawi dapat berkolerasi positif meningkatkan cepat
pembungaan dan hasil yang baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemangkasan + 0,5% Tiourea (sejenis
pupuk Urea) (T4) diterapkan sebagai semprotan daun membutuhkan waktu 29 hari untuk
memulai pembungaan. Jumlah hari untuk berbunga pertama adalah kriteria penting yang
mengatur ketepatan panen. Ini dipengaruhi oleh beragam faktor seperti genetik,
lingkungan, fisiologis, nutrisi, hormonal dan budaya. Pemangkasan dilakukan pada waktu
12
yang tepat dan dalam jumlah tertentu menyediakan energi yang cukup untuk inisiasi
pembungaan dengan penutupan luka yang cukup yang menyebabkan kerentanan tanaman
terhadap penyakit dapat diminalisir.
Tabel 1. Tabel dan grafik lama waktu berbunga perlakuan terhadap Melati (Jasminum
sambac Ait.) Cv. Ramanathapuram Gundumalli.
Treatments Days Days
T1 30.88 32.5
T2 30.25 32
31.5
T3 30.31 31
T4 29 30.5
30
T5 31.88
29.5
T6 29.63 29
Mean 30.33 28.5
28
SEd 0.4822
27.5
CD(p=0.05) 1.0279** T1 T2 T3 T4 T5 T6
Keterangan:
T1 - Pemangkasan + 1,5% Kalium nitrat
T2 - Pemangkasan + 200 ppm Nitrobenzene
T3 - Pemangkasan + 300 ppm Paclobutrazol
T4 - Pemangkasan + 0,5% Tiourea
T5 - Pemangkasan + 100 ppm Ethrel
T6 - Kontrol Pemangkasan
Jumlah kuncup bunga per tanaman bervariasi secara signifikan di antara
semua perlakuan. Jumlah kuncup / tanaman bunga tertinggi 230,43 ditemukan di T4
(Pemangkasan + 0,5% Thiourea). Peningkatan jumlah bunga per tanaman ini mungkin
disebabkan oleh peningkatan jumlah cabang yang pada akhirnya meningkatkan produksi
bunga. Peningkatan hasil bunga mungkin karena berkurangnya tinggi tanaman dengan
menekan dominasi apikal, meningkatkan cabang utama dan sekunder.
13
Tabel 2. Pengaruh intervensi fisik dan kimia pada jumlah kuncup bunga per tanaman
melati (Jasminum sambac Ait.) Cv. Ramanathapuram Gundumalli.
Treatments Nov Dec Jan Feb
T1 188.46 192.31 195.88 193.58
T2 161.05 165.79 166.54 167.06
T3 141.57 143.86 145.2 153.26
T4 218.5 225.17 229.37 230.43
T5 129.33 130.28 131.75 129.47
T6 133.47 137.28 138.59 139.19
Mean 162.06 165.78 167.89 168.83
SEd 2.7821 2.8208 2.6416 2.7818
CD(p=0.05) 5.9299** 6.0125** 5.6305** 5.9293**
250
200
150
100
50
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nov Dec Jan Feb
14
Tabel 3. Efek intervensi fisik dan kimia pada hasil melati (Jasminum sambac
Ait.) Cv. Ramanathapuram Gundumalli
Treatments Nov Dec Jan Feb
T1 41.5 42.25 44.88 46.63
T2 35.75 36.25 37.5 38.97
T3 28 29.75 31.13 32.52
T4 47.5 52.5 53.25 55.6
T5 15.5 16.38 18.04 19.76
T6 23 24.13 25.81 28.65
Mean 31.88 33.54 35.1 37.02
SEd 2.1314 2.6331 1.4043 2.3053
CD(p=0.05) 4.5431** 5.6124** 2.9932** 4.9137**
60
50
40
30
20
10
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nov Dec Jan Feb
15
- memasukan, memelihara, memperbanyak, melepaskan musuh alami
- mengurangi penggunaan pestisida organik sintetik yang berspektrum
lebar/menggunakan pestisida selektif.
b. Ekosistem pertanian dikelola dengan cara:
- penggunaan bibit sehat
- sanitasi kebun
- pemupukan berimbang
- pergiliran tanaman yang baik
- penggunaan tanaman perangkap,
c. Pestisida digunakan secara selektif berdasarkan hasil pemantauan dan analisis
ekosistem.
2.7.1 Hama
1) Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae, Stadium hama
yang merusak tanaman melati adalah larva (ulat). Pengendalian: dilakukan
dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang berat dan
menyemprotkan insektisida yang mangkus dan sangkil, misalnya Decis 2,5
EC, Perfekthion 400 E/Curacron 500 EC .
2) Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Gejala:
menyerang tanaman melati dengan cara menggerek/melubangi bunga sehingga
gagal mekar. Kuntum bunga yang terserang menjadi rusak dan kadang-kadang
terjadi infeksi sekunder oleh cendawan hingga menyebabkan bunga busuk.
Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang mangkus, misalnya Decis
2,5 EC, Cascade 50 EC/Lannate L .
3) Thips (Thrips sp)
Thrips termasuk ordo Thysanoptera dan famili Thripidae. Hama ini bersifat
pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Gejala: menyerang dengan cara
mengisap cairan permukaan daun, terutama daun-daun muda (pucuk).
Pengendalian: dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis tanaman inang
di sekitar kebun melati dan menyemprotkan insektisida yang mangkus :
Mesurol 50 WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol 25 SP .
4) Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus)
16
Hama ini termasuk ordo Pseudococcidae dan famili Homoptera yang hidup
secara berkelompok pada tangkai tunas dan permukaan daun bagian bawah
hingga menyerupai sisik berwarna abu-abu atau kekuning-kuningan. Gejala:
menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan sel tanaman dan
mengeluarkan cairan madu. Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida yang mangkus, misalnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.
5) Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Ciri: ngengat
berwarna coklat dengan panjang badan rata-rata 12 mm dan panjang rentang
sayap kurang lebih 24 mm berwarna coklat dan berbintik-bintik transparan.
Gejala: menyerang daun tanaman melati identik (sama) dengan serangan ulat
P. unionalis.
6) Hama Lain.
Hama lain yang sering ditemukan adalah kutu putih (Dialeurodes citri) dan
kutu tempurung (scale insects). Bergerombol menempel pada cabang, ranting
dan pucuk tanaman melati, menyerang dengan cara mengisap cairan sel,
sehingga proses fotosintesis (metabolisme). Pengendalian dilakukan dengan
menyemprotkan insektisida yang mangkus, seperti Perfekthion 400 EC/Decis
2,5 EC.
2.7.2 Penyakit
1) Hawar daun
Penyebab: cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn. Gejala: menyerang
daun yang letaknya dekat permukaan tanah.
2) Hawar benang (Thread Blight)
Penyebab: jamur Marasmiellus scandens (Mass). Gejala: menyerang bagian
cabang tanaman melati.
3) Hawar bunga (Flower Blight)
Penyebab: cendawan (jamur) Curvularia sp. Fusarium sp dan Phoma sp,.
Gejala: bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang-kadang bunga
berguguran.
4) Jamur upas
Penyebab: jamur Capnodium salmonicolor. Penyakit ini menyerang batang
dan cabang tanaman melati yang berkayu. Gejala: terjadi pembusukan yang
17
tertutup oleh lapisan jamur berwarna merah jambu pada bagian tanaman
terinfeksi apnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev. Gejala serangan
capnodium adalah permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga berwarna
hitam merata.
5) Bercak daun
Penyebab: jamur Pestaloita sp. Gejala: bercak-bercak berwarna coklat
sampai kehitam-hitaman pada daun.
6) Karat daun (Rust)
Penyebab: ganggang hijau parasit (Cephaleuros virescens Kunze). Gejala:
pada permukaan daun yang terserang tampak bercak-bercak kemerah-
merahaan dan berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang daun-daun yang tua.
7) Antraknosa
Penyebab: jamur Colletotrichum gloesporoides. Gejala : terbentuk bintik-
bintik kecil berwarna kehitam-hitaman. Bintik-bintik tersebut membesar dan
memanjang berwarna merah jambu, terutama pada bagian daun. Serangan
berat dapat menyebabkan mati ujung (die back).
8) Penyakit lain
Busuk bunga oleh bakteri Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh nematoda
Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran tanaman. Virus
kerdil penyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman melati, belang-belang
daun dan kadang-kadang seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa melati (Jasmine sambac (L) W.
Ait.) merupakan tanaman yang sangat bermanfaat dan memiliki banyak khasiat
diantaranya sebagai aroma terapi, minyak melati, bahan baku industry, dan penghias
ruangan dalam seni dekorasi. Sehingga, untuk meningkatkan produktivitas dan
mendapatkan melati dengan kualitas yang baik diperukan rekayasa teknologi tanaman,
diantaranya ialah pengapuran tanah masam pada saat pengolahan tanah, dan
pemangkasan (prunning) yang ditambahkan zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan aplikasi
semprot yang dapat merangsang pertumbuhan vegetatif dan pembungaan pada melati agar
lebih cepat berbunga. Dalam beberapa penelitian Zat Tiourea (Sejenis pupuk urea)
merupakan ZPT yang paling signifikan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas
bunga melati.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini Masih harus dikaji lebih lanjut agar didapatkan
rekayasa produksi tanaman melati yang paling efektif untuk meningkatkan produktivitas
bunga melati, diantaranya ialah mencari sumber-sumber bacaan lain yang lebih lengkap
dan relevan dengan topik bahasan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, K, T. Sutater, S, Wuryaningsih dan R. D. Komar, 1995. Analisis usaha tani melati
potensi kelayakan dan prospeknya. Jurnal Hortikultura Vol. 5 No 2. hal 90 – 99
Gupta, G. N dan G. Chandra, 1957. Indian jasmine. Economic Botany, Devotet to applied
botany and plant utilization.178-182 hal
Harry, S. W., 2000. Jalan penyembuhan bernama aroma terapi. Trubus No. 364. (XXXI)
Leonhardt K. W, Teves G. I. 2002. Pikake - a fragrant flowered plant for landscapes and lei
production’ OF-29 CTAHR.
Nandhini, C., Balasubramanian, P., Beaulah, A., & Amutha, R. 2018. Effect of physical and
chemical interventions on flowering and quality parameters of jasmine (Jasminum
sambac Ait.) cv. Ramanathapuram Gundumalli during off season. IJCS, 6(4), 1653-
1657.
Parsons SB. 1956. The Rose: its History, Poetry, Culture and Classification. 351, Broadway,
New York: Wiley and Halsted.
Prihatman, Kemal. 2000. Melati (Jasmine officinale). pp. 1–13.Menegristek. Sistem Informasi
Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta
Wardani, D. M. 2017. Bunga Melati, Terapi Aroma Menenangkan Saraf. Diakses melalui
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/bunga-melati-terapi-aroma menenangkan-
saraf pada 13 November 2019 pukul 20.27.
20