Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

Ilmu Gulma dan Pengelolaannya

GULMA PADI IRIGASI


DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

Disusun oleh:

RISMAYANI (G111 15 014)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan adanya saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan.................................................... 2

BAB II TELAAH PUSTAKA


2.1. Gulma Padi Irigasi ........................................................................ 3
2.2. Pengendalian Gulma Padi Irigasi ................................................ 5

BAB III ANALISIS PERMASALAHAN ................................................ 9

BAB IV KESIMPULAN ........................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 11


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Padi merupakan tanaman pangan semusim yang termasuk golongan
rerumputan berumpun. Umur tanaman padi mulai dari benih sampai bisa dipanen
kurang lebih 4 bulan. Hampir sebagian besar tanaman padi dibudidayakan di
lahan sawah, namun selain dibudidayakan di lahan sawah juga dapat
dibudidayakan di lahan kering seperti padi gogo.
Kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras sangatlah tinggi, hal ini
disebabkan beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Peningkatan
penduduk Indonesia setiap tahunnya harus diimbangi dengan peningkatan
produksi beras. Namun dalam peningkatan produksi beras terdapat berbagai
macam kendala yang dihadapi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
rendahnya produksi padi baik dari segi kualitas maupun kuantitas salah satunya
disebabkan oleh adanya gangguan gulma.
Gulma merupakan organisme pengganggu yang penting untuk dikendalikan
dalam peningkatan produksi padi. Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan
kepentingan manusia dan harus dikendalikan. Persaingan yang terjadi ketika
gulma berada di areal pertanaman adalah terjadinya perebutan cahaya matahari,
air, dan unsur hara. Sikap saling memperebutkan bahan yang sama-sama
dibutuhkan antara gulma dan tanaman mengakibatkan timbulnya persaingan
antara keduanya. Persaingan akan lebih ketat ketika yang diperebutkan jumlahnya
hanya sedikit. Untuk mengendalikan keberadaan gulma yang ada pada
pertanaman padi dapat dilakukan dengan berbagai teknik pengendalian, baik
secara manual, mekanik maupun secara kimia. Kebanyakan petani lebih banyak
menggunakan teknik pengendalian gulma secara kimia, cara ini juga dirasa lebih
mudah dalam mengendalikan gulma di areal pertanaman. Disamping
pengendalian gulma dengan herbisida mudah, cara ini juga lebih cepat dalam
mengatasi gulma.
Jika dibandingkan dengan pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan
gulma sering terabaikan, karena dianggap tidak membahayakan terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Padahal kenyataannya di lapangan gulma
dapat menurunkan hasil.
Berdasarkan uraian tersebut, kami tertarik untuk melakukan pembahasan
lebih dalam mengenai gulma pada tanaman padi di lahan irigasi, cara
pengendaliannya, serta inovasi dan teknologi menguntungkan yang bisa
dihasilkan dari gulma yang umumnya merugikan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain.
1. Apa saja jenis gulma yang sering menyerang pertanaman padi lahan irigasi?
2. Bagaimana pengendalian gulma yang sering menyerang tanaman padi?
3. Apakah ada teknologi dan inovasi yang dapat digunakan dalam mengatasi
gulma yang umumnya merugikan tersebut?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan dari penulisan mengenai pengembangan hasil ikan bandeng ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui gulma yang sering menyerang pertanaman padi.
2. Untuk mengetahui pengendalian gulma padi irigasi.
3. Untuk mengetahui teknologi dana inovasi yang bisa diterapkan untuk gulma
yang merugikan.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah
kita dapat mengetahui pengendalian gulma padi irigasi dan menemukan
teknologi/inovasi untuk mengubah gulma menjadi menguntungkan.
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1. Gulma Padi Irigasi


Gulma merupakan salah satu faktor biotik penghambat untuk memperoleh
hasil panen yang tinggi dalam suatu sistem budidaya tanaman. Gulma menyaingi
tanaman dalam pengambilan unsur hara, air, ruang, CO2 dan cahaya. Menurut
Sastroutomo (1999), jenis-jenis gulma pada tanaman padi bermacam-macam yang
komposisinya berbeda menurut metode bercocok tanam, tata air dan tanah, tingkat
pengolahan tanah, cara pemupukan, pergiliran tanaman, cara pengendalian,
kondisi iklim (Datta, 1981), dan populasi jenis-jenis gulma yang ada serta musim
tanam.
Padi menurut cara budidayanya dapat dibedakan dalam dua tipe yaitu padi
lahan kering (gogo) dan padi lahan basah (sawah) yang memerlukan
penggenangan. Olahan padi disebut dengan beras. Beras merupakan pangan
utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia menjadikan beras
sebagai makanan pokok. Kebutuhan beras terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk (Guntoro, 2013).
Menurut Moenandir (1988), gulma selalu ada bersama tanaman karena
gulma selalu berasosiasi dengan tanaman. Gulma merupakan salah satu faktor
biotik yang dapat menyebabkan kehilangan hasil panen padi. Keberadaan gulma
di areal pertanaman dapat menyebabkan perebutan unsur hara, air, ruang, serta
cahaya. Pada lahan padi irigasi gulma dapat menurunkan hasil sebesar 10-40%.
Semua itu tergantung pada spesies dan kepadatan gulma yang ada di areal
pertanaman (Nantosomsaran dan Moody, 1993 dalam Pane dan Jatmiko, 2009).
Menurut De Datta (1981) dalam Pane dan Jatmiko (2009), gulma juga dapat
menurunkan hasil panen sekitar 34% pada padi dengan sistem tanam pindah, 45%
pada padi dengan sistem tanam benih langsung, 45% lahan irigasi dan lahan tadah
hujan dan 67% pada padi gogo.
Paspalum distichum L.
Paspalum distichum L. merupakan tumbuhan tahunan, jenis rumput, ditemukan di
sawah, karangan bunga bercabang dua. Gulma spesies Paspalum distichum L.
berkembang biak melalui potongan batang di bawah tanah yang menjalar, habitat
sepanjang saluran irigasi, dapat bertahan hidup dalam sawah tergenang, tanah
yang berdrainase buruk, bahkan di sawah yang berdrainase baik, tumbuhan
membuat selapis hamparan akar yang tebal tepat di bawah permukaan dan ini
dapat menghambat arus air irigasi bila gulma tumbuh sepanjang saluran irigasi.

Gambar 1. Paspalum distichum L.


Monochoria vaginalis
Monochoria vaginalis merupakan tumbuhan tahunan berdaun lebar, ditemukan di
sawah. Daunnya pada waktu muda berbentuk panjang dan sempit, kemudian
berbentuk lanset, sedangkan yang sudah tua berbentuk bulat telur, bulat
memanjang, bunganya berwarna biru keunguan dengan kedudukan yang
berlawanan dengan kedudukan daun. Bunga berjumlah sebanyak 3-25 bunga,
terbuka secara serentak. Perhiasan bunga panjang 11- 15 cm, tangkai bunga 4-
25mm, kepala putik melengkung. Buah gulma spesies Monochoria vaginalis
mempunyai diameter kurang lebih 1 cm. Berkembang biak melalui biji, tempat
tumbuhnya di tanah berawa terutama di sawah-sawah. Sering menghasilkan bobot
basah yang lebih tinggi di sawah daripada spesies gulma lain, namun gulma ini
pendek, akarnya hanya dekat permukaan tanah dan daun tidak dapat bersaing
dengan gulma lain untuk mendapatkan sinar matahari dan hara tanah.

Gambar 2. Monochoria vaginalis

2.1. Pengendalian Gulma Padi Irigasi


Metode pengendalian gulma berbeda dengan pengendalian hama dan
penyakit tanaman, karena: (1) komunitas gulma lebih beragam, (2) merugikan
tanaman sejak awal hingga panen, (3) gulma berasosiasi dengan hama, patogen,
dan musuh alami, dan (4) gulma tumbuh berasosiasi dengan tanaman.
Oleh sebab itu, pengendalian gulma bertujuan untuk: (1) membentuk gulma
yang kaya spesies tetapi miskin populasi, sehingga pengendalian cara mekanis
maupun dengan cara pergiliran tanaman lebih mudah, dan (2) eradikasi total
diarahkan pada gulma jahat. Memfasilitasi adanya interaksi antara faktor biologi,
lingkungan, dan cara pengendalian sedemikian rupa agar lingkungan tumbuh lebih
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan pertumbuhan
gulma.
Menurut Pane dan Jatmiko (2009), pengendalian gulma padi di lahan sawah
irigasi biasanya merupakan kombinasi antara (a) teknik pengendalian gulma yang
tidak langsung seperti pengolahan tanah, pengelolaan air irigasi, cara pemupukan,
pengaturan populasi tanaman, dan (b) teknik pengendalian gulma yang langsung
seperti cara penyiangan dengan tangan, mekanis, dan penggunaan herbisida.
Pengendalian gulma tidak langsung
Cara pengendalian ini disebut juga pengendalian secara ekologis, oleh karena
menggunakan prinsip-prinsip ekologi, yaitu mengelola lingkungan sedemikian
rupa, sehingga mendukung dan menguntungkan pertumbuhan tanaman yang
diusahakan tetapi tidak menguntungkan untuk perkembangan infestasi gulma.
1. Pencegahan
Di dalam prakteknya, petani harus mengusahakan menanam padi dengan
menggunakan bahan tanaman yang berupa benih murni dan benih bersertifikat.
Sanitasi lingkungan sangat penting dilakukan dengan cara tidak membiarkan
sumber gulma berada terus di lapangan. Pembuatan pintu air di saluran irigasi
sangat berperan mencegah gulma-gulmaterapung, seperti eceng gondok dan lain-
lain untuk masuk ke dalam petak pertanaman.alat-alat pertanian yang digunakan
harus diusahakan tidak membawa organ perbanyakan gulma tahunan seperti
rimpang, karena akan menginfestasi lahan berikutnya.
2. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah sering kurang sempurna karena dilakukan dengan sistem
borongan. Kedalaman olah tanah dangkal, perataan tanah di dalam petak kurang
sempurna, sehingga rimpang gulma tidak mati dan tumbuh kembali. Air irigasi
tidak bisa tergenang secara merata, sehingga biji-biji gulma yang tidak terendam
air segera berkecambah. Oleh sebab itu, pengolahan tanah sempurna sangat
diperlukan.
3. Pengaturan air irigasi
Pada padi tanam pindah, air irigasi harus tergenang terus menerus sampai
kanopi tanaman menutup untuk mencegah biji-biji gulma berkecambah, apabila
ada pengairan berkala, harus menggunakan herbisisda pra tumbuh yang efektif
dan selektif, sehingga masalah gulma tidak perlu dikhawatirkan.
4. Pengelolaan pupuk
Prinsip dalam pemberian pupuk adalah pupuk yang diapikasikan harus lebih
tersedia bagi tanaman padi daripada untuk tumbuhan gulma. Biasanya pupuk
tersebut, khususnya urea, kalau dibenamkan di dalam tanah akan lebih efektif
daripada di tabur diatas permukaan tanah. Urea yang ditabur di permukaan
petakan akan cepat menguap, hanyut terlarut di dalam air, dan lebih mudah
tersedia bagi gulma.
5. Populasi tanaman dan jarak tanam
Populasi tanaman atau pengaturan jarak tanam yang lebih rapat bertujuan
untuk memberi ruang yang lebih sempit bagi pertumbuhan gulma, sehingga daya
saing tanaman padi lebih tinggi. Namun kepadatan tersebut perlu dikontrol agar
jangan terjadi persaingan spesifik di dalam populasi gulma. Persaingan yang
tinggi antar tanaman padi sendiri terjadi apabila padi ditanam sangat rapat seperti
halnya pada padi yang ditanam dengan sistem hambur rata.
6. Cara tanam
Padi dapat ditanam dengan sistem tanam pindah (tapin) dan tanam benih
langsung (tabela). Pada sistem tapin, dapat menekan infestasi gulma apalagi kalau
pengolahan tanahnya baik dan air irigasi tergenang secara merata. Sedangkan
dengan sistem tabela, petakan harus didrainase sejak tanam sampai umur 7-10 hari
agar benih tumbuh secara serempak. Akibatnya gulma pun tumbuh cepat
menyaingi tanaman padi.
Pengendalian gulma secara langsung
1. Penyiangan gulma dengan tangan
Umumnya petani menyiang gulma dengan tangan, dengan atau tanpa alat
bantu, atau menginjak-injak gulma dengan kaki. Cara ini banyak membutuhkan
waktu , biaya, tenaga, dan cukup membosankan.
2. Cara mekanis
Penyiangan gulam secara mekanis bisa menggunakan gasrok, landak, atau
alat penyiang bermesin atau alat yang ditarik dengan ternak, dan diterapkan
apabila areal padi ditanam dalam barisan yang teratur dan lurus. Umumnya petani
tidak mampu membeli alat penyiang tersebut karena harganya relatif mahal. Cara
penyiangan mekanis membutuhkan waktu pengerjaan yang relatif lebih cepat
dibandingkan dengan cara penyiangan dengan tangan. Penggunaan alat penyiang
mekanis beresiko merugikan pertumbuhan tanaman, karena alat tersebut sering
menimbulkan kerusakan mekanis pada akar maupun batang tanaman padi,
terutama kalau jarak tanam padi tidak teratur.
3. Herbisida
Pada lahan sawah irigasi di luar Pulau Jawa, tenaga penyiang langka dan
mahal. Di Jawa Barat, khususnya kawasan irigasi Jatiluhur, karena waktu tanam
padi serempak, kebutuhan tenaga kerja langka dan bersaing. Demikian juga
dengan sawah yang ada di dekat dengan kota, tenaga kerja sangat terbatas. Oleh
sebab itu, dewasa ini banyak petani yang menggunakan herbisida untuk
mengendalikan gulma.
BAB III
ANALISIS PERMASALAHAN

Gulma merupakan salah satu faktor biotik penghambat untuk memperoleh


hasil panen yang tinggi dalam suatu sistem budidaya tanaman. Gulma menyaingi
tanaman dalam pengambilan unsur hara, air, ruang, CO2 dan cahaya. Karena
merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki kehadirannya dan sangat merugikan
tanaman budidaya, maka banyak usaha yang dilakukan untuk mengendalikan
keberadaan gulma tersebut. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan banyak
cara, akan tetapi dewasa ini para petani lebih memilih menggunakan herbisida
karena diniliai lebih efektif dan cepat dalam menekan pertumbuhan gulam di areal
pertanaman. Namun, perlu diketahui bahwa penggunaan herbisida sangat tidak
bersahabat dengan lingkungan. Penggunaan yang berlebihan dapat mencemari
ekosistem. Karena permasalahan tersebut, maka inovasi pemanfaatan gulma-
gulma merugikan sangat dipelukan. Seperti menyulap gulma yang awalnya
merupakan musuh bagi tanaman budidaya menjadi pupuk yang membantu
pertumbuhan tanaman, atau inovasi lainnya.
Seperti halnya gulma-gulma pada tanaman padi yang sebagian besar dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bahkan ada beberapa yang bermanfaat bagi
kesehatan. Misalnya, gulma Paspalum distichum dan Monochoria vaginalis yang
dapat dijadikan sebagai pakan ternak ruminansia. Selain dijadikan pakan ternak,
gulma Monochoria vaginalis memiliki banyak manfaat lainnya.
Daun Monochoria vaginalis dapat dimanfaatkan untuk dimasak menjadi
sayuran. Daun Monochoria vaginalis mengandung serat yang baik untuk
pencernaan. Akarnya dapat digunakan untuk mengobati penyakit lambung, hati,
sesak nafas dan sakit gigi; sementara daun-daunnya untuk obat demam. Daun
Monochoria vaginalis yang ditumbuk halus dapat digunakan untuk obat sakit
perut. Semua bagian tanaman juga dapat digunakan untuk pakan ternak. Ekstrak
Monochoria vaginalis telah diteliti dapat dijadikan obat pembunuh hama keong
mas (Pomaceae canaliculata L.) yang sering merusak tanaman padi di sawah.
Batang wewehan yang dikeringkan dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai
macam kerajinan tangan.
BAB IV
KESIMPULAN

Gulma selalu ada bersama tanaman karena gulma selalu berasosiasi dengan
tanaman. Gulma merupakan salah satu faktor biotik yang dapat menyebabkan
kehilangan hasil panen padi. Keberadaan gulma di areal pertanaman dapat
menyebabkan perebutan unsur hara, air, ruang, serta cahaya. Pada lahan padi
irigasi gulma dapat menurunkan hasil sebesar 10-40%.
Pengendalian gulma padi di lahan sawah irigasi biasanya merupakan
kombinasi antara (a) teknik pengendalian gulma yang tidak langsung seperti
pengolahan tanah, pengelolaan air irigasi, cara pemupukan, pengaturan populasi
tanaman, dan (b) teknik pengendalian gulma yang langsung seperti cara
penyiangan dengan tangan, mekanis, dan penggunaan herbisida.
Namun, sekarang ini para petani lebih mendominasi dalam penggunaan
herbisida untuk mengendalikan gulma karena terbilang lebih efektif, dan cepat
dalam penangannya. Akan tetapi, penggunaan herbisida yang berlebihan dapat
berdampak buruk ekosistem, sehingga banyakteknologi dan inovasi yang lahir
untuk menangani permasalahan gulma tersebut.
Misalnya eceng sawah yang sering mengganggu areal pertanaman padi
lahan irigasi. Eceng sawah atau Monochoria vaginalis ternyata memiliki manfaat
lainnya. Daun Monochoria vaginalis dapat dimanfaatkan untuk dimasak menjadi
sayuran. Daun Monochoria vaginalis mengandung serat yang baik untuk
pencernaan. Akarnya dapat digunakan untuk mengobati penyakit lambung, hati,
sesak nafas dan sakit gigi; sementara daun-daunnya untuk obat demam. Daun
Monochoria vaginalis yang ditumbuk halus dapat digunakan untuk obat sakit
perut. Semua bagian tanaman juga dapat digunakan untuk pakan ternak. Ekstrak
Monochoria vaginalis telah diteliti dapat dijadikan obat pembunuh hama keong
mas (Pomaceae canaliculata L.) yang sering merusak tanaman padi di sawah.
Batang wewehan yang dikeringkan dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai
macam kerajinan tangan.
DAFTAR PUSTAKA

De Datta S.K. 1981. Principles and Practicesof Rice Production. A Wiley


Interscience Publication. John Wiley and Sons. New York. p: 618.

Guntoro D, T.Y. Fitri. 2013. Aktivitas Herbisida Campuran Bahan Aktif


Cyhalofop-Butyl dan Penoxsulam terhadap Beberapa Jenis Gulma Padi
Sawah. Jurnal Bul Agrohorti. 1 (1) : 140-148.

Moenandir, J. 1988. Fisiologi Herbisida (Ilmu Gulma: Buku II). Rajawali Pers.
Jakarta. 143 hal.

Pane, H., & S.Y. Jatmiko. 2009. Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi.
Dalam: Daradjat, A., A. Setyono, A.K. Makarim, & A. Hasanuddin (Eds.).
Padi: Inovasi Teknologi Produksi. Buku 2. LIPI Press, Jakarta. p.267-294.

Sarifin, M., Sujana, I. P., Nyoman, L. S. P. 2017. Identifikasi Dan Analisis


Populasi Gulma Pada Padi Sawah Organik Dan An-Organik Di Desa
Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati. Denpasar.
Vol 7. No. 13.

Sastroutomo, S.S. 1999. Biological Control in the Tropics. Wallingfond: CABI.

Anda mungkin juga menyukai