Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR

ACARA IX

SUKSESI PRIMER DAN SUKSESI SEKUNDER

Oleh :

Nama : Rani Helmi Sagita

NIM : 16/398360/KT/08355

Shift : Minggu, Pukul 07.30 WIB

Co Ass : Siti Hudaiyah

LABORATORIUM SILVIKULTUR DAN AGROFORESTRI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017

1
ACARA IX

SUKSESI PRIMER DAN SUKSESI SEKUNDER

ABSTRAK

Praktikum suksesi sekunder dan primer merupakan suatu metode yang membantu
mahasiswa untuk mengetahui proses suksesi yang terjadi. Suksesi yang ada dalam
praktikum ini adalah Suksesi primer dan sekunder. Suksesi yang terjadi diharapkan
dapat mencapai klimaks. Pengamatan ini disertai data pendukung berupa tabel yang
berguna untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan. Selain itu, praktikum suksesi
primer dan sekunder ini membantu mahasiswa dalam memahami manajemen suksesi.
Pengamatan ini menggunakan cara pengumpulan data dengan mengambil data di
Taman Nasional Gunung Merapi, mengamati pertumbuhan tanaman, dan studi
literatur yang mendukung teori tentang suksesi.
Kata Kunci : suksesi, suksesi sekunder, suksesi primer, tahapan suksesi, dan
klimaks.

A. PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Vegetasi merupakan sistem yang dinamik, sebentar menunjukkan pergantian


yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat hubungan dengan
habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai keseimbangan.
Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam menghasilkan konsep
suksesi.
Suksesi vegetasi menurut Odum adalah urutan proses pergantian komunitas
tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury adalah
kecenderungan kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai
mencapai klimaks, dan menurut Clements adalah proses alami dengan terjadinya
koloni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks.
Adanya pergantian komunitas cenderung mengubah lingkungan fisik sehingga habitat
cocok untuk komunitas lain sampai keseimbangan biotik dan abiotik tercapai (Odum,
1971).
Komposisi spesies dalam komunitas akan bervariasi sepanjang waktu
dibeberapa spesies keimpahannya menurun, sedangkan yang lain meningkat.

2
Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi lokal yang kecil sifatnya,
sehingga tidak memberikan arti yang penting. Perubahan lainnya mungkin sangat
besar atau kuat sehingga mempenngaruhi sistem secara keseluruhan. Proses
perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara tertatur
disebut dengan suksesi, dan suksesi juga bisa diartikansebagai perubahan yang
langsung dalam komposisi komunitas dan asosiasi biologis serta sifat-sifat ekosistem.
Komunitas yang terdiri dari beberapa populasi bersifat dinamis dalam
interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang
masa.Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan disebut
suksesi ekologi atau suksesi.Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan
fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah
komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang
(homeostatis).Di alam terdapat dua macam suksesi yaitu suksesi primer dan suksesi
sekunder
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini
mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehgga di tempat
komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami,
misalnya tanah longsor, letusan gunung merapi, endapan lumpur yang baru di sungai,
dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya
penambangan timah, batu bara, dan minyak bumi.
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, baik
secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh
organisme, sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih
ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang laut, kebakaran, angina
kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakarn padang
rumput dengan sengaja.
Iklim merupakan faktor penentu dalam proses menuju klimaks. Ada kalanya
vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks karena beberapa faktor selain iklim,
misalnya ada perubahan tipe tanah, dipakai untuk penggembalaan hewan, terbakar,
dan lain-lain. Dengan demikian, vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak
sempurna (tahap sebelum klimaks yang sebenarnya), baik oleh faktor alam

3
atau buatan. Keadaan ini disebut subklimaks. Komunitas tanaman subklimaks akan
cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang atau
penghambat di hilangkan.
II. Tujuan

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mempelajari tahapan dan proses
dalam suksesi primer dan sekunder. Selain itu mahasiswa juda dapat memahami
manajemen suksesi.

III. Manfaaat

Manfaat dari mengetahui tentang suksesi primer dan sekunder adalah dapat
mengerti tentang tahapan dan proses terjadinya suksesi primer dan sekunder serta
dapat mengetahui manajemen dalam suksesi.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur
yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk
komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain.
suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju
ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. (Arianto, 2008). Suksesi adalah perubahan yang perlahan
lahan dari komunitas tumbuhan dalam suatu dareah tertentu di mana terjadi
pengalihan dari satu jenis tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya pada tingkat
populasi (Tansley, 1920).

Vegetasi dapat di sejalankan dengan “organisme super” yang mampu


memperbaiki atau mengelola dirinya sendiri bila terjadi gangguan atau kerusakan,
lalu ada juga enam unsur yang akan terjadi sehubungan dengan proses suksesi yaitu: a)
Penggundulan yang mengakibatkan terjadinya sibstrat baru, b) Migrasi kehadiran
migrula atau organ pembiak tumbuhan, c) Eksesis perkecambahan, pertumbuhan,
reproduksi, dan penyebaran, d) Kompetisi, persaingan sehingga pengusiran satu
spesies oleh species lainnya, e) Reaksi,perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis

4
tumbuhan, dan f) Stabilisasi yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan
yang matang. Perubahan komunitas tumbuhan atau vegetasi yang di kemukakan
atas dasar menggambarkan bertambah kayanya suatu daerah oleh berbagai jenis
tumbuhan yang hidup di atasnya, proses perubahan ini di sebut suksesi progresesif.
Perubahan vegetasi dapat pula mengarah pada penurunan jumlah jenis
tumbuhan, penurunan kompleksitas struktur komunitas tumbuhan. Hal ini terjadi
biasanya akibat penurunan kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi
habitat. Perubahan komunitas tumbuhan mengarah ke yang lebih sederhana ini di
sebut suksessi retrogresif atau suksesi regresif. Dalam hal suksesi retrogresif ini
seluruh unsur perubahan yang di kemukakan tetap berlaku, tetapi dengan arah yang
berlawanan (Clements, 1916) .

Ada 6 (enam) sub komponen dalam proses suksesi, yaitu : 1. Nudasi :


terbukanya lahan yang baru 2. Migrasi : tersebarnya biji-biji 3. Eksesis : proses
perkecambahan 4. Kompetisi : menyatakan adanya pergantian spesies 5. Reaksi :
menyatakan perubahan habitat karena aktifitas spesies 6. Klimaks : tingkat komunitas
yang paling stabil dan mantap. Suksesi menurut gambaran umum dapat diartikan
sebagai proses yang kompleks yang meliputi permulaan, perkembangan dan akhirnya
sampai pada kestabilan dan kemantapan pada fase klimaks. Klimaks ialah fase
kematangan yang final, stabil memelihara diri, tahan terhadap goncangan dari luar
karena telah terbentuk kemantapan internalnya dan dapat berproduksi sendiri dalam
suatu perkembangan vegetasi. (Muller, 1974) .

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya suksesi antara lain :
1. Iklim, tumbuhan tidak akan tumbuh dengan teratur bila terdapat adanya variasi
iklim yang lebar dan terjadi dalam waktu yang lama. Perubahan keadaan iklim akan
mengakibatkan rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya. Pada akhirnya
suatu lahan yang kosong yang merupakan lahan baru akan berkembang menjadi lebih
baik, berkembang pula daya adaptasinya dan kemudian akan mengubah
kondisi/keadaan iklim. Beberapa keadaan misalnya kekeringan, hujan air, hujan salju
sering membawa keadaan yang tidak menguntungkan pada vegetasi. 2. Topografi,
perubahan kondisi tanah digolongkan menjadi dua : Erosi, dapat terjadi karena angin,

5
air dan hujan. Dalam proses erosi tanah akan menjadi kosong, kemudian akan terjadi
penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan pada akhirnya proses suksesi terjadi dari
permulaan. Pengendapan, pengendapan tanah disebabkan karena adanya arus yang
kuat, glasial, hujan salju dan pengelupasan tanah. Apabila pengendapan ini terjadi di
suatu tempat yang ada vegetasinya maka vegetasi tersebut dapat rusak, sehingga di
tempat tersebut akan dimulai suksesi dari permulaan. 3. Biotik, adanya beberapa
kehidupan dapat juga menyebabkan bencana bagi vegetasi. Sebagai contoh
pemotongan rumput yang berulang-ulang, penggembalaan ternak, penebangan hutan
untuk pertanian dll menyebabkan adanya pergantian vegetasi. (Odum, 1971).

Berdasarkan habitat alami maka suksesi dibedakan atas 2 (dua) macam yaitu : 1.
Suksesi primer : suksesi yang dimulai dari daerah yang betul-betul kosong karena
tidak ada vegetasi. Kalaupun sebelumnya sudah ada vegetasi, vegetasi secara
keseluruhan rusak/mati (karena tidak dapat beradaptasi) sehingga digantikan oleh
vegetasi baru. 2. Suksesi sekunder : suksesi yang terjadi pada habitat yang masih ada
vegetasinya walaupun sebagian, jadi masih ada vegetasi awal, vegetasi yang rusak
hanya sebagian. Proses ini disebut denudasi, dan dapat disebabkan oleh beberapa hal
misalnya kebakaran, angin kencang, hujan dll. Terdapat beberapa macam suksesi :
Hidrosere adalah suksesi yang berkembang di habitat perairan biasanya disebut
dengan Hidrarch. Vegetasi yang sering berganti disini disebut hidrosere. Halosere
adalah suksesi yang dimulai dari tanah yang berkedar garam Xerosere adalah suksesi
vegetasi yang berkembang di daerah xeric atau kering, terdiri dari psamosere (suksesi
vegetasi yang dimulai dari daerah berpasir dan lithosere (suksesi vegetasi yang
dimulai dari batubatu karang. Serule adalah suksesi untuk mikroorganisme (bakteri,
fungi) pada sisasisa produsen/konsumen (Wirakusumah, 2003).

Terdapat empat tingkat-tingkat suksesi yaitu : tingkat pionir, tingkat konsolidasi,


tingkat subklimaks, dan tingkat klimaks. Tingkat klimaks berarti masyarkat
tumbuh-tumbuhan dengan elemen-elemen vegetasi yang dominan (Spurr, 1973).

C. METODE

I. Waktu dan Tempat

6
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 22 Oktober 2017
pukul 11.30 WIB di Taman Nasional Gunung Merapi.

II. Bahan dan Alat

Alat dan bahan yang digunakan pada acara ini yaitu beberapa lokasi
bentangan lahan di TNGM untuk tempat pengamatan, pengukuran, dan
pengambilan data, kamera untuk memotret dan mendokumentasikan aktivitas
yang dilakukan, dan alat tulis untuk mencatat data serta membuat layout.

III. Cara Kerja

Pertama diamati beberapa bentangan lahan di sekitar hutan Taman


Nasional Gunung Merapi yang termasuk tahapan sere awal, sere tengah, dan sere
lanjut. Kemudian dipilih lokasi yang mewakili suksesi primer dan suksesi
sekunder. Lalu diamati karakteristik yang muncul pada setiap tahapan suksesi
(susunan tumbuhan bawah dan tegakan). Terakhir, dijelaskan dan ceritakan
proses terjadinya suksesi di wilayah tersebut.

D. HASIL

Tabel 1. Data Suksesi Primer dan Sekunder

TINGKAT D
NO. TINGKAT NO.P TINGG
kelo PERTUMBUHA JENIS (C
PU KERUSAKAN OHON I (M)
mpok N M)
Tumbuhan
1x Bawah Araceae
1 Tumbuhan
Bawah Hoblismenus burmani
1 Semai Altingia excelsa 1,35
2x
9 sedang 2 Semai Altingia excelsa 6,2
2
3 Semai Altingia excelsa 1,44
13,
5x 4 Pancang Gmelina arborea 66
5 5 Pancang Schima wallichii 12
6 Pancang Altingia excelsa 12,

7
1
14,
7 Pancang Gmelina arborea 8
8 Pancang Gmelina arborea 19
9 Pancang Swietenia macrophylla 20
10 Pancang Schima wallichii 19
11 Pancang Schima wallichii 16
14,
12 Pancang Altingia excelsa 5
74,
13 Pohon Altingia excelsa 36 50
33,
14 Pohon Altingia excelsa 13 80
35,
10 x 15 Pohon Swietenia macrophylla 23 80
10 20,
16 Pohon Schima wallichii 10 40
30,
17 Pohon Altingia excelsa 15 60
tumbuhan
1 bawah Eupatorium riparium
2 semai Caliandra sp.
1x 3 semai Pleocroma irregularis
1 tumbuhan
4 bawah Alsophyla glauca
tumbuhan
5 bawah Neprolephis bisserata
2x
2 1 tiang Caliandra sp.
1 tiang Gmelina arborea
10 5x Sedang 2 tiang Gmelina arborea
5
3 tiang Swietenia macrophylla
35,
1 pohon Gmelina arborea 22 03
85,
2 pohon Schima walichii 16 99
20 x 23,
20 3 pohon Altingia excelsa 17 89
70,
4 pohon Altingia excelsa 18 06
23,
5 pohon Schima walichii 32 57
Tumbuhan
11 1 Sedang 1 bawah Polygonum sp. 41
2 Semai Schima walicii 1

8
3 Pancang Altingia excelsa 5
4 Pohon Schima walicii 14 38
5 Pohon Schima walicii 18 23
6 Pohon Altingia excelsa 24,25 71
7 Pohon Schima walicii 18,5 24
Tumbuhan
1 bawah Polygonum sp. 9,8
Tumbuhan
2 bawah Alternantera sp. 48
Tumbuhan
3 bawah Costus spesious 9
2 Berat 4 Semai Leucaena leucocephala 5
5 Pancang Leucaena leucocephala 18
6 Pancang Psidium guajava 5,5
7 Tiang Macaranga tanarius 10 11
8 Tiang Acacia decurent 14 12
9 Pohon Anthocephalus cinensis 16 30
10 Pohon Acacia decurent 14 25
Tumbuhan
1 bawah Polygonum sp. 33
Tumbuhan
2 bawah Costus spesious 34
3 Pancang Leucaena leucocephala 6
3 Ringan 4 Pancang Leucaena leucocephala 4,25
5 Pohon Casuarina junghuniana 27,75 46
6 Pohon Casuarina junghuniana 35 49
7 Pohon Casuarina junghuniana 31 66
8 Pohon Pinus merkusii 29 29
9 Pohon Anthocephalus cadamba 26 24
2x2 A Semai Inocarpus fagifer
5x5 B Pancang Inocarpus fagifer
13,
C Tiang Spathodea campanulata 12
10x 03
10 65,
12 sedang D Pohon Altingia excelsa 24
29
24,
E Pohon Altingia excelsa 23
20x 84
20 62,
F Pohon Altingia excelsa 26
1
Tumbuhan
1 Suplir
Bawah
1x Tumbuhan
13 sedang
1 2 Barleria sp.
Bawah
3 Tumbuhan Ficus rustrata

9
Bawah
Tumbuhan
4 SP D
Bawah
2x
2
16,
1 Sapihan Puspa 2
00
12,
2 Sapihan Kaliandra
5x 00
5 20,
3 Sapihan Puspa
00
15,
4 Sapihan Puspa
00
10 x 14,
1 Tiang Rasamala 21,5
10 81
45,
1 Pohon Rasamala 19
22
20 x 38,
2 Pohon Rasamala 25
20 85
50,
3 Pohon Rasamala 20
29
Tumbuhan Ageratum conyzoides
1x bawah (Bandotan)
1 Lophatherum Gracile
Brongn (Rumput bambu)
Calliandra
2x haematocephalla
2 Semai (Kaliandra)
5x
14 5 sedang Pancang Schima wallichii
10x
10 Tiang -
Altingia excelsa
1
Pohon (Rasamala) 12 57
20x 2 Schima wallichii (puspa) 21 50
20 Altingia excelsa
3
(Rasamala) 24 63
4 Schima wallichii (puspa) 19 28
Tumbuhan
bawah Polypodium (1)
Tumbuhan
1x bawah Pennisetum purpureum (2)
15 sedang
1 Tumbuhan
bawah Ricinus communis (16)
Tumbuhan
bawah Aspidium pedatum(6)

10
Tumbuhan
bawah Piper Caducibracteum (6)
Semai Kaliandra 4
Pancang Rasamala
5x 33,
Mati
5 Pohon - 15 44
18,
Tiang Rasamala 16 92
18,
Tiang Rasamala 15,5 92
15,
Pancang Rasamala 1,52 10
61,
10 x Pohon Rasamala 13,5 78
sedang
10 14,
Pohon Rasamala 13 33
55,
Pohon Rasamala 15 73
50,
Pohon Rasamala 25,5 96
33,
Pohon Rasamala 12 12
48,
Mati
20 x Pohon - 9 41
20 41,
Mati
Pohon - 8 08
1
2
1X1 sedang 3
4

94,
2X2 sedang 5 pohon Schima wallichii 16 27

16
5X5 sedang

33,
10X
sedang 7 pohon Schima wallichii 29 76
10
22,
20X 9 pohon Schima wallichii 36 61
sedang
20 73,
10 pohon Altingia excelsa 43 25
E. PEMBAHASAN

11
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat keruasakan yang ada di
lokasi mulai dari kerusakan ringan, sedang, dan berat. Karena tingkat kerusakan yang
berbeda makan suksesi yang terjadi juga berbeda. Pada lokasi dengan kerusakan
ringan dan sedang maka akan terjadi suksesi sekunder karena biasanya hanya
disebabkan penutupan oleh abu vulkanik. Sedangkan pada lokasi yang kerusakannya
tinggi maka suksesi yang terjadi adalah suksesi primer karena keruskan tinggi
disebabkan tidak hanya adanya abu vulkanik tetapi terkena lahar dingin yang
menghancurkan apapun yang ada di jalurnya.
Pada lokasi banyak tumbuhan yang tingkat pertumbuhannya di dominasi oleh
pohon dan tiang. Suksesi yang terjadi berlangsung cukup lama maka dari itu di lokasi
lebih banyak ditemukan tingkat pertumbuhan tiang dan masih banyak terdapat pohon
karena saat terjadi letusan yang rusak hanya bagian ujung batang sehingga setelah
lestusan pohon itu tetap dapat hidup dan kembali tumbuh. Tumbuhan yang tumbuh di
lokasi yang berupa tumbuhan bawah yaitu Aspidium pedatum, Piper caducibracteum,
Ricinus communis, Pennisetum purpureum, Polypodium, Ficus rutrata, Barleria, dll.
Sedangkan jenis pohon yang ada didominasi oleh Altingia excelsa, Schima wallichii,
Calliandra haematochepala, Casuarian junghuniana, dan Leucaena leucochepala.
Karena proses suksesi masih tergolongg baru yaitu 7 tahun dari letusan terakhir
(tahun 2010) maka strata tajuknya pun baru ada 2 lapisan.
Peristiwa suksesi yang terjadi di gunung Merapi yaitu saat tahun 2010 Gunung
Merapi meletus semua kehidupan di gunung tersebut musnah. Tujuh tahun kemudian
ternyata di Gunung Merapi tersebut sudah terbentuk hutan kembali. Mula-mula yang
berkoloni adalah sejenis lumut kerak dan beberapa jenis lumut tertentu. Asam-asam
yang dieksresi oleh lumut tersebut menghancurkan substrat batuan dan menyediakan
sedikit tanah. Partikel tanah tambahan terbentuk karena penghancuran oleh iklim dan
terbawa angin. Penghancuran dan pembusukan terhadap lumut dapat menambah
sedikit humus sehingga lumut lain menetap. Setiap musim terdapat pertumbuahn baru,
dan yang lama membusuk membentuk humus. Tidak lama kemudian tersedia cukup
tanah untuk paku-pakuan dan kemudian tumbuh rerumputan, kemudian semak(perdu).
Dan keadaan tersebut menyediakan kondisi pertumbuhan yang amat baik untuk
biji-biji tumbuhan tinggi (pohon).

12
Suksesi yang terjadi diakibatkan oleh bencana letusan Gunung Merapi ini proses
kembalinya terjadi secara alami. Suksesi dapat berlangsung cepat maupun lambat
dipengaruhi oleh luasan yang mengalami kerusakan, jenis tumbuhan yang terganggu,
kecepatan perkecambahan biji, iklim, dan jenis substrat baru yang terbentuk. Setelah
suksesi mencapai tingkat terakhir yaitu tingkat klimaks maka akan terjadi
kesetimbangan dalam ekosistem tersebut dan meskipun ada gangguan, gangguan itu
tidak terlalu mempengaruhi ekosistem tersebut.
E. KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa proses suksesi dapat dimulai dari
pembentukan tanah lalu tumbuh tanaman pioner (tumbuhan bawah) yang dapat
membentuk tanah dan humus sehingga dapat tumbuh tumbuhan lain seperti semak
serta pepohonan.tingkatan dalam suksesi yaitu pioner, konsolidasi, subklimaks, dan
klimaks.Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya
permulaan, perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks.
Interaksi dari semua faktor lingkungan yang berpengaruh akan menentukan
komposisi jenis vegetasi komunitas. Komunitas tumbuhan terbentuk mulai dari
tingkat pioner yang kemudian digeser oleh seri tumbuhan yang lebih dewasa sampai
pada komunitas yang relatif stabil dan berada dalam keseimbangan dengan
lingkungan setempat. Perubahan dalam suksesi bersifat kontinu, proses suksesi yang
berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem klimaks, dapat diartikan bahwa
komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari
respon tanggapan yang terkoordinasi dari komponennya terhadap setiap rangsangan
yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Suksesi ada dua
tipe, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe suksesi ini
terletak pada kondisi habitat awal.

F. SARAN

Dari praktikum ini saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya praktikum yang
dilakukan tidak molor dan pembagian petak ukur dapat dilakukan secara cepat
sertaserentak agar saat melakukan pendataan dapat selesai bersamaan.

13
G. DAFTAR PUSTAKA

Arianto. 2008. Pengertian Suksesi. Jakrta : Djambatan.

Clements, F.E. 1916. Plant Succession. An Analysis of The Development


of Vegetation. Carnegie. Inst. Washington.

Muller-Du. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. New York : John Willey
and Sons Inc.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. 2nd. Edition. Philadelphia: WB Sanders.

Spurr, S.H. 1973. Forest Ecology. Second Edition. New York : The Ronald Press
Company.

Tansley, A.G. 1920. The Classification of Vegetation and The Concept of


Development. J. Ecol.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi :Menopang Pengetahuan Ilmu-Ilmu


Lingkungan. Jakarta : UI Press.

LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai