ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capcisum annuum L.

) DALAM
SISTEM BUDIDAYA MONOKULTUR DAN POLIKULTUR

ANALYSIS OF PAPPER (Capcisum annuum L.) PLANT GROWTH IN

MONOCULTURE AND POLYCULTURE CULTIVATION SYSTEMS

Dian Puji Lestari

201510200311089
Dianpuji35@gmail.com
Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Unversitas Muhammadiyah Malang
(University of Muhammadiyah Malang), Jl.Raya Tlogomas No.246, Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK

Analisis pertumbuhan tanaman merupakan metodeyang digunakan untuk menaksir hasil fotosintesis
bersih tanaman yang menjelaskan tentang keragaman hasil dan pertubuhan tanaman, mengidentifikasi faktor
pertumbuhan utama yang membatasi hasildan mengukur stabilitas dan adaptasi tanaman pada kondisi
lingkungan tertentu. Analisis pertimbuhan tanaman berfungsi untuk menghasilkan indeks dan parameter
pertumbuhan yang keseluruhannya dikenal dengan istilah karakteristik pertumbuhan. Percobaan ini dilaksanakan
pada tanggal 21 Oktober 2017 – 02 Desember 2017 dan Lokasi pelaksanaan praktikum ini adalah di
laboratorium Agronomi UMM dan lahan terpadu Fakultas Pertanian - Peternakan UMM. Metode yang
digunakan yaitu pengamatan selama enam kali dengan variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah
daun,berat kering tanaman , luas daun dan laju pertumbuhan (GR,RGR dan NAR). Hasil dari percobaan tersebut
yaitu tanaman cabai yang ditanam secara polikultur maupun monokultur tidak terlalu memberikan pengaruh
yang signifikan terrhadap laju perrtumbuhan, karena nilai GR,RGR dan NAR yang menunjukkan laju
pertumbuhan tanaman cabai relatif sama sedangkan untuk tanaman sawi relatif lebih besar karena pengaruh, luas
daun, berat kering yang memang lebih tinggi dibandingkan tanaman cabai.

Kata Kunci : analisis pertumbuhan, monokultur, polikultur, laju pertumbuhan

ABSTRACT

Crop growth analysis is a method used to estimate the results of plant net photosynthesis that explains
the diversity of yields and plant growth, identifying major growth factors that limit the prevalence and measure
the stability and adaptation of plants under certain environmental conditions. Analysis of plant growth serves to
produce indexes and growth parameters that are all known by the term growth characteristics. This experiment
was conducted on October 21, 2017 - December 02, 2017 and the location of this practice is in the laboratory
Agronomy UMM and integrated land Faculty of Agriculture - Animal Husbandry UMM. The method used was
observation for six times with observed variables ie plant height, leaf number, dry weight of plant, leaf area and
growth rate (GR, RGR and NAR). The result of the experiment is that chilli planted by polyculture and
monoculture does not give a significant effect on the growth rate, because the GR value, RGR and NAR
indicating the growth rate of chili plant is relatively the same while for the mustard plant is relatively bigger due
to the influence, leaf area , dry weight which is higher than pepper plants.

Keywords: growth analysis, monoculture, polyculture, growth rate

PENDAHULUAN relatif rendah yaitu hanya sekitar 5,61 t/ ha

Di daerah tropis seperti Indonesia,
tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang
cukup luas, sehingga dapat ditanam baik di
dataran rendah maupun dataran tinggi (Vos 1994
dalam Gunadi, N et al.:2013). Walaupun tanaman
cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas,
namun rerata produktivitas cabai di Indonesia
(Badan Pusat Statistik 2010) bila dibandingkan
dengan potensi hasil yang berkisar antara 12–20
t/ha (Gunaeni & Wulandari 2010, Soetiarso &
Setiawati 2010). Hal ini menunjukkan bahwa
masih banyak kendala yang dihadapi pada
produksi cabai. Pada saat ini, tanaman cabai
(termasuk yang ditanam di dataran tinggi)
umumnya dibudidayakan di lahan terbuka.
1
Produksi cabai di lahan terbuka menghadapi
banyak masalah, seperti kondisi iklim yang
berubah-ubah, ketersediaan air, serangan hama
dan penyakit tanaman, dan lainnya, yang
umumnya menyebabkan pertumbuhan tanaman
tidak optimal, sehingga menurunkan baik
kuantitas maupun kualitas cabai yang diproduksi
(Gunadi, N et al.:2013)
Menanam secara tumpangsari akan dapat
meningkatkan pendapatan petani, karena dengan
menanam secara tumpangsari penggunaan sarana
produksi lebih efisien sehingga biaya produksi
dapat lebih rendah dibanding pola tanam secara
monokultur. Pola tanam secara tumpangsari
dapat meningkatkan produksi, hal ini disebabkan
karena berkurangnya hama dan penyakit dengan
keadaan di atas keuntungan usahatani tersebut
dapat ditingkatkan. Pada pola tanam tumpangsari
ada hal yang juga perlu diperhatikan adalah
sistem perakaran tanaman. Pola tanam
tumpangsari harus memiliki keserasian antar
perakaran jenis tanaman yang akan ditanam.
Jangan sampai akar tanamannya saling tumpang
tindih dalam menyerap hara. Jika hal ini terjadi
maka tanaman yang lebih besar perakarannya
yang akan menang, tanaman yang berakar kecil
akan menderita. Pada pola tanam tumpangsari
diatur agar tanaman yang berakar besar
menempati wilayah tanam yang lebih besar,
sedangkan yang berakar amunkecil menempati
wilayah tanam yang lebih kecil. Dengan kata
lain, jarak tanam untuk tanaman yang hendak
digabung harus diperhatikan. Selain jarak tanam,
hal lain yang harus diperhatikan pada pola
tumpangsari ialah lebar tajuk tanaman yaitu
berapa luas permukaan tanah yang ditutup oleh
garis tanaman yang akan digabung dalam satu
petak. Sinar matahari yang merupakan kebutuhan
tanaman sebaiknya terbagi merata antar tanaman
(Diah Tri Hermawati, 2016).
Pemanfaatan teknologi mulsa
polyethylene (mulsa plastik hitam perak) mulai
banyak diadopsi oleh petani dalam budidaya
tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Mulsa
polyethylene merupakan mulsa yang banyak
digunakan untuk produksi sayuran dan dapat
meningkatkan produksi tanaman cabai rawit
(Uhan dan Duriat, 1996 dalam vivit et al;2009).
Penggunaan mulsa polyethylene dapat menekan
tingkat kerusakan buah cabai akibat anthraknosa
(Uhan dan Nurtika, 1995 dalam vivit et al;2009).
Penggunaan mulsa dapat menekan pertumbuhan
gulma, pemadatan tanah, erosi, dan dapat
mempertahankan kelembaban di zone perakaran
(Berke et al., 2005 dalam vivit et al;2009).
Cahaya matahari memiliki fungsi yang
sangat penting dalam proses fotosintesis pada
tanaman sehingga mempengaruhi pertumbuhan.
Tajuk tanaman yang tumbuh dalam kondisi
naungan akan menerima sedikit jumlah radiasi
matahari akibatnya naungan akan berpengaruh
terhadap proses seperti: fotosintesis, respirasi,
transpirasi, sintesis protein, produksi hormon,
translokasi serta penuaan. HARIS (1999 dalam
Sirait ; 2009) menyebutkan bahwa peningkatan
luas daun merupakan salah satu mekanisme
toleransi terhadap naungan guna memperoleh
cahaya yang lebih banyak atau optimalisasi
penerimaan cahaya oleh tanaman. TAIZ dan
ZEIGER (1991 dalam Sirait ; 2009) menjelaskan
bahwa daun yang tumbuh pada intensitas cahaya
rendah biasanya mengalami kerusakan jika
dihadapkan dengan Photosynthetic Photon Flux
Density (PPFD) yang tinggi yang dikenal dengan
photoinhibition. Hal tersebut menyebabkan laju
fotosintesis yang rendah serta kurang
berfungsinya transfer elektron dan fotofosforilasi
(Sirait, 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas dari pengaruh penggunaan
pola tanam monokultur dan polikutur serta
pengaruhnya terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun dan laju pertumbuhan tanaman cabai dan
sawi yang di polikulturkan.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan percobaan ini dilaksanakan
mulai tanggal 21 Oktober 2017 – 02 Desember
2017. Pemberian pupuk dasar tanggal 05 Oktober
2017, Pemasangan mulsa tanggal 12 Oktober
2017, Penanaman tanggal 15 Oktober 2017 ,
Penyulaman tanggal 20 Oktober 2017,
Pengamatan mulai tanggal 28, Oktober 2017 – 02
Desember 2017, dan Penyemprotan pestisida dan
pembersihan, gulma tanggal 15 November 2017.
2
 Lokasi pelaksanaan praktikum ini adalah
di laboratorium Agronomi UMM dan lahan
terpadu Fakultas Pertanian-Peternakan UMM.
Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk
percobaan ini yaitu cangkul, bambu, sabit, plastik
mulsa, meteran, knapsack, oven, timbangan
analitik, penggaris, alat tulis dan alat
dokumentasi. Sedangkan bahan – bahan yang
dibutuhkan yaitu bibit tanaman cabai sebanyak
16-20 tanaman, bibit sawi, air, pupuk kandang
lahan atau bedengan, furadan dan insektisida.
Metode Kerja
1. Persiapan Tanam, Penanaman Dan
Penyulaman
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum
dilakukan penanaman diantaranya yaitu membuat
bedengan selebar 4 x 1,2 meter, selanjutnya yaitu
mencampurkan pupuk kandang dengan dosis 8
kg per bedengan, mengaduh dan meratakan
pupuk kandang tersebut kemudian diberi air.
Bedengan dibentuk persegi panjang dengan
panjang 4 meter dan lebar 1,2 meter dan apabila
bedengan sudah jadi maka didiamkan selama 1
minggu agar pupuk kandang dan tanah bedengan
menjadi siap untuk ditanami. Setelah 1 minggu
maka langkah selanjutnya yaitu melakukan
pemasangan mulsa. Setelah itu penanaman
dengan membuat lubang tanam dengan pelubang
sebanyak 16 lubang untuk menanam bibit cabai
tersebut untuk bedengan bersistem monokultur,
untuk bedenga polikultur maka lubang tanam
ditambah untuk menanam tanaman sela berupa
sawi diantara tanaman cabai. Selanjutnya bibit
ditanam pada lubang tanam dan disiram.
Penyulaman dilakukan dengan menyiapkan
tanaman yang perlu disulam apabila bibit
menunjukkan tanda-tanda kematian atau layu.
2. Perawatan
Perawatan bibit dilakukan dengan
melakukan beberapa kegiatan diantaranya yatu
penyiraman yang dilakukan setiap hari,
pembersihan gulma yang dilakukan setiap
pengamatan untuk gulma yang berada di sekitar
tanaman inti dan pembersihan bedengan secara
keseluruhan, dan juga penyemprotan insektisida
jenis Dechis dengan dosis 1 ml/liter untuk
menanggulangi serangan hama yang menyerang
tanaman cabai maupun sawi.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan sebanyak 6 kali
dan dilakukan 7 hari sekali pada hari sabtu.
Parameter Yang Diamati yaitu ;
a. Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman adalah parameter
pertama yang digunakan untuk melihat pengaruh
sistem tanam monokultur terhadap pertumbuhan
tanaman cabai. Tinggi tanaman adalah salah satu
faktor utama yang mampu dilihat secara visual
dan paling tampak. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan menggunakan metode manual
menggunakan pengggaris atau meteran.
b. Jumlah Daun
Jumlah daun adalah parameter yang
digunakan untuk melihat pengaruh sistem tanam
terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Jumlah
daun adalah salah satu faktor utama yang mampu
dilihat secara visual dan paling
tanpak.pengamatan jumlah daun dilakukan secra
manual dengan menghitung jumlah daun yang
telah terbuka sempurna.
c. Luas Daun
Luas daun sangat berhubungan dengan
indeks luas daun, laju pertumbuhan relatif, dan
laju fotosintesis pada suatu tanaman. Faktor yang
paling penting ialah ketepatan penaksiran dan
kecepatan penaksiran. Metode yang digunakan
pada praktikum ini adalah metode kertas grafik
yang bersifat destruktif atau merusak. Sampel
daun dari tanaman cabai yang diambil kemudian
digambar pada kertas milimeter blok. Luas daun
dihitung berdasarkan gambar atau replika daun
yang memenuhi pada kotak-kotak kecil di kertas
millimeter block tersebut. Bagian daun yang
tidak memenuhi kotak diakumulasi dengan
bagian lainnya sehingga perhitungan dapat
akurat. Perhitungan ini dilakukan 2 kali yaitu saat
pengamatan pertama dan pengamatan ke 6 atau
terakhir.
d. Berat Kering
Berat Kering adalah parameter yang
digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan
dari tanaman cabai. Pengukuran Berat Kering
daun dilakukan dengan melakukan pengovenan
3
selama 2 x 24 jam dengan suhu 800C, setelah itu Relatife Growth Rate
dikeluarkan dari oven dan ditimbang
menggunakan timbangan analitik untuk
mengetahui Berat Kering daun. Perhitungan ini
dilakukan 2 kali yaitu saat pengamatan pertama
dan pengamatan ke 6 atau terakhir.
Net Assimilation Rate
e. Laju pertumbuhan
Laju pertumbuhan dihitung menggunakan rumus
berikut :
Growth Rate
W2−W1
𝐺𝑅 = T2−T1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Tinggi Tanaman 2. Jumlah Daun

Grafik 1. Rata- rata kenaikan tinggi Grafik 2. Rata – rata kenaikan jumlah daun
tanaman
30 60
Tinggi Tanaman (cm)

Jumlah Daun

20
40
10
Cabai (P) 20 Cabai (P)
0 Sawi (P)
1 2 3 4 5 6 Sawi (P)
Cabai (M) 0
Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 Cabai (M)
Minggu ke-

3. Laju Pertumbuhan

Tabel 1. Data luas daun dan berat kering daun

HST (T) Berat Kering (g) (W) Luas Daun (cm2) (LA)
Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman
HST (T)
Utama Tumpang Utama Tumpang
28 Okt 2017 (27
0,066 0,275 11,88 40,88
HST)
2 Des 2017 (62
1,617 53,428 478,38 6699
HST)

Tabel 2. Data GR,RGR dan NAR

GR (g/hari) RGR (g/hari) NAR g/cm2/hari

CABE (P) 0,044 0,671 0,004

SAWI (P) 1,519 2,394 0,037

CABE (M) 0,068 0,668 0,004

4
PEMBAHASAN
Tinggi tanaman merupakan salah satu
variabel pengamatan yang dapat dilihat secara
langsunng perubahanya. Dari rata – rata hasil
pengamatan yang terdapat pada grafik 1 tersebut
dapat diamati bahwasanya tinggi tanaman
mengalami peningkatan tiap minggunya. Hal ini
dikarenakan tanaman masih mengalami masa
vegetatif atau fase pertmbhan yang salah satunya
terfokus pada tinggi tanaman. Dari grafik dapat
dilihat bahwa tanaman cabai yang ditanam secara
polikultur rata- ratanya lebih tinggi dibandingkan
tanaman cabai yang ditanam secara monokultur.
Salah satu faktor penyebabnya yaitu dari
penampakan bibit tanaman cabai yang di tanam
secara tumpangsari yang memiliki batang yang
lebih tinggi dibandingkan tanaman cabai yang
ditanam dengan monokultur. Selain itu juga
mengenai sebaran unsur hara dalam tanah yang
tidak rata yang akhirnya menyebabkan beberapa
tanaman mendapat sokongan unsur hara dan yang
lainnya tidak. Keberhasilan sistem tumpangsari
sangat ditentukan oleh usaha pemilihan
komponen tanaman yang dikombinasikan. Oleh
karena itu faktor utama yang perlu
dipertimbangkan adalah masalah terjadinya
kompetisi diantara tanaman yang
ditumpangsarikan dan kompetisi ini dapat berupa
kebutuhan akan cahaya, air dan unsur hara (Bary
dan Susylowati, 2004).
Menurut Iyamuremye (1996), Pramono
(2004) dan Widijanto et al., (2007), pemberian
bahan organik dapat meningkatkan penyerapan N
tanaman. Hara N yang tinggi didalam tanaman
akan meningkatkan pembentukan dan
pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman.
Juga dijelaskan bahwa bahan organik berkorelasi
dengan kation-kation Al 3+ dan Fe2+, bahan
organik mampu menyerap ion-ion tersebut
sehingga Al-P dan Fe-P terlepas dan P menjadi
tersedia bagi tanaman.
Menurut hasil yang dipaparkan oleh
grafik 2, dapat diamati bahwa rata – rata
kenaikan jumlah daun terbanyak terdapat pada
tanaman cabai dengan pola tanam monokultur.
Pada grafik dapat dilihat bahwa pada
ppengamattan ke 1-2 rata- rata jumlah daun
tanaman monokutur lebih rendah, akan tetapi
pada minggu ke 3-6 mengalami peningkatan dan
nilainya lebih banyak dibandingkan jumlah daun
tanaman polikultur, hal ini dikarenakan
terjadinya persaingan penyerapan unsur hara
dalam tanah sehingga tanaman polikultur yang
tanpa mengalami persaingan daunnya tumbuh
lebih banyak dan laju pertumbuhannya relatif
lebih lambat karena proses fotosintesisnya juga
lebih lambat karena jumlah daun yang lebih
banyak.
Laju tumbuh tanaman rata-rata
dipengaruhi oleh banyak faktor, namun menurut
Fichtner et al. (1995) dan Sitompul dan Guritno
(1995); yang paling berpengaruh adalah luas
daun, jika dibandingkan dengan jumlah daun.
Menurut Gent (1995), jumlah daun yang banyak
akan mengurangi irradiasi ke daun tanaman
sehingga mengurangi kemampuan tanaman
dalam melakukan proses fotosintesis. Jumlah
daun yang banyak akan meningkatkan tingkat
naungan antar daun, daun akan saling menaungi.
Menurut Ghuhlamadi et al. (2008), cahaya yang
di intersepsi pada permukaan tajuk bagian bawah
akan semakin sedikit jika letak daun dalam
bidang vertikal mendekati permukaan tanah, laju
fotosintesis daun-daun lapisan tajuk bawah akan
semakin rendah karena saling menaungi.
Laju pertumbuhan tanaman dapat diukur
dengan dua cara yaitu analisis pertumbuhan
dengan mengukur pertambahan berat kering
tanaman dari waktu ke waktu dan mengamati
penampilan agronomik tanaman dengan
mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
batang dan lain-lain dari waktu ke waktu. Cara
pertama merupakan pendekatan yang terbaik
karena yang dimaksud dengan tumbuh adalah
pertambahan berat kering dari tanaman, tetapi
cara ini mempunyai kelemahan, yaitu sampel
yang diamati tidak sama karena setiap kali
pengamatan dilakukan dekstruktif. Cara kedua
tidak sebaik cara pertama karena tidak dapat
mengukur pertambahan berat keringnya, tetapi
sampel yang diamati tetap sama (Syah et al.,
2003
GR atau Growth Rate merupakan rumus
yang digunakan untuk mengukur laju
pertumbuhan tanaman per harinya. GR dihitung
dengan mengetahui berat kering dari tanaman
dan dibandingkan dengan hari atau lama tanaman
5
itu ditumbukan. Dari tabel 1 dapat diamati bahwa
GR tanaman cabai polikultur lebih rendah yaitu
0,044 dibandingkan tanama cabai polikultur yaitu
0,068. Sedangkan GR dari tanaman sela yaitu
sawi yang ditanam tumpangsari dengan cabai
memiliki GR yang tinggi yaitu 1,519. GR dari
sawi relatif lebih tinggi karena sawi merupakan
tanaman herbaceous yang batangnya berair
sehingga laju pertumbuhannya lebih tinggi
dibandingkan tanaman cabai yang bertipe
lignosus atau berbatang kayu.
RGR atau Relatif Growth Rate
merupakan rumus yang digunakan untuk
menghitung laju pertumbuhan relatif dari
tanaman. Dari data tersebut RGR tanaman cabai
relatif sama yaitu 0,071 untuk cabai polikultur
dan 0,668 untuk cabai monokultur dibandingkan
dengan tanaman sawi yaitu 2,394. hal ini diduga
selain karena perbedaan tipe batang tanaman juga
karena tanaman sawi merupakan tanaman dengan
umur yang relatif pendek daripada cabai dan fase
hidupnya hanya terfokus pada fase vegetatif atau
pertumbuhan saja karena sawi yang dipanen
adalah saat masih muda dengan daun dan batang
yang bagus.
Selain itu rumus lain yang digunakan
untuk menghitung laju pertumbuhan yaitu NAR
atau Net Assimilation Ratio yaitu laju asimilasi
bersih yang menunjukkan kapasitas tanaman
dalam mengakumulasikan bahan kering tanaman
per satuan luas daun. Angka NAR yang
ditunjukkan yaitu 0,004 untuk tanaman cabai
monokultur maupun polikutur sedangkan untuk
tanaman sawi NAR nya mencapai angka 0,037
yang artinya lebih besar daripada tanaman cabai.
Hal ini karena berat kering dari sawi jelas lebih
berat bila dibandingkan tanaman cabai dan
perbandingan luas daun yang lebih luas bila
dibandingkan dengan luas daun cabai yang relatf
sama pula.
Analisis pertumbuhan tanaman dapat
membantu mengidentifikasi faktor pertumbuhan
utama yang mengendalikan atau membatasi hasil.
Hal ini sangat diperlukan dalam upaya
memperbaiki hasil tanaman pada suatu
lingkungan tertentu atau adaptasi tanaman pada
beberapa lingkungan (Sitompul dan Guritno,
1995) Biomassa tanaman merupakan akumulasi
produk fotosintesis maupun penyerapan hara
dalam bentuk senyawa organik penyusun seluruh
jaringan pada organ vegetatif maupun generatif
tanaman (Bidwell, 1979). Luas daun
spesifik/specifik leaf area (LDS/SLA) merupakan
salah satu cara untuk mengkaji perubahan
karakteristik daun akibat pengaruh lingkungan
tumbuh tanaman. Nilai SLA ditetapkan
berdasarkan besarnya luas daun dengan berat
kering daun (Prasetyo, 2004)
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas bahwa yaitu
tanaman cabai yang ditanam secara polikultur
maupun monokultur tidak terlalu memberikan
pengaruh yang signifikan terrhadap laju
perrtumbuhan, karena nilai GR,RGR dan NAR
yang menunjukkan laju pertumbuhan tanaman
cabai relatif sama sedangkan untuk tanaman sawi
relatif lebih besar karena pengaruh, luas daun,
berat kering yang memang lebih tinggi
dibandingkan tanaman cabai.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik 2017, Luas panen,
produksi, dan produktivitas cabai, diunduh
12 Desember 2017,
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php
Barry, M. A dan Susylowati. 2004. Pengaruh
Pemupukan N, P, K dan Kepadatan
Tanaman Jagung Semi Dalam Sistem
Tumpangsari Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Jagung Semi (Zea mays L.) dan
Kacang Panjang (Vigna sinensis L.).
Jurnal Budidaya Pertanian. 10(2): 129-
138.
Bidwell, R. G. S. 1979. Plant Physiology.
Macmillan Publ.Co.Inc.New York.
Diah Tri Hermawati, 2016. Kajian Ekonomi
Antara Pola Tanam Monokultur dan
Tumpang Sari. INOVASI, Volume XVIII,
Nomor 1 hal 66 – 71
Gardner, F. P., R. Brent Pearce and Roger L.
Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Gunadi, N dan Sulastrini, I , 2013. Penggunaan
Netting House dan Mulsa Plastik untuk
6
 Meningkatkan Pertumbuhan. Jurnal
Hortikultura 23(1):36-46, 2013
Gunaeni, N & Wulandari, AW 2010, ‘Cara
pengendalian nonkimiawi terhadap
serangga vektor kutudaun dan intensitas
serangan penyakit virus mosaik pada
tanaman cabai merah. J. Hort., vol. 20, no.
4, hlm. 368-76.
Prasetyo. 2004. Budidaya Tanaman Kapulaga
Sebagai Tanaman Sela Pada Tegakan
Sengon. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
Indonesia. 6(1):22-31.
Sirait, Juniar. 2008. Luas daun, kandungan
klorofil dan laju pertumbuhan rumput pada
naungan dan pemupukan yang berbeda.
JITV 13(2): 109-116.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Syah M. J., Anwarudin, P. J. Santoso, F. Usman
dan T. Purnomo. 2003. Hubungan Laju
Pertumbuhan Dengan Saat berbunga Untuk
Seleksi Kegenjahan Tanaman Pepaya. J.
Hort. 13(13): 182-189.
Vivit F. Alviana dan Anas D. Susila. 2009.
Optimasi Dosis Pemupukan pada
Budidaya Cabai (Capsicum annuum L.)
Menggunakan Irigasi Tetes dan Mulsa
Polyethylene. Jurnal Agronomi Indonesia
37 (1) : 28 – 33 (2009).
7
 LAMPIRAN

1. Tabel Pengamatan Sistem Budidaya Sayur Tumpang Sari

Tabel 3 Tinggi Tanaman tanaman tumpangsari

Tinggi Tanaman (cm) pada Minggu ke-
Nomor
Tanaman Utama Tanaman Tumpang
Tanaman
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 12 13,4 15,3 21,8 22,2 22,4 6,5 12,2 15,4 0 0 0
2 16 20,5 21,4 28,5 32,4 33,4 5,6 10,3 0 0 0 0
3 17,2 23 24,8 33,7 36,3 43,6 4 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 6,5 8,7 9,5 11,4 0 0
5 10 11,8 12,1 18,2 19,8 21,8 4,2 7 8,4 13,5 13,5 0
6 7,3 8 9,7 12,6 12,5 13,2 3,5 0 0 0 0 0
7 10,3 11 11,9 18,5 20,4 24,7 2 2 2,5 4 4 0
8 5,5 5,5 5,9 12,5 14,7 20,2 3,4 6,7 7,7 15,8 17,5 18
9 9,7 12 12,4 22,6 26,3 35,4 3,8 6,4 8,7 18 0 0
10 10,8 11 12,1 17,8 19,3 23,8 2,5 0 0 0 0 0
11 16 21,8 23,4 25,7 26,3 27,5 2 2,1 3,5 4 0 0
12 6 8,1 13,4 20,9 23,3 27,8 3 5,8 7 7 7 0
13 17 21,2 23,5 30 32,7 35 5,8 9 12,2 12,5 0 0
14 15,8 17 18,3 19,2 19,5 19,8 6,7 10,4 12 15 16 0
15 16,4 21,7 24,6 28,5 28,8 30,2 0 0 0 0 0 0
16 16,7 22 23 21,5 33,3 34,3 6 9,1 11,2 11 0 0
Rerata 11,67 14,25 15,74 20,75 22,99 25,82 4,09 5,61 6,13 7,01 3,63 1,13

Tabel 4 Jumlah daun tanaman tumpangsari

Jumlah Daun (helai) pada Minggu ke-
Nomor
Tanaman Tanaman Utama Tanaman Tumpang
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 21 32 27 26 23 34 6 15 15 0 0 0
2 10 17 24 30 34 37 4 11 0 0 0 0
3 13 33 41 66 64 80 4 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 5 17 15 9 0 0
5 5 13 21 28 33 29 4 8 9 6 2 0
6 6 14 14 14 18 17 3 0 0 0 0 0
7 6 11 18 24 25 31 6 4 2 6 4 0
8 4 7 9 11 9 16 5 10 16 21 24 22
9 8 27 23 38 39 48 4 10 18 16 0 0
10 8 13 9 21 23 35 4 0 0 0 0 0
11 14 28 28 47 48 43 4 5 6 5 0 0
12 4 9 18 27 29 37 5 9 7 6 5 0
13 10 28 41 52 55 58 5 15 16 11 0 0
14 9 23 19 21 19 26 3 8 13 13 10 0
15 12 21 37 62 58 67 0 0 0 0 0 0
16 17 37 46 54 54 59 5 11 14 8 0 0
Rerata 9 20 23 33 33 39 4 8 8 6 3 1

8
Tabel 5. Berat kering dan luas daun tanaman tumpangsari
Berat Kering (g) (W) Luas Daun (cm2) (LA)
HST (T)
Tanaman Utama Tanaman Tumpang Tanaman Utama Tanaman Tumpang
28 Okt 2017
0,066 0,275 11,88 40,88
(27 HST)
2 Des 2017
1,617 53,428 478,38 6699
(62 HST)

2. Pengamatan Sistem Budidaya Sayur Monokultur

Tabel 6, pengamatan tinggi tanaman cabai monokultur

Tinggi Tanaman (cm) pada Minggu ke-

Nomor
Tanaman Utama
Tanaman
1 2 3 4 5 6
1 21 23 25 25,2 26 26,8
2 19 20 23 30,5 37 39
3 17,5 18,3 19 20,3 23,2 24
4 7,5 8 11 14 15 15
5 8 8,3 9,5 14 15,1 15,5
6 8,2 8,5 11 13,2 13,3 13,5
7 14 15 15,5 15,7 16 16,4
8 0 0 0 0 0 0
9 10,5 11 15 24,3 28 33
10 9 9,5 10 11 11,3 11,9
11 20 20,5 22,2 25,2 28,3 30
12 8,5 10 13 18 20,5 24
13 8,5 9 13,5 23,2 25,2 27
14 8,7 9,5 14 22,9 27 34
15 7,9 8,5 12,5 19,2 19,7 21
16 16 17,3 18 18,5 23 24
Rerata 11,52 12,28 14,51 18,45 20,54 22,19

Tabel 7. pengamatan jumlah daun tanaman cabai monokultur

Jumlah Daun (helai) pada Minggu

Nomor ke-
Tanaman Tanaman Utama
1 2 3 4 5 6
1 5 11 25 45 47 45
2 14 29 66 67 149 192
3 7 28 43 37 35 44
4 4 4 14 25 25 26
5 3 3 5 21 25 27
6 3 6 19 28 23 18
9
 7 4 15 19 14 11 10
8 0 0 0 0 0 0
9 5 10 31 32 70 96
10 4 5 7 7 8 11
11 7 16 52 47 90 93
12 4 8 33 23 49 50
13 4 6 22 35 63 77
14 5 9 30 49 78 110
15 4 7 30 37 54 37
16 4 9 23 26 56 62
Rerata 5 10 26 31 49 56
Tabel 8. Data berat kering dan luas daun tanaman cabai monokultur

Berat Kering (g) (W) Luas Daun (cm2) (LA)

HST (T)
Tanaman Utama Tanaman Utama
28 Okt 2017 (27 HST) 0,101 15,6
2 Des 2017 (62 HST) 2,464 607,75

Denah Bedengan

Denah monokultur Denah polikultur (tumpangsari)

1m 1m

50cm 50cm

60cm
60cm
4m 4m

25 cm

25
25cm
cm

Keterangan :

: Tanaman sawi

: Tanaman cabai rawit

10