Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Organ Target Bunga pada Tanaman : Melati (Jasmine sambac)


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman

Disusun oleh Kelompok 5 Kelas A :


Inge Shafira Elvandi 150510180018
Farras Salsabil 150510180123
Revan Ramadhan 150510180139
Tarisa Ramadhina Shyntiani 150510180173
Annisa Lugina Rachman 150510180228

PROGRAM STUDI AGROTEKNOL0GI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kelancaran serta
kemudahan dalam menyusun makalan ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya kami tidak dapat menyusun untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Kami bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah
diberikan, baik nikmat kesehatan berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai salah satu tugas kelompok dari mata kuliah
Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman dengan judul “ Rekayasa Teknologi Produksi
Tanaman pada Melati(Jasmine sambac)”
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan serta kesalahan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari Bapak/Ibu dosen yang kami hormati, supata makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
baik penulisan maupun konteks di dalamnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih

Jatinangor, 14 November 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1 Klasifikasi Melati ........................................................................................................ 3
2.2 Morfologi Melati ......................................................................................................... 3
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Melati ................................................................................. 5
2.3.1 Iklim ..................................................................................................................... 5
2.3.2 Media Tanam ....................................................................................................... 5
2.3.3 Ketinggian Tempat............................................................................................... 5
2.4 Budidaya Tanaman Melati .......................................................................................... 5
2.4.1 Pembibitan ........................................................................................................... 5
2.4.2 Pengolahan Media Tanam.................................................................................... 6
2.4.3 Teknik Penanaman ............................................................................................... 7
2.4.4 Pemeliharaan Tanaman ........................................................................................ 7
2.5 Manfaat Tanaman Melati ............................................................................................ 9
2.5.1 Pemanfaatan dalam industry ................................................................................ 9
2.5.2 Pemakaian dalam seni dekorasi ......................................................................... 10
2.5.3 Pemanfaatan sebagai aroma terapi ..................................................................... 10
2.5.4 Minyak melati .................................................................................................... 11
2.6 Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman Melati........................................................ 11
2.7 Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Melati ......................................... 15
2.7.1 Hama .................................................................................................................. 16
2.7.2 Penyakit.............................................................................................................. 17
BAB III .................................................................................................................................... 19
PENUTUP................................................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 19

ii
3.2 Saran .......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup
menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut Spansish
Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris
dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de’ Meici.
Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian
dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923.
Melati termasuk famili Oleacea adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri
yang dikenal dengan jasmine oil. Bunga merupakan bagian tanaman yang paling tinggi
nilai ekonomisnya. Beberapa cara pembuatan minyak atsiri telah dikenal dan
diaplikasikan oleh masyarakat antara lain penyulingan minyak kenanga, minyak nilam,
minyak sereh wangi, minyak daun cengkeh, dan minyak atsiri lainnya. Namun, cara
tersebut tidak dapat diaplikasikan untuk bunga alami seperti melati, mawar dan sedap
malam. Hal ini dikarenakan bunga-bunga alami tersebut tidak tahan suhu tinggi sehingga
untuk membuatnya diperlukan cara yang khusus
.Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara.
Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina
(Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu
(Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura).

1.2 Tujuan Penulisan


Mengetahui teknik budidaya pada tanaman melati, dan juga rekayasa teknologi
produksi tanaman melati.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah dijelaskan dapat diajukan beberapa
rumusuan masalah diantaranya :
1. Bagaimana klasifikasi dari tanaman melati?
2. Bagaimana morfologi dari tanaman melati?
3. Bagaimana kegunaan melati pada kehidupan sehari-hari?
4. Bagaimana syarat tumbuh tanaman melati?

1
5. Bagaimana cara budidaya tanaman melati?
6. Bagaimana rekayasa teknologi produksi tanaman pada melati?
7. Bagaimana pengendalian hama dan penyakit pada tanaman melati?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Melati


Kedudukan tanaman melati dalam sistematika/taksonomi tumbuhan adalah sebagai
berikut:
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac (L) W. Ait.

Gambar1. Bunga Melati


Sumber : edenbotanicals.com

2.2 Morfologi Melati


Bunga yang terdapat pada bunga melati pada mulanya akan berbentuk seperti
terompet, umumnya akan berwarna merah tua terlebih dahulu sebelum mekar, akan tetapi
tidak menutup kemungkinan berwarna lain, tergantung dari jenis dan spesiesnya. Setelah
mekar, bunga melati yang awalnya warna kuncupnya beragam tersebut akan berubah
menjadi warna putih dan memberikan aroma yang harum. Akan tetapi ada beberapa jenis

3
bunga melati yang tidak memiliki aroma yang harum pada umumnya, beberapa jenis
tersebut tidak mengeluarkan bau apa-apa.
Bunga melati memiliki susunan mahkota yang berbeda, yaitu bisa tunggal dan bisa
juga ganda. Dari sini dapat disimpulkan bahwa bunga melati juga merupakan bunga
majemuk sama seperti morfologi bunga mawar, dimana susunan bunganya menyirip
sercara berhadapan.
Daun yang dimiliki oleh bunga melati ini berbentuk bulat oval. Umumnya panjang
dari daunnya adalah sekitar 2-10 cm, lalu lebarnya sekitar 1,5-6 cm, akan tetapi itu sangat
tergantung dari jenisnya. Adapun bagian-bagian daun tepinya tidak rata dan sedikit
bergelombang dengan posisi menyirip seperti yang telah disinggung sebelumnya.
Dimana pangkal daun memiliki bentuk setengah lingkaran. Yang unik dari daun
bunga melati adalah permukaan daunnya yang terlihat cerah mengkilap seperti kaca.
Adapun daun batangnya memiliki kedudukan yang saling berhadapan sama seperti
halaman buku.
Batang dari bunga melati merupakan jenis batang semak-semak dengan memiliki
tinggi kurang dari 5m. Batang tanaman ini memiliki warna coklat seperti pada umumnya
dengan bentuk bulat, bahkan hingga segi empat dengan memiliki banyak cabang. Selain
itu permukaan batangnya memiliki bulu-bulu halus dengan presentase 10%, artinya
sangat jarang ditemukan disetiap bunga melati yang kita temukan di lingkungan sekitar
kita. Batang dari tanaman ini tergolong lentur dan mudah patah sehingga memudahkan
mereka untuk memetiknya.
Bunga melati merupakan tanaman parennial, yaitu tanaman yang dapat tumbuh lebih
dari setahun dan memiliki ketinggian 0,5-2 meter, sehingga membutuhkan akar yang
kuat. Adapun akar yang dimiliki oleh bunga melati merupakan jenis akar tunggang dan
bercabang, dimana akar ini diperkirakan dapat menopang tanaman ini hingga ketinggian
kurang lebih 5 m.
Cabang yang terdapat pada akar bunga melati dapat menyebar ke berbagai arah
hingga kedalaman 40-80 cm jika dihitung dari akar yang ada diatas permukaan tanah.
Yang perlu diketahui adalah bahwa akar dari bunga melati ini ternyata dapat
memunculkan tunas bunga melati yang baru.

4
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Melati
2.3.1 Iklim
1) Curah hujan 112–119 mm/bulan dengan 6–9 hari hujan/bulan, serta mempunyai
iklim dengan 2–3 bulan kering dan 5–6 bulan basah.
2) Suhu udara siang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30◦C,
3) Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.
4) Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di daerah yang cukup
mendapat sinar matahari.

2.3.2 Media Tanam


1) Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning
(PMK), latosol dan andosol.
2) Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerasi dan
drainase baik, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan memiliki.
3) Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini adalah pH=5–7.

2.3.3 Ketinggian Tempat


Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendahsampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian,
tiap jenis melati mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh.
Melati putih (J,sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl,
sedangkan melati Star Jasmine (J.multiflorum) dapat beradaptasi dengan baik hingga
ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi melati, seperti di Kabupaten Tegal,
Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di dataran
rendah sampai dataran menengah (0-700 m dpl).

2.4 Budidaya Tanaman Melati


2.4.1 Pembibitan
1. Teknik Penyemaian Benih
Tancapkan tiap stek pada medium semai 10–15 cm/sepertiga dari panjang
stek. Tutup permukaan wadah persemaian dengan lembar plastik bening (transparan)
agar udara tetap lembab.
2. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a) Penyiapan tempat semai:

5
- Siapkan tempat/wadah semai berupa pot berukuran besar/polybag, medium semai
(campuran tanah, pasir steril/bersih).
- Periksa dasar wadah semai dan berilah lubang kecil untuk pembuangan air yang
berlebihan.
- Isikan medium semai ke dalam wadah hingga cukup penuh/setebal 20–30 cm.
Siram medium semai dengan air bersih hingga basah.
b) Pemeliharaan bibit stek:
- Lakukan penyiraman secara kontinu 1–2 kali sehari.
- Usahakan bibit stek mendapat sinar matahari pagi.
- Pindahkan tanaman bibit stek yang sudah berakar cukup kuat (umur 1–23 bulan)
ke dalam polybag berisi medium tumbuh campuran tanah, pasir dan pupuk
organik (1:1:1).
- Pelihara bibit melati secara intensif (penyiraman, pemupukan dan penyemprotan
pestisida dosis rendah) hingga bibit berumur 3 bulan.

2.4.2 Pengolahan Media Tanam


1) Pembukaan Lahan
a) Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yang
tidak berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan tanah.
b) Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur,
kemudian biarkan kering angin selama 15 hari
2) Pembentukan Bedengan
Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara
bedeng 40–60 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.
3) Pengapuran
Tanah yang pH-nya masam dapat diperbaiki melalui pengapuran, misalnya
dengan kapur kalsit (CaCO3) dolomit {CaMg (CO3)2}, kapur bakar (Quick lime,
CaO)/kapur hidrat (Slakked lime,{Ca(OH)2}. Fungsi/kegunaan pengapuran tanah
masam adalah untuk menaikan pH tanah, serta untuk menambah unsur-unsur Ca dan
Mg.
4) Pemupukan
Tebarkan pupuk kandang di atas permukaan tanah, kemudian campurkan
secara merata dengan lapisan tanah atas. Pupuk kandang dimasukkan pada tiap lubang
tanam sebanyak 1-3 kg. Dosis pupuk kandang berkisar antara 10-30 ton/hektar.

6
Lubang tanam dibuat ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100-150 cm.
Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau/1-2 bulan sebelum musim
hujan.

2.4.3 Teknik Penanaman


1) Penentuan Pola Tanam
Sebulan sebelum tanam, bibit melati diadaptasikan dulu disekitar kebun.
Lahan kebun yang siap ditanami diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah
2 gram KCI per tanaman. Bila tiap hektar lahan terdapat sekitar 60.000 lubang tanam
(jarak tanam 1,0 m x 1,5 m), kebutuhan pupuk dasar terdiri atas 180 kg TSP dan 120
kg KCI. Bersama pemberian pupuk dasar dapat ditambahkan “pembenah dan
pemantap tanah “ misalnya Agrovit, stratos/asam humus Gro- Mate .
2) Pembuatan Lubang Tanam
Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan akar-akarnya. Tiap
lubang tanam ditanami satu bibit melati. Tanah dekat pangkal batang bibit melati
dipadatkan pelan-pelan agar akar-akarnya kontak langsung dengan air tanah.
3) Cara Penanaman
Jarak tanam dapat ber variasi, tergantung pada bentuk kultur budidaya,
kesuburan tanah dan jenis melati yang ditanam, bentuk kultur perkebunan jarak tanam
umumnya adalah 1 x 1,5 m, sedang variasi lainnya adalah 40 x 40 cm, 40 x 25 cm dan
100 x 40 cm.

2.4.4 Pemeliharaan Tanaman


1) Penjarangan dan Penyulaman.
Cara penyulaman adalah dengan mengganti tanaman yang mati/tumbuhan
abnormal dengan bibit yang baru. Teknik penyulaman prinsipnya sama dengan tata
laksana penanaman, hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanam yang
bibitnya perlu diganti. Periode penyulaman sebaiknya tidak lebih dari satu bulan
setelah tanam. Penyulaman seawal mungkin bertujuan agar tidak menyulitkan
pemeliharaan tanam berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadi seragam. Waktu
penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari, saat sinar matahari tidak terlalu
terik dan suhu udara tidak terlalu panas.
2) Penyiangan

7
Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering ditumbuhi rumput-
rumput liar (gulma). Rumput liar ini menjadi pesaing tanaman melati dalam
pemenuhan kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.
3) Pemupukan
Pemupukan tanaman melati dilakukan tiap tiga bulan sekali. Jenis dan dosis
pupuk yang digunakan terdiri atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI 100-
300 kg/ha/tahun. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara disebar merata dalam
parit di antara barisan tanaman/sekeliling tajuk tanaman sedalam 10-15 cm, kemudian
ditutup dengan tanah. Pemupukan dapat pula dengan cara memasukan pupuk ke
dalam lubang tugal di sekeliling tajuk tanaman melati. Waktu pemupukan adalah
sebelum melakukan pemangkasan, saat berbunga, sesuai panen bunga dan pada saat
pertumbuhan kurang prima.
Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati, terutama jenis pupuk
yang kaya unsur fosfor (P), seperti Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15)
dan waktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00) atau
sore hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik menyengat.
4) Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, tanaman melati membutuhkan ketersediaan air
yang memadai. Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari sampai tanaman berumur
kurang lebih 1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi dan sore
hari. Cara pengairan adalah dengan disiram iar bersih tiap tanam hingga tanah di
sekitar perakaran cukup basah.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Zat perangsang/zat pengatur Tumbuh (ZPT) dapat digunakan untuk
mempertahankan dan meningkatkan produksi bunga, zat perangsang bunga yang
berpengaruh baik terhadap pembungaan melati adalah Cycocel (Chloromiguat) dan
Etherel. Tanaman melati yang di semprot dengan Cycocel berkonsentrasi 5.000 ppm
memberikan hasil bunga yang paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman.
Cara pemberiannya: zat perangsang bunga disemprotkan pada seluruh bagian
tanaman, terutama bagian ujung dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yang
dianjurkan 3.000 ppm–5.000 ppm untuk Cycocel atau 500-1.500 ppm bila digunakan
Ethrel.

8
2.5 Manfaat Tanaman Melati
Dalam pengobatan tradisional, bagian tanaman yang biasanya digunakan
adalah akar, daun dan bunga dan bagian batangnya bersifat menyejukan (Zhang et al.,
1995). Hampir seluruh bagian tanaman memiliki khasiat dalam menyembuhkan
berbagai penyakit (Thomas, 1993; Heyne, 1987; Soepardi, 1964)

Bagian yang digunakan Khasiat Cara membuat dan menggunakan

Daun Menghentikan ASI yang 1 genggam daun ditumbuk halus


keluar berlebihan. ditempel diseputar buah dada.

Demam & sakit kepala 1 genggam daun diremas-remas


dengan air dan airnya digunkan
untuk kompres dahi.

Sesak napas 10 lembar daun dan garam


secukupnya direbus dengan 3
gelas air sampai mendidih
hingga tinggal 2 gelas disaring
dan diminum 2 kali sehari.

Demam Akar/batang direbus dengan air dan


Akar dan Batang diminum.

Radang mata Bunga yang direndam dalam air dan


Bunga airnya digunakan untuk mencuci
mata dan muka

2.5.1 Pemanfaatan dalam industry


Bunga merupakan bagian tanaman yang paling tinggi nilai ekonomisnya. Di
Indonesia pemakaian bunga melati dalam jumlah yang besar biasanya digunakan
sebagai pewangi teh (Effendi, K. et al., 1995) untuk mengurangi rasa asli daun teh.
Kebutuhan melati dari pabrik industri teh wangi berkisar 2 – 6 ton per hari
(Wuryaningsih S. dan Satsiyati, 1995). Pabrik teh tidak mampu menyerap seluruh
produksi melati pada saat panen raya. Industri lain yang menggunakan melati sebagai

9
bahan baku seperti industi minyak wangi jasmine, sabun, cat, tinta, karbol, semir
sepatu, kain dan pestisida. Industriindustri tersebut diharapkan dapat
menyerap dan meningkatkan harga melati. Jenis melati yang mengeluarkan aroma
harum dan banyak dimanfaatkan sebagai pewangi diantaranya adalah Jasminum
sambac dan Jasminum officinale (Wuryaningsih, 1994). Bunga melati yang disuling
untuk diambil minyak atsirinya banyak digunakan dalam industri parfum, sabun,
kosmetik, farmasi dan penyegar ruangan. Jenis melati yang digunakan untuk produksi
parfum di India adalah Jasminum auriculatum, Jasminum grandiflorum dan
Jasminum sambac (Gupta and Chandra, 1957). Di Negaranegara Perancis, Mesir dan
Monako minyak melati digunakan sebagai bahan bermutu tinggi (Guenther, 1952).

2.5.2 Pemakaian dalam seni dekorasi


Penggunaan bunga melati dalam seni dekorasi sangat luas, sebagai bagian dari
sebuah rangkaian, melati tidak hanya memberikan keindahan tetapi juga menciptakan
suasana agungdan khidmat yang berasal dari warna putih dan keharumannya. Wangi
bunga melati memberikan rasa senang dan tenang bagi yang menghirupnya. Bunga
Melati yang digunakan untuk rangkaian adalah Jasminum sambac (Soejono, S. dan
Dedeh, 1994). Banyak bentuk rangkaian melati hasilkreasi para perangkai bunga
menghiasi ruangan pesta perkawinan, upacara keagamaan maupun acara resmi
kenegaraan dan upacara peresmian di Indonesia, karena melati merupakan Puspa
Bangsa. Berbagai acara tersebut telah meningkatkan kebutuhan bunga melati
rangkaian (Effendi et al, 1995).

2.5.3 Pemanfaatan sebagai aroma terapi


Permintaan akan bunga melati akhir-akhir ini semakin meningkat dengan
berubahnya gaya hidup masyarakat perkotaan dan berkembangnya spa. Bunga melati
yang awalnya dimanfaatkan hanya sebagai tanaman obat, kini berkembang jadi salah
satu komoditas yangdimanfaatkan dalam aroma terapi. Terapi tersebut dipercaya
dapat menghilangkan stress dan menenangkan pikiran. Penggunaan melati dalam
aroma terapi juga merupakan pengobatan tetapi tidak menggunakan organ tanaman
langsung seperti yang dikemukakan sebelumnya. Metode penyembuhan aroma
therapy memanfaatkan minyak atsiri melati. Metode tersebut sebenarnya sudah
dikenal sejak Perang Dunia I. Ketika itu banyak serdadu yang terluka jadi sehat
kembali setelah menjalani aroma terapi menggunakan minyak lavender (Guenther,

10
1952). Pengobatan aroma terapi memanfaatkan berbagai minyak atsiri. Penyembuhan
dengan minyak atsiri dalam aroma terapi bisa dengan cara inhalasi atau dihirup,
dimasak atau perendaman tubuh. Aroma melati bisa digunakan untuk mengatasi pegal
linu (Harry, 2000). Aromanya dapat merangsang pengaturan aliran kelenjar adrenalin
dan menenangkan sistem saraf, sehingga menimbulkan perasan senang, tenang dan
dapat menghilangkan shock.

2.5.4 Minyak melati


Species tanaman melati yang digunakan sebagai sumber minyak melati adalah
Jasminum grandiflorum, J. officinale (di Perancis), J. grandiflorum L (di Italia) serta
J. grandiflorum L, J. auriculatum, J. sambac, J. augustifolium, J. officinale, dan J.
pubescens di India. Peluang industri minyak atsiri berbahan baku bunga cukup besar.
Minyak melati merupakan bahan baku parfum berkualitas tinggi. Jumlah kebutuhan
minyak melati murni dunia ialah 4000 kg/th dengan harga mencapai US $ 5000/kg
(Wuryaningsih, 1995). Harga minyak atsiri melati dipasar internasional tergolong
tinggi yakni sekitar 6.000 US $ per liter atau setara dengan 54 juta rupiah (Purba,
2000). Mahalnya harga minyak melati ini disebabkan oleh begitu luasnya pemakaian
minyak melati dalam industri sedangkan usaha pengadaan belum dilaksanakan secara
intensif. Pada penyulingan dalam skala mini menghasilkan minyak atsiri tiap kg-nya
0, 33 cc (Heyne, 1987). Minyak melati diperoleh dari bunga melati dengan cara
“enfleurage”, atau ekstraksi dengan pelarut menguap. Prabawati et al, (2002)
menyatakan bahwa minyak melati yang dihasilkan dari ekstraksi dengan
perbandingan bunga dan pelarut 1 : 2 mengandung komponen minyak atsiri yang
tinggi Minyak melati mengandung benzyl ester dari asam asett dan asam propionate,
linalool dan esternya, metil anthranilat, benzyl alkohol, geraniol dan paracrenol.
Melati kaca piring (cape jasmin) mempunyai bau wangi seperti minyak melati.

2.6 Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman Melati


Jasmine (melati) membutuhkan suhu 27–32°C di siang hari dan 21–27°C di
malam hari sangat ideal untuk pembungaan yang baik. Di luar musim suhu antara 15 dan
17°C pada malam hari menutup berbunga selama seminggu (Leonhardt dan Teves, 2002).
Bunga melati yang ditanam di Indonesia akan lebih mudah berbunga karena memiliki
suhu yang sesuai di dalam kisaran 21–27°C. Namun untuk mendapatkan sebuah bunga

11
yang memiliki kualitas yang bagus, berarti memiliki diameter yang lebih luas, waktu
berbunga yang lebih cepat,
Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil produksi bunga melati adalah dengan
dilakukan pemangkasan (prunning). Pemangkasan merupakan salah satu bentuk
intervensi fisik. Adalah salah satu teknik budidaya yang dilakukan kepada tanaman
melati. Metode ini berguna sejak zaman antik untuk memulai kembali pertumbuhan
tanaman (Parsons, 1956). Sebagai hasil pemangkasan, jumlah tunas baru meningkat yang
menghasilkan peningkatan kualitas bunga dengan aktivasi aktivitas fisiologis.
Pertumbuhan dan diferensiasi tanaman diatur oleh fitohormon yang mungkin memberikan
pengaruhnya pada reaksi metabolik tertentu dalam jaringan target melalui molekul
reseptor. Selain fitohormon alami, sekelompok bahan kimia pemicu musim di luar
memodifikasi tanaman dalam perilaku pertumbuhan dan perkembangannya tanpa
menimbulkan efek fitotoksik atau malformatif (Nandhini et al., 2018).
Percobaan sesuai studi kasus yang diambil merupakan hasil penelitian yang
dilakukan di India oleh Nandhini et al., pada tahun 2018. Perlakuan yang dilakukan
merupakan pemangkasan ideal yaitu saat tanaman memiliki tinggi 45 cm. Pemangkasan
bersama dengan 1,5% kalium nitrat (T1), nitrobenzena 200 ppm (T2), tiourea 0,5% (T4),
100 ppm etrel (T5) diaplikasikan sebagai penyemprotan daun dan 300 ppm paclobutrazol
(T3) diterapkan sebagai pembasahan dan kontrol tanah (hanya pemangkasan) (T6).
Pembasahan dan penyemprotan dilakukan 20 hari setelah pemangkasan, ketika tanaman
mencapai jumlah daun segar yang cukup dan paclobutrazol yang baru disiapkan disiram
10 cm dari daerah terdekat dan sprayer tangan digunakan untuk menyemprot tanaman.
Dengan pemberian beberapa pupuk dan bahan aktif zat pengatur tumbuh lain ini
juga membuktikan bahwa tanaman melati yang berkualitas baik dengan hasil yang
banyak dapat dihasilkan melalui kombinasi perlakuan yang terkait satu dengan yang lain.
Yaitu dengan memberikan intervensi secara fisik dan kimiawi. Pada hasil penelitian yang
dilakukan, ditunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pemangkasan (prunning) dengan
penambahan intervensi kimiawi dapat berkolerasi positif meningkatkan cepat
pembungaan dan hasil yang baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemangkasan + 0,5% Tiourea (sejenis
pupuk Urea) (T4) diterapkan sebagai semprotan daun membutuhkan waktu 29 hari untuk
memulai pembungaan. Jumlah hari untuk berbunga pertama adalah kriteria penting yang
mengatur ketepatan panen. Ini dipengaruhi oleh beragam faktor seperti genetik,
lingkungan, fisiologis, nutrisi, hormonal dan budaya. Pemangkasan dilakukan pada waktu

12
yang tepat dan dalam jumlah tertentu menyediakan energi yang cukup untuk inisiasi
pembungaan dengan penutupan luka yang cukup yang menyebabkan kerentanan tanaman
terhadap penyakit dapat diminalisir.

Tabel 1. Tabel dan grafik lama waktu berbunga perlakuan terhadap Melati (Jasminum
sambac Ait.) Cv. Ramanathapuram Gundumalli.
Treatments Days Days
T1 30.88 32.5
T2 30.25 32
31.5
T3 30.31 31
T4 29 30.5
30
T5 31.88
29.5
T6 29.63 29
Mean 30.33 28.5
28
SEd 0.4822
27.5
CD(p=0.05) 1.0279** T1 T2 T3 T4 T5 T6

Keterangan:
T1 - Pemangkasan + 1,5% Kalium nitrat
T2 - Pemangkasan + 200 ppm Nitrobenzene
T3 - Pemangkasan + 300 ppm Paclobutrazol
T4 - Pemangkasan + 0,5% Tiourea
T5 - Pemangkasan + 100 ppm Ethrel
T6 - Kontrol Pemangkasan
Jumlah kuncup bunga per tanaman bervariasi secara signifikan di antara
semua perlakuan. Jumlah kuncup / tanaman bunga tertinggi 230,43 ditemukan di T4
(Pemangkasan + 0,5% Thiourea). Peningkatan jumlah bunga per tanaman ini mungkin
disebabkan oleh peningkatan jumlah cabang yang pada akhirnya meningkatkan produksi
bunga. Peningkatan hasil bunga mungkin karena berkurangnya tinggi tanaman dengan
menekan dominasi apikal, meningkatkan cabang utama dan sekunder.

13
Tabel 2. Pengaruh intervensi fisik dan kimia pada jumlah kuncup bunga per tanaman
melati (Jasminum sambac Ait.) Cv. Ramanathapuram Gundumalli.
Treatments Nov Dec Jan Feb
T1 188.46 192.31 195.88 193.58
T2 161.05 165.79 166.54 167.06
T3 141.57 143.86 145.2 153.26
T4 218.5 225.17 229.37 230.43
T5 129.33 130.28 131.75 129.47
T6 133.47 137.28 138.59 139.19
Mean 162.06 165.78 167.89 168.83
SEd 2.7821 2.8208 2.6416 2.7818
CD(p=0.05) 5.9299** 6.0125** 5.6305** 5.9293**

250

200

150

100

50

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nov Dec Jan Feb

Hasil bunga tertinggi 55,60 g / tanaman ditemukan di T4 (Pemangkasan +


0,5% Thiourea) selama Februari. Semprotan daun pada tahap vegetatif dan berbunga
dengan konsentrasi tiourea yang berbeda juga mempengaruhi pertumbuhan, hasil dan
kualitas tanaman. Variasi dalam istirahat tunas sepanjang panjang biasanya konsekuensi
dari dominasi apikal di mana tunas terminal berkembang dengan mengorbankan tunas
lateral yang berdekatan. Hasil ini sangat membantu untuk meningkatkan klaster dan
kuncup bunga.

14
Tabel 3. Efek intervensi fisik dan kimia pada hasil melati (Jasminum sambac
Ait.) Cv. Ramanathapuram Gundumalli
Treatments Nov Dec Jan Feb
T1 41.5 42.25 44.88 46.63
T2 35.75 36.25 37.5 38.97
T3 28 29.75 31.13 32.52
T4 47.5 52.5 53.25 55.6
T5 15.5 16.38 18.04 19.76
T6 23 24.13 25.81 28.65
Mean 31.88 33.54 35.1 37.02
SEd 2.1314 2.6331 1.4043 2.3053
CD(p=0.05) 4.5431** 5.6124** 2.9932** 4.9137**

60

50

40

30

20

10

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nov Dec Jan Feb

Dari hasil penelitian secara ringkas dapat disimpulkan bahwa, pemangkasan


bersama dengan aplikasi Thiourea 0,5% sebagai semprotan daun pada interval 15 hari
hingga masa vegetatif akhir dapat direkomendasikan untuk meningkatkan pertumbuhan,
hasil dan kualitas Jasminum sambac Ait. CV. Ramanathapuram.

2.7 Pengendalian Hama dan Penyakit pada Tanaman Melati


Tanaman melati tidak luput dari gangguan hama dan penyakit, prinsip pokok dan
prioritas teknologi pengendalian hama/penyakit .
a. Pengendalian hayati dilakukan secara maksimal dengan memanfaatkan musuh-musuh
alami hama (parasitoid, perdator, patogen) dengan cara:

15
- memasukan, memelihara, memperbanyak, melepaskan musuh alami
- mengurangi penggunaan pestisida organik sintetik yang berspektrum
lebar/menggunakan pestisida selektif.
b. Ekosistem pertanian dikelola dengan cara:
- penggunaan bibit sehat
- sanitasi kebun
- pemupukan berimbang
- pergiliran tanaman yang baik
- penggunaan tanaman perangkap,
c. Pestisida digunakan secara selektif berdasarkan hasil pemantauan dan analisis
ekosistem.

2.7.1 Hama
1) Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae, Stadium hama
yang merusak tanaman melati adalah larva (ulat). Pengendalian: dilakukan
dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang berat dan
menyemprotkan insektisida yang mangkus dan sangkil, misalnya Decis 2,5
EC, Perfekthion 400 E/Curacron 500 EC .
2) Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Gejala:
menyerang tanaman melati dengan cara menggerek/melubangi bunga sehingga
gagal mekar. Kuntum bunga yang terserang menjadi rusak dan kadang-kadang
terjadi infeksi sekunder oleh cendawan hingga menyebabkan bunga busuk.
Pengendalian: disemprot dengan insektisida yang mangkus, misalnya Decis
2,5 EC, Cascade 50 EC/Lannate L .
3) Thips (Thrips sp)
Thrips termasuk ordo Thysanoptera dan famili Thripidae. Hama ini bersifat
pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Gejala: menyerang dengan cara
mengisap cairan permukaan daun, terutama daun-daun muda (pucuk).
Pengendalian: dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis tanaman inang
di sekitar kebun melati dan menyemprotkan insektisida yang mangkus :
Mesurol 50 WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol 25 SP .
4) Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus)

16
Hama ini termasuk ordo Pseudococcidae dan famili Homoptera yang hidup
secara berkelompok pada tangkai tunas dan permukaan daun bagian bawah
hingga menyerupai sisik berwarna abu-abu atau kekuning-kuningan. Gejala:
menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan sel tanaman dan
mengeluarkan cairan madu. Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida yang mangkus, misalnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.
5) Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Ciri: ngengat
berwarna coklat dengan panjang badan rata-rata 12 mm dan panjang rentang
sayap kurang lebih 24 mm berwarna coklat dan berbintik-bintik transparan.
Gejala: menyerang daun tanaman melati identik (sama) dengan serangan ulat
P. unionalis.
6) Hama Lain.
Hama lain yang sering ditemukan adalah kutu putih (Dialeurodes citri) dan
kutu tempurung (scale insects). Bergerombol menempel pada cabang, ranting
dan pucuk tanaman melati, menyerang dengan cara mengisap cairan sel,
sehingga proses fotosintesis (metabolisme). Pengendalian dilakukan dengan
menyemprotkan insektisida yang mangkus, seperti Perfekthion 400 EC/Decis
2,5 EC.

2.7.2 Penyakit
1) Hawar daun
Penyebab: cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn. Gejala: menyerang
daun yang letaknya dekat permukaan tanah.
2) Hawar benang (Thread Blight)
Penyebab: jamur Marasmiellus scandens (Mass). Gejala: menyerang bagian
cabang tanaman melati.
3) Hawar bunga (Flower Blight)
Penyebab: cendawan (jamur) Curvularia sp. Fusarium sp dan Phoma sp,.
Gejala: bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang-kadang bunga
berguguran.
4) Jamur upas
Penyebab: jamur Capnodium salmonicolor. Penyakit ini menyerang batang
dan cabang tanaman melati yang berkayu. Gejala: terjadi pembusukan yang

17
tertutup oleh lapisan jamur berwarna merah jambu pada bagian tanaman
terinfeksi apnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev. Gejala serangan
capnodium adalah permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga berwarna
hitam merata.
5) Bercak daun
Penyebab: jamur Pestaloita sp. Gejala: bercak-bercak berwarna coklat
sampai kehitam-hitaman pada daun.
6) Karat daun (Rust)
Penyebab: ganggang hijau parasit (Cephaleuros virescens Kunze). Gejala:
pada permukaan daun yang terserang tampak bercak-bercak kemerah-
merahaan dan berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang daun-daun yang tua.
7) Antraknosa
Penyebab: jamur Colletotrichum gloesporoides. Gejala : terbentuk bintik-
bintik kecil berwarna kehitam-hitaman. Bintik-bintik tersebut membesar dan
memanjang berwarna merah jambu, terutama pada bagian daun. Serangan
berat dapat menyebabkan mati ujung (die back).
8) Penyakit lain
Busuk bunga oleh bakteri Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh nematoda
Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran tanaman. Virus
kerdil penyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman melati, belang-belang
daun dan kadang-kadang seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa melati (Jasmine sambac (L) W.
Ait.) merupakan tanaman yang sangat bermanfaat dan memiliki banyak khasiat
diantaranya sebagai aroma terapi, minyak melati, bahan baku industry, dan penghias
ruangan dalam seni dekorasi. Sehingga, untuk meningkatkan produktivitas dan
mendapatkan melati dengan kualitas yang baik diperukan rekayasa teknologi tanaman,
diantaranya ialah pengapuran tanah masam pada saat pengolahan tanah, dan
pemangkasan (prunning) yang ditambahkan zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan aplikasi
semprot yang dapat merangsang pertumbuhan vegetatif dan pembungaan pada melati agar
lebih cepat berbunga. Dalam beberapa penelitian Zat Tiourea (Sejenis pupuk urea)
merupakan ZPT yang paling signifikan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas
bunga melati.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini Masih harus dikaji lebih lanjut agar didapatkan
rekayasa produksi tanaman melati yang paling efektif untuk meningkatkan produktivitas
bunga melati, diantaranya ialah mencari sumber-sumber bacaan lain yang lebih lengkap
dan relevan dengan topik bahasan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, K, T. Sutater, S, Wuryaningsih dan R. D. Komar, 1995. Analisis usaha tani melati
potensi kelayakan dan prospeknya. Jurnal Hortikultura Vol. 5 No 2. hal 90 – 99

Gupta, G. N dan G. Chandra, 1957. Indian jasmine. Economic Botany, Devotet to applied
botany and plant utilization.178-182 hal

Harry, S. W., 2000. Jalan penyembuhan bernama aroma terapi. Trubus No. 364. (XXXI)

Leonhardt K. W, Teves G. I. 2002. Pikake - a fragrant flowered plant for landscapes and lei
production’ OF-29 CTAHR.
Nandhini, C., Balasubramanian, P., Beaulah, A., & Amutha, R. 2018. Effect of physical and
chemical interventions on flowering and quality parameters of jasmine (Jasminum
sambac Ait.) cv. Ramanathapuram Gundumalli during off season. IJCS, 6(4), 1653-
1657.
Parsons SB. 1956. The Rose: its History, Poetry, Culture and Classification. 351, Broadway,
New York: Wiley and Halsted.
Prihatman, Kemal. 2000. Melati (Jasmine officinale). pp. 1–13.Menegristek. Sistem Informasi
Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta

Rukmana H. Rahmat (1997). Usaha Tani Melati, Yogyakarta, Kanisus

Wardani, D. M. 2017. Bunga Melati, Terapi Aroma Menenangkan Saraf. Diakses melalui
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/bunga-melati-terapi-aroma menenangkan-
saraf pada 13 November 2019 pukul 20.27.

20

Anda mungkin juga menyukai