Anda di halaman 1dari 6

Gulma Tanaman Hortikultura

dan Strategi Pengendaliannya

A. Kerugian Akibat Gulma


Hortikultura adalah komoditas pertanian yang bernilai lebih atau berkarakter
fancy (berkenyamanan lebih), penyumbang zat gizi utama dan vitamin mineral
pada menu manusia, berumur setahun atau tahunan. Keberadaan gulma pada
pertanaman hortikultura dapat menjadi lebih penting dan perlu lebih diperhatikan
karena sifat tersebut. Persaingan sarana tumbuh yang ditimbulkan antara gulma
dan tanaman akan terasa lebih besar pada tanaman hortikultura.
Penggunaan pupuk organik/pupuk kandang yang
relatif lebih banyak
khusunya pada hortikultura setahun berpotensi menyebarkan gulma (sumber
investasi) apabila pupuk kandang tersebut tidak diolah secara matang. Bahan
tersebut dapat menjadi media penyebaran alat perbanyakan gulma, baik melalui
organ vegetatif maupun organ generatif. Irigasi dan penggunaan pupuk yang
relatif lebih intensif pada pertanaman hortikultura dapat mendorong
perkembangan gulma.
B. Jenis-Jenis Gulma
Sejumlah gulma tertentu berasosiasi atau sering tumbuh bersama dengan
tanaman hortikultura tertentu. Dalam komunikasi sehari-hari gulma yang selalu
terdapat dan tumbuh pada pertanaman hortikultura disebut gulma hortikultura,
walaupun keberadaan suatu spesies gulma tertentu tidak selalu mutlak pada
tanaman hortikultura. Berikut disampaikan keberadaan sejumlah spesies gulma
pada beberapa tanaman hortikultura semusim dan tahunan. Ketiga golongan
gulma, yaitu gulma golongan rumput, teki dan daun lebar terdapat pada tanaman
hortikultura.
Gulma golongan teki seperti (Cyperus rotundus ), gulma golongan berdaun
lebar lunak dan gulma golongan rumput umumnya terdapat pada pertanaman
hortikultura berumur setahun (tanaman sayuran, tanaman hias).
Gulma golongan berdaun lebar (lunak dan berkayu), gulma golongan
rumput dan gulma golongan teki terdapat pada pertanaman hortikultura berumur
tahunan (tanaman buah-buahan).

Pengendalian Gulma

114

Tabel 10.1 Jenis-jenis gulma pada pertanaman hortikultura


Tanaman
Bawang Merah

Pisang

Nenas

Jambu Mete

Gulma
Rumput/Teki
Daun Lebar
Ageratum conyzoides,
Echinochloa colonum,
Alternanthera sessilis,
Digitaria spp., Eleusine
indica, Cyperus rotundus Amaranthus spp.,
Amaranthus spinosus,
Cleome rutidospermae,
Portulaca oleraceae
Setaria plicata, Panicum Ageratum conyzoides,
Borreria alata, Cleome
repens, Eleusine indica,
rutidospermae, Mimosa
Ottochloa nodosa,
invisa
Paspalum conjugatum,
Cyperus spp.
Axonopus compressus,
Richardia brasiliensis,
Cynodon dactylon,
Borreria alata,
Panicum repens, Eleusine Elephantropus scaber,
indica, Digitaria spp.,
Amaranthus spinosus,
Brachiaria eruciformis,
Chromolena odorata,
Brachiaria mutica,
Cleome rutidospermae,
Cyperus spp.
Commellina diffusa,
Euphorbia spp.,
Paspalum conjugatum

Gambar 10.2 Echinochloa colonum

Pengendalian Gulma

Gambar 10.3 Digitaria spp.

115

Gambar 10.4 Eleusine indica

Gambar 10.6 Setaria plicata

Gambar 10.8 Ottochloa nodosa


Pengendalian Gulma

Gambar 10.5 Cyperus rotundus

Gambar 10.7 Panicum repens

Gambar 10.9 Paspalum conjugatum


116

Gambar 10.10 Ageratum conyzoides


Teknik Pengendalian
Pengendalian gulma pada tanaman hortikultura dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Pengendalian gulma secara manual/mekanis paling sering dan
praktis diterapkan karena lahan yang relatif sempit namun dengan intensitas
pekerjaan yang intensif. Pengolahan lahan yang relatif intensif khususnya pada
hortikultura setahun dapat menghilangkan keberadaan spesies gulma setelah
beberapa kali pengolahan lahan untuk penanaman. Namun pengolahan lahan yang
intensif dapat pula meningkatkan kehadiran gulma golongan teki.
Tindakan-tindakan budidaya tanaman hortikultura secara langsung maupun
tidak langsung turut mengendalikan gulma pada pertanaman hortikultura,
misalnya pembentukan media tanam, pengaturan jarak tanam, pemupukan,
pengairan dan lain-lain.
Pengendalian gulma secara manual/mekanis dapat dilakukan dengan
mencabut atau membabat. Jika gulma yang dihadapi tergolong gulma lunak
(semusim dan berakar dangkal) maka tindakan mencabut dengan tangan atau
dengan bantuan alat sederhana dapat dilakukan. Penyiangan dengan mencabut
misalnya dilakukan terhadap gulma Ageratum conyzoides (babadotan), Cleome
rutidosperma (cacabean) dan lain-lain.
Pada budidaya buah-buahan yang dilakukan di lahan kering tindakan
membabat tetap merupakan cara yang paling mudah dan praktis. Ketinggian
membabat dapat dipertimbangkan sesuai kemampuan dan keadaan. Misalnya
dapat dilakukan babat tinggi atau babat rendah. Babat tinggi dengan cara
mempertahankan ketinggian gulma 20 30 cm. Dalam pengertian babat rendah,
selain dilakukan dekat/pada permukaan tanah, juga dalam arti mengupas dangkal
(babat bersih/babat merah) sebagian permukaan tanah. Alat-alat yang sering
digunakan adalah cangkul, kored, parang dan semi mekanis (mower) dan lain-lain.
Waktu pembabatan disesuaikan dengan umur tanaman. Pada saat tanaman
masih berumur muda, ruang antar tanaman masih terbuka sehingga
memungkinkan gulma tumbuh dan berkembang, sehingga diperlukan
pengendalian gulma lebih sering dibandingkan pada saat tanaman lebih tua ketika

Pengendalian Gulma

117

tajuk tanaman semakin membesar dan melebar. Pada saat pemeliharaan tanaman,
penyiangan 1 1.5 bulan satu kali dapat dilakukan.
Dalam keadaan tertentu (gulma tahunan berkayu dengan perakaran dalam
dan kokoh), kadang-kadang diperlukan pembongkaran tunggul/rimpang gulma.
Alat-alat yang digunakan adalah garpu, cangkul, parang. Misalnya gulma
Melastoma malabthricum (harendong), Choromolaena odorata (kirinyuh),
Clibadium surinamense, Themeda gigantea (glagah), Imperata cylindrica (alangalang) dan Sida rhombifolia (sidagori). Sejumlah gulma dengan tipe pertumbuhan
menjalar harus ditarik (dijojo), misalnya gulma Mikania micrantha (areuy
kapituheur), Commelina nudiflora (gewor) dan Richardia brasiliensis (goletrak
beuti).
Gulma yang telah dicabut, dibabat atau ditarik kemudian dikumpulkan pada
suatu tempat, dijadikan serasah/mulsa atau dapat dibakar. Pelaksanaan
pembakaran hendaknya cukup aman terhadap tanaman, lingkungan sekitar dan
terawasi.
Pengendalian gulma dengan pembakaran dapat memusnahkan gulma, tetapi
biji dan organ pembiak vegetatif di dalam tanah tidak mati. Pemakaian
mulsa/serasah dapat menekan pertumbuhan gulma. Serasah dapat berasal dari
gulma yang telah mati, bagian-bagian tanaman atau tumbuhan serasah yg sengaja
ditanam (penutup tanah). Selain serasah organik dapat juga plasik penutup abuabu hitam, namun mungkin bahan ini cukup mahal. Namun demikian pemakaian
plastik sering digunakan pada hortikultura semusim. Tindakan ini menghambat
perkembangan gulma, kecuali pada bar.isan lubang tanam.
Pembuatan piringan tanaman dapat dilakukan dibawah tajuk tanaman
bersamaan untuk kepentingan pemupukan. Untuk selanjutnya dalam kegiatan
pemeliharaan tanaman bagian piringan ini dapat disiang dengan lebih baik dan
lebih sering daripada bagian gawangan. Misalnya : bagian piringan dengan babat
rendah atau babat bersih, sedangkan bagian gawangan dengan babat tinggi.
Pengendalian dengan cara lain adalah menggunakan bahan kimia. Sejumlah
bahan telah diketahui efektif untuk mengendalikan gulma termasuk gulma yang
cukup sukar dikendalikan secara manual/mekanis (alang-alang).
Namun
pengetahuan teknis, keamanan dan pertimbangan ekonomi perlu dilakukan.
Pengendalian secara khemis juga dapat dilakukan dengan memperhatikan waktu
aplikasi pengendalian, sebelum atau sesudah gulma muncul di pertanaman
hortikultura (pra/pasca tumbuh). Herbisida pra tumbuh dapat digunakan pada
pertanaman hortikultura yang berumur setahun. Misalnya : pengendalian gulma
dengan herbisida pra tumbuh pada tanaman kentang, bawang merah dan cabai.
Herbisida pasca tumbuh dapat digunakan pada pertanaman hortikultura tahunan,
selain herbisida pra tumbuh.
Pada pengendalian gulma hortikultura secara khemis digunakan beberapa
jenis herbisida pra maupun pasca tumbuh. Untuk pertanaman hortikultura
semusim biasanya digunakan herbisida pra tumbuh, sementara pada pertanaman
hortikultura tahunan dapat digunakan herbisida pra dan pasca tumbuh.
Penggunaan herbisida pra tumbuh dimaksudkan untuk membersihkan media
tumbuh dari gulma sambil mendorong pertumbuhan tanaman karena tanpa
kehadiran tumbuhan lain yang dapat berkompetisi. Herbisida pasca tumbuh lebih
Pengendalian Gulma

118

sesuai pada pertanaman hortikultura tahunan karena tingkat selektivitas yang lebih
baik terhadap herbisida.
Tabel 10.2 Jenis Pengendalian
Hortikultura

Pengendalian Khemis

Bawang merah
Pisang
Nenas
Jambu mente

oksifluorfen, flufenacet
ametrin, paraquat
ametrin, diuron
glifosat

Pengendalian secara khemis dengan menggunakan herbisida berikut yang


digunakan pada tanaman hortikultura ada yang bersifat kontak maupun sistemik.
Waktu pemakaian dilakukan secara pra tumbuh atau pasca tumbuh. Dosis
pemberian herbisida dan kepekatan larutann yang diberikan harus memperhatikan
ketentuan dna keterangan pada kemasan herbisida termasuk aspek keamanannya
bagi penyemprot dan lingkungan.
Table 10.3 Bahan Aktif Herbisida dan Sifat Utama
Herbisida

Ciri

oksifluorfen
oksifluorfen
ametrin
flufenacet
paraquat
diuron

kontak selektif pra tumbuh, kontak purna tumbuh


kontak selektif pra tumbuh, kontak purna tumbuh
selektif sistemik pra tumbuh
sistemik pra tumbuh
kontak purna tumbuh
sistemik pra tumbuh

Tindakan pengendalian secara terpadu yang merupakan gabungan atau


kombinasi dari tindakan-tindakan pengendalian diatas (manual dan khemis) juga
dilaksanakan dalam pengendalian gulma hortikultura.
Pengendalian gulma pada pertanaman hortikultura dilakukan di larikan pada
pertanaman hortikultura setahun. Pada pertanaman hortikultura
tahunan,
pengendalian gulma dapat dilakukan di larikan/gawangan dan piringan/bokoran.
Tabel 10.4 Rekomendasi Pengendalian Gulma pada Beberapa Komoditas
Hortikultura
Bawang merah
Pisang
Nenas
Jambu mente

Pengendalian Gulma

Pengendalian
manual/mekanis, budidaya, pra, terpadu
manual/mekanis, budidaya, pra/pasca, terpadu
manual/mekanis, budidaya, pra, terpadu
manual/mekanis, budidaya, pasca, terpadu

119

Anda mungkin juga menyukai