Anda di halaman 1dari 4

Intensifikasi dan Konservasi Sumber Daya Lahan

 Intensifikasi Lahan

Menurut Hidayati dkk (2018) intensifikasi adalah sistem produksi yag secara
konvensional dicirikan oleh rendah mengikuti rasio dan penggunaan input secara intensif seperti
modal, tenaga kerja, pestisida, dan bahan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil pertanian
sehingga meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi kemiskinan. Namun, intensifikasi
dapat menyebabkan konversi lahan marginal seperti halnya padang rumput dipangkas produksi
sehingga akan menyebabkan degradasi lahan. Tak hanya itu, intensifikasi juga mungkin negative
eksternalitas regional karena penggunaan air dan limpasan bahan kimia dapat mempengaruhi
area diluar itu sebenarnya di budidayakan.

 Konservasi Lahan

Konservasi tanah menurut Arsyad (Anonim, 2018), adalah penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya
sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Tujuan dari
kegiatan konservasi tanah sendiri adalah untuk mencegah erosi, memperbaiki tanah yang rusak,
serta memelihara dan meningkatkan produktivitas tanah agar dapat digunakan secara
berkelanjutan.

Menurut Himatan (2012) metode konservasi tanah dan air dapat digolongkan ke dalam tiga
golongan yaitu (1) metode vegetative (2) Metode mekanik (3) metode kimia.

1. Metode Vegetative

Metode vegetative merupakan penggunaan tanaman dan tumbuhan atau bagian bagian
tumbuhan atau sisa sisa untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah. Dalam
knservasi tanah dan air metode vegeatif mempunyai fungsi melindungi tanah terhadap daya
perusak butir butir hujan yang jatuh dan melindungi tanah terhadap daya perusak air yang
mengalir di permukaan tanah serta memperbaiaki kapasitas infiltrasi tanah dan penahanan air
yang langsung mempengaruhi besarnya aliran permuakaan.
Metode vegetative dalam konservasi tanah meliputi penanaman dalam strip, penggunaan sisa
tanaman, geotekstil, strip tumbuhan penyangga, tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman,
agroforestry.

2. Metode Mekanik

Metode mekanik adalah semua perlakuan fsik mekanis yang diberikan terhadap dan
pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan
kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah berfungsi untuk
memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan
kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan
memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Meode mekanik dalam konservasi
tanah mencakup pengolahan tanah, pengolahan tanah menurut kontur, guludan dan guludan
bersaluran menurut kontur, parit pengelak, teras, dam penghambat, waduk, tanggul, kolam atau
balong, rorak, perbaikan drainase dan irigasi dll.

3. Metode Kimia

Merupakan penggunaan preparat kimia baik berua senyawa sintetik maupun berupa bahan
alami yang sudah diolah, dalam jumlah yang relatis sedikit untuk meningkatkan stabilitas agregat
tanah dan mencegah erosi. Misalnya salah satu usaha dalam penggunaan senyawa organic
sintetik sebagai soil conditioner dilakukan oleh van Bavel (1950), yang menyimpulkan bahwa
senyawa organic sintetik tertentu dapat memperbaiki stabilitas agregat tanah terhadap air secara
efektif.di antara beberapa macam bahan yang digunakan adalah campuran dimethyl
dichlorosilane dan methyl-tricholorosilane yang dinamakan MCS. Bahan kimia ini berupa cairan
yang mudah menguap dan gas yang terbentuk bercampur dengan air tanah. Senyawa ini
terbentuk menyebabkan agregat tanah menjadi stabil.

Faktor Penyebab Menurunnya Mutu Lahan dan Lingkungan

Menurut Tarigan dkk (2008) Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya degradasi lahan atau
menurunnya produktivitas lahan. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengggunaan dan peruntukan lahan sudah menyimpang dari Rencana Tata Ruang Wilayah
atau Rencana Tata Ruang Daerah. Di dalam suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) terdapat
penggunaan lahan yang terdiri dari lahan yang terdiri dari hutan lindung, hutan produksi,
pertanian, industry, pertambangan dan permukiman. Daerah yang diperuntukkan untuk
hutan produksi dialih fungsikan sebagai menjadi permukiman, tanah lindung banyak yang
dialih fungsikan menjadi pertanian, daerah budidaya pertanian dialih fungsikan untuk
industri dan lain sebagainya.
2. Penggunaan lahan tidak sesuai dengan kemampuan lahan. Banyak lahan yang semestinya
hanya untuk cagar alam tetapi sudah diolah menjadi pertanian bahkan untuk menjadi
permukiman, lahan yang cocok untuk pertanian dijadikan untuk industri.
3. Perlakuan yang diberikan pada lahan tidak memenuhi syarat-syarat yang diperlukan oleh
lahan atau tidak memenuhi kaidah-kaidah konservasi tanah dan air atau teknik konservasi
tanah dan air yang diterapkan tidak memadai. Setiap penggunaan lahan (hutan, pertanian,
industri, permukiman) harus diperlakukan sesuai dengan syarat yang diperlukan dengan
menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai. Teknik konservasi tanah dan
air yang memadai disuatu bidang lahan belum tentu memadai pada bidang lahan yang lain.
Pemilihan teknik konservasi yang memadai disuatu bidang Iahan sangat dipengaruhi oleh
faktor biofisik (tanah, topografi, penggunaan lahan, hujan, iklim) lahan yang bersangkutan.
Jenis tcknik konservasi tanah dan air yang tersedia untuk dipilih dan diterapkan mulai dari
yang paling ringan hingga yang berat seperti penggunaan mulsa, penanaman mengikuti
kontur, pengolahan tanah konservasi, mengikuti jarak tanam, penanaman tumpeng sari,
pemupukan berimbang, pembuatan sengkedan, saluran berumput hingga pembuatan
waduk.
4. Tidak adanya Undang-undang Konsemasi Tanah dan Air yang mengharuskan seluurh
masyarakat menerapkan teknik konsevasi tanah dan air secara memadai disetiap
penggunaan lahan. Dengan tidak adanya Undang-undang ini maka masyarakat tidak
merasa berkewajiban untuk melaksanakan teknik konservasi tanah dan air sehingga
degradasi lahan terus meningkat.
5. Kurang memadainya kesungguhan pemerintah mencegah degradasi lahan. Hal ini
terindikasikan dari tidak jelasnya program pencegahan degradasi lahan atau penerapan
teknik konservasi tanah dan air disetiap tipe penggunaan lahan. Apabila hal ini bejalan
terus maka minat dan interest generasi muda untuk mempelajari dan mendalami
pencegahan degradasi sumberdaya lahan akan memudar yang pada giliramya dapat
mengakibatkan tidak ada lagi orang yang mengetahui teknologi pencegahan degradasi
lahan.

Anda mungkin juga menyukai