Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

OLEH
KELOMPOK 6 :

1. MERI HANDAYANI 1611111037


2. BIEYOZY SALSABILA RAMADHAN 1611112001
3. IVANA PUTRI AZARIA 1611112008
4. NOVEL AYU FITRIYANTI 1611112011
5. AGRE CAHYA WATI 1611112020
6. PUTRI NILAM SARI 1611112059
7. MUHAMMAD ZWENDA PUTRA GUCAN 1611112060

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Pengendalian Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit”. Pada makalah ini
kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari
berbagai pihak . Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan laporan ini.Akhir kata penyusun mengucapkan
terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Padang, 20 Oktober 2018

Kelompok 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................


DAFTAR ISI ….........................................................................................................
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................
1.3Tujuan ……………………………………………………………………......
1.4 Manfaat …………………………………………………………………........
II. TINJAUAN PUSTAKA ……….....……………………………......…………...
2.1 Jenis – Jenis Gulma pada Lahan Sawit ……………….........…………….....
2.2 Sistem Pemeliharaan Piringan, Gawangan, dan Pasar Pikul......…….....…….
2.3 Sistem Pengendalian Gulma............................................................................
2.4 Penting dilakukan Pengendalian Gulma…………......................……...…....
III. METODOLOGI...................................................................................................
IV. HASIL PEMBAHSAN.......................................................................................
V. PENUTUP ………………………………….....………………………...............
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………….........
5.2 Saran …………………………………………………………………….......
DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil


minyak nabati yang dapat menjadi andalan di masa depan karena berbagai
kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang
mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara.
Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di
22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105
808 ha dengan produksi 167 669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi
6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2008).
Kelapa sawit merupakan tanaman daerah tropis yang membutuhkan curah
hujan yang cukup. Bagi Indonesia, selain kesesuaian agroklimat tanaman ini juga
mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi dan biaya produksi yang relatif
rendah dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lain seperti
minyak kedelai, rape seed maupun bunga matahari. Menurut Hakim(2007), kelapa
sawit mempunyai masalah gulma yang tinggi sebab salah satu faktornya adalah
jarak tanam tanaman ini lebih lebar, sehingga penutupan tanah oleh kanopi lambat
membuat cahaya matahari leluasa mencapai permukaan tanah yang kaya dengan
potensi gulma.
Kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produksi
akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup.
Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian
gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama,
mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Terdapat tiga
jenis gulma yang harus dikendalikan, yaitu ilalang di piringan dan gawangan,
rumput di piringan, dan anak kayu di gawangan. Ilalang di gawangan dan piringan
efektif dikendalikan secara kimia dengan teknik sesuai dengan populasi ilalang
yang ada. Gulma rumput di piringan dapat dikendalikan baik secara manual
maupun kimia. Gulma berkayu berkayu dapat dikendalikan dengan metode
dongkel anak kayu. Kegiatan pemeliharaan berperan penting dalam upaya
peningkatan produksi kelapa sawit. Salah satu kegiatan utama dalam
pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah pengendalian gulma.
Inventarisasi gulma sebelum tindakan pengendalian diperlukan untuk
mengetahui jenis jenis gulma dominan pada suatu ekosistem agar dapat diterapkan
pengendalian yang efektif dan efisien. Sehingga pengendalian gulma bukan lagi
merupakan usaha sambilan, tetapi merupakan bagian dari pengelolaan organisme
pengganggu yang merupakan komponen pokok dalam proses produksi pertanian
(Sukman dan Yakup. 1995).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang bisa dicapai untuk makalah ini adalah :
1. Apa saja alsintan yang digunakan untuk pengendalian gulma kelapa sawit ?
2. Bagaimana prinsip kerja alsintan untuk pengendalian gulma kelapa sawit ?
3. Mengapa penting dilakukannya pengendalian gulma tersebut?

1.3 Tujuan
Manfaat yang didapat dari pembahasan makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa saja alsintan yang digunakan untuk pengendalian gulma
kelapa sawit;
2. Mengetahui bagaimana prinsip kerja alsintan untuk pengendalian gulma
kelapa sawit;
3. Mengetahui mengapa penting dilakukannya pengendalian gulma tersebut.

1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat yaitu dapat mengetahui apa kegunaan pengendalian
gulma dalam perkebunan kelapa sawit, juga mengetahui apa saja alsintan yang
digunakan dalam pengendalian gulma serta mengetahui mengapa pentingnya
pengendalian gulma itu dilakukan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gulma merupakan tumbuh yang hampir dimana saja keberadaannya sangat


tidak diinginkan di perkebunan. Gulma akan bersaing berebut unsur hara dan
pupuk, menyumbat saluran drainase yang dapat menyebabkan areal terendam air,
menyulitkan evakuasi hasil panen dan pada akhirnya menurunkan produktifitas
kebun. Gulma sendiri bisa terdapat pada perkebunan kelapa sawit. Dimana pada
perkebunan kelapa sawit sendiri harus diperhatikan dengan baik penanganan dan
pengendalian gulmanya. Menurut PPKS (2010), areal yang didominasi oleh
gulma yang berbahaya atau pesaing berat seperti sembung rambat (Mikania
micrantha), alang-alang (Imperata cylindrica), dan Asystasia coromandeliana
dapat menurunkan produksi sampai 20%.
Gulma di perkebunan kelapa sawit selain menimbulkan persaingan dengan
tanaman juga mengganggu kelancaran kegiatan kebun. Gulma di gawangan dapat
menyulitkan pemanenan, pengutipan brondolan dan mengurangi efektivitas
pemupukan. Gulma di pasar pikul dapan mengganggu pergerakan tenaga kerja.
Kelancaran kegiatan yang terganggu dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja
(PPKS, 2010).
Kerugian yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung.
Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat persaingan antara
tanaman perkebunan dan gulma antara lain pertumbuhan tanaman terhambat
sehingga waktu mulai berproduksi lebih lama, penurunan kuantitas dan kualitas
hasil produksi tanaman, produktivitas kerja terganggu, gulma dapat menjadi
sarang hama dan penyakit, serta biaya pengendalian gulma yang sangat mahal
(Barus, 2003).

2.1 Jenis - Jenis Gulma pada Lahan Sawit


Gulma pada lahan sawit dapat dibedakan berdasarkan habitat dan lebar
daun, yaitu sebagai berikut :
2.1.1 Penggolongan Berdasarkan Habitat
1. Gulma Air (Aquatic Weeds)
Pada umumnya, gulma air tumbuh di air, baik mengapung, tenggelam,
ataupun setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit,
berdaun lebar, ataupun teki-tekian. Contoh-contoh gulma air adalah sebagai
berikut. Cyperus difformis (Sunduk welut/jebungan), Cyperus iria ( Menderong),
Eichornia grassipes ( Eceng gondok ), Echinochloa colonum (Jejagoan)
2. Gulma Daratan (Terestrial Weeds)
Gulma daratan tumbuh di darat, antara lain di perkebunan. Jenis gulma
daratan yang tumbuh di perkebunan sangat tergantung pada jenis tanaman utama,
jenis tanah, iklim, dan pola tanam. Contoh-contoh jenis gulma daratan adalah
sebagai berikut. Ageratum conyzoides (Bebandotan), Axonopus compressus (Jukut
pahit ),dan Chromolaaena odorata ( Kirinyuh)
2.1.2 Penggolongan Berdasarkan Lebar Daun

1. Gulma berdaun lebar


Gulma berdaun lebar mempunyai daun yang lebar dan luas dan umumnya
nervatio (pertulangan daun) menyirip, kelompok Dicotyledoneae. Bentuk helaian
membulat, bulat, oval, lonjong, segitiga, bentuk ginjal, dll. Contoh gulma nya
yaitu Amaranthus spinosus L (Bayam duri) ,dan Ageratum conyzoides
(Bebandotan).
2. Gulma berdaun sempit
Gulma berdaun sempit ini mempunyai bentuk daun sempit dan memanjang,
mempunyai lintasan C4 dengan jenis nervatio (pertulangan daun) linearis atau
garis-garis memanjang. Termasuk kelompok monocotyledoneae dan bentuk daun
memanjang seperti pita, jarum, garis dll. Contohnya Leersea hexandra
(Kalament) Sprobolus poiretii (Sisik naga), Cyperus rotundus ( Teki lading), dan
Imperata cylindrical (Alang-alang).
Selain gulma diatas gulma juga dapat dibedakan gulma dua musim dan
gulma tahunan yaitu :
1. Gulma Dua Musim (Biannual Weeds).
Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari
dua tahun. Pada tahun pertama gulma ini menghasilkan bentuk roset, pada tahun
kedua berbunga, menghasilkan biji, dan akhirnya mati. Pada periode roset, gulma
pada jenis ini umumnya sensitif terhadap herbisida. Contohnya Arctium sp.
(Burdok), Mimosa pudica L (Putrid malu), Plantago sp. (Daun sendok).
2. Gulma Tahunan (Perrennial Weeds)
Siklus hidup gulma tahunan lebih dari dua tahun dan mungkin tidak terbatas
(menahun). Jenis gulma ini kebanyakan berkembang biak dengan biji, meskipun
ada juga yang berkembang biak dengan cara vegetatif. Gulma tahunan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya, pada musim kemarau jenis
gulma ini seolah-olah mati karena ada bagian yang mengering, namun bila
ketersediaan air cukup, gulma akan segera bersemi kembali.Contohnya Cynodon
dactylon (Kekawatan) Cyperus rotundus (Rumput teki) Imperata cylindrical
(Alang – alang).
Menurut Setyamidjaja (2006) secara garis besar jenis-jenis gulma yang
dijumpai pada perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi gulma
berbahaya dan gulma lunak. Gulma berbahaya adalah gulma yang memiliki daya
saing tinggi terhadap tanaman pokok seperti ilalang (Imperata cylindrica),
sembung rambat (Mikania cordata dan M. micrantha), lempuyangan (Panicum
repens), teki (Cyperus rotundus), kirinyuh (Chromolaena odorata), harendong
(Melastoma malabatrichum) dan tembelekan (Lantana camara). Gulma lunak
adalah gulma yang keberadaannya dalam budi daya tanaman kelapa sawit dapat
ditoleransi dan dapat menahan erosi tanah namun jumlahnya juga tetap harus
dikendalikan. Contoh gulma lunak diantaranya babadotan (Ageratum conyzoides),
rumput kipahit (Paspalum conjugatum), dan pakis (Nephrolephis biserrata).
Menurut Sastroutomo (1990), pada lahan perkebunan tanahnya jarang mengalami
pengolahan mempunyai jenis gulma tahunan yang komposisinya cukup besar
dibandingkan dengan gulma semusim.

2.2 Sistem Pemeliharaan Piringan, Gawangan, dan Pasar Pikul

2.2.1 Pemeliharaan Piringan

Pekerjaan membersihkan piringan tanaman kelapa sawit untuk mengurangi


persaingan gulma dengan tanaman. Piringan tanaman kelapa sawit seharusnya
bersih sebagai tempat penaburan pupuk, mempermudah proses panen dan juga
pengawasan. Circle weeding pada Tanaman Belum Menghasilkan 0 (TBM 0) dila
akukan secara manual menggunakan babat, garuk, cangkul, dengan jari-jari 1,0 m
dari tanaman kelapa sawit. Selanjutnya setelah TBM umur > 1 tahun sampai
seterusnya dapat dilakukan secara manual dan khemis menggunakan herbisida
dengan jari-jari 1,5m-2,0m piringan berfungsi tempat jatuhnya tandan buah dan
berondolan, serta tempat penaburan pupuk. (anonim,2007). Piringan atau bokoran
adalah lingkaran dengan radius 1,0-1,5 meter yang mengelilingi pohon tanaman.
Rotasi pemeliharaan piringan yaitu secara manual 1 kali / bulan dan dengan
tenaga 3 - 4 HK/ha, sedangkan secara khemis 1 kali /3 bulan dengan enaga : 0,5 –
1 HK/ha.

2.2.2 Pemeliharaan Gawangan


Gawangan adalah tempat atau bagian di antara titik tanam, gawangan
digunakan sebagai jalan akses untuk pengangkutan buah dan juga perawatan
tanaman. Gawangan atau tanah di luar piringan juga harus dijaga kebersihannya
dari gulma.Pengendaliannya biasa juga manual maupun khemis, salah satu cara
merawat gawangan kelapa sawit adalah dengan membabat gawangan, dengan
sistem babat bersifat selektif yaitu selain kacangan, rumput liar dibabat setinggi
30cm dari permukaan tanah, rotasi babat gawangan 4 bulan sekali, babat
gawangan tidak boleh bersamaan dengan dongkel kayu-kayuan melainkan harus
bergantian. Berikut adalah rotasi dan norma pemeliharaan gawangan secara
manual 1 kali / bulan dengan tenaga 0,5 – 1 HK/ha sedangkan secara khemis 1
kali / 2 bulan, dengan tenaga 0,5 – 1 HK/ha dan bahan yang digunakan round up
0,6 L/ha + 0,5 L/ha.

2.2.3 Pemeliharaan Pasar Pikul

Pasar pikul adalah jalan yang terdapat di antara tanaman – tanaman yang
digunakan untuk memanen atau untuk melakukan kegiatan lainnya serta
menembus blok dari jalan pengumpul lainnya. Jalan ini disebut juga dengan pasar
rintis atau pasar tikus. Pembangunan pasar pikul ini dilakukan secara bertahap
menurut umur masa TBM. Pasar pikul pada TBM 1 dibuat dengan perbandingan 1
: 8 yaitu 8 baris tanaman dibuat 1 pasar pikul dan pada masa TBM II dibuat 1 : 4.
Pada TBM III dibuat pasar pikul 1 : 2. Seluruh pasar control ini menjadi pasar
panen/pikul pada saat areal menjadi TM. Lebar pasar kontrol 80-100 cm. Berikut
adalah rotasi dan normal pemeliharaan gawangan secara manual 1 kali 12 bulan,
dangan tenaga yang digunakan 400 m/HK sedangkan secara khemis 1 kali 12
bulan, dengan tenaga 2 HK/ha dan jenis bahan yaitu round up 0,6% + 2.4
D.Amine 0,5%.

2.3 Sistem Pengendalian Gulma

2.3.1. Pengendalian Mekanis

Pengendalian secara manual yaitu mencabut gulma dengan menggunakan


tangan yang dilakukan dengan merusak fisik gulma sehingga pertumbuhannya
menjadi terhambat dan akhirnya mati. lalu seiringnya zaman pengendalian gulma
dengan metode mencabut dengan tangan mulai dikembangkan dengan alat seperti
sabit, arit, koret cangkul, dll. Berikut beberapa teknik – teknik pengendalian :
1. Pencabutan gulma (hand weeding)
Cara ini juga biasa disebut penyiangan manual, efektif untuk mengendalikan
gulma semusim dan dua musim, memiliki resiko kerusakan yang kecil pada
tanaman budidaya, dan layak diterapkan untuk pengendalian gulma pada areal
yang tidak luas dengan menggunakan alat cangkul dan cados
2. Pembabatan (mowing)
Cara ini efektif diterapkan pada gulma semusim atau dua musim yang tidak
mempunyai organ perkembangbiakan di dalam tanah seperti stolon dan umbi
dengan menggunakan alat arit, parang babat, garpu.
3. Penggenangan (flooding)
Penggenangan gulma akan menghambat respirasi dan metabolism gulma
yang terhambat sehingga lambat laun gulma akan menurun.
4. Cangkul
Mencangkul merupakan salah satu teknik dari pengendalian gulma .
Biasanya mencangkul berguna untuk menggali tanah sehingga gulma juga ikut
terpotong . Dengan menggunakan cangkul gulma akan terpotong hingga
keakarnya dengan teknik penggalian tersebut.
5. Pembakaran gulma secara langsung.
Pengaruh pembakaran gulma secara langsung bagi lingkungan dapat
berpengaruh baik dan buruk. Keuntungan dan kerugian pembakaran gulma secara
langsung yaitu , keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma adalah pada
pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain
dari pembakaran ialah insekta - insekta dan hama -hama lain serta penyakit seperti
cendawan -cendawan ikut dimatikan, sehingga sisa-sisa gulma yang mati hingga
ke akar dan kemudian dapat menjadi pupuk saat bergabung dengan tanah.
Sedangkan kerugiannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi
kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji -biji
gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.

2.3.2 Pengendalian Gulma Secara Khemis


Pengendalian gulma secara khemis atau kimiawi adalah pengendalian
menggunakan herbisida, yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia
yang digunakan untuk menekan atau mematikan gulma, baik secara selektif
maupun non selektif. Keuntungan dari metode pengendalian gulma secara khemis
ini adalah cepat dan efektif (pemakaian tenaga sedikit), terutama untuk areal
pertanaman yang luas akan tetapi ada juga beberapa segi negatif dari metode ini
yaitu ialah potensi keracunan pada tenaga aplikasi,hewan, keracunan tanaman,
mempunyai efek residu terhadap pencemaran lingkungan. Biasanya alat yang
digunakan pada metode ini adalah APD, knapsack sprayer dan micron herby.
Pengendalian secara khemis dapat dilakukan dengan menggunakan
herbisida. Herbisida adalah senyawa senyawa atau material yang disebarkan pada
lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan liar yang tidak
diinginkan keberadaanya yang dapat menurunkan produksi tanaman budidaya dan
dari cara kerjanya herbisida digolongkan menjadi 2 macam yaitu Herbisida
Kontak dan herbisida Sistemik.
1. Herbisida kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang dapat mengendalikan gulma dengan
cara mematikan bagian gulma yang terkena atau terkontak langsung dengan
herbisida. Herbisida kontak tidak akan ditranslokasikan atau tidak diserap dan
dialirkan dalam tubuh gulma. Semakin banyak bagian gulma yang berkontak
langsung dengan herbisida, akan semakin baik dan efektif penggunaannya maka
dalan pengaplikasiannya herbisida ini sering diperbanyak larutannya tujuannya
adalah agar seluruh permukaan gulma terbasahi. Herbisida kontak ini memiliki
kelebihan berupa daya kerjanya yang lebih cepat terlihat akan tetapi herbisida
kontak ini juga memiliki kekurangan yaitu kurang efektif apabila diaplikasikan
untuk mengendalikan gulma yang mempunyai organ perbanyakan di dalam tanah
seperti teki dan alang-alang.
2. Herbisida Sistemik
Herbisida sistemik adalah herbisida yang dialirkan atau ditranslokasikan
dari bagian tubuh gulma yang terkontak pertama kali ke seluruh bagian gulma
tersebut. Translokasi biasanya akan menuju titik tumbuh karena pada bagian
tersebut metabolisme tumbuhan paling aktif berlangsung. Herbisida ini dapat
diaplikasikan melalui tajuk atau melalui tanah. Herbisida sistemik diaplikasikan
melalui tajuk seperti herbisida glifosat, sulfosat, dan 2,4-D ester berlangsung
secara simplatik atau melalui jaringan hidup dengan pembuluh utama floem
bersamaan dengan translokasi fotosintat. Sedangkan herbisisda sistemik yang
diaplikasikan melalui tanah seperti ametrin, atrazin, metribuzin, 2,4-D amin, dan
diuron, ditranslokasikan secara apoplastik atau melalui jaringan mati dengan
pembuluh utama xilem bersama aliran masa gerakan air dan hara dari tanah ke
daun dengan bantuan proses transpirasi. Herbisida sistemik ada yang bersifat
selektif seperti ametrin, 2,4-D, diuron, dan klomazon, ada juga yang bersifat
nonselektif seperti glifosat, sulfosat, dan imazapir.

2.3.3 Pengendalian Gulma Secara Biologis


Menanam LCC atau memelihara keberadaan serangga pemakan gulma,
LCC atau Legum Cover Crop Sering disebut tanaman pelengkap (smother crops)
atau tanaman pesaing (competitive crops). Sebagai tanaman penutup tanah biasa
digunakan tanaman kacang-kacangan (leguminosae) karena selain dapat tumbuh
secara cepat sehingga cepat menutup tanah tetapi dapat juga digunakan sebagai
pupuk hijau. Sifat penting yang diperlukan bagi tanaman penutup tanah adalah
harus dapat tumbuh dan berkembang cepat sehingga mampu menekan jumlah
gulma yang muncul ataupun berkembang di perkebunan. Jenis-jenis leguminosae
yang biasa digunakan adalah Calopogonium muconoides (CM), Calopogonium
caerelum (CC), Centrosoma pubescens (CP), Pueraria javanica (PJ).
Selain pertumbuhan cepat sifat lainnya yang dikehendaki adalah tidak
menyaingi tanaman pokok. Apabila pertumbuhannya terlalu rapat maka harus
dilakukan pengendalian dengan cara pembabatan atau dibongkar untuk diganti
dengan penutup tanah yang lainnya Penggunaan tanaman penutup tanah untuk
mencegah pertumbuhan gulma-gulma berbahaya (noxious) terutama golongan
rumput merupakan cara kultur teknis yang dipandang paling berhasil
diperkebunan.
Cara yang paling efektif pada pengendalian gulma yang menempel pada
batang sawit atau yang langsung menempel pada sawit yaitu dengan cara kimiawi.
Menggunakan herbisida dengan alat bantu berupa sprayer dapat menjadi cara
efektif dalam membunuh gulma yang ada di batang sawit. Karena dengan
menggunakan sprayer dapat menyemprotkan pada 1 titik saja sehingga tidak
mengganggu atau membunuh tanaman induknya atau inangnya. Pengendalian
gulma yang dilakukan sesuai dengan karakteristik dari lahan, jenis gulma karena
berbeda jenis gulma maka penanganannya juga berbeda, waktu yang tepat dalam
pengendalian gulma tergantung dari kapan gulma itu ada apakah pada saat
perotasian, mengefektifkan, ataupun saat rotasi panennya.

2.4 Penting dilakukan Pengendalian Gulma

Salah satu tantangan terbesar dalam peningkatan potensi kelapa sawit di


Indonesia adalah gulma. Secara sederhana gulma didefinisikan sebagai tumbuhan
yang tidak dikehendaki di pertanaman. Hal ini disebabkan karena gulma
mengadakan persaingan dengan tanaman pokok. Tjitrosoedirdjo (1984),
menyatakan bahwa gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat
yang tidak dikehendaki oleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum
diketahui.
Menurut Pahan (2008) kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat
menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar
matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat
terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi
inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya
pemeliharaan. Pengendalian gulma penting dilakukan. karena jika pengendalian
gulma tidak dilakukan maka akan menyebabkan tumbuhnya atau berkembangnya
berbagai penyakit dan hama. Berkembangnya penyakit dan hama ini dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas dari tanaman tersebut. Selain itu pentingnya
dilakukan pengendalian gulma juga untuk menciptakan kondisi lahan yang kuat.
Dan juga untuk memaksimalkan penyerapan yang berada didalam tanah oleh
tanaman budidaya. Maka dari itu pengendalian gulma penting untuk dilakukan
agar tidak bersifat merugikan dalam tanaman budidaya.
III. METODOLOGI

Salah satu gulma yang ada pada lahan sawit adalah Imperata cylindrical
(alang–alang) yang merupakan tumbuhan gulma tahunan. Siklus hidup gulma
tahunan lebih dari dua tahun dan mungkin tidak terbatas (menahun). Jenis gulma
ini kebanyakan berkembang biak dengan biji, meskipun ada juga yang
berkembang biak dengan cara vegetatif. Gulma tahunan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Misalnya, pada musim kemarau jenis gulma ini seolah-olah
mati karena ada bagian yang mengering, namun bila ketersediaan air cukup,
gulma akan segera bersemi kembali. Salah satu cara yang dapat dilakukan untul
pengendaliaan gulma ini yaitu menggunakan bahan kimia herbisida dengan
pengaplikasiannya menggunakan sprayer Solo Alat Semprot Hama 15 Liter adalah
alat semprot untuk membasmi hama yang dapat disandang pada punggung. Alat
semprot ini biasanya digunakan oleh petani untuk membasmi hama di areal
pertanian padi, sayuran, atau diperkebunan.
1. Spesifikasi Alat :
Solo Knapsack Sprayer Model 425 cocok untuk pertanian, berkebun untuk
keperluan industri atau penggunaan pertanian.
Berat (kosong) : 4.6 kg Merek SOLO Dan Jenis CP-425
Kapasitas tangki : 15 ltr
Tekanan max : 6 kg / cm2
Tekanan operasi normal : 2 kg / cm2
Kemasan (mm) : 530x380x230
Knapsack B Solo 425 Indonesia telah dinyatakan lolos uji Departemen
Pertanian Republik Indonesia (RI) pada tahun 2001 silam dengan nomor 34/S-
37.LS Pro Alsintan BPMA/VIII/2001. Alat semprot B Solo juga telah lolos
sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 90001 tahun 2008, Sistem Manajemen
Lingkungan ISO 14001 tahun 2004, dan telah memenuhi Standar Nasional
Indonesia SNI 4513 tahun 2008.
2. Metode pengoperasian :
Metode dari pengoperasiannya yaitu degan cara :
a. Persiapan alat
Alat yang digunakan untuk pengendalian secara kimia yaitu : Knapsack
Sprayer dan gelas ukur.
b. Persiapan bahan
Bahan yang digunakan untuk pengendalian secara kimia yaitu : Herbisida
Supretox (racun kontak), Supremo (racun sistemik), Lindomin (racun
sistemik) dan Arenstik (perekat).
c. Kalibrasi alat semprot
Alat semprot yang digunakan untuk pengendalian gulma adalah Knapsack
Sprayer 15 liter.
d. Prinsip kerja alat
Sprayer ini akan bekerja dengan cara menyalurkan herbisida agar dapat
disebar ke seluruh tempat yang ingin dituju. Penyemprotan harus dilakukan
dengan hati-hati dan terarah pada piringan dan pasar rintis. Jika titik tumbuh
kelapa sawit terkena semprotan herbisida, maka pertumbuhan tanaman
selanjutnya akan abnormal atau melengkung.
e. Volume semprot
Cara mencarinya yaitu :

Dimana luas lahan telah diketahui, flowate juga sudah diketahui, dan untuk
kecepatan jalan dan outputnya didapat setelah melakukan pengerjaan
menggunakan sprayer ini.
f. Keliling dari piringan kelapa sawit
Lalu kita juga menjadi keliling dari piringan kelapa sawit dengan cara :
Keliling Piringan = 2 x Populasi
Dimana untuk mendapatkan nilai populasi ini digunakan cara mengalikan
3,14 dikali 22 dan dikali dengan berapa banyak populasi tanaman pokoknya
per ha.
g. luas pasar pikul/ha
Mencari luas pasar pikul/ha dengan cara :
Luas = 9,2 m x Lebar Pasar Pikul x (Banyak Populasi Tanaman/2)
h. Penggunaan dosis
Perhitunan penggunaan dosis sendiri dapat dicari dengan cara :
Dosis/ha = sprayer factor x 0,5 liter/ha supremo
i. Kebutuhan Herbisida
Kemudian dicari kebutuhan herbisidanya per knapsack sprayer solo :
Kebutuhan kep = (sprayer factor x volume semprot ) : 15
1 kap = banyak polasi tanaman : kebutuhan kep
j. Jumlah Hari Kerja Perhari
Jumlah HK/hari dapat dicari dengan :
HK/hari = Luas afdeling x berapa rotasi dalam 1 tahun
Setelah didapatkan hasil dari pencarian dengan rumus diatas dibagi 12 bulan
untuk mendapatkan berapa ha per bulannya, lalu dari hasil ha per bulan dibagi
lagi dengan 20 hari, karenaak sudah dikurangi dengan hari libur dan hari
hujannya, kemudian dibagi lagi dengan rata-rata penyemprotan (ha/HK)
sehingga hasil akhirnya didapatkan berapa HK/ha untuk pengendalian gulma
tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Herbisida yang digunakan supremo berbahan aktif Isopropilamiin


glifosate dengan dosis 0,5 liter/ha blangket. Penyemprotan menggunakan
knapsack sprayer solo, isi tangki 15 liter dan nozel yang digunakan polijek warna
biru. Lebar semprotan nozel 1,5 m (output ) sedangkan Flow rate 1.600 ml/
menit. Dalam pelaksanaan dilapangan, umumnya seorang penyemprot dapat
menempuh jarak 45 meter/menit (kecepatan jalan). Populasi tanaman 130
pokok /ha diameter piringan
4 m dan lebar pasar pikul 1.5 m. Rata-rata penyemprotan 1 HK 1,5 ha/HK.
Penyelesaian :
= 187.5 liter/ ha
Keliling Piringan = 2 x Populasi
= 2 x 3.14 x 22 x 130
= 3.266 m2
Luas Pasar Pikul/ha = 9,2 m x 1.5 m x (130/2) = 897 m2
= 0.416 ha
Dosis/ ha pada kegiatan khemis piringan dan pasar pikul :
Dosis/ha = Sprayer factor x 0,5 liter/ha supremo
= 0,416 x 0,5 liter ha supremo
= 0,208 liter/ha supremo
Kebutuhan herbidida per knapsack sprayer solo :
Kebutuhan kep = ( 0.416 ha x 187.5 liter/ha ) : 15
= 5,2 kap
1 kap = 130 pokok/ha :5
kep = 26 pokok/kap

Jumlah HK/hari :
Diketahui :
Luas afdeling 317 ha, rotasi 3 kali dalam 1 tahun, norma 1,5 ha/HK
Ditanya :
Jumlah HK/hari
Jawab :
317 ha x 3 = 951 ha (1 tahun)
951 ha : 12 = 79,25 ha (1 bulan)
79,25 ha :20 hari = 3,96 ha (1 hari, 5 hari libur dan 5 hari hujan)
3,96 ha :1,5 ha/hk = 2.64 HK/hari
= 3 HK/ha
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Gulma tumbuh hampir dimana saja dan keberadaannya tidak diinginkan di


area perkebunan. karena Pengendalian gulma sendiri dapat dilakukan dengan
berbagai cara, sehingga dapat menekan pertumbuhan hama penyakit yang bisa
saja tumbuh akibat adanya gulma tersebut. Pengendalian gulma ini dapat
dilakukan dengan alat dan mesin pertanian, seperti menggunakan traktor tangan
dengan cultivator, mesin babat, ataupun sprayer. Pada sprayer dilakukan dengan
cara mencampurkan atau memasukan bahan kimia berupa herbisida untuk
pengendalian gulmanya, yang kemudian akan disemprotkan ke tempat dimana
gulma itu berada. Pentingnya dilakukan pengendalian gulma karena gulma akan
bersaing dan berebut unsur hara, menyumbat saluran drainase yang dapat
menyebabkan areal terendam air, menyulitkan evakuasi hasil panen dan pada
akhirnya menurunkan produktifitas kebun.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam pengendalian gulma dilakukan dengan penanganan yang
tepat dan sesuai, agar saat penanganannya tidak menyebabkan hal yang merugikan
akibat kurang tepatnya penanganan tersebut. Dan juga menyesuaikan dengan
kondisi dari lahan dan tanaman budidaya apakah sesuai atau tidak cara
pengendalian gulmanya.

DAFTAR PUSTAKA

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas dan Efisiensi


Aplikasi Herbisida. Yogyakarta (ID): Kanisius. [Ditjenbun] Direktorat
Jenderal.
Ditjenbun. 2008. Pendataan Kelapa Sawit Tahun 2008 secara Komprehensif dan
Objektif. http://ditjenbun.deptan.go.id.
Hakim, M. 2007. Agronomis dan Manajemen Kelapa Sawit : Buku Pegangan
Agronomis dan Pengusaha Kelapa Sawit. Lembaga Pupuk Indonesia.
Jakarta. 305 hal.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari
Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2010. Budi Daya Kelapa Sawit. Jakarta
(ID): PT Balai Pustaka.
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta
Rambe,T.D., Lasiman Pane, Sudharto Ps., Caliman, J.P. 2010. Pengelolaan
Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Smart Tbk. Jakarta.
Setyamidjaja, Djoehana.2006.Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius:Yogyakarta.
Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai