Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH DESAIN LANSKAP

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN PADA LANSKAP


DESA BUKIT HARAPAN

Oleh:
Mahmud Fadil Mappiase
20130210116

PRODI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015
0

I.

PENDAHULUAN

Sebuah rancangan arsitektur haruslah memperhatikan kondisi alam sekitar,


elemen-elemen alam seperti topografi, vegetasi dan margasatwa, iklim, tanah dan air
haruslah di perhatikan dalam perencanaan sebuah tapak. Pengertian lanskap yang
banyak di persepsikan oleh para ahli perancang dan para ahli kebun ialah
kenampakan asli dan aspek estektika. Kier (1979) dalam Joni (2014) mengartikan
lanskap sebagai hubungan antara komponen biotik dan abiotik, termasuk komponen
yang berpengaruh terhadap manusia, yang terdapat di dalam suatu sistem yang
menyeluruh dan membutuhkan analisa dan konsep yang terpadu. Lansekap mencakup
semua elemen pada wajak/karakter tapak, baik elemen alami (natural landscape),
elemen buatan (artificial landscape) dan penghuni atau makhluk hidup yang ada di
dalamnya (termasuk manusia). Berarti juga sebidang lahan berpagar yang di gunakan
untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Dari pengertian
tersebut

dapat di katakan bahwa lansekap merupakan suatu perencanaan antara

manusia dan lingkungan yang mencakup semua elemen alam, baik yang buatan
maupun yang alamiah, dengan memperhatikan aspek estetika untuk mendapatkan
kesenangan dan kenyamanan.
Salah satu jenis lansekap yang ada adalah lanskap perdesaan yang merupakan
salah satu produk arsitektur. Tatanan rumah-rumah, jalan, pusat kawasan, pasar,
kebun dan sawah sering memiliki pola yang unik. Lanskap tersebut tidak terjadi
begitu saja. Sebagai tempat berkehidupan yang meliputi geografi yang relatif
permanen dan memiliki dasar cukup kuat pada aspek sosial dan ekonominya, secara
alami pemukiman terbentuk secara bertahap (Indrawati, 2015). Salah satu pedesaan
yang memiliki lanskap yang unik adalah Desa Bukit Harapan. Desa Bukit Harapan
berada di bagian paling selatan dari provinsin Sulawesi Selatan, Indonesia.

II.

PEMBAHASAN

Lanskap permukiman di pedesaan merupakan salah satu produk arsitektur. Tatanan


rumah-rumah, jalan, pusat kawasan, pasar, kebun dan sawah sering memiliki pola yang unik.
Lanskap tersebut tidak terjadi begitu saja. Sebagai tempat berkehidupan yang meliputi
geografi yang relatif permanen dan memiliki dasar cukup kuat pada aspek sosial dan
ekonominya, secara alami pemukiman terbentuk secara bertahap (Indrawati, 2015). Begitu
juga dengan yang terjadi di Desa Bukit Harapan, Kec. Gantarang, Kab. Bulukumba, Sulawesi
Selatan. Secara garis besar bentuk lanskap Desa Bukit Harapan dapat dilihat pada gambar
berikut.

Sumber Gambar: Google Earth 2015

Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa seluruh bagian dari Desa
Bukit Harapan merupakan daratan. Ketinggian wilayah desa ini rata-rata sekitar 100159 mdpl (Google Earth). Jika membicarakan lanskap Desa Bukit Harapan maka
lanskap yang perlu dibahas terlebih dahulu adalah lanskap pemukiman di daerah ini.
Mengacu pada buku Ekistics: An Introduction to the Science of Human Settlements

sebagai induk rujukan pengetahuan tentang permukiman, dinyatakan bahwa


permukiman adalah tempat hidup dan berpenghidupan bagi manusia. Tempat ini
terdiri atas lima komponen, yaitu: (1) Shell ; (2) Network ; (3) Nature; (4) Man; dan
terakhir (5) Society. Man dan society merupakan komponen yang menentukan isi
permukiman itu sendiri (content), sedangkan komponen lainnya membentuk wadah
atau wujud fisik permukimannya (container). Oleh karenanya manusia sebagai
individu maupun komunitas memiliki peran yang sangat besar pada bentukan lanskap
permukimannya. Terkait hal ini Doxiadis menekankan bahwa permukiman disebut
sebagai Human Settlement, merupakan Cosmos of Antrophs (Doxiadis, 1967 dalam
Indrawati, 2015).
Secara lebih spesifik pola lanskap permukiman di perdesaan dapat
dikelompokkan ke dalam 2 tipe, yaitu permukiman terpusat dan terpencar
(Jayadinata, 1992 dalam Indrawati, 2015). Permukiman memusat (agglomerated
rural settlement) adalah pola permukiman dimana rumah-rumah mengelompok
membentuk dukuh atau dusun (hamlet), bisa terdiri dari ratusan rumah. Di sekitar
kampung tehampar lahan tempat penduduk bekerja bisa berupa lahan pertanian,
perikanan, peternakan, pertambangan maupun hutan. Jika rumah-rumah terpencar
menyendiri, maka termasuk tipe permukiman terpencar (disseminated rural
settlement). Desa ini sendiri tergolong ke dalam sistem permukiman memusat yang
membentuk dusun namun polanya mengikuti alur sepanjang jalan raya. Hal tersebut
disebabkan karena kebanyakan penduduk di daerah ini merupakan pendatang.
Sehingga mereka dalam membuat rumah mengikuti alur jalan raya yang telah ada
lebih dulu. Kelebihan lanskap pemukiman di daera ini adalah karena pemukiman
tidak dibangun di sekitar pinggir sungai, sehingga daerah ini aman dari bencana
banjir.
Selain lanskap pemukiman di daerah ini juga terbentuk lanskap pertanian.
Tentu saja karena daerah ini bukan merupakan daerah perkotaan sehingga masih
banyak lahan luas, yang merupakan lahan pertanian. Pertanian di daerah ini pada
umumnya berupa perkebunan dan sawah. Bagian timur jalan raya kebanyakan
berbetuk sawah sementara lahan yang berada di bagian barat jalan raya berupa
3

perkebunan. Hal tersebut dikarenakan pada bagian timur akses ke sumber air lebih
mudah jika dibandingkan dengan lahan dibagian barat. Kebanyakan masyarakat di
daerah ini bekerja sebagai petani, meskipun tidak sedikit juga dari mereka yang
bekerja sebagai pegawai. Mereka yang bekerja sebagai pegawai biasanya juga tetap
bekerja sampingan sebagai petani. Hal tersebut dikarenakan kebanyakan dari pegawai
ini bekerja sebagai guru SD maupun SMP sehingga mereka masih memiliki waktu
luang untuk bertani. Hal yang sangat disayangkan di daerah ini adalah karena pada
bagian barak kebanyakan petani mulai membudidayakan tanaman cengkeh.
Kemudian untuk membudidayakan tanaman cengkeh ini kebanyakan petani
membabat habis tanaman lainnya sehingga sering terjadi banjir besar di sungai ketika
hujan cukup lama.

III.

PENUTUP

a. Desa Bukit Harapan berada pada bagian paling selatan dari Sulawesi Selatan,
Indonesia.
b. Lanskap pemukiman masyarakat desa Bukit Harapan terpusat mengikuti
sepanjang alur jalan raya.
c. Lanskap pertanian di desa Bukit Harapan pada umumnya berupa perkebunan
dan sawah.

DAFTAR PUSTAKA
Buchori, D. 2012. Pengaruh Kondisi Lanskap Terhadap Interaksi Tropik Antara
Tanaman, Hama dan Parasitoid. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB
2012. Bogor.
Google Earth. 2015. Google.
Handayani, S. 2015. Lansekap Yang Berwawasan Lingkungan. Jurusan Pendidikan
Teknik Arsitektur FPTK UPI.
Indrawati. 2015. Pembentukan Lanskap Permukiman Perdesaan Berbasis Padepokan
Bernuansa Islam di Desa Majasto. University Research Colloquium 2015.
Joni, N. 2014. Dasar Arsitektur Lanskap. Universitas Sumatra Utara.

Anda mungkin juga menyukai