Anda di halaman 1dari 21

GULMA

Gulma dapat diartikan tumbuhan yang tumbuh diantara tanaman budidaya yang
mengakibatkan adanya persaingan penyerapan unsur hara, air,  maupun sinar matahari
sehingga menghambat pertumbuhan dan mengakibatkan penurunan hasil produksi.

a. Gulma pada tanaman jagung


Berdasarkan morfologinya jenis gulma yang tumbuh diantara tanaman jagung antara
lain : 1. jenis gulma golongan berdaun lebar ( broad leaves) seperti : krokot (Portulaca sp),
bayam (Amaranthus sp); 2. Jenis gulma golongan rumput (grasses) seperti : rumput grinting
(Cynodon dactylon), lulangan (Eluisine indica); 3. Jenis gulma dari golongan teki (Sedges)
seperti : rumput teki (Cyperus rotundus). 
Teknik pengendalian gulma pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai teknik
seperti secara manual, mekanis, teknik budidaya maupun dengan penggunaan bahan kimia
(herbisida). Bahkan penggunaan herbisida ternyata mampu menaikkan produktivitas petani
seperti penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit, waktu pelaksanaan pengendalian gulma
relatif singkat serta biaya yang lebih murah. 
Berdasarkan karakteristik herbisida, umumnya dikenal tiga macam saat pengaplikasiannya
yaitu : 1. Herbisida pratumbuh (pre-emergence herbicides), yang diaplikasikan sebelum
gulma tumbuh; 2. Herbisida pascatumbuh (post-emergence herbicides), diaplikasikan
sesudah gulma tumbuh; 3. Herbisida pascatumbuh awal (earyl post-emergence herbicides),
diaplikasikan di awal pertumbuhan biji-biji gulma. Selain itu dalam penggunaan herbisida,
ada istilah herbisida selektif yaitu herbisida yang mampu mengendalikan gulma sasaran tanpa
meracuni tanaman pokoknya. Contohnya yang berbahan aktif atrazin, ametrin yang selektif
terhadap tanaman jagung. Sedangkan herbisida yang non selektif adalah herbisida yang
meracuni hampir semua jenis tumbuhan, terutama yang masih hijau, termasuk tanaman
pokoknya. Contohnya bahan aktif Gliposat, sulfosat dan paraquat. 
Menurut gerakannya pada gulma sasaran, herbisida dibagi menjadi dua yaitu
herbisida kontak dimana herbisida ini membunuh jaringan gulma yang terkena langsung oleh
herbisida tersebut,seperti paraquat,diquat dan propanil. Sedangkan satu lagi jenis herbisida
berdasarkan gerakannya yaitu herbisida sistemik dimana herbisida ini bisa masuk ke dalam
jaringan tumbuhan dan ditranslokasikan ke bagian tumbuhan lainnya, seperti 2,4-D dan
glifosat. 
Pemanfaatan pengetahuan tentang teknik aplikasi, herbisida non-selektif bisa
digunakan untuk mengendalikan gulma pada tanaman jagung, khususnya herbisida kontak
seperti paraquat. Teknik pengaplikasiannya dapat dilakukan dengan teknik direct spray  yang
menggunakan sungkup atau corong agar tidak mengenai tanaman jagung. Namun dewasa ini
telah ada beberapa jenis herbisida yang bisa diaplikasikan langsung keatas tanaman jagung .
Herbisida selektif ini mempunyai bahan aktif campuran atrazin dan mesotrion serta berbahan
aktif tunggal ametrin yang dapat diaplikasikan pada saat jagung berumur 7 sampai 14 hari
dengan kondisi tanah yang lembab, dan jagung mempunyai 3-4 helai daun. Keuntungan
lainnya herbisida ini selektif dan tidak meracuni tanaman jagung, dengan dosis 1,5 liter/ha
dan volume semprot 400-600 liter per hektar. 
Penggunaan herbisida selektif pada tanaman jagung memberi keuntungan kepada
petani secara ekonomis sekitar Rp. 1.500.000/ha dibandingkan dengan penyiangan secara
manual. Sedangkan keuntungan lainnya adalah hemat waktu, tenaga serta hasil panen yang
lebih baik dikarenakan tidak terjadi persaingan kebutuhan unsur hara antara tanaman jagung
dengan gulma.

b. Jenis gulma pada tanaman padi sawah

Gulma yang sering ditemukan pada lahan padi sawah pada umumnya memiliki
karakter yang tahan terhadap air dan kekeringan. Artinya, gulma pada lahan sawah memiliki
kemampuan beradaptasi dengan baik pada semua kondisi yang terjadi dilahan persawahan.
Secara alami gulma lebih cepat tumbuh subur daripada tanaman yang dibudidayakan. Oleh
karena itu sering timbul pertanyaan dikalangan petani padi. cara-cara membasmi gulma pada
tanaman padi :
1). Gulma berdaun lebar, misalnya enceng padi, genjer, wewehan/enceng padi, kiambang
atau kayambang
2). Gulma berdaun sempit, misalnya teki, rumput banto, JAWAN atau rumput padi-padian
(rumput yang mirip dengan tanaman padi).

Cara pengendaliannya yaitu untuk menghindari kerugian hasil panen gabah akibat persaingan
gulma serta menghindari peledakan populasi hama dan penyakit, gulma perlu dikendalikan
secara tepat dan benar. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mengendalikan gulma pada lahan
sawah, antara lain penyiangan manual menggunakan tang an, menggunakan alat penyiang
gulma (landak atau gasrok) dan menggunakan herbisida. Cara pengendalian dengan
penyiangan tangan, sekarang ini sudah jarang sekali dilakukan karena adanya keterbatasan
tenaga penyiang, terlebih-lebih untuk daerah-daerah yang sulit mendapatkan tenaga kerja.
Demikian juga penyiangan dengan alat (landak) di beberapa tempat juga sudah ditinggalkan
mengingat penggunaan alat ini juga memerlukan banyak tenaga dan kadang-kadang juga bisa
mengakibatkan kerusakan pada perakaran padi yang sedang tumbuh. Dengan adanya
kendala-kendala itu, sekarang petani banyak beralih menggunakan cara lain yang lebih
mudah dan efisien, yaitu penggunaan racun rumput yang populer dengan nama herbisida.

c. Jenis gulma pada tanaman sawi

Gulma atau tumbuhan pengganggu sering menjadi masalah pada pertanaman sawi,
karena merupakan pesaing dalam pengunaan air, cahaya, dan unsur hara bagi tanaman pokok.
Gulma yang biasa terdapat pada tanaman sawi yaitu gulma teki-tekian, gulama rumput-
rumputan dan gulma berdaun lebar, tetapi gulma berdaun lebar jarang terdapat pada tanaman
sawi dan biasanya gulma berdaun lebar biasa terdapat pada daerah yang berair. Pengendalian
yaitu :
1) Penyiangan - Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput atau dengan
menggunakan herbisida - Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap
mengganggu pertumbuhan bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya
yang tumbuh disela-sela tanaman pokok - Penyiangan dilakukan bersama dengan
penggemburan tanah sebelum pemupukan atau bila terdapat tumbuhan lain yang mengganggu
pertumbuhan tanaman - Penyiangan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam
karena dapat merusak sistem perakaran tanaman, bahkan pada akhir penanaman sebaiknya
tdak dilakukan.
2) Kimiawi Pada tanah yang gulmanya banyak dapat dilakukan dengan pemberian herbisida
sebelum tanam. Herbisida yang digunakan yaitu berbahan aktif glifosat, parakuat diklorida,
oksifluorfen,dll.
d. macam-macam pengendalian gulma
● Pengendalian Gulma Secara Kultur Teknis Membiarkan tumbuhan tinggal pada suatu lahan
dapat mengakibatkan tanah “terpegang” oleh perakaran dan jatuhnya air hujat tertahan oleh
kanopi, akibatnya erosi dapat dikurangi.Namun demikian pada suatu lahan yang ditumbuhi
sejenis atau beberapa jenis gulma, bila lahan tersebut hendak ditanami dengan crop, perlu
diadakan pengiolahan lahan terlebuh dahulu.Pengolahan tanah yang cukup dalam dan
berulangkali dapat menghancurkan tumbuhnya kebanyakan gulma meskipun tindakan
semacam ini memerlukan tambahan tenaga.Saat pengolahan tanah yang tepat perlu
dipertimbangkan, yaitu sebelum pembentukan tunas, jangan sampai gulma berbunga apalagi
membentuk biji. Demikian pula, jenis alat pengolah akan memberi pengaruh pada
“bersihnya” pengolahan tanah dari gulma. Alat pengolah yang sederhana sampai sempurna
akan memberi beda pada timbulnya gulma selanjutnya. Alat sederhana menggunakan tenaga
manusia atau hewan, sedang yang sempurna boleh disebutkan alat berat yang menggunakan
mesin.
● Pengendalian Gulma Secara Ekologis Memodifikasikan lingkungan yang mengakibatkan
pertumbuhan tanaman menmenjadi  baik dan pertumbuhan tanaman menjadi baik dan
pertumbuhan gulma menjadi buruk adalah cara lain dalam pengendalian gulma. Misalnya
mengubah kedudukan air dan nutrisi dalam tanah saat tertentu (pada saat ada atau tiada
tanaman yang tumbuh pada suatu lahan), dengan cara pemberoan setelah suatu tanaman
dipanen, ataupun pemberoan yagn diberi genangan. Di lain pihak membuat drainase bagi
tanah berair dapat membantu pengendalian gulma dan pengolahan lebih awal dapat
dilaksanakan.
● Pengendalian Gulma Secara Terpadu Akibat parahnya penekanan gulma pada pertumbuhan
membuat para petani berusaha dengan sunguh-sunguh dalam menanganinya. Suatu
pengendalian gulma yagn efektif melibatkan beberapa cara dalam waktu yang berurutan
dalam suatu musim tanam. Misalnya saja, satu jenis spesies pertanaman kurang mampu
menekan pertumbuhan gulma, pengendalian secara mekanik sendiri tidak sempurna dalam
mengatasi gulma tertentu. Maka timbul pemikiran bahwa paduan antara beberapa cara
pengendalian dalam satu musim tanam diharapkan dapat mengatasi masalahnya. Seperti
perpaduan antara pengendalian secara mekanik diteruskan dengan pemberian herbisida pasca
tumbuh, penggunaan herbisida pra-tumbuh dan lain lagi perpaduan yang sekiranya dapat
menekan infestasi gulma yang sulit untuk dibasmi. Penentuan keputusan pelaksanaan
pengendalian secara terpadu sangat penting dalam keberhasilannya. Apakah perpaduan cara
pengendalian itu menguntungkan atau tidak. Kombinasi dalam perpaduan yang tepat akan
memberikan hasil yang maksimal dalam pengendalian gulma.
● Pengendalian Gulma Secara Kimiawi Pengendalian gulma secara kimiawi adalah cara
pengendalian gulma dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat racun. Bahan
kimia tersebut disebut dengan istilah herbisida.
● Pengendalian biologi adalah aksi/kerja dari parasit, predator, dan patogen dalam
mempertahankan kepadatan organisme lain pada tingkat yang rendah dibandingkan tanpa
kehadirannya. Pengendalian biologi merupakan salah satu cara pengendalian yang dinila
icukup aman.
Contoh dari pengendalian lingkungan secara biologi adalah pengendalian
gulma.Pengendalian gulma secara biologi adalah pengendalian gulma denganmenggunakan
organisme lain berupa binatang ataupun tumbuhan berderajatrendah hingga berderajat tinggi,
misalnya: cendawan, bakteri, tumbuhan/tanamanberderajat tinggi, binatang/hewan ternak.
Prosedur Pengendalian BiologiLangkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian
gulma secarabiologi antara lain :
1.Eksplorasi agen dari luar.
Eksplorasi agen dari luarmembutuhkan identifikasi gulma yang tepat dan negara
asalnya. Analisis genetic terhadap senyawa kimia spesifik suatu tanaman, isozym, dan DNA
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi perbedaan strain gulma dan untuk
memfasilitasi koleksi agen dari strain dan tempat asal yang sama sebagai gulma target.
2. Seleksi agen
Seleksi agen merupakan langkah kritis dan pemilihan agen terbaik merupakan tujuan
utama. Biasanya, setiap agen yang diuji dan diintroduksi membutuhkan tiga tahun pengujian
yang membutuhkan dukungan teknik dan fasilitas yang cukup mahal. Karena mahalnya biaya
untuk melepas suatu agen, maka harus dipilih agen yang memiliki potensi sukses dalam
pengendalian.
3. Uji Kekhususan Inang
Mengingat musuh alami yang akan digunakan untuk pengendalian adalah organisme
pemakan tumbuhan maka sangat beralasan bahwa ada kekuatiran besar atas kemungkinan
selama perjalanan waktu terjadi perubahan status musuh alami menjadi agen perusak (hama)
tanaman budidaya. Perhatian bukan hanya ditujukan pada masalah potensi merusak, tapi juga
pada pemilihan agen polifag, bahkan oligofag pun harus dapat dipastikan bahwa inang
alternatifnya bukan tanaman budidaya ekonomis. Idealnya adalah apabila ditemukan jenis
agen monofag.
4. Uji Kesukaan Terhadap Inang dengan Pilihan
Uji kesukaan suatu agen calon pengendali gulma dilakukan untuk mengetahui selain
gulma yang menjadi target apakah di antara jenis tumbuhan yang diuji ada yang
menunjukkan indikasi sebagai inang alternatif. Uji kesukaan dilakukan dengan menyediakan
beberapa jenis tumbuhan uji (kurang lebih lima jenis) dimana gulma target adalah salah satu
di antaranya. Setiap jenis tumbuhan uji ditanam dalam pot terpisah dan diletakkan secara
acak dan diulang. Selanjutnya agen calon pengendali yang sedang dikaji dalam bentuk larva
atau nimfa dilepaskan ke dalam sangkar dalam jangka waktu tertentu. Setiap hari dilakukan
pengamatan terhadap adanya kegiatan agen misalnya makan (menimbukan gejala kerusakan),
meletakkan telur, sembunyi, mencari-cari jalan untuk meninggalkan sangkar dan lain
sebagainya. Pengujian ini dikatakan berhasil jika agen melakukan kegiatan pada salah satu
tumbuhan uji terutama pada gulma sasaran. Apabila agen melakukan kegiatan pada jenis
tumbuhan lain, maka tumbuhan tersebut perlu diuji lebih lanjut.
5. Uji Kesukaan Inang Tanpa Pilihan
Uji inang tanpa pilihan diselenggarakan di dalam sangkar di mana satu jenis
tumbuhan uji ditanam dalam pot. Pengujian dilakukan dengan ulangan dan dengan
pembanding. Stadium kehidupan agen yang diuji dapat berupa serangga dewasa, telur yang
hampir menetas. Jumlah individunya cukup beberapa ekor larva/serangga dewasa atau
beberapa butir telur untuk setiap unit pengamatan.
Penyelenggaraan uji ini dikatakan benar apabila unit pengamatan pembanding
menunjukkan kehidupan agen yang dikaji hidup normal. Jangka waktu penyelenggaraan
pengujian ini bisa sangat bervariasi tergantung dari respon dari agen yang diuji. Apabila telur
menetas dan semua larva atau semua serangga dewasa mati tanpa meninggalkan bekas
kegiatan makan yang berarti maka pengujian dapat dihentikan. Apabila dalam jangka waktu
dua minggu larva/yang dewasa masih hidup dan menunjukkan aktivitas makan maka
besarnya kerusakan dibandingkan dengan unit pembanding. Pengujian diteruskan untuk
mengetahui apakah mampu menyelesaikan siklus hidupnya. Telur yang berhasil diletakkan
oleh induk selama pengujian juga diuji apakah mampu menyelesaikan siklus hidupnya dan
bahkan diteruskan sampai beberapa generasi untuk mengetahui apakah mampu meneruskan
perkembangan generasinya.
HAMA
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan
sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik
istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.
Pengendalian Hama dan Penyakit :
a. Hama tanaman jagung
Kegiatan pengendalian hama pada tanaman jagung dilakukan agar tanaman jagung
tidak mengalami gangguan kesehatan, yang akhirnya mengganggu hasil produksinya.
Pengendalian terhadap hama dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Secara tradisional 
Secara mekanisme atau penanganan secara langsung. 
1. Ulat langsung diambil dan dibasmi
2. Tikus, dengan cara digeropyok beramai-ramai
3. Burung dengan diketapel 

 Tanaman liar dengan disiangi/dicabuti secara langsung 


 Mengusir burung, dengan dipasang orang-orangan untuk menakuti dan pergi jauh
supaya tidak memakan jagung. 
 Dengan penanaman secara serentak. 
 Dengan mengadakan rotasi tanaman agar terhimdar dari hama dan penyakit. 

2. Modern 

 Untuk mencegah serangan penyakit digunakan fungisida/senyawa kimia pembasmi


jamur/fungi. Misalnya, manzate, DIthane, Antracol, Cobox, dan Vitigran Blue. 
 Untuk pengendalian hama digunakan insektisida/senyawa kimia pembasmi
serangga/insekta, yang berbentuk cairan yang disemprotkan. Misalnya, Diazinon 60
EC, Baycard 500 EC, HOpcin 50 EC, Klitop 50 EC, Mipcin 50 WP, Azodrin 15
WSC,Sedangkan yang berupa butiran adalah furadan 3G, Dharmafur, dan Curater.

1. Ulat daun (prodenia litura)


Gejala tanaman jagung yang diserang hama ulat daun adalah sebagai berikut:

 Ulat dau menyerang bagian pucuk daun.


 Umur tanaman yang diserang ulat daun sekitar 1 satu bulan
 Daun tanaman bila sudah besar menjadi rusak.

Pencegahan dxengan penyemprotan insektisida folidol, basudin, diazinon dan agrocide


dengan ukuran 1,5 cc dalam tiap 1 liter air.
2. Lalat bibit

 Disebabkan oleh lalat bibit (Atherigona exigua)


 Gejala yang dialami tanaman jagung adalah ada bekas gigitan pada daun, pucuk daun
layu, dan akhirnya tanaman jagung mati.
 Pengendalian dengan menghembuskan HCH 5% pada saat berumur 5 hari. Atau
pengobatan dengan penyemprotan insektisida Hostathion 40EC, sebanyak 2cc tiap
liter air dengan volume semprotan 100 liter tiap hektar lahan jagung.

3. Ulat agrotis

1. Gejala yang dialami pada bagian batang yang masih muda yaitu putus akhirnya
tanaman jagung mati.
2. Agrotis sp. Melakukan penyerangan pada malam dan siang hari. Ada 3 macam ulat
grayak/agrotis ini, yaitu:

 Agrotis segetum, yang berwarna hitam, sering ditemukan didaerah dataran tinggi. 
 Agrotis ipsilon, berwarna hitam kecoklatan, di temukan di daerah dataran tinggi dan
rendah 
 Agrotis interjection, berwarna hitam, banyak terdapat di pulau jawa 
 Pengendalian ulat ini dengan insektisida Dursban 20 EC, dengan dosis 2 ml tiap 1
liter air. Tiap hectare dapat digunakan 500 liter larutan

4. Penggerek daun dan penggerek batang

1. Bagian tanaman jagung yang diserang oleh ulat sesamia inferens dan pyrasauta
nubilasis adalah ruas batang sebelah bawah dan titik tumbuh tunas daun tanaman
jagung.
2. Gejala tanaman menjadi layu.
3. Penanggulangan dengan menggunakan insektisida Azodrin 15 WSC dengan dosis 30
liter dalam 10 liter air.

5. Ulat tongkol (Heliothis armigera)

1. Gejalanya dapat dilihat dengan adanya bekas gigitan pada biji dan adanya terowongan
dalam tongkol jagung.
2. Ulat tongkol menyerang/masuk dalam tanaman jagung melalui tongkol, baru
memakan biji jagung.
3. Pengendalian dengan penyemprotan menggunakan Furadan 3G atau dengan membuat
lubang dekat tanaman, diberi insektisida dan ditutup lagi.
4. Dosis yang digunakan 10 gram tiap meter persegi.
5. Sebaiknya dilakukan pada saat tanaman jagung masih berbunga, jangan menjelang
panen, sebab dapat membahayakan kita yang ikut mengkonsumsi jagung karena
residu dari insektisida tersebut.

b. Hama pada padi sawah

c. Wereng Penyerap Batang Padi: Wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi
berpunggung putih (Sogatella furcivera) dan Wereng Penyerang Daun Padi: Wereng padi
hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep). Merusak dengan cara menghisap cairan
batang padi dan dapat menularkan virus.
Gejala: Tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar,
tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.
Pengendalian:
1. Bertanam padi dengan serempak, menggunakan varietas tahan wereng seperti IR 36, IR 48,
IR 64, Cimanuk, Progo, dsb., membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-
laba, kepinding dan kumbang lebah
2. Penyemprotan BVR

d. Walang sangit (Leptocoriza acuta). Menyerang buah padi yang masak susu.
Gejala: buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak;
pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam.
Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan
memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan
BVR atau PESTONA.

e. Kepik hijau (Nezara viridula). Menyerang batang dan buah padi.


Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda
bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu.
Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan BVR atau
PESTONA.

f. Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata),
kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens).
Menyerang batang dan pelepah daun.
Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun
mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama “sundep”
dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut “beluk”.
Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan,
menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami;
(2) menggunakan BVR atau PESTONA.

g. Hama tikus (Rattus argentiventer). Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah.
Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah
petak tidak ada tanaman.
Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh
alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic).

h. Burung. Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan.


Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan.

c. Hama sayuran sawi


● Ulat Perusak Daun ( Plutella Xylostella )

Hama ini bila menyerang tanaman sawi, maka gejala yang terlihat pada permukaan daun,
akar menjadi rusak, berlubang dan tidak rata kemudian daun akan menjadi kering.

Cara pengendalian :
1. Non Kimiawi
Dengan mengumpulkan ulat daun, kemudian membakarnya. Lalu dengan sanitasi
kebun atau lahan.

2. Kimiawi
Dengan melakukan penyemprotan insektisida yang berupa March 50 EC, Proclaim 5
SG, Decis dan Buldok 25 EC.
● Ulat Tanah ( Agrotis sp. )

Hama ini bila menyerang tanaman sawi, gejala yang terlihat merusak akar tanaman, menjadi
layu, tanaman menguning kemudian mati.

Cara Pengendalian :

1. Non Kimiawi
Untuk pengendalian secara non kimiawi dapat dilakukan dengan sanitasi kebun atau
lahan sekitar tanaman.
2. Kimiawi
Untuk pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida
yang berbentuk butiran sesuai anjuran.
● Ulat Grayak ( Spodoptera litura dan Spodoptera axigua )

Hama ini bila menyerang tanaman sawi, gejala yang terlihat pada bagian daun akan
menguning, daun menjadi berlubang dan bagian daun tidak beraturan.

Cara Pengendalian :

1. Non Kimiawi
Untuk pengendalian secara non kimiawi dengan melakukan pengumpulan ulat, lalu
membakarnya dan melakukan sanitasi kebun atau lahan.
2. Kimiawi
Untuk pengendalian secara kimiawi dengan melakukan penyemprotan insektisida
yang berupa Matador 25 Ec, Curacron 500 Ec dan Buldok 25 EC.
● Leaf miner ( Lirimyza sp )
Hama ini bila menyerang tanaman sawi, gejala yang terlihat pada daun menguning, terdapat
bercak kuning hingga kecoklatan dan daun akan layu serta mati.

Cara Pengendalian :

1. Non Kimiawi
Untuk pengendalian secara kimiawi dengan melakukan pemangkasan kecil pada daun
terserang dan melakukan sanitasi kebun atau lahan.
2. Kimiawi
Untuk pengendalian secara kimiawi dengan melakukan penyemprotan insektisida
yang berupa Trigard 75 WpP dan Proclaim 5 SG.
PENYAKIT PADA TANAMAN
a. Penyakit pada jagung
 Penyakit pada tanaman jagung, yaitu:
1. Hawar daun atau karat daun
Penyakit hawar daun dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Hawar daun turcicum 

 Gejala penyakit ini berupa adanya bercak kecil berbentuk jorong, berwarna hijau
kelabu. Lama kelamaan bercak menjadi besar dan berwarna coklat. Bentuk seperti
kumparan, bila parah daun seperti terbakar. 
 Penyebab penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum. 

b. Hawar daun maydis 

 Gejala yang dialami berupa bercak coklat abu-abu pada seluruh permukaan daun. 
 Bila parah dapat sampai ke jaringan tulang daun yang akhirnya jaringan dapat mati. 

c. Hawar daun corbonum 

 Gejala berupa bercak coklat muda kekuningan bersudut-sudut memanjang yang dapat
menyatu dan mematikan daun. 
 Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola yang tumbuh di daerah yang
dingin, bersuhu rendah, lembab dan di daerah dataran tinggi. 
 Pengendalian dengan fungisida atau dengan thiram dan karboxin, serta dengan
pengasapan atau perawatan suhu panas selama 17 menit dengan suhu 55 derajat
celcius. 

2. Bulai 
 Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan atau jamur sclerospora
maydis 
 Gejala berupa daun tanaman jagung berwarna kuning keputih-putihan bergaris, sejajar
dengan urat daun dan tampak kaku. 
 Pencegahan dengan pemberian Ridomil 35 SD pada benih agar tidak tumbuh jamur
pada biji jagung. 

Tanaman jagung yang mengalami kekurangan zat makanan akan mengalami berbagaib
gangguan antara lain:
1. Kekurangan nitrogen (N)
Akibat kekurangan unsure Nitrogen adalah tumbuhan menjadi kerdil, kurus, dan daun
berwarna hijau kekuningan. Akibat yang paling parah tumbuhan jagung tidak berbuah.
2. Kekurangan fosfor (P)
Kekurangan Fosfor juga menyebabkan tanaman menjadi kerdil, daun agak ungu dan kaku.
Pertumbuhan tongkol terganggu, sehingga barisan biji tidak teratur.
3. Kekurangan kalium (K)
Gejala yang tampak adalah ujung bagian bawah daun menguning dan mati. Tumbuhan
menghasilkan buah yang kecil dan ujungnya runcing.
4. Kekurangan calsium (C)
Kekurangan kalsium menyebabkan daun mudanya tidak muncul dari ujung tanaman, daun
agak kaku, berwarna kuning kehijauan dan kerdil.
5. Kekurangan Magnesium (Mg)
Tanaman jagung yang kekurangan magnesium, biasanya kerdil, bagian atas daun berwarna
kuning. Dengan bergaris-garis tak normal berwarna putih. Daun yang tua berubah warna
menjadi ungu kemerahan pada bagian tepid an ujung daun.
6. Kekurangan belerang (S)
Gejala yang tampak pada tanaman jagung yang kekurangan belerang adalah seluruh daunnya
berubah warna menjadi kuning, baik dari daun yang muda sampai yang tua. Gejala lain
adalah tubuh tanaman jagung menjadi kerdil dan tidak/terlambat berbunga.
7. Kekurangan Seng (Zn)
Gelala penyakit ini dilihat setelah tanaman berumur 2 minggu yaitu pada tengah daun
terdapat garis kuning sepanjang tulang daun, sedangkan bagian tepi daun tetap hijau.
8. Kekurangan zat besi (Fe)
Gejala penyakit ini dapat dilihat pada daun tanaman jagung bagian atasnya hijau pucat
sampai putih di antara urat-urat daun.
9. Kekurangan tembaga (Cu)
Gejala penyakit ini muncul dengan diawali mengeringnya daun termuda, kemudian tanaman
jagung menjadi kerdil dan daun yang tua mati.
Gejala yang lain adalah batang jagung menjadi lunak sehingga mudah bengkok atau roboh
terkena angin.

b. Penyakit pada padi sawah

Penyakit pada tanaman padi yaitu :


a. Penyakit Bercak daun coklat. Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae.
Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah.
Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah
busuk dan kecambah mati.
Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat + POC NASA, (2) pemupukan berimbang,
(3) menggunakan benih padi yang tahan penyakit ini, (4) penggunaan Agens Hayati
CORRIN.

b. Penyakit Blast. Penyebab: jamur Pyricularia oryzae.


Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku,
tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Pemasakan makanan terhambat
dan butiran padi menjadi hampa.
Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul
Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan
fase pembentukan bulir; (2) pemberian GLIO di awal tanam, (3) penyemprotan CORRIN.

c. Busuk pelepah daun. Penyebab: jamur Rhizoctonia sp.


Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan.
Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.
Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit, (2) pemberian GLIO pada saat
pembentukan anakan.
d. Penyakit Fusarium. Penyebab: jamur Fusarium moniliforme.
Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk.
Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari
GLIO di lahan

e. Penyakit kresek/hawar daun. Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae)


Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis
melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati.
Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane,
Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan
GLIO, (3) penyemprotan CORIN.

f. Penyakit kerdil. Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens.
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau
kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil.
Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang
terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA.

g. Penyakit tungro. Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix
impicticeps.
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun
kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan
tidak berisi.
Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46,
IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.

c. Penyakit pada sayuran sawi

Penyakit Akar Gada ( Plasmodiophora brassicae )

Penyakit ini bila menyerang tanaman sawi maka gejala yang terlihat pada akar membusuk,
kering dan tanaman pun layu serta mati tiba-tiba.

Cara pengendalian yaitu :

● Non Kimiawi
Untuk pengendalian secara non kimiawi dengan melakukan sanitasi kebun atau lahan.
● Kimiawi
Untuk pengendalian secara kimiawi untuk saat ini belum ada yang menemukan untuk
obatnya.
Bercak Daun

Penyakit ini bila menyerang tanaman sawi maka gejala yang terlihat pada daun akan
terdapat bercak berwarna kuning hingga kecoklatan bahkan kehitaman serta daun akan layu
dan mati.
Cara pengendalian yaitu :

● Non Kimiawi
Untuk pengendalian secara non kimiawi dengan melakukan sanitasi kebun atau lahan.
● Kimiawi
Untuk pengendalian secara kimiawi dengan melakukan penyemprotan fungisida
berbahan aktif
berupa Bion M 1/48 WP.

Busuk alternaria

Penyakit ini bila menyerang tanaman sawi, gejala yang terlihat pada akar tanaman kering,
membusuk dan juga kematian tanaman sawi tiba-tiba.
Cara pengendalian yaitu :
● Non Kimiawi
Untuk pengendalian secara non kimiawi dengan melakukan sanitasi kebun atau lahan
dan penjarangan sebelum tanam.
● Kimiawi
Untuk pengendalian secara kimiawi dengan melakukan penyemprotan fungisida
berupa Dithane sesuai anjuran.
KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI
FAKTOR PEMBATAS BIOTIK
Dalam biosfer, makluk hidup yang satu dengan yang lainnya akan selalu melakukan interaksi
untuk keberlangsungan hidup. Interaksi merupakan hubungan antara makhluk hidup yang
satu dengan yang lainnya. Interaksi terjadi karena makhluk hidup akan selalu membutuhkan
bahan untuk bertahan hidup, sebagai contoh tanaman tidak sekedar membutuhkan cahaya
matahari untuk tumbuh, namun juga memerlukan unsur hara dari dalam tanah untuk dapat
tumbuh secara optimal. Interaksi antar organisme dapat memberikan keuntungan atau bahkan
kerugian bagi organisme yang melakukan interaksi.

Interaksi atau hubungan antar makhluk hidup dapat berlangsung secara beragam.
Salah satu di antaranya adalah kompetisi merupakan suatu bentuk hubungan antar mahkluk
hidup yang terjadi akibat adanya keterbatasan sumber daya alam pada suatu tempat.
Dikarenakan keterbatasan sumber daya alam sehingga mengharuskan makhluk hidup
melakukan kompetisi atau persaingan dengan yang lain agar tetap mampu bertahan hidup. 
Kompetisi atau persaingan yang dilakukan organisme-organisme  dapat berupa keaktifan
dalam  memperebutkan kebutuhan ruang/ tempat, makanan, unsur hara, air, sinar, udara, agen
penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang
dibutuhkan  oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya. Adanya persaingan
antar organisme tersebut mengakibatkan pengaruh terhadap organisme yang terlibat dalam
persaingan. Pengaruh berupa pertumbuhan yang produktif tentunya akan didapat oleh
tanaman yang mampu memperebutkan unsur hara lebih banyak.

Kompetisi ada dua jenis, yaitu inter dan intra spesies. Kompetisi intra spesies
merupakan suatu kompetisi yang terjadi dalam satu spesies yang sama, sedangkan inter
spesies merupakan kompetisi yang terjadi dalam spesies yang berbeda. Hal tersebut nampak
dalam sistem budidaya tanaman secara tumpang sari. Dalam budidaya tanaman secara
tumpang sari sangatlah jelas bahwa kompetisi inter maupun intra spesifik terjadi di dalamnya.
Sebagai contoh, budidaya tanaman kacang tanah namun juga menggunakan tanaman
pendamping misalnya cabai. Dalam kasus tersebut kompetisi interspesifik terjadi antara
tanaman kacang tanah dengan cabai, sedangkan antar tanaman cabai ataupun antar tanaman
kacang tanah terjadi kompetisi interspesifik. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi
kompetisi intra spesifik antara tanaman kacang tanah dengan gulma atau cabai dengan gulma.
Gulma yang dibiarkan tumbuh pada sekitar tanaman kacang tanah akan menurunkan hasil
sampai 44%. Kemampuan tanaman berkompetisi dengan gulma ditentukan oleh spesies
gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persaingan, cara budidaya dan varietas tanaman serta
tingkat kesuburan tanah. Pada rumput teki (Cyperus rotundus) yang digolongkan sebagai
gulma pada jagung (Zea mays.L) mampu menghasilkan allelkimia yang mampu
mengakibatkan allelopati pada tanaman lain. Akibat dari peristiwa tersebut maka tanaman
pokok  budidaya akan mengalami pertumbuhan yang tidak maksimal atau bahkan mengalami
kematian karena timbulnya keadaan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan bagi tanaman
seperti salinitas yang tinggi.

Pengaruh dari kompetisi baik intra maupun inter spesifik dapat secara fisiologi
maupun morfologi. Kompetisi dapat berpengaruh terhadap struktur tanaman, pada
lingkungan yang minim unsur hara.. Tanaman yang menang dalam kompetisi akan
menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tanaman yang kalah dalam
persaingan memperebutkan unsur hara bahkan mungkin mengalami kematian. Pengaturan
jarak tanam antar tumbuhan sangat perlu diperhatikan untuk dapat mengoptimalkan hasil
budidaya tanaman. Cahaya merupakan salah satu komponen yang dapat diperebutkan antar
tanaman. Tanaman yang mampu mendapatkan cahaya matahari lebih banyak maka
pertumbuhannya akan lebih optimial, jika dibandingkan dengan tanaman yang sedikit dalam
menyerap cahaya. Cahaya berpengaruh terhadap berlangsungnya laju fotosintesis, dengan
laju fotosintesis yang tinggi karena pasokan cahaya yang terserap banyak maka akan
menghasilkan bahan materi bagi pertumbuhan tanaman secara maksimal. Sedangkan,
komponen lain seperti air, unsur hara, udara yang berada dalam tanah, juga menjadi materi
yang diperebutkan antar organisme. Kemampuan tanaman dalam persaingan memperebutkan
materi tersebut sangat bergantung kecepatan pertumbuhan akar. Jika pertumbuhan akar suatu
tanaman sangat cepat, maka hal terseut sebanding dengan unsur hara yang diserap oleh akar
tanaman. Namun, kecepatan pertumbuhan akar tanaman sangat tergantung dari proses
fotosintesis yang berlangsung. Jadi pada dasarnya persaingan yang dilakukan tanaman baik
itu dibagian atas dan bawah tanah sangat berhubungan.

Dalam sistem budidaya tanaman, terjadinya kompetisi inter maupun intra specifik
antar tanaman sangatlah diperhatikan dalam mengatur proses penanaman. Pengaturan jarak
tanam yang tepat dapat dijadikan solusi dalam proses penanaman. Pengaturan jarak tanam
yang sesuai maka akan menekan kompetisi yang keras antar tanaman, terlebih pada
penanaman dengan spesies yang sama. Selain itu, dengan jarak tanam yang sesuai unsur hara
yang terserap oleh tanaman akan seimbang, jadi hasil yang didapatkan akan seragam.

KONSEP ALIRAN ENERGI DALAM PERTANIAN


 

Aliran energi dalam pertanian merupakan kunci keseimbangan energi di ekosistem secara
keseluruhan. Seluruh kegiatan pertanian yang ditunjukkan untuk memperoleh produksi
maksimum per unit satuan luas tertentu dari tanah pertanian, yaitu dengan (1) melakukan tata
cara bertani menggunakan teknologi yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh
keuntungan maksimum, (2) menekan sekecil kecilnya ketidakmantapan dalam produksi
pertanian, dan (3) mencegah penurunan kapasitas produksi tetapi secara langsung juga tidak
mengorbankan keseimbangan. Kebutuhan makanan semua bentuk kehidupan di alam harus
diusahakan berada dalam keseimbangan. Energi surya yang diserap oleh tumbuhan hijau
yang berfotosintesis disalurkan ke berbagai macam makhluk hidup lain. Penyalurannya ada
yang melalui jalur sederhana dan ada yang melalui jalur yang agak rumit dengan menelusuri
berbagai macam kehidupan dalam biosfer. Akan tetapi, semua energi akan diradiasikan
kembali ke ruang angkasa. Bila daur energi ini terganggu, suhu bumi akan meningkat dengan
tajam yang mengakibatkan ekosistem akan terganggu. Zat-zat anorganik dari dalam tanah,
air, dan udara akan diserap oleh tumbuhan hijau; kemudian sebagian digunakan dalam proses
fotosintesis sebagai penyusun molekul organik sederhana maupun kompleks. Hasil
fotosintesis, kemudian dikonsumsi oleh makhluk sederhana (jasad renik) sampai ternak dan
manusia.

Penggunaan energi untuk kegiatan tanaman

Energi matahari merupakan sumber utama hubungannnya dengan pertumbuhan


tanaman, sembilan puluh persen bahan kering tanaman pertanian berasal dari perubahan
carbon melalui proses fotosintesis yang tergantung cahaya.
Belakangan ini banyak ahli biologi yang mencoba menghitung produktivitas tanaman
dengan memperhatikan penangkapan energi matahari dan pengubahannya ke energi kimia
melalui proses fotosintesis.
Peranan energi dalam produksi pertanian

Seluruh aktivitas fisiologis tanaman membutuhkan energi. Sebagai sumber energi utama yang
mendukung proses aktivitas fisiologis adalah matahari. Tanaman memiliki kemampuan
menyerap energi matahari 15%-22% untuk proses kehidupannya dan memfotosintesis 2%-
5% dari radiasi matahari yang masuk untuk pembentukan makanan. Energi yang diperoleh
tanaman oleh makhluk herbivora lainnya mengubah materi tanaman menjadi materi hewan
dan proses ini berlanjut terus sampai kemudian dapat dikonsumsi oleh makhluk karnivora
termasuk manusia.

Konsep Aliran Energi dalam pertanian dapat dilakukan dengan:


1)      Mengukur Produktivitas
2)      Menaikkan Produksi Tanaman
3)      Penggunaan Limbah Pertanian
4)      Penakapan Energi
5)      Pangan dan Kebutuhan gizi Manusia

Anda mungkin juga menyukai