Anda di halaman 1dari 4

SINOPSIS

Judul Materi: Penanaman Padi dengan Sistem Jajar Legowo (Jarwo)

Bagian awal
Puji dan syukur atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dimana kita
dapat berkumpul ditempat ini dalam rangka penyuluhan pertanian mengenai
penerapan penanaman padi dengan sistem jajar legowo (Jarwo).
Bagian utama
Sistem tanam padi jajar legowo merupakan salah satu teknik produksi yang
memungkinkan tanaman padi dapat menghasilkan produksi yang cukup tinggi serta
memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian organisme
pengganggu tanaman. Padi merupakan tanaman pangan utama penduduk, sebagian
besar diproduksi di lahan sawah. Belum optimalnya produktivitas padi lahan sawah
antara lain karena serangan hama, penyakit dan gulma. Melalui perbaikan cara
tanam padi dengan sistem jajar legowo diharapkan selain dapat meningkatkan
produksi, pengendalian organisme pengganggu dan pemupukan mudah dilakukan.
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang berasal dari kata “lego (lega)”
dan “dowo (panjang)” yang secara kebetulan sama dengan nama pejabat yang
memperkenalkan cara tanam ini.
Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar legowo
adalah sebagai berikut:
1. Menambah jumlah tanaman padi;
2. Meningkatkan produksi tanaman padi;
3. Memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir;
4. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan
pemeliharaan dan perawatan;
5. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama
tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di
dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka, kelembaban juga akan
menjadi lebih rendah sehingga perkembangan hama penyakit dapat ditekan.
6. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam
barisan.
Dalam prakteknya ada beberapa jenis atau tipe sistem tanam jajar legowo
yang biasa digunakan oleh petani padi, antara lain legowo 2 : 1, legowo 3 : 1,
legowo 4 : 1, legowo 5 : 1, legowo 6 : 1 dan legowo 7 : 1. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sistem tanam
jajar legowo 4 : 1 adalah tipe terbaik untuk meningkatkan jumlah produksi gabah.
Sedangkan untuk menghasilkan gabah yang berkualitas atau gabah untuk
kebutuhan benih disarankan untuk menggunakan tipe legowo 2 : 1.
a) Legowo 2 : 1 adalah tipe jajar legowo dimana setiap dua baris tanaman
diselingi oleh satu barisan kosong. Jarak tanam tipe legowo 2 : 1 adalah 20
cm x 10 cm x 40 cm (jarak antar barisan, jarak antar tanaman/barisan
pinggir, jarak barisan kosong). Tipe ini akan menghasilkan gabah
berkualitas sehingga banyak digunakan untuk memproduksi benih padi.
b) Legowo 3 : 1 adalah tipe jajar legowo dimana setiap tiga baris tanaman
diselingi oleh satu barisan kosong. Tipe ini memiliki 2 baris tanaman
pinggir dan 1 baris tanaman tengah. Jarak tanam adalah 20 cm (antar barisan
dan jarak antar tanaman pada barisan tengah) x 10 cm (antar tanaman
pinggir) x 40 cm (jarak barisan kosong).
c) Legowo 4 : 1 adalah tipe jajar legowo dimana setiap empat baris tanaman
diselingi oleh satu barisan kosong. Tipe ini memiliki 2 baris tanaman
pinggir dan 2 baris tanaman tengah. Jarak tanam adalah 20 cm (antar barisan
dan jarak antar tanaman pada barisan tengah) x 10 cm (antar tanaman
pinggir) x 40 cm (jarak barisan kosong). Tipe ini baik untuk meningkatkan
jumlah produksi gabah.

Adapun komponen teknologi jajar legowo super diantaranya adalah:


1. VUB dengan potensi hasil tinggi seperti varietas Inpari 30 Ciherang sub 1
dengan potensi hasil 13,9 ton GKP/ha, varietas inpari 32 HDB dengan
potensi hasil 14,4 ton GKP/ha, dan varietas Inpari 33 dengan potensi hasil
10 GKG/ha. Varietas ini memiliki keunggulan yang berbeda satu dengan
lainnya dengan tingkat kestabilan produksi yang baik serta unggul dalam
beradaptasi terhadap cekaman biotik dan abiotik.
2. Pemberian pupuk organik, seperti pupuk Bokashi, kompos atau kotoran
hewan yang sudah difermentasi dengan Biodekomposer. Dosis yang
diberikan adalah 1-2 ton/ha. Perlakuan dilakukan sebelum pengolahan tanah
ataupun bersamaan dengan pengolahan tanah kedua. Biodekomposer
sendiri merupakan inovasi teknologi perombak bahan organk.

Cara penggunaan bidekomposer yaitu dengan memberikan 2 liter


Biodekomposer untuk 2 ton kotoran hewan atau juga jerami . Campurkan
dengan 400 liter air bersih. Lalu siramkan biodekomposer secara merata
pada tunggul dan jerami di petakan sawah. Langkah selanjutnya adalah
lakukan gelebeg dengan traktor. Setelah itu biarkan tanah dalam kondisi
lembab selama 7 hari. Kelebihan biodekomposer adalah mampu
mempercepat waktu pengomposan jerami dari 2 bulan hingga 3-4 minggu.
Biodekomposer juga membantu meningkatkan ketersediaan hara NPK di
dalam tanah sehingga lebih efisien dan dapat menekan perkembangan
penyakit tular tanah
3. Pemberian pupuk hayati untuk meningkatkan kesuburan dan kesehatan
tanah, diperlukan mikroba. Pupuk hayati memiliki mikroba non patogenik
yang dapat menambat nitrogen, melarutkan fosfat dan menghasilkan
fitohormon. Fitohormon merupakan zat pemacu tumbuh tanaman.
Keunggulan lainnya yang dimiliki oleh pupuk ini adalah kandungan
mikroba yang memiliki aktivitas enzimatik yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan, pembungaan, pemasakan biji, meningkatkan vigor dan
viabilitas benih. Agritani sendiri menyediakan beberapa jenis pupuk hayati
seperti BioTan10 dan Pupuk Hayati Primanu.
4. Persemaian dalam budidaya padi jajar legowo super adalah dengan
menggunakan persemaian system dapog karena bibit ditanam dengan
menggunakan alat tanam transplanter. Benih disebar dalam media dapog
yang berukuran 18 x 56 cm dengan jumlah benih sekitar 100-125
gram/kotak. Dapog dibuat secara insitu menggunakan plastik lembaran
dengan media tanam terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang.
Perbandingan antara keduanya 3:2. Pada saat bibit berumur 14-17 hari
setelah semai (HSS) dengan ciri tinggi 10-15 cm dan sudah memiliki 2-3
helai daun. Langkah selanjutnya adalah menanam bibit dengan
menggunakan mesin indojarwo transplanter. Penggunaan alat ini bertujuan
untuk mengefisienkan waktu tanam dan tenaga kerja petani.
5. Penyulaman dilakukan tidak boleh melebihi dari 2 minggu setelah tanam.
Pemupukan organik dengan memberikan pupuk kandang yang telah matang
dan pemupukan anorganik dilakukan tiga kali yaitu pemupukan dasar pada
umur 7-10 hari setelah tanam (HST), pemupukan pertama pada umur 25-30
(HST) dan pemupukan kedua pada umur 40-45 (HST). Untuk kecukupan N
dapat dilakukan dengan menggunakan bagan warna daun (BWD) setiap 10
hari hingga menjelang berbunga.

Langkat, 19 Agustus 2018


Mahasiswa,

Daniel Alexander W
NIRM. 01.4.3.17.0466

Anda mungkin juga menyukai