Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis)

NAMA :

KRISNA AMBUN
19031101024

AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) adalah tumbuhan tropis yang berasal dari
Afrika Barat. Tumbuhan ini dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia.
kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional, Selain mampu
menyediakan lapangan kerja, hasil dari tanaman ini juga merupakan sumber devisa
Negara. Kelapa sawit termasuk tanaman yang tingginya dapat mencapai 24 m. Bunga
dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil, apabila masak
berwarna merah kehitaman dan daging buahnya padat Di Kalimantan Timur banyak,
ditemukan perkebunan kelapa sawit. Salah satunya adalah perkebunan kelapa sawit
milik perushaan PT Tritunggal Sentra Buana Kalimantan Timur. Berdasarkan hasil
survei lapangan jenis-jenis gulma yang hidup di perkebunan kelapa sawit tersebut
terdiri darigolongan rumput, golongan teki, golongan daun lebar.Akan tetapi sampai
saat ini belum ada penelitian yang menginformasikan mengenai gulma di perkebunan
kelapa sawit tersebut. Peningkatan produksi kelapa sawit bukanlah hal yang mudah.
Hal ini di karenakan adanya kendala dan hambatan yang dihadapi yang dapat
memberikan pengaruh pada peningkatan hasil produksi kelapa sawit. Selain dari
luasan lahan sawit yang perlu untuk ditingkatkan, hal yang sangat penting unuk
diperhatikan adalah pemeliharan pada tanaman kelapa sawit. Salah satu teknis
pemeliharaan
pada tanaman kelapa sawit sangat penting adalah pengendalian gulma.
Sebelum mengendalikan gulma yang utama dilakukaan adala mengenali jenis gulma
yang dominan pada kebun dengan anlisa vegetasi Pengamatan gulma dilakukan
dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD (Nisbah Jumlah Dominasi) atau
SDR (Summed Dominant Ratio) dengan perhitungan analisis vegetasi. Analisis
vegetasi gulma dengan menghitung nilai SDR pada setiap plot. Nilai SDR didapat-
kan dengan menghitung setiap jumlahspesies gulma yang terdapat pada petak contoh.
Nilai SDR diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Tjitrosoedirdjo dkk (1984). Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah
dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga
vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan.

II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Gulma

Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya,yang
tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanan)atau semua
tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area)yangtidak di inginkan oleh si penanam
sehingga keberadaannya dapat merugikan tanaman lainyang ada didekat atau
disekitar tanaman pokok tersebut Sifat gulmaumumnya mudah beradaftasi dengan
lingkungan yang berubah dibandingkan dengantanaman budidaya. Dayaadaftasi dan
daya saing yangkuat merupakan sifat umum gulma (Tjirtosoekarjo et. al. 1984).

2.2 Jenis Gulmapada kebun kelapa Sawit

Berkaitan dengan pengelompokan ini kesamaan reaksigulma dengan morfologi daun


tertentu terhadap herbisida yang serupa. Berdasarkan sifat- sifat tersebut, gulma
dikelompokkan kedalam kelompok berdaun lebar,sempit dan teki

a. kelompok berdaun sempit

Spesies gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis), memanjang, pipih, tepinya
sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput
biasanya berada pada marga poaceae (gramineae).

b. kelompok teki –tekian

Spesies gulma dari marga cypera ceae yang memiliki penampang batang segitiga,
daunnya berbentuk garis (linears). Contoh gulma yang termasuk kelompok ini:
cyperus kompresus

c. kelompok Berdaun Lebar

Spesies gulma dengan bentuk daun daun bulat panjng (oblogus), lances (lancealatus),
bulat telur (0valus), jantung (cordatus) segitiga sama sisi (sagitatus), dan bentuk elips.
Kelompok ini memilikiara batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit.
Kelompok daun lebar terdiri dari spesies-spesies kelas dikotyledonae,termasuk
didalamnya marga euphorbiaceae,amarantaceae,
asteraceae,mimosaceae,leguminoceae,rubia ceae,commelina ceae,dan sebagainya.

2.3 Sifat Gulma


Gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbedah bedah,mulai
dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi, dapat bertahan
hidup pada daerah kering,lembab bahkan tergenang, mampu bergenerasi atau
memperbanyak diri besar sekali, dapat berkembang biak dengan cepat, mempunyai
sat berbentuk senyawa kimiaseperti cairan berupa toksin (racun) yang dapat
menggangu atau menghambat pertumbuhan tanaman pokok, bagian-bagian gulma
dapat tumbuhmenjadi individu gulma yang baru seperti akar,batang, umbi, dan lain
sebagainya, sehingga memungkinkan gulma unggul dalam persaingan (berkompetisi)
dengan tanaman budidaya, dapat dibedakan menjadi beberapa golongan atau
kelompok berdasrkan bentuk daun, daur atau siklushidup, sifat botani dan morfologi,
serta cara perkembangbiakan

2.4 Sistem Pengendalian Gulma

2.4.1. Pengendalian Mekanis

Pengendalian secara manual yaitu mencabut gulma dengan menggunakan tangan


yang dilakukan dengan merusak fisik gulma sehingga pertumbuhannya menjadi
terhambat dan akhirnya mati. lalu seiringnya zaman pengendalian gulma dengan
metode mencabut dengan tangan mulai dikembangkan dengan alat seperti sabit,
arit, koret cangkul, dll. Berikut beberapa teknik – teknik pengendalian :

1. Pencabutan gulma (hand weeding)

Cara ini juga biasa disebut penyiangan manual, efektif untuk mengendalikan gulma
semusim dan dua musim, memiliki resiko kerusakan yang kecil pada tanaman
budidaya, dan layak diterapkan untuk pengendalian gulma pada areal yang tidak
luas dengan menggunakan alat cangkul dan cados

2. Pembabatan (mowing)
Cara ini efektif diterapkan pada gulma semusim atau dua musim yang tidak
mempunyai organ perkembangbiakan di dalam tanah seperti stolon dan umbi
dengan menggunakan alat arit, parang babat, garpu.

3. Penggenangan (flooding)
Penggenangan gulma akan menghambat respirasi dan metabolism gulma yang
terhambat sehingga lambat laun gulma akan menurun.

4. Cangkul

Mencangkul merupakan salah satu teknik dari pengendalian gulma . Biasanya


mencangkul berguna untuk menggali tanah sehingga gulma juga ikut terpotong .
Dengan menggunakan cangkul gulma akan terpotong hingga keakarnya dengan
teknik penggalian tersebut.

5. Pembakaran gulma secara langsung.

Pengaruh pembakaran gulma secara langsung bagi lingkungan dapat berpengaruh


baik dan buruk. Keuntungan dan kerugian pembakaran gulma secara langsung yaitu ,
keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma adalah pada pembakaran
tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari
pembakaran ialah insekta -insekta dan hama -hama lain serta penyakit seperti
cendawan -cendawan ikut dimatikan, sehingga sisa-sisa gulma yang mati hingga ke
akar dan kemudian dapat menjadi pupuk saat bergabung dengan tanah. Sedangkan
kerugiannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan
humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji -biji gulma
tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.

2.4.2 Pengendalian Gulma Secara Khemis

Pengendalian gulma secara khemis atau kimiawi adalah pengendalian menggunakan


herbisida, yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang digunakan
untuk menekan atau mematikan gulma, baik secara selektif maupun non selektif.
Keuntungan dari metode pengendalian gulma secara khemis ini adalah cepat dan
efektif (pemakaian tenaga sedikit), terutama untuk areal pertanaman yang luas akan
tetapi ada juga beberapa segi negatif dari metode ini yaitu ialah potensi keracunan
pada tenaga aplikasi,hewan, keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap
pencemaran lingkungan. Biasanya alat yang digunakan pada metode ini adalah APD,
knapsack sprayer dan micron herby. Pengendalian secara khemis dapat dilakukan
dengan menggunakan herbisida. Herbisida adalah senyawa senyawa atau material
yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas
tumbuhan liar yang tidak diinginkan keberadaanya yang dapat menurunkan produksi
tanaman budidaya dan dari cara kerjanya herbisida digolongkan menjadi 2 macam
yaitu Herbisida Kontak dan herbisida Sistemik.

1. Herbisida kontak

Herbisida kontak adalah herbisida yang dapat mengendalikan gulma dengan cara
mematikan bagian gulma yang terkena atau terkontak langsung dengan herbisida.
Herbisida kontak tidak akan ditranslokasikan atau tidak diserap dan dialirkan dalam
tubuh gulma. Semakin banyak bagian gulma yang berkontak langsung dengan
herbisida, akan semakin baik dan efektif penggunaannya maka dalan
pengaplikasiannya herbisida ini sering diperbanyak larutannya tujuannya adalah
agar seluruh permukaan gulma terbasahi. Herbisida kontak ini memiliki kelebihan
berupa daya kerjanya yang lebih cepat terlihat akan tetapi herbisida kontak ini juga
memiliki kekurangan yaitu kurang efektif apabila diaplikasikan untuk mengendalikan
gulma yang mempunyai organ perbanyakan di dalam tanah seperti teki dan alang-
alang.

2. Herbisida Sistemik

Herbisida sistemik adalah herbisida yang dialirkan atau ditranslokasikan dari bagian
tubuh gulma yang terkontak pertama kali ke seluruh bagian gulma tersebut.
Translokasi biasanya akan menuju titik tumbuh karena pada bagian tersebut
metabolisme tumbuhan paling aktif berlangsung. Herbisida ini dapat diaplikasikan
melalui tajuk atau melalui tanah. Herbisida sistemik diaplikasikan melalui tajuk
seperti herbisida glifosat, sulfosat, dan 2,4-D ester berlangsung secara simplatik atau
melalui jaringan hidup dengan pembuluh utama floem bersamaan dengan
translokasi fotosintat. Sedangkan herbisisda sistemik yang diaplikasikan melalui
tanah seperti ametrin, atrazin, metribuzin, 2,4-D amin, dan diuron, ditranslokasikan
secara apoplastik atau melalui jaringan mati dengan pembuluh utama xilem
bersama aliran masa gerakan air dan hara dari tanah ke daun dengan bantuan
proses transpirasi. Herbisida sistemik ada yang bersifat selektif seperti ametrin, 2,4-
D, diuron, dan klomazon, ada juga yang bersifat nonselektif seperti glifosat, sulfosat,
dan imazapir.

2.4.3 Pengendalian Gulma Secara Biologis


Menanam LCC atau memelihara keberadaan serangga pemakan gulma, LCC atau
Legum Cover Crop Sering disebut tanaman pelengkap (smother crops) atau tanaman
pesaing (competitive crops). Sebagai tanaman penutup tanah biasa digunakan
tanaman kacang-kacangan (leguminosae) karena selain dapat tumbuh secara cepat
sehingga cepat menutup tanah tetapi dapat juga digunakan sebagai pupuk hijau.
Sifat penting yang diperlukan bagi tanaman penutup tanah adalah harus dapat
tumbuh dan berkembang cepat sehingga mampu menekan jumlahgulma yang
muncul ataupun berkembang di perkebunan. Jenis-jenis leguminosae yang biasa
digunakan adalah Calopogonium muconoides (CM), Calopogonium caerelum (CC),
Centrosoma pubescens (CP), Pueraria javanica (PJ).Selain pertumbuhan cepat sifat
lainnya yang dikehendaki adalah tidak menyaingi tanaman pokok. Apabila
pertumbuhannya terlalu rapat maka harus dilakukan pengendalian dengan cara
pembabatan atau dibongkar untuk diganti dengan penutup tanah yang lainnya
Penggunaan tanaman penutup tanah untuk mencegah pertumbuhan gulma-gulma
berbahaya (noxious) terutama golongan rumput merupakan cara kultur teknis yang
dipandang paling berhasil diperkebunan.Cara yang paling efektif pada pengendalian
gulma yang menempel pada batang sawit atau yang langsung menempel pada sawit
yaitu dengan cara kimiawi. Menggunakan herbisida dengan alat bantu berupa
sprayer dapat menjadi cara efektif dalam membunuh gulma yang ada di batang
sawit. Karena dengan menggunakan sprayer dapat menyemprotkan pada 1 titik saja
sehingga tidak mengganggu atau membunuh tanaman induknya atau inangnya.
Pengendalian gulma yang dilakukan sesuai dengan karakteristik dari lahan, jenis
gulma karena berbeda jenis gulma maka penanganannya juga berbeda, waktu yang
tepat dalam

2.5. Penting dilakukan Pengendalian Gulma

Salah satu tantangan terbesar dalam peningkatan potensi kelapa sawit di Indonesia
adalah gulma. Secara sederhana gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tidak
dikehendaki di pertanaman. Hal ini disebabkan karena gulma mengadakan
persaingan dengan tanaman pokok. Tjitrosoedirdjo (1984), menyatakan bahwa
gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak
dikehendaki oleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum
diketahui.Menurut Pahan (2008) kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat
menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari,
dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat
terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi
inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan.
Pengendalian gulma penting dilakukan. karena jika pengendalian gulma tidak
dilakukan maka akan menyebabkan tumbuhnya atau berkembangnya berbagai
penyakit dan hama. Berkembangnya penyakit dan hama ini dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas dari tanaman tersebut. Selain itu pentingnya dilakukan
pengendalian gulma juga untuk menciptakan kondisi lahan yang kuat. Dan juga
untuk memaksimalkan penyerapan yang berada didalam tanah oleh tanaman
budidaya. Maka dari itu pengendalian gulma penting untuk dilakukan agar tidak
bersifat merugikan dalam tanaman budidaya.

* Kerugian Akibat Gulma

Kerugian yang di akibatkan gulma antara lain:

1. Persaingan anatara tanaman pokok sehingga mengurangi kemampuan


berproduksi, terjadi persaingan dalampenyerapan air unsur hara dari dalam tanah,
sinar matahari, dan ruang tumbuh.

2. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, mislnya adanya duri mimosapudica


antara tanaman yang diusahakan

3. Allelopaty yaitu pengeluaran senyawa kimia oleh gulma yang beracun bagi
tanaman yang lainnya ,sehingga menghambat pertumbuhan tanaman pokok.

4. Menjadi inang bagi bagi serangga hama atau patogen (penyebab penykit) bagi
tanaman pokok (Tjokwardojo et al.,2010)Gulma menimbulkan kerugian melalui
persaingan selain itu, gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat
terkontaminsi oleh bagian bagian gulma,dapat menghambat pertumbuhan tanaman
karena beberap jenis gulma mampu mengeluarka senyawa alelopati

III. PENUTUP
Kesimpulan

lma tumbuh hampir dimana saja dan keberadaannya tidak diinginkan di area
perkebunan. karena Pengendalian gulma sendiri dapat dilakukan dengan berbagai
cara, sehingga dapat menekan pertumbuhan hama penyakit yang bisa saja tumbuh
akibat adanya gulma tersebut. Pengendalian gulma ini dapat dilakukan dengan alat
dan mesin pertanian, seperti menggunakan traktor tangan dengan cultivator, mesin
babat, ataupun sprayer. Pada sprayer dilakukan dengan cara mencampurkan atau
memasukan bahan kimia berupa herbisida untuk pengendalian gulmanya, yang
kemudian akan disemprotkan ke tempat dimana gulma itu berada. Pentingnya
dilakukan pengendalian gulma karena gulma akan bersaing dan berebut unsur hara,
menyumbat saluran drainase yang dapat menyebabkan areal terendam air,
menyulitkan evakuasi hasil panen dan pada akhirnya menurunkan produktifitas
kebun.

Saran

Sebaiknya dalam pengendalian gulma dilakukan dengan penanganan yang tepat dan
sesuai, agar saat penanganannya tidak menyebabkan hal yang merugikan akibat
kurang tepatnya penanganan tersebut. Dan juga menyesuaikan dengan kondisi dari
lahan dan tanaman budidaya apakah sesuai atau tidak cara pengendalian gulmanya.

DAFTAR PUSTAKA

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas dan Efisiensi

Aplikasi Herbisida. Yogyakarta (ID): Kanisius. [Ditjenbun] Direktorat


Jenderal.

Ditjenbun. 2008. Pendataan Kelapa Sawit Tahun 2008 secara Komprehensif dan
Objektif. http://ditjenbun.deptan.go.id.

Hakim, M. 2007. Agronomis dan Manajemen Kelapa Sawit : Buku Pegangan

Agronomis dan Pengusaha Kelapa Sawit. Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. 305 hal.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2010. Budi Daya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT
Balai Pustaka.

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta

Rambe,T.D., Lasiman Pane, Sudharto Ps., Caliman, J.P. 2010. Pengelolaan Gulma
Pada Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Smart Tbk. Jakarta.

Setyamidjaja, Djoehana.2006.Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius:Yogyakarta.

Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di


Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai