LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui / Mengesahkan :
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang atas limpahan segala rahmat dan
Kami selaku penyusun laporan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah membantu kegiatan kami sehingga dapat terselesaikan
dengan baik. Segala kontribusi baik di lapangan maupun dalam penulisan tulisan ini sangat
Kami menyadari bahwa laporan yang telah kami buat ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan dan diperlukan banyak perbaikan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang
Penyusun
Page |3
DAFTAR ISI
V.2 Saran.............................................................................................................................. 21
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 23
Page |5
BAB I PENDAHULUAN
memiliki manfaat dari umbinya yang lebih beragam dari pada tanaman umbi lainnya.
1987; Lahiya, 1993 ; Jansen et al.,1996). Kandungan Glukomanan pada tanaman porang
paling tinggi dibandingkan dengan tanaman umbi lainnya (Ohtsuki, 1968; Rosman dan
Rusli, 1991; Jansen et al.,1996) dan juga merupakan satu-satunya sumber glukomanan
bukan pohon yang cukup tinggi (Plucknett, 1978; Suyatno, 1982). Adanya Glukomanan
membuat tanaman porang tidak hanya sebagai bahan pangan tetapi dapat digunakan
membentuk gel, kestabilan, pengental, dan penyerap air yang baik (Dave, Sheth,
McCarthy, Ratto, dan Kaplan, 1998; Pang, 2003; Zhang,Xie, dan Gan, 2005). Dalam
bidang kesehatan, glukomanan dapat membuat efek positif terhadap kesehatan, antara
lain menurunkan risiko kanker, berat badan, kolesterol jahat (LDL), dan mengurangi
konstipasi (Arvill dan Bodin, 1995;Chen et al., 2003; Gallaher et al., 2002; Salas-
Salvado´et al.,2008).
Keberagaman manfaat dari umbi tanaman porang menyebabkan nilai jual umbi yang
relatif tinggi. Menurut informasi hasil wawancara dengan petani tanaman porang di
Saradan, Madiun Jawa Timur pada tanggal 29 Januari 2014, umbi tanaman porang yang
basah atau baru diambil dari tanah dan dibersihkan tanahnya mempunyai harga
perKgnya 3000-3500, sedangkan umbi kering atau umbi yang dirajang kemudian
(Komunikasi pribadi, 2004 di dalam Suwarmoto, 2004) negara maju seperti jepang
membutuhkan 1000 ton gaplek umbi dari tanaman porang per tahun. Disisi lain, negara
Page |6
Indonesia pada tahun 1995-2003 hanya dapat mengeskpor rata-rata 119.231 kg. Hal
dan berpotensi menghasilkan pendapatan petani yang besar dari umbi tanaman porang.
hutan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) di sekitar batas kawasan. Porang ini
dapat tumbuh di ketinggian antara 600-700 mdpl. Sebagai tanaman umbi-umbian, porang
merupakan tanaman yang tidak banyak memerlukan sinar matahari sehingga dapat
tumbuh di bawah naungan tegakan dengan intensitas sinar matahari 50-60% untuk
pertumbuhan tanaman porang yang optimal. Kondisi tegakan di sekitar Pal batas
kawasan (TNGR) umumnya belum terlalu rapat sehingga tanaman porang seringkali
tumbuh di batas kawasan dengan Hutan Kemasyarakatn (HKm) atau kebun milik
masyarakat yang tutupan tajuknya belum begitu rapat. Olehnya itu, diperlukan kegiatan
untuk memperoleh data-data terkait keberadaan tanaman ini di sekitar batas kawasan
TNGR melalui kegiatan inventarisasi HHBK Porang sehingga dapat digunakan untuk
1.2 Tujuan
adalah mengetahui populasi dan sebaran porang di pal batas kawasan Resort Santong
Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR yang berbatasan langsung dengan kawasan Hutan
Kemasyarakatan (HKm).
Page |7
II.1 Taksonomi
Porang mampu tumbuh di ketinggian mencapai 700 meter di atas permukaan laut.
Tanaman ini juga sangat mungkin untuk dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan
tegakan tanaman lainnya. Umumnya umbi-umbi tanaman porang ini masih banyak ditemukan
di hutan-hutan liar dan masih belum banyak dibudidayakan. Berikut ini klasifikasi ilmiah
porang, yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonaea
Ordo : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Amorphophallus
: A. onchopyllus
II.2 Morfologi
Tanaman porang yang juga sering disebut dengan nama iles-iles adalah tanaman
diketahui banyak mengandung glucomannan berbentuk tepung atau serat alami yang
a. Akar
Porang mempunyai akar yang mulai tumbuh saat tanaman berumur 7 sampai
14 hari. Tak lama setelah itu akan tumbuh tunas daun baru. Akar porang tidak memiliki
Page |8
akar tunggang dan hanya berupa akar primer. Akar-akar ini akan tumbuh pada bagian
pangkal batang, namun sebagian lainnya akan terus muncul dan menyelimuti
umbinya.
Akar ini memiliki fungsi menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah untuk
kebutuhan pertumbuhan tanaman. Tak hanya itu, akar porang juga berfungsi untuk
memperkuat dan menegakkan batang tanaman. Akar porang juga dianggap sangat
unik, sebab akar ini akan terlihat kering dan seakan mati ketika memasuki dormansi
b. Batang
Batang porang termasuk jenis batang tunggal dan dapat memecah hingga
menjadi tiga batang sekunder. Batang tersebut akan memecah sekali lagi sehingga
Dalam setiap pertemuan batang akan memicu timbulnya bubil atau biasa
disebut dengan umbi katak. Katak porang warnanya cokelat agak kehitaman yang
berfungsi sebagai sarana perkembangbiakan. Selain itu, batang porang tidak memiliki
cabang dan tidak berkayu. Umumnya batang ini berwarna hijau disertai bercak-bercak
putih.
c. Bunga
Bakal bunga porang akan muncul dari umbi ketika usia tanaman telah
menginjak 4 tahun. Bunga porang tumbuh saat musim hujan telah tiba. Bunga ini akan
Ketika masa kuncup, mahkota bunga belum terlihat. Namun jika bunga
tersebut telah mekar sepenuhnya, maka akan terlihat mahkota bunga yang sempurna
dan menawan.
Page |9
Bunga porang berwarna merah jambu dengan bentuk seperti terompet. Perlu
diketahui, setiap umbi porang memiliki satu bunga yang ditopang oleh tangkai dan
mampu tumbuh vertikal seperti batang kecil dengan tinggi sekitar 20 sampai 30 cm.
d. Daun
Daun porang termasuk jenis daun majemuk dengan bentuk menjari. Hampir
pada setiap batangnya terdapat empat daun majemuk. Apabila proses pertumbuhan
tanaman normal, maka daun yang tumbuh mencapai sepuluh helai dengan tepian rata.
Ketika tanaman memasuki usia sekitar dua bulan, maka di bagian daun dan
pangkalnya akan dipenuhi katak atau bubil. Inilah yang membedakan porang dengan
Morfologi biji tanaman porang terdapat pada bagian buah yang tersusun di
setiap tongkolnya. Perbanyakan porang juga bisa dilakukan dengan cara menjadikan
Tanaman porang yang masih muda mempunyai buah berwarna hijau dan
terkadang berubah menjadi kekuningan. Dalam setiap tongkol terdapat 100 sampai
300 biji buah. Apabila tanaman telah dewasa, warna buahnya terlihat agak kemerahan
Porang merupakan tanaman yang toleran dengan naungan hingga 60 persen dan
bisa tumbuh pada tanah jenis apapun di ketinggian 0 hingga 70 mdpl. Bahkan sifat
tanaman ini memungkinkan untuk dibudidayakan di lahan hutan atau di bawah naungan
a. Ketinggian tempat
Tanaman porang mampu tumbuh pada ketinggian 200 - 700 meter diatas
b. Suhu Udara
Suhu udara optimum untuk porang adalah berkisar antara 25 - 35° C dan suhu
c. Curah Hujan
Tanaman porang membutuhkan curah hujan yang tinggi yaitu antara 1000 -
1500 mm/ pertahun. Namun porang tidak menghendaki air yang menggenang, maka
d. Intensitas Cahaya
e. Tanah
Porang membutuhkan tanah yang gembur dan humus yang tinggi. Jenis tanah
yang baik adalah tanah liat berpasir tanah liat berlempung dengan kisaran Ph antara
a. Letak
secara geografis berada pada 116°21’30” - 116°34’15” Bujur Timur dan 8°18’18” -
sebagai Kawasan Suaka Marga Satwa Gunung Rinjani yang ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda No. 115 staatblad Nomor 77 tanggal 17
Juli 1941. Status Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani ditetapkan secara definitif
P a g e | 11
23 Mei 1997 dengan luas ± 41.330 ha dan meliputi 3 (tiga) wilayah administratif
Lombok Tengah (3.648,64 ha/ ± 17 %) dan kabupaten Lombok Timur (25.864,24 ha/
± 53 %).
dalam wilayah kerja SPTN Wilayah I Lombok Utara yang memiliki luas areal kawasan
Desa Santong, Desa Persiapan Pansor, Desa Gumantar, Desa Selengen dan Desa
Salut. Adapun batas-batas wilayah kerja Resort Santong, Seksi Pengelolaan Wilayah
b. Tanah
Jenis tanah pada kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani terdiri dari tanah
regosol, litosol, andosol dan mediteran pada wilayah volkan dengan bahan induk
Keadaan tanah yang terdapat di kawasan hutan Resort Santong adalah daerah
dataran rendah dan sedang, sehingga tanahnya cocok untuk lahan pertanian dan
perkebunan serta memiliki bulan basah/ hujan sekitar 3 s/d 4 bulan, bulan kering/
kemarau 4 s/d 6 bulan dengan suhu rata-rata 20°C sampai dengan 32°C.
P a g e | 12
c. Topografi
dataran tinggi yang bergunung-gunung dengan ketinggian mulai 500 – 2.658 meter di
atas permukaan laut (Plawangan), memiliki kemiringan lahan yang bervariasi yaitu
datar, bergelombang, berbukit sampai terjal (15% - 40%) serta ditutupi oleh hutan
d. Potensi Kawasan
Potensi-potensi sumber daya alam hayati yang ada di wilayah kerja Resort
1. Flora
didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan dataran rendah dan tinggi seperti; Cemara
Mahoni, Bajur, Dadap, Kemiri, Minden, serta berbagai jenis rumput-rumputan dan
alang-alang.
2. Fauna
diantaranya Babi hutan, Kera abu-abu, Kijang, Landak, Lutung, Rusa, Ayam Hutan
dan berbagai jenis burung, seperti : Koa Kiao, Punglor, Kecial, Gendawa, Punai,
dilaksanakan selama 7 hari yaitu mulai tanggal 06 s/d 12 Februari 2020, sedangkan
lokasi pelaksanaan kegiatan ini berada di sekitar PAL batas kawasan di wilayah kerja
Resort Santong Seksi Pengelolaan Wilayah I Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.
1 2 3
TN 7 S. 08˚19'47.8" E. 116˚18'35.5"
TN 6 S. 08˚19'49.8" E. 116˚18'35.1"
TN 5 S. 08˚19'52.9" E. 116˚18'36.9"
Santong
TN 4 A S. 08˚19'53.9" E. 116˚18'37.1"
TN 3 S. 08˚19'58.2" E. 116˚18'36.6"
TN 1 S. 08˚20'02.5" E. 116˚18'27.7"
TN 31 S. 08˚19'09.7" E. 116˚19'32.4"
Gumantar
TN 32 S. 08˚19'06.2" E. 116˚19'34.4"
Resort Santong Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR terdiri dari 3 (tiga) orang petugas
pengumpulan data lapangan dan 1 (satu) orang petugas supervisi, sesuai surat tugas
SPW I BTNGR melibatkan 4 orang buruh / tenaga local dari masyarakat sekitar.
porang • GPS
inventarisasi
• Alat tulis
P a g e | 15
sistematik sampling, yaitu menentukan titik awal lokasi yang dianggap paling mewakili
populasi porang. Kemudian, dari titik awal dibuat plot pengamatan secara sistematik
dengan cara membuat jalur transek searah PAL batas sepanjang 300 meter. Masing-
masing jalur dibuat petak ukur/plot berukuran 2 x 2 meter dengan jarak 5 meter antar
plot. Asumsinya setiap pengukuran yg berbatasan dengan desa terdapat 60 petak ukur
2 x 2 meter. Adapun aspek yang dapat diamati adalah jumlah jenis, frekuensi dan
kerapatan penyebarannya.
2x2 2x2
meter meter
5 meter
1,5 meter maka diklasifikasikan tumbuhan bawah atau setingkat semai dengan ukuran
plot 2 x 2 meter. Pengumpulan data yang diambil dalam bentuk tally sheet adalah
jumlah jenis, tinggi dan diameter sehingga didapat nilai jumlah keseluruhan di seluruh
wilayah resort.
P a g e | 16
𝑓
Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan rumus 𝐹 =
𝑁
dimana (F) adalah nilai frekuensi, nilai (f) yaitu jumlah plot yang terdapat tanaman
porang dan nilai (N) adalah jumlah plot keseluruhan, masing-masing pengukuran di
IV.1 Hasil
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan telah ditemukan jumlah individu
porang sebanyak 521 individu. Jumlah terbanyak berada di sekitar pal batas Desa Santong
sebanyak 222 individu, sedangkan di sekitar pal batas Desa Salut ditemukan sebanyak 90
individu yang merupakan jumlah yang paling sedikit diantara tiga lokasi pengamatan. Porang
yang ditemukan memiliki ukuran tinggi rata-rata 32 cm dengan tinggi terendah 5 cm dan
Berdasarkan jumlah petak ukur perjalur pal batas dengan desa, frekuensi ditemukan
porang yang berbatasan dengan Desa Santong adalah sebanyak 0,78. Frekuensi tersebut
merupakan frekuensi yang paling tinggi diantara tiga lokasi pengamatan, keberadaan porang
ditemukan hampir merata di setiap petak ukur. Sedangkan frekuensi ditemukan porang yang
berbatasan dengan Desa Salut dan Desa Gumantar sama-sama memiliki frekuensi sebanyak
0,28. Meskipun pada jalur batas Desa Salut memiliki jumlah individu lebih banyak
dibandingkan Desa Gumantar, akan tetapi penyebarannya tidak merata atau tidak ditemukan
di semua petak ukur. Pada jalur batas Desa Salut terdapat lokasi petak ukur yang ditemukan
porang cukup melimpah dan di petak yang lainnya cukup jarang ditemukan sehingga nilai
frekuensi yang diperoleh sama dengan nilai pada jalur batas Desa Gumantar yaitu 0,28. Data
selengkapnya dapat dilihat pada table. Sedangkan dari hasil pengukuran peta lokasi
inventarisasi porang di Resort Santong, diperoleh total keseluruhan luas area hasil
Tabel. Jumlah dan Sebaran Populasi Porang Resort Santong Seksi Pengelolaan Wilayah I BTNGR
Jumlah Jumlah
Frekuensi
Batas Desa Pal Batas Koordinat Jenis per Jenis per
(F) per Jalur
Pal Jalur
1 2 3
TN 7 S. 08˚19'47.8" E. 116˚18'35.5" 20
TN 6 S. 08˚19'49.8" E. 116˚18'35.1" 48
TN 5 S. 08˚19'52.9" E. 116˚18'36.9" 19
Santong 222 0,78
TN 4 A S. 08˚19'53.9" E. 116˚18'37.1" 90
TN 3 S. 08˚19'58.2" E. 116˚18'36.6" 18
TN 1 S. 08˚20'02.5" E. 116˚18'27.7" 27
TN 31 S. 08˚19'09.7" E. 116˚19'32.4" 80
Gumantar 90 0,28
TN 32 S. 08˚19'06.2" E. 116˚19'34.4" 10
IV.2 Pembahasan
pertumbuhan suatu organisme dan setiap spesies hanya dapat hidup pada kondisi abiotik
tertentu yang berada dalam kisaran toleransi tertentu yang cocok bagi organisme tersebut.
Secara umum, pertumbuhan porang dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertumbuhan jamur
dipengaruhi oleh ketingggian tempat, suhu udara, curah hujan, intensitas cahaya , dan jenis
tanah. Cahaya matahari, suhu udara dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan
yang penting bagi pertumbuhan porang. Porang umumnya tumbuh pada tempat dengan
ketinggian antara 200 – 700 mdpl. Berkaitan dengan hal itu, variasi suhu yang rendah dan
kelembaban yang relatif tinggi sangat berkaitan dengan curah hujan yang tinggi. Pada sisi
lain, semakin tinggi intensitas penyinaran cahaya matahari suatu habitat maka keberadaan
jenis porang semakin rendah, karena suhu meningkat dan pada kondisi habitat seperti itu
Dari keseluruhan 521 individu porang yang ditemukan selama kegiatan, tidak semua
porang dapat dijumpai di seluruh petak ukur pada jalur pal batas desa. Ada yang ditemukan
hampir merata pada setiap petak ukur dan ada yang hanya ditemukan mengelompok pada
beberapa petak ukur pada jalur pal batas desa. Pada jalur petak ukur pal batas desa yang
berbeda terdapat jumlah individu porang yang berbeda. Perbedaan jumlah jenis yang
ditemukan di antara jalur petak ukur pal batas desa dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi
habitat atau iklim mikro pada masing- masing lokasi. Dari perbedaan lokasi tersebut maka
berbeda pula intensitas penyinaran cahaya matahari di tiap-tiap jalurnya, sehingga hal ini akan
mempengaruhi suhu dan kelembaban di sekitar tempat tumbuh porang yang ditemukan.
Diantara semua tipe jalur petak ukur yang paling banyak ditemukan pada kegiatan
inventarisasi ini terdapat pada jalur petak ukur pada pal batas Desa Santong yaitu sebanyak
P a g e | 20
222 individu, sedangkan jumlah paling sedikit ditemukan pada jalur petak ukur pal batas Desa
Gumantar (90 individu). Habitat pada jalur pal batas Desa Santong memiliki penutupan tajuk
pohon yang lebih rapat dengan jenis yang beragam. Sesuai dengan hal itu, pada jalur ini
cahaya matahari sulit menembus masuk ke lantai hutan sehingga intensitas penyinaran
matahari pada lantai hutan sangat rendah dan akibatnya suhu di sekitarnya juga menjadi
rendah, kondisi ini mendukung pertumbuhan porang. Berbeda dengan jalur pal batas Desa
Gumantar memiliki penutupan tajuk yang relatif lebih jarang. Olehnya itu, cahaya matahari
lebih mudah masuk ke lantai hutan sehingga intensitas penyinaran matahari pada lantai hutan
relatif tinggi, hal ini kemudian diasumsikan dapat berakibat kenaikan suhu pada tempat
tersebut yang dapat menghambat pertumbuhan porang. Kondisi lain pada lokasi ini
didominasi oleh tumbuhan semak belukar, sehingga porang jarang ditemukan di tempat
V.1 Kesimpulan
individu porang sebanyak 521 individu. Jumlah terbanyak berada di sekitar pal batas Desa
Santong sebanyak 222 individu, dan yang paling sedikit berada di sekitar pal batas Desa Salut
ditemukan sebanyak 90 individ. Porang yang ditemukan memiliki ukuran tinggi rata-rata 32
cm dengan tinggi terendah 5 cm dan ukuran paling tinggi 90 cm. Sedangkan dari hasil
pengukuran peta lokasi inventarisasi porang di Resort Santong, diperoleh total keseluruhan
luas area hasil inventarisasi adalah seluas 201,4 Ha. Pertumbuhan porang sangat
dipengaruhi oleh factor lingkungan. Perbedaan jumlah jenis yang ditemukan di antara jalur
petak ukur pal batas desa dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi habitat atau iklim mikro
V.2 Saran
pengambilan data di lapangan sehingga diperlukan metode yang efektif untuk dapat
DAFTAR PUSTAKA
Chen, H. L., Sheu, W. H. H., Tai, T. S., Liaw, Y. P., dan Chen, Y. C., 2003. Konjac supplement
42
Lahiya, A.A. 1985. Pertanian di Nusantara. Jilid II Budidaya Tanaman Rempah-rempah. Seri
Rosman, R. dan S. Rusli. 1991. Tanaman iles-iles. Edisi khusus Littro. VII (2) : 17-21.
LAMPIRAN
LAMPIRAN DOKUMENTASI