Anda di halaman 1dari 35

Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

BAB

III GAMBARAN UMUM


3.1. WILAYAH PERENCANAAN
Pembangunan PPST ini dilaksanakan di Kelompok Hutan Pelangan (RTK 7) Dusun
Koal dan Lemer, Desa Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat,
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara administratif Kabupaten Lombok Barat memiliki luas
kurang lebih 1053,92 Km2, dan lahan yang dimanfaarkan untuk pembangunan PPST Lemer
ini adalah seluas 147 Ha atau 1,47 Km2. Gambar berikut memperlihatkan peta administrasi
wilayah Kabupaten Lombok Barat.

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Lombok Barat

3.2. ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH PERKOTAAN (RTRW)


3.2.1. Strategi Penataan Ruang
Untuk mewujdkan kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten maka startegi
penataan ruang wilayah kabupaten sebagai berikut:
1. Strategi pengembangan kawasan yang berbasis pertanian tanaman pangan dan
hortikultura, meliputi :
a. mengembangkan wilayah dengan potensi unggulan pertanian dan holtikultura
sebagai daerah produksi; dan
b. meningkatkan kuantitas dan kualitas pada sarana dan prasarana penunjang produksi.
2. Strategi peningkatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah dengan konsep
agroindustri, meliputi:

BAB III - 1
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

a. meningkatkan kualitas dan produktifitas kawasan pertanian dengan melakukan


teknologi tepat guna;
b. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang kawasan
agrobisnis dan agroindustri; dan
c. meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan agroindustri.
3. Strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berbasis potensi alam dan budaya,
meliputi :
a. mengembangkan kawasan pariwisata dengan obyek wisata unggulan;
b. mengelola, mengembangkan dan melestarikan peninggalan sejarah purbakala;
c. merevitalisasi nilai-nilai budaya serta situs/cagar budaya yang bernilai historis;
d. meningkatkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan;
e. meningkatkan kelembagaan dan pengelolaan pariwisata; dan
f. mengembangkan objek-objek wisata potensial.
4. Strategi penataan pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan ekonomi perkotaan yang
menunjang sistem pemasaran produksi pertanian, wisata dan potensi sumber daya
lainnya, meliputi:
a. menetapkan simpul-simpul pertumbuhan ekonomi wilayah;
b. memantapkan fungsi simpul-simpul wilayah;
c. memantapkan keterkaitan antar simpul-simpul wilayah dan interaksi antara simpul
wilayah dengan kawasan perdesaan sebagai hinterlandnya;
d. menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;
e. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh
pusat pertumbuhan; dan
f. mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya
5. Strategi pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung pemasaran hasil
pertanian, wisata dan potensi sumber daya lainnya, meliputi:
a. meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur jalan menuju kawasan pertanian,
pariwisata, dan kawasan yang memiliki potensi sumber daya lainnya;
b. mengembangkan sistem jaringan infrastruktur dalam mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi darat, laut, dan udara;
c. mengembangkan dan meningkatkan jalan lingkar perkotaan dan jalan lingkar utara-
selatan bagian barat wilayah kabupaten;
d. mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi dan informasi terutama di
kawasan terisolir; dan
e. meningkatkan jaringan energi dan kelistrikan dengan memanfaatkan energi
terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem
penyediaan tenaga listrik.
6. Strategi pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan peruntukan lahan, daya
tampung lahan dan aspek konservasi, meliputi:
a. mempertahankan luas kawasan lindung;
b. mempertahankan luasan hutan lindung dan mengembangkan luas kawasan hutan
minimal 30% dari luasan daerah aliran sungai;
c. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun
akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan
memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
d. menyelenggarakan upaya terpadu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas fungsi
kawasan lindung;

BAB III - 2
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

e. melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan air untuk musim
kemarau;
f. memelihara kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak
negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; dan
g. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup
tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
7. Strategi pengembangan kawasan budi daya dengan memperhatikan aspek keberlanjutan
dan lingkungan hidup, meliputi:
a. mendukung kebijakan mempertahankan fungsi hutan dalam kawasan hutan serta
mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali dengan
kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;
b. mengembangkan produksi hasil hutan kayu dari hasil kegiatan budi daya tanaman
hutan dalam kawasan hutan produksi;
c. memelihara kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai objek penelitian
dan pariwisata;
d. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari luas kawasan perkotaan;
e. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan
daya tampung kawasan;
f. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
g. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan perkotaan dengan
mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak sporadis untuk
mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur dan sarana kawasan perkotaan serta
mempertahankan fungsi kawasan perdesaan;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin
kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; dan
i. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya
secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin
kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai serta keanekaragamannya
8. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan, meliputi :
a. mendukung penetapan KSN dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar KSN
untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tak terbangun di
sekitar KSN sebagai zona penyangga yang memisahkan KSN dengan kawasan budi
daya terbangun; dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset – aset pertahanan/TNI.

3.2.2. Arah Pengembangan Tata Ruang


Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang
wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi
daya, dirumuskan dengan kriteria:
a. Berdasarkan pada strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Mempertimbangkan alokasi ruang wilayah kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan
sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan;

BAB III - 3
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

c. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah


kabupaten;
d. Mengacu rencana pola ruang wilayah nasional (RTRW nasional dan rencana rincinya),
rencana pola ruang wilayah provinsi (RTRW provinsi dan rencana rincinya), serta
memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
e. Dapat ditransformasikan ke dalam penyusunan indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
f. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten secara garis besar terdiri atas: kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Jenis, luas, dan persentase masing-masing rencana kawasan
peruntukan lindung dan budidaya disajikan pada berikut :

Tabel 3.1 : Rencana Pola Ruang Kabupaten Lombok Barat s/d tahun 2031
RENC.POL LUAS
ORDE 1 ORDE 3 %
A RUANG (Ha)
Kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap Kawasan hutan lindung 22.170,50 24,02
kawasan bawahannya
Sempadan pantai 934,72 1.01
Kawasan perlindungan
Sempadan sungai 1.355,62 1,47
setempat
Sempadan sekitar waduk 42,73 0,05
Kawasan
Taman Hutan Raya 2.133,52 2,31
Lindung
Taman Wisata Alam 3.038,67 3,29
Kawasan konservasi Kawasan konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau 61,35 0,07
Kecil
Kawasan rawan bencana
Kawasan Rawan Bencana 2.264,48 2,45
longsor
Kawasan ekosistem Kawasan ekosistem
420,42 0,46
mangrove mangrove
  Total Kawasan Lindung   32.422,02 35,13
Kawasan hutan produksi
9.292,86 10,07
terbatas
Kawasan hutan produksi
Kawasan hutan produksi
1.253,63 1,36
tetap
Kawasan tanaman
12.552,59 13,60
Kawasan pertanian pangan
Kawasan perkebunan 19.743,33 21,39
Kawasan perikanan
Kawasan perikanan 193,20 0,21
budidaya
Pertambangan Mineral
89,59 0,10
Kawasan Kawasan Pertambangan Logam
Budidaya dan Energi Kawasan Pembangkit
19,83 0,02
Tenaga Listrik
Kawasan peruntukan
Kawasan industri 527,93 0,57
industri
Kawasan pariwisata Kawasan pariwisata 6.814,27 7,38
Kawasan permukiman
5.483,10 5,94
perkotaan
Kawasan permukiman
Kawasan permukiman
3.879,06 4,20
perdesaan
Kawasan pertahanan dan Kawasan pertahanan
19,20 0,02
keamanan dan keamanan
  Total Kawasan Budidaya   59.868,59 64,87

BAB III - 4
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

RENC.POL LUAS
ORDE 1 ORDE 3 %
A RUANG (Ha)
  Luas Total   92.290,61 100,00
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab. Lombok Barat

Gambar 3.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lombok Barat

3.3. KONDISI FISIK WILAYAH


3.3.1. Batas Administrasi
Secara administrasi Kabupaten Lombok Barat terbagi dalam 10 Kecamatan, 119
Desa dan 3 Kelurahan. Kecamatan Sekotong merupakan kecamatan dengan luas wilayah
terbesar sedangkan Kecamatan Kuripan merupakan kecamatan dengan luas wilayah
terkecil. Tabel berikut merupakan luas masing-masing wilayah di Kabupaten Lombok Barat
berdasarkan data BPS dan data dari Hasil digitasi Peta Dasar

Tabel 3.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Lombok Barat


Banyaknya Luas
No Kecamatan BPS (km2) Peta Dasar
Desa Dusun Kelurahan
(Ha)
1. Sekotong 9 106 - 529,38 34,425.05
2. Lembar 10 87 - 62,66 11,547.17
3. Gerung 11 71 3 62,30 6,030.78
4. Labuapi 12 133 - 107,62 2,387.90
5. Kediri 10 74 - 21,64 2,114.21
6. Kuripan 6 40 - 21,56 2,502.90
7. Narmada 21 133 - 107,62 12,878.09
8. Lingsar 15 94 - 96,58 11,547.16
9. Gunungsari 16 103 - 89,74 8,416.51
10 Batu Layar 34,11 4,267.60
9 63 -
.

BAB III - 5
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Banyaknya Luas
2
No Kecamatan BPS (km ) Peta Dasar
Desa Dusun Kelurahan
(Ha)
Lombok Barat 119 844 3 1 053,92 92,290.61
Sumber data : Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka Tahun 2019

3.3.2. Letak Geografi


Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kabupaten Lombok Barat memiliki luas wilayah kurang lebih 1053,92 Km 2 yang terdiri dari
10 kecamatan dan Kecamatan Gerung sebagai Ibu Kota Kabupaten dan sebagai pusat
Pemerintahan. Secara geografis wilayah Kabupaten Lombok Barat terletak di 1150 49,12’
04’’ – 1160 20’15,62’’ Bujur Timur dan 80 24’ 33,82’’ – 80 55’ 19’’ Lintang Selatan dengan
batas-batas wilayah :
● Sebelah Utara : Kabupaten Lombok Utara
● Sebelah Selatan : Samudera Indonesia,
● Sebelah Barat : Selat Lombok dan Kota Mataram,
● Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Tengah

3.3.3. Topografi, Geohidrologi, Klimatologi dan Tata Guna Tanah


A. Ketinggian / Kemiringan Tanah
Berdasarkan ketinggian wilayah Kabupaten Lombok Barat terdiri dari5 kelas yaitu
ketinggian 0-200 m, 200-500 m, 500-1500 m, 1500-2500 m, dan diatas 2500 m. Wilayah
yang berada pada ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut mencakup luas sebesar
13,601.68 ha atau 14.74 % dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat, ketinggian 200-500
meter mencakup luas wilayah sebesar 48,032.78 ha atau 52.05% dari luas wilayah
Kabupaten Lombok Barat, ketinggian 500-1500 meter dengan luas 20,987.43 ha atau
22.74% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat, dan ketinggian 1500-2500 meter seluas
9,552.01 ha atau 10.35% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat, dan wilayah yang
berada pada ketinggian >2500 meter adalah seluas 116.72 ha atau 0.13%. Data ketinggian
wilayah Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat pada tabel berikut di bawah.

Tabel 3.3. Ketinggian Wilayah Kabupaten Lombok Barat


N Persentas
o Ketinggian Luas e
1 0M 13,601.68 14.74
2 200 M 48,032.78 52.05
3 500 M 20,987.43 22.74
4 1500 M 9,552.01 10.35
5 2500 M 116.72 0.13
Luas Total 92,290.61 100.00
Sumber data : Hasil Analisis, 2019

Kemiringan tanah (lereng) adalah beda tinggi dari dua tempat yang berbeda yang
dinyatakan dalam persen artinya beberapa meter berbeda tinggi dari dua tempat yang
berbeda, yang dinyatakan dalam jarak 100meter mempunyai beda tinggi 2 meter. Lereng
atau kemiringan lahan dimaksud merupakan faktor yang sangat perlu dipertimbangkan
didalam segala kegiatan pembangunan terutama pembangunan yang bersifat fisik, hal ini
mengingat lereng atau kemiringan lahan sangat berpengaruh terhadap erosi permukaan
tanah semakin panjang dan semakin besar kemiringan lahan akan semakin cepat aliran
permukaan dan daya angkut dari aliran tersebut.

BAB III - 6
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Kemiringan tanah di Kabupaten Lombok Barat diklasifikasikan kedalam 5 kelas yaitu


kemiringan 0 -8 %, kemiringan 8 – 15 %, 15 – 25% dan kemiringan 25-40%, kemiringan
>40%. Sebagian besar wilayah Kabupaten Lombok Barat terletak pada kemiringan lereng 0-
8% sekitar 26.97% dari luas wilayah. kemudian wilayah yang memiliki kelerengan 25-40% di
Kabupaten Lombok Barat sekitar 22.99% dari luas total wilayah. Berikut merupakan tabel
kemiringan tanah di Kabupaten Lombok Barat.
Tabel 3.4. Tingkat Kemiringan Tanah di Wilayah Kabupaten Lombok Barat
Persentase
No Kelerengan Luas (Ha)
(%)
1 0-8% 24889.72 26.97
2 8%-15% 10763.31 11.66
3 15%-25% 15199.96 16.47
4 25%-40% 21216.95 22.99
5 >40% 20220.69 21.91
 Total 92290.61 100.00
Sumber data : BNPB,2019

B. Geohidrologi
Geohidrologi wilayah Kabupaten Lombok Barat dilalui oleh banyak aliran sungai dan
anak sungai, namun tidak semua sungai berair sepanjang tahun. Mata air yang ada di
wilayah Kabupaten Lombok Barat terdapat sekitar 146 sumber mata air yang airnya mengalir
ke sungai – sungai Meninting, Dodokan, Jangkuk, Babak dan Sekotong.
Potensi air baku di Kabupaten Lombok Barat untuk pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Minum (SPAM) selama sepuluh tahun ke depan pada umumnya tersedia.
Air permukaan yang dapat dimanfaatkan adalah : Sungai Meninting, Jangkok dan Babak.
Yang memerlukan upaya khusus untuk air baku serta air minumnya adalah Gerung, Kediri,
Narmada dan Lembar serta 2 (dua) Ibu Kota Kecamatan (IKK) dan 22 Desa. Berdasarkan
data dari BPS Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka 2019, jumlah sungai di Kabupaten
Lombok Barat adalah 20 buah, berikut merupakan tabel sungai per kecamatan di Kabupaten
Lombok Barat:

Tabel 3.5. Sungai di Kabupaten Lombok Barat


No Kecamatan Banyaknya Sungai Nama Sungai
 Kelep
1 Sekotong 2
 Pelangan
2 Lembar 1  Jelateng
 Babak
3 Gerung 2
 Dodokan
 Babak
4 Labuapi 2
 Remeneng
5 Kediri 1  Paku Keling
 Dodokan
6 Kuripan 3  Sulin/Lendang Lekong
 Dalem/Batu Kumbung
 Babak
7 Narmada 2
 Jangkok
 Jangkok
8 Lingsar 2
 Midang
9 Gunungsari 4  Meniting
 Pusuk
 Medas

BAB III - 7
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

No Kecamatan Banyaknya Sungai Nama Sungai


 Minang
10 Batu Layar 1  Meniting
Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018

C. Klimatologi
Kondisi iklim di sebagian besar Kabupaten Lombok Barat termasuk wilayah yang
beriklim tropis, dengan dua musim, yaitu musim kemarau yang berlangsung antara bulan Juli
hingga Oktober dan musim hujan antara bulan November hingga Juni dengan temperatur /
suhu udara pada tahun 2018 rata -rata 38,67ºC dan suhu maksimum terjadi pada bulan April
dengan suhu 33,4ºC serta suhu minimum 20,06ºC terjadi pada bulan Agustus. Kelembaban
udara berkisar antara 81%, kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Januari
sebesar 86,00% sedangkan kelembaban minimum terjadi pada bulan Oktober sebesar
77,00%.
Lamanya penyinaran matahari yang terjadi selama tahun 2018 rata-rata 77 %,
lamanya penyinaran matahari maksimum terjadi pada bulan Oktober sebesar 89,00% dan
lamanya penyinaran matahari minimum terjadi pada bulan Januari sebesar 43,00%.
Tekanan udara yang ditandai dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Tekanan udara berkisar antara 1.002,40 mbs – 1.008,00 mbs. Sedangkan keadaan curah
hujan pada tahun 2018 sebesar 171,5 mm dengan curah hujan terendah bulan Juli sebesar
0,00 mm dan curah hujan tertinggi pada bulan Januari sebesar 490,00 mm.

Tabel 3.6. Keadaan Iklim di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018


Temperatur °C Cura
Tekan h Penyinar
Kelembab
an Huja an
an Udara
Udara n Matahari
N Nisbi (%)
Bulan (mb) (mm (%)
o
)
Rat
a Min Max
rata
1. Januari 38,9 1.002,4
23,6 30,7
5 86 0 490 43
2. Februari 1.004,8
39,1 23,4 31,4
84 0 252 79
3. Maret 1.004,2
39,5 23,2 32,6
82 0 147 75
4. April 1.005,0
40,1 23,4 33,4
80 0 104 82
5. Mei 1.006,0
38,5 22,3 32,4
80 0 105 87
6. Juni 1.007,3
37,4 21,6 31,6
82 0 117 84
7. Juli 1.007,3
36,4 20,9 31
80 0 - 87
8. Agustus 36,1 1.008,0
20,6 31,1
5 80 0 18 78
9. Septemb 37,6 1.008,0
21,5 32,3
er 5 79 0 45 83
1 Oktober 38,9 22,3 33,2 77 1.007,6 4 89

BAB III - 8
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Temperatur °C Cura
Tekan h Penyinar
Kelembab
an Huja an
an Udara
Udara n Matahari
N Nisbi (%)
Bulan (mb) (mm (%)
o
)
Rat
a Min Max
rata
0. 0
1 Novemb 1.006,0
40,5 24,2 32,6
1. er 82 0 428 70
1 Desemb 1.004,6
40,9 24,9 32
2. er 83 0 348 64
38,6 22,6 32,0 1.005,9 171,
Rata – Rata 81 77
7 6 3 3 5
Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat, 2019.

D. Geologi dan Jenis Tanah


Geologi di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari delapan jenis yaitu Alluvial, batuan
gunungapi tanpa diferensiasi, batuan teroboan, formasi kalibabak, formasi kalipalung,
formasi kawangan, formasi lekopiko, dan formasi pengulung. Sebagian besar jenis geologi
yang terdapat di Kabupaten Lombok Barat adalah Formasi Pengulung yaitu 40,102.27 Ha.
Formasi Pengulung tersebut sebagian besar terletak pada Kecamatan Sekotong dan
sebaian wilayah Kecamatan Lembar. Jenis geologi terluas kedua adalah Alluvial yaitu seluas
19,221.09 Ha yang tersebar di Kecamatan Labuapi, Kediri, Gerung, sebagian Lembar,
Kuripan, Narmada, Gunungsari, dan Batulayar. Berikut merupakan tabel jenis batuan geologi
di Kabupaten Lombok Barat.
Tabel 3.7. Jenis Geologi Kabupaten Lombok Barat
No Geologi Luas (Ha)
1 Alluvial 19,221.09
2 Batuan Gununggapi tidak terdiferensiasi 7,975.15
3 Batuan terobosan 1,097.73
4 Formasi Kalibabak 13,306.95
5 Formasi Kalipalung 982.82
6 Formasi Kawangan 1,504.22
7 Formasi Lekopiko 8,100.38
8 Formasi Pengulung 40,102.27
Sumber data: Badan Geologi Provinsi NTB, 2019

Jenis tanah di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari tiga jenis yaitu Kompleks Regosol Kelabu
dan Litosol, Mediteran Coklat, dan Alluvial Keabuan. Jenis tanah yang mendominasi di
Kabupaten Lombok Barat adalah Regosol dan Litosol yaitu seluas 66,405.11 Ha. Jenis tanah
Regosil memiliki tingkat kesuburan yang sedang, dan teksturnya berpasir. Jenis tanah ini
tersebar hampir di seluruh kecamatan d Kabupaten Lombok Barat. Jenis tanah Mediteran
coklat tersebar di bagian utara wilayah Lombok Barat yaitu di bagian utara Kecamatn Batu
Layar, Gunungsari, Lingsar, dan Narmada. Jenis tanah di Kabupaten Lombok Barat dapat
dilihat pada tebel berikut:

Tabel 3.8. Jenis Tanah Kabupaten Lombok Barat


No Jenis Tanah Tekstur Tanah Luas

BAB III - 9
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

1 Komp. Reg. Kelabu dan Litosol Lempung berpasir 66,405.11


2 Mediteran Coklat Lempung berdebu 22,151.92
3 Alluvial Kelabuan Liat berdebu 3,733.58
Luas Total 92,290.61
Sumber data: Badan Geologi Provinsi NTB,2019

E. Tata Guna Tanah


Proporsi penggunaan lahan Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2018 meliputi
sawah 17.326 Ha, bukan sawah 41.274,7 Ha, dan lahan bukan pertanian sebesar 27.581,1
Ha. Di Kabupaten Lombok Barat yang paling luas penggunaan lahannya yaitu di Kecamatan
Gerung yaitu meliputi sawah seluas 3.040,2 Ha, bukan sawah seluas 41.274,7 dan lahan
bukan pertanian seluas 14.720,8 Ha.

Tabel 3.9. Tata Guna Tanah di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018
Penggunaan Lahan
Lahan
No Kecamatan Bukan
Sawah Bukan Jumlah
Sawah
Pertanian
1 Sekotong 2.573,58 3.557,00 898,42 7.029,00
2 Lembar 3.031,17 417,91 2.780,92 6.230,00
3 Gerung 3.040,20 15.284,00 14.720,80 33.045,00
4 Labuapi 1.475,70 329,40 947,90 2.753,00
5 Kediri 1.389,00 270,00 505,00 2.164,00
6 Kuripan 1.252,00 662,10 241,90 2.156,00
7 Narmada 2.030,85 6.657,31 2.071,84 10.762,00
8 Lingsar 1.456,40 7.325,40 876,20 9.658,00
9 Gunungsari 720,30 4.166,80 4.087,00 8.974,00
10 Batulayar 203,50 2.561,00 646,50 3.411,00
17.326,0
41.274,70 27.581,10 86.182,00
Jumlah/Total 0
Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat 2019

Berdasarkan hasl digitasi, penggunaan lahan di Kabupaten Lombok Barat didominasi


oleh penggunaan lahan hutan, sawah, dan tegalan. Secara umum kawasan hutan di
Kabupaten Lombok Barat sekitar 54.77% dari luas wilayah. Sedangkan luas lahan sawah
sekitar 16,139.16 Ha atau sekitar 17.48% dari total luas wilayah. Sedangkan untuk daerah
terbangun di Kabupaten Lombok Barat adalah 7,946.18 ha atau 8.61% dari luas wilayah.

Tabel 3.10. Penggunaan Lahan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018


No Penutup Lahan Luas Persentase
1 Bangunan Industri, Perdagangan dan Perkantoran 298.13 0.32
2 Bangunan Non Permukiman Lainnya 135.29 0.15
3 Bangunan Permukiman Desa 4,342.11 4.70
4 Bangunan Permukiman Kota 3,400.63 3.68
5 Embung 2.98 0.00
6 Hamparan Pasir 264.09 0.29
7 Hutan Bakau/Mangrove 304.34 0.33
8 Hutan Kerapatan Rendah 1,695.41 1.84
10,343.1
11.21
9 Hutan Kerapatan Sedang 2
27,204.2
29.48
10 Hutan Kerapatan Tinggi 2
11 Jalan 40.66 0.04

BAB III - 10
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

No Penutup Lahan Luas Persentase


12 Kolam 26.23 0.03
13 Kolam Ikan Air Tawar 25.07 0.03
14 Padang Golf 58.54 0.06
15 Padang Rumput 260.85 0.28
16 Pelabuhan 21.27 0.02
17 Penggalian Sirtu 13.05 0.01
18 Perkebunan Campuran 8,880.47 9.62
19 Pertambangan Galian C 33.08 0.04
20 Rawa 73.14 0.08
16,874.4
18.28
21 Sawah 0
22 Semak Belukar 9,097.46 9.86
23 Sungai 387.45 0.42
24 Taman Kota 7.05 0.01
25 Tambak 405.01 0.44
26 Tegalan/Ladang 7,975.31 8.64
27 Tempat Pembuangan Akhir 20.63 0.02
28 Vegetasi Non Budidaya Lainnya 65.74 0.07
29 Waduk/Embung 34.91 0.04
92,290.6
100.00
  Total 1
Sumber data: Hasil digitasi Citra, 2019

Berdasarkan hasl digitasi, penggunaan lahan di Kabupaten Lombok Barat didominasi


oleh penggunaan lahan hutan, sawah, dan tegalan. Secara umum kawasan hutan di
Kabupaten Lombok Barat sekitar 54.77% dari luas wilayah. Sedangkan luas lahan sawah
sekitar 16,139.16 Ha atau sekitar 17.48% dari total luas wilayah. Sedangkan untuk daerah
terbangun di Kabupaten Lombok Barat adalah 7,946.18 ha atau 8.61% dari luas wilayah.

3.3.4. Sumberdaya Alam


Potensi sumberdaya alam di Kabupaten Lombok Barat meliputi sumberdaya alam
non hayati yaitu : air, lahan, udara dan bahan galian, sedangkan sumberdaya alam hayati
yaitu hutan, flora dan fauna. Sumberdaya air di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari air
tanah (akuifer) termasuk mata air dan air permukaan. Berdasarkan atas besaran curah hujan
per tahun, hujan lebih dan evapotranspirasi tahunan yang akan berpengaruh terhadap air
meteorologis sesuai dengan gradasi sebaran curah hujan, maka makin ke selatan wilayah
Kabupaten Lombok Barat makin sedikit ketersediaan air meteorologisnya.

A. Mata Air
Berdasarkan data yang tersedia jumlah mata air di Kabupaten Lombok Barat pada
tahun 2008 berjumlah 146 buah yang tersebar di Kecamatan Batulayar (7 buah), Kecamatan
Gunungsari (23 buah), Lingsar (35 buah), Narmada (81 buah). Dari 146 buah mata air
tersebut, sebanyak 138 mata air mempunyai debit sebesar 1-50 lt/det, sebanyak 5 mata air
mempunyai debit sebesar 51 -100 lt/det dan debit diatas 100 lt/det sebanyak 3 mata air. Dari
sejumlah 146 buah yang sudah dimanfaatkan sebanyak 30 mata air oleh PDAM maupun
Desa. Dengan memperhatikan kondisi terjadinya penebangan hutan secara liar dan adanya
konversi lahan dari lahan kebun, hutan, pertanian ke lahan pemukiman maka jumlah mata
air cenderung akan berkurang jika tidak dilakukan perlindungan sumber mata air.

Tabel 3.11. Jumlah Mata Air di Kabupaten Lombok Barat

BAB III - 11
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

No Kecamata Jumlah
Debit Ket
. n Mata Air
1. Narmada 81 titik  2 titik dengan debit 100
l/detik
 2 titik dengan debit 51-100
l/detik
 77 titik dengan debit 1-50
l/detik
30 titik dari
2. Lingsar 35 titik  1 titik dengan debit 100
keseluruhan 146
l/detik
titik, telah
 1 titik dengan debit 51-100
dimanfaatkan oleh
l/detik
PDAM dan desa
 33 titik dengan debit 1-50 sebagai sumber air
l/detik baku
3. Gunung 23 titik  2 titik dengan debit 51-100
Sari l/detik
 21 titik dengan debit 1-50
l/detik
4. Batulayar 7 titik Seluruhnya dengan debit 1-50
l/detik
Jumlah 146 titik
Sumber data: Balai Wilayah Sungai, Wil. Pulau Lombok (kementrian PU) Tahun 2008

B. Cekungan Air Tanah


Cekungan air tanah (CAT) merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas
hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbunan,
pengaliran, dan pelepaan air tanah berlangsung. Berdasarkan Kepmen PU No.
589/KPTS/M/2010, potensi cekungan air tanah di Pulau Lombok adalah 3,490 Km 2. CAT
Pulau Lombok terdiri dari CAT Mataram – Selong dan CAT Tanjung- Sambelia. CAT
Mataram- Selong berada pada Sub WS Dodokan sedangkan CAR Tanjung – Sambelia
berada pada Sub WS Putih.

Gambar 3.3. CAT di WS Lombok


CAT yang terdaapt di wilayah Kabupaten Lombok Barat adalah CAT Mataram-Selong
dan sedikit CAT Tanjung – Sambelia pada Kecamatan Narmada dan Lingsar. CAT Mataram
– Selong terdapat pada Kecamatan Batulayar, Gunungsari, Lingsar, Narmada, Labuapi,
Kediri, Kuripan, sebagian Gerung, dan sebagian Lembar.

BAB III - 12
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

C. Daerah Aliran Sungai


DAS merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan
air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke lau secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. Pada wilayah sungai Pulau Lombok terdapat 115 Daerah
Aliran Sungai (DAS). Kondisi DAS Pulau Lombok sebagai berikut:
- Terdapat 87 DAS surplus, 2 DAS kritis dan 26 DAS defisit (DAS surplus merupakan
DAS-DAS kecil)
- Terdapat 42 DAS utilitas dan 27 diantaranya merupakan utilitas tinggi.
Kabupaten Lombok Barat memiliki 44 DAS yang terdiri dari 3 SWP yaitu SWP
Dodokan, SWP Jelateng, dan SWP Putih. DAS yang termasuk dalam SWP Jelateng
tersebar di Kecamatan Batulayar, Gunungsari, Lingsar, Narmada, Kuripan, Labuapi, Kediri,
Gerung, dan sebagaian Lembar. DAS yang terdapat di SW Dodokan tersebar di Kecamatan
Sekotong dan sebagaian Kecamatan Lembar. Sedagkan SWP putih hanya terdapat pada
sebagian kecil wilayah Lingsar dan Narmada. Berikut merupakan tabel DAS dan SWP DAS
yang terdapat di Kabupaten Lombok Barat.

Tabel 3.12. DAS dan SWP DAS di Kabupaten Lombok Barat


N
SWP DAS O DAS LUAS KM2
1 Dodokan 86.49
2 Kokok Ancar 18.34
3 Kokok Babak 114.83
4 Kokok Batulayar 3.69
5 Kokok Jangkok 154.04
Dodokan 6 Kokok Meninting 104.27
7 Koloh Batubolong 7.15
8 Koloh Kerandangan 5.42
9 Koloh Mangsit 1.77
10 Koloh Senggigi 4.23
11 Teloke 12.12
Dodokan Total     512.36
Jelateng 12 Eat Tongker 2.77
13 Erat Bengkang 15.33
14 Erat Blongas 28.98
15 Erat Gawahpadak 10.20
16 Erat Labuankuwe 5.26
17 Erat Orong Gudang 23.69
18 Erat Pandanan 6.30
19 Erat Pemalikan Agung 6.32
20 Erat Pemalikan Alit 3.57
21 Erat Peretan 14.31
22 Gili Asahan 1.17
23 Gili Gede 3.24
24 Gili Goleng 0.06
25 Gili Layar 0.64
26 Gili Loangberayun 0.03
27 Gili Lontar 0.05
28 Gili Nanggu 0.14
29 Gili Poh 0.04
30 Gili Rengit 0.24

BAB III - 13
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

N
SWP DAS O DAS LUAS KM2
31 Gili Sarangburung 0.06
32 Gili Sudak 0.29
33 Gili Tangkong 0.19
34 Kali Pelangan 68.12
35 Kelep 141.27
36 Kokok Siung 23.52
37 Labuan Petung 9.87
38 Meang 5.23
39 Pengantap 3.62
40 Teluk Mekaki 27.25
Jelateng Total     401.76
Putih 41 Kali Segara 8.54
  42 Kali Sokong 0.01
  43 Koloh Malimbu 0.00
  44 Lokok Bentek 0.23
 Putih Total   8.79
Total     922.91
Sumber data: BWS NTB, 2019
Daerah irigasi merupakan kesatuan lahan yang mendapatkan air dari satu jaringan irigasi.
Sebaran jaringan irigasi di Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat berdasarkan pada
pengamat pengairan dan daerah irigasi. Secara kelompok, pengamat pengairan/daerah
irigasi dibagi menjadi tiga wilayah besar, yakni Gunungsari, Narmada, dan Kediri. Kondisi
dan sebaran jaringan irigasi ini dapat dilihat pada berikut.

BAB III - 14
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Tabel 3.13. Penetapan Daerah Irigasi Kabupaten Lombok Barat


LOKASI BANGUNAN UTAMA LUAS AREAL (Ha)
LUAS AREAL
NO NAMA DAERAH IRIGASI JENIS IRIGASI POTEN FUNGSIO
KABUPATEN KECAMATAN DESA SEMULA (Ha) BAKU
SIAL NAL
1 D I. Sandik Irigasi Permukaan Lombok Barat Batulayar Taman Sari 330 535.4   162
2 D I. Medas Irigasi Permukaan Lombok Barat Gunungsari Medas 67 120.8   51
3 D I. Ireng Daye Irigasi Permukaan Lombok Barat Gunungsari Midang 246 275.4   94
4 D I. Gegutu Irigasi Permukaan Lombok Barat Gunungsari Gegutu 141 220.7   156
5 D I. Penimbung Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Gegerung 450 509   183
6 D I. Menjeli Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Peteluan Indah 97 106   81
7 D I. Repok Pancor Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Segerongan 244 547   222
8 D I. Mencongah Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Karang Bayan 244 286   190
9 D I. Nyur baya Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Sari Baya 443 652   411
10 D I. Montang Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Batu Mekar 176 111   48
11 D I. Keru Irigasi Permukaan Lombok Barat Narmada Keru 833 991.6   610
12 D I. Buntopeng Irigasi Permukaan Lombok Barat Kuripan Kuripan Utara 190 540   246
13 D I. Pesongoran Kuripan Irigasi Permukaan Lombok Barat Kuripan Kuripan Utara 84 137   53
14 D I. Pelangan Irigasi Permukaan Lombok Barat Sekotong Pelangan 108 509   190
15 D I. Embung Bantir I,II Irigasi Permukaan Lombok Barat Gerung Banyu Urip 91 380   241
16 D I. Embung Telekung I,II Irigasi Permukaan Lombok Barat Lembar Sekotong Timur 285 104   49
17 D I. Embung Aik mual Irigasi Permukaan Lombok Barat Lembar Mareje 79 235   60
18 D I. Embung Kengkang Irigasi Permukaan Lombok Barat Sekotong Taman Baru 175 261   51
19 D I. Embung Telaga Lebur Irigasi Permukaan Lombok Barat Sekotong Telaga Lebur 223 186   70
20 D I. Embung Tibu Kuning Irigasi Permukaan Lombok Barat Sekotong Batu Putih 266 316.5   191
Sumber data: Dinas PUPR Kabupaten Lombok Barat, Tahun 2019

BAB III - 15
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Tabel 3.14. Peningkatan Status Daerah Irigasi Kabupaten Lombok Barat


LOKASI BANGUNAN UTAMA LUAS AREAL (Ha)
NO NAMA DAERAH IRIGASI JENIS IRIGASI KABUPATE KECAMATA
DESA BAKU POTENSIAL FUNGSIONAL
N N
1 D.I Suranadi Irigasi Permukaan Lombok Barat Narmada Suranadi     175
2 D.I Dam Bukit Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Langko     150
3 D.I Lendang guar Irigasi Permukaan Lombok Barat Sekotong Kedaro     125
4 D.I Bengkang Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Sekotong Buwun Mas     125
5 D.I Tangin Angin Irigasi Permukaan Lombok Barat Sekotong Buwun Mas     100
6 D.I Kambeng Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Lembar Sekotim     165
7 D.I Sideggang Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Lembar Sekotim     160
8 D.I Gelangsar Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Gunungsari Gelangsar     152
9 D.I Dopang Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Gunungsari Dopang     120
10 D.I Pandan Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Karang bayan     50
11 Irigasi D.I Batu Asaq Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Narmada Buwun Sejati     100
12 D.I Selen Aik Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Narmada Sedau     103
13 D.I Jurang Malang Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Narmada Pakuan     50
14 D.I Kumbi Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Narmada Pakuan     63
15 D.I Perapi Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Narmada Batu kumbung     62
16 D.I Lingkuk Mas Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Batu Mekar     64
17 D.I Kali manting Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Narmada Suranadi     50
18 D.I Golong Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Narmada Golong     57
19 D.I Selodong Irigasi Permukaan Lombok Barat Sekotong Buwun Mas     101
20 D.I Dao Kompleks Irigasi Permukaan Lombok Barat Gunungsari Mekarsari     94
21 D.I Sandik Lempat Irigasi Permukaan Lombok Barat Batulayar Pelempat     47
22 D.I Penimbung - Jelateng Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Gegerung     70
23 D.I Penimbung - Ketapang Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Gegerung     50
24 D.I Penimbung - Regung Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Penimbung     59
25 D.I Penimbung - Kekeri Irigasi Permukaan Lombok Barat Lingsar Kekeri     60
26 D.I Ireng Daye Kebon Talo Irigasi Permukaan Lombok Barat Gunungsari Sesela     57
27 D.I Keru - Peresak Monce Irigasi Permukaan Lombok Barat Narmada Peresak     40
28 D i. Embung Ketapang Irigasi Permukaan Lombok Barat Sekotong Batu Putih     60
Sumber data: Dinas PUPR Kabupaten Lombok Barat, 2019

BAB III - 16
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Gambar 3.4. Peta Ketinggian Wilayah Kabupaten Lombok Barat

Gambar 3.5. Peta Kelerengan Wilayah Kabupaten Lombok Barat

BAB III - 17
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Gambar 3.6. Peta Geologi Wilayah Kabupaten Lombok Barat

Gambar 3.7. Peta Jenis Tanah Kabupaten Lombok Barat

BAB III - 18
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Gambar 3.8. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Lombok Barat

Gambar 3.9. Peta Cekungan Air Tanah Kabupaten Lombok Barat

BAB III - 19
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Gambar 3.10. Daerah Aliran Sungai Kabupaten Lombok Barat

Gambar 3.11. Peta Daerah Irigasi menurut Kewenangan di Kabupaten Lombok Barat

BAB III - 20
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Sumber Daya Alam yang potensi untuk dikembangkan adalah Sumber Daya Hutan.
Untuk potensi sumberdaya kehutanan terdapat beberapa klasifikasi hutan. Kawasan lindung
adalah kawasan yang fungsi utamanya adalah melindungi kelestarian fungsi sumberdaya
alam/buatan serta nilai budaya dan sejarah bangsa, seperti kawasan hutan lindung dan
kawasan konservasi sehingga kawasan tersebut harus dilindungi dari kegiatan produksi dan
kegiatan manusia lainnya yang dapat mengurangi / merusak fungsi lindung.

a. Sumberdaya Hutan
Kawasan hutan di Kabupaten Lombok Barat berdasarkan SK.8104/MenLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/11/2018 terdiri dari Kawasan Hutan Gunung Rinjani, Gunung Sasak,
Pelangan, Rebanbela, Marejabonga dan Gunung Pepe, dan Suranadi. Luas Kawasan hutan
di Kabupaten Lombok Barat adalah 39,139.48 Ha. Berdasarkan fungsinya hutan di
Kabupaten Lombok Barat terdiri dari Hutan Lindung, Taman Hutan Raya, Taman Wisata
Alam, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Produksi Tetap.
 Hutan Lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan,
dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan. Kreteria
kawasan hutan lindung menurut PP No 13 Tahun 2017 tentang RTRW Nasional adalah
sebagai berikut:
a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan
yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 atau lebih
b. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40%
c. kawasan hutan yang memiliki ketinggian paling sedikit 2,000 meter di atas
permukaan laut
d. kawasan hutan yang mempunyai tanah sengat peka terhadap erosi dengan
kelerengan di atas lebih dari 15%

 Taman Hutan Raya ditetapkan berdasarkan beberapa kreteria, diantaranya adalah


sebagai berikut:
a. merupakan wilayah dengan ciri khas baik asli maupun buatan pada wilayah yang
ekosistemnya masih utuh ataupun wilayah yang ekosistemnya sudah berubah
b. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam
c. mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa

 Taman Wisata Alam ditetapkan berdasarkan beberapa kreteria diantaranya adalah


sebagai berikut:
a. memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau bentang alam, gejala alam,
serta formasi geologi yang unik
b. memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik alam
untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam
c. kondisi lingkungan di sektarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam

 Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Kawasan peruntukan hutan produksi ditetapkan dengan
kreteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hutan dengan
jumlah skor paling besar 174.

BAB III - 21
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Luas Hutan Lindung adalah 22,703.89 Ha, Taman Hutan Raya 2,182.24 Ha, Taman Wisata
Alam 3,109.15 Ha, Hutan Produksi Terbatas 9,629.01 Ha, dan Hutan Produksi Tetap dengan
luas 1,515.18 Ha.

Tabel 3.15. Luas Pembagian Hutan di Kabupaten Lombok Barat


No Kawasan Hutan Luas
1 Hutan Lindung 22,703.89
2 Hutan Produksi Terbatas 9,629.01
3 Hutan Produksi Tetap 1,515.18
4 Tahura 2,182.24
5 Taman Wisata Alam 3,109.15
  Luas Total 39,139.48
Sumber data: SK.8104/MenLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2018

b. Sumber Daya Pertanian


Salah satu potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Lombok Barat adalah sumber daya
pertanian. Berdasarkan data dari Kabupaten Lombok Barat dalam angka Tahun 2019, luas
lahan sawah di Kabupaten Lombok Barat adalah 17,154.70 Ha yang terdiri dari sawah irigasi
teknis seluas 12,980.62 Ha dan 4,192.08 Ha sawah tadah hujan.
Kecamatan Sekotong dan Kecamatan Gerung merupakan kecamatan yang memiliki luas
sawah paling besar di Kabupaten Lombok Barat. Luas Lahan Sawah di Kecamatan
Sekotong adalah 3,040.20 Ha dan di Kecamatan gerung seluas 3,031.17 Ha. Berikut
merupakan tabel luas sawah di Kabupaten Lombok Barat berdasarkan jenis pengairannya
tahun 2018.

Tabel 3.16. Luas Sawah di kabupaten Lombok Barat


No Kecamatan Teknis (ha) Tadah Hujan (ha)
1 Sekotong 706.70 3,040.20

2 Lembar 1,206.00 2,573.58

3 Gerung 2,580.17 3,031.17

4 Labuapi 1,475.70 1,457.70

5 Kediri 1,389.00 1,389.00

6 Kuripan 1,222.00 1,252.00

7 Narmada 2,030.85 2,030.85

8 Lingsar 1,446.40 1,456.40

9 Gunungsari 720.30 720.30

10 Batu Layar 203.50 203.70

Jumlah 12,980.62 17,154.70


Sumber data: Kabupaten Lombok Barat dalam Angka Tahun 2019

c. Sumberdaya Kelautan
Kabupaten Lombok Barat memiliki produk perikanan laut yang cukup banyak. Hal tesebut
karena Kabupaten Lombok Barat memiliki sebagian wilayah yang berbatasan langsung
dengan lautan. Sebagian besar nelayan di Kabupaten Lombok Barat menangkap ikan
dengan cara tradisional sehingga hasil produksi perikanan laut tidak menunjukan
peningkatan yang signifikan. Selain memiliki potensi perikanan laut, Kabupaten Lombok
Barat juga memiliki perikanan darat.

BAB III - 22
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Barat dapat dibagi menjadi ikan air payau, ikan air
tawar, dan ikan laut. Pada Tahun 2018 jumlah produksi ikan terbesar adalah ikan air tawar
dengan jumlah total produksi adalah 10,162.5 ton. Selanjutnya produksi ikan air laut dengan
jumlah produksi 8,525.7ton dan yang paling kecil adalah produksi ikan air payau yaitu
sebanyak 2,593.4 ton.
Produksi ikan air payau dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami flukatuasi. Pada
Tahun 2014 produksi ikan air payau adalah 610,7 ton kemudian meningkat tajam pada
Tahun 2015 menjadi 1,469.3 ton namun pada Tahun 2016 dan 2017 mengalami penurunan
produksi mencapai 430.4 ton. Pada Tahun 2018 produksi ikan air payau kembali meningkat
menjadi 2,593.4 tong. Beberapa jenis ikan air payau yang terdapat di Lombok Barat adalah
ikan bandeng, belanak, mujair, udang windu, udang putih, udang api-api, dan lainnya. Ikan
bandeng merupakan jenis ikan air payau dengan produksi yang paling besar disetiap
tahunnya.

Tabel 3.17. Produksi Ikan Air Payau (ton) Tahun 2014-2018


No Jenis Ikan 2014 2015 2016 2017 2018
1 Ikan Bandeng 545.9 823.6 1,824.59 2,740.59 2,589.6

2 Ikan Belanak - 234.5 - - -

3 Ikan Mujair - - 418.3 418.3 -

4 Ikan Lain-Lain - 338.6 0.8 0.8 -

5 Udang Windu 17.5 14.0 3.1 3.1 2.2

6 Udang Putih 45.7 32.3 7.4 7.4 0.9

7 Udang Api-Api - - - - -

8 Udang lainnya 1.6 26.4 0.9 0.9 0.7

Jumlah 610.7 1,469.3 430.4 430.4 2,593.4


Sumber data: Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka 2019

Ikan air tawar di Lombok Barat diantaranya adalah ikan mas. Tawes, mujair, nila, gurami,
lele, udang, dan lainnya. Produksi ikan air tawar terbesar adalah ikan nilai dengan rata-rata
produksi mencapai 8,000 ton per tahun. Produksi ikan air tawar pada tahun 2014 hingga
tahun 2017 mengalami penurunan. Pada tahun 2014 produksi ikan air tawar adalah 12,799.4
ton sedangkan pada tahun 2017 produksi ikan air tawar menurun menjadi 9,354.49 ton.
Namun pada Tahun 2018 kembali meningkat menjadi 10,162.5 ton. Berikut merukan tabel
jumlah produksi ikan air tawar Kabupaten Lombok Barat pada Tahun 2014-2018

Tabel 3.18. Produksi Ikan Air Tawar (Ton) Tahun 2014-2018


No Jenis Ikan 2014 2015 2016 2017 2018
1 Ikan Mas 1,431.30 1,120.20 647.1 521.7 502.7
2 Ikan Tawes 52.4 79.6 68.9 61.1 58.5
3 Ikan Mujair - 32.5 - - 249.5
7,622.8
4 Ikan Nila 8,263.30 8,752.50 7,151.40 8005
2
5 Ikan Gurami 124.7 148.9 132.1 94.7 96.8
6 Ikan Lele 1,121.20 1,269.10 977.4 1054.17 1038.8
7 Ikan Lainnya 1,355.80 1,396.20 340.1   211.2
Udang dan Binatang Air
8 0.9 0.4 - - -
Lainya

BAB III - 23
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

12,799.4 12,799.4
Jumlah 9,316.90 9354.49 10,162.50
0 0
Sumber data: Kabupaten Lombok Barat dalam Angka Tahun 2019

Kabupaten Lombok Barat memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan laut
menyebabkan produksi ikan laut di Kabupaten Lombok Barat cukup besar. Beberapa jenis
ikan air di Kabupaten Lombok Barat adalah ikan sebelah, perepek, beloso, biji nangka,
gerot-gerot, merah bambangan, kerapu, lancam, kakap, kurisi, ekor kuninng, gulamah,
cucut, pari, laying, selar, kuwe, sunglir, terbang, belanak, julung-julung, teri, tembang,
lemuru, golok-golok, terumbuk, kembung, tenggiri, layur, cakalang, tongkol, jenis udang,
cumi-cumi, dan lainnya. Berikut merupakan tabel jumlah produksi perikanan air laut
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014 hingga 2018.

Tabel 3.19. Produksi Perikanan Laut (ton) Tahun 2014-2018


No Jenis Ikan 2014 2015 2016 2017 2018
1 Sebelah 52.9 28.5 60.4 65.1 68.3

2 Perepek 74.7 116.6 79.2 68.1 133.1

3 Beloso 13.4 10.1 16.1 21.7 23.0

4 Biji Nangka 33.1 29.6 36.7 43.4 46.5

5 Gerot-gerot 8.9 9.8 8.5 17.4 19.4

6 Merah Bambangan 69.9 88.0 73.5 86.8 88.7

7 Kerapu 63.6 44.7 15.2 64.8 74.0

8 Lencam 110.5 91.7 85.1 130.2 133.1

9 Kakap 88.4 17.3 14.9 39.1 88.7

10 Kurisi 225.4 257.2 214.6 183.1 184.9

11 Swangi

12 Ekor Kuning 26.0 21.0 4.4 41.7 44.4


13 Gulamah 4.0 4.6 5.0 9.5 11.8

14 Cucut 17.0 12.6 20.4 22.4

15 Pari 18.0 13.8 13.9 16.0

16 Alu-alu

17 Layang 167.0 164.6 187.4 94.2 101.4

18 Selar 309.1 255.2 367.5 175.8 181.5

19 Kuwe 81.3 62.8 64.7 106.8 111.1

20 Daun Bambu

21 Sunglir 262.1 227.7 385.5 380.6 326.7

22 Terbang 62.0 91.0 82.0 29.1

23 Belanak 174.3 234.5 170.4 82.0 90.9

24 Julung-julung 52.8 1.2 58.4 72.0 75.3

25 Teri 1,942.2 224.8 2,089.0 2,055.0 2,097.4

BAB III - 24
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

No Jenis Ikan 2014 2015 2016 2017 2018


26 Tembang 919.9 446.4 492.6 390.7 408.8

27 Lemuru 450.8 796.8 664.5 426.4 428.8

28 Golok-golok 21.7 19.8 21.6 22.6 24.0

29 Terumbuk 53.9

30 Kembung 714.0 806.6 745.0 1,256.4 1,257.4

31 Tenggiri 36.5 16.3 37.4 58.2 131.6

32 Layur 88.3 89.2 11.7 13.6

33 Cekalang 467.4 485.0 473.0 416.2 417.1

34 Tongkol 2,122.0 2,259.0 2687.2 3020.5 3,035.0

35 Jenis Udang 143.9 1,095.0 190,872.0 185.9

36 Cumi-cumi 35.3 34.5 33.0 33.2

37 Lainnya 1,470.7 338.6

Jumlah 9,017.8 7,166.4 7,906.6 199,126.4 8,525.7


Sumber data: Kabupaten Lombok Barat dalam Angka Tahun 2019

3.3.4. Karakteristik Wilayah


1. Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten Lombok Barat
terbagi menjadi 2 (dua) kawasan, yaitu :
a. Wilayah bagian tengah dan utara, merupakan wilayah dataran yang potensial untuk
pertanian basah, palawija, hortikultura dan perikanan air tawar yang membentang
dari Kecamatan Gunungsari, Lingsar, Narmada, Labuapi, Kediri dan Kuripan.
b. Wilayah bagian selatan, merupakan wilayah pegunungan dan perbukitan yang
ondisinya kering, yang potensial untuk pengembangan hutan lindung,
pengembangan pertanian lahan kering disamping itu juga mempunyai potensi
pariwisata, perikanan laut dan pertambangan meliputi wilayah Gerung, Lembar dan
Sekotong.

2. Berdasarkan jalur lintas antar daerah, Kabupaten Lombok Barat dilewati jalur jalan
Negara yang merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan antar kota di wilayah Nusa
Tenggara Barat, Provinsi Bali maupun Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jalur ini melewati
Kecamatan Lembar, Kecamatan Gerung, Kecamatan Labuapi dan Kecamatan Narmada
sehingga kecamatan – kecamatan tersebut menjadi wilayah yang cepat berkembang,
yaitu dari pertanian menjadi perdagangan dan jasa.

3. Berdasarkan pusat – pusat pertumbuhan wilayahnya sebagai hasil kegiatan


masyarakat dan mobilitas manusia dan barang, maka fungsi kota di Kabupaten Lombok
Barat dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Wilayah Aglomerasi, yaitu perkembangan kota dalam kawasan tertentu akibat
pengaruh keberadaan atau letaknya terhadap kota lain yang lebih dahulu
berkembang. Kota – kota tersebut di wilayah Kabupaten Lombok Barat yaitu
Kecamatan Gunungsari, Labuapi, Batulayar dan Narmada.
b. Wilayah sub Urban, yaitu wilayah perbatasan desa dan kota, meliputi kota – kota
Kecamatan Labuapi, Kuripan dan Kediri. Diharapkan beberapa tahun ke depan kota

BAB III - 25
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

– kota tersebut akan menjadi pusat pertumbuhan baru di wilayah Kabupaten Lombok
Barat.
c. Wilayah fungsi khusus / wilayah penyangga, yaitu merupakan wilayah yang
difungsikan sebagai kawasan lindung dan catchment area. Kawasan – kawasan
tersebut sebagian besar terletak di wilayah Kecamatan Sekotong, Lembar, Narmada,
Gunungsari, Lingsar dan Batulayar.

BAB III - 26
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Gambar 3.12. Peta kawasan Hutan Kabupaten Lombok barat

Gambar 3.13. Peta Lahan Pertanian di Kabupaten Lombok Barat

BAB III - 27
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

3.4. KONDISI SOSIAL EKONOMI, BUDAYA & KESEHATAN MASYARAKAT


3.4.1. Kependudukan
A. Kota Mataram
Kota Mataram tergolong daerah dengan tingkat heterogenitas tinggi di Provinsi NTB.
Penduduk yang tinggal di Kota Mataram berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda.
Suku Sasak merupakan suku mayoritas yang tinggal di Kota Mataram. Bahasa Sasak dan
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mayoritas digunakan oleh masyarakat di Kota
Mataram dalam kesehariannya. Hasil proyeksi penduduk berdasarkan data Sensus
Penduduk 2010 jumlah penduduk Kota Mataram tahun 2020 mencapai 429.651 jiwa,
meningkat sekitar 9,2 ribu jiwa dibandingkan tahun 2019. Laju pertumbuhan penduduk Kota
Mataram tercatat sebesar 0,63 % jika dibandingkan dengan tahun 2019. Menurut teori
komposisi penduduk, pertambahan ini terjadi karena tingkat kelahiran dan migrasi masuk
penduduk lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat kematian dan migrasi keluar
penduduk. Secara rata-rata pertambahan penduduk Kota Mataram mencapai hampir 25 jiwa
perhari. Mataram menjadi kota terpadat di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 2020,
setiap 1 km2 wilayah Kota Mataram dihuni oleh 7.940 jiwa. Kecamatan dengan kepadatan
penduduk tertinggi di Kota Mataram yaitu Kecamatan Ampenan, dengan kepadatan
penduduk sebesar 9.975 jiwa per km2. Kepadatan penduduk di Kota Mataram yang terus
bertambah ini berkaitan dengan luas wilayah administrasi yang terbatas (hanya 0,31 % total
wilayah NTB) dan posisinya yang strategis, yaitu sebagai pusat perekonomian dan
pemerintahan. Komposisi penduduk tahun 2020 lebih didominasi oleh perempuan. Secara
statistik, terdapat 98 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Adapun jumlah rumah tangga
pada tahun yang sama adalah sebanyak 133.493 rumah tangga.
Struktur umur penduduk dapat digambarkan
melalui diagram batang berbentuk piramida. Dengan
melihat gambar piramida penduduk secara sekilas kita
dapat mengetahui struktur umur penduduk dan
impilikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan dasar
penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki,
perempuan, dan lansia), sekaligus melihat potensi tenaga
kerja sehingga dapat diperhitungkan kebutuhan akan
tambahan kesepatan kerja yang harus diciptakan.
Berdasarkan struktur umurnya, penduduk Kota Mataram
didominasi oleh mereka yang berada pada kategori usia
produktif yakni 15-64 tahun. Besarnya diperkirakan hampir mencapai
70 % dari total penduduk Kota Mataram. Supply SDM
usia produktif yang cukup besar ini dapat mendorong
peningkatan jumlah angkatan kerja di Kota Mataram. Hal ini
bisa menjadi potensi ketika penduduk yang masuk pasar kerja memiliki keahlian yang
mumpuni dan didukung oleh tersedianya kesempatan kerja yang memadai. Keberadaan
mereka bisa memutar roda perekonomian dengan laju yang signifikan. Terkonsentrasinya
penduduk pada usia produktif ini disinyalir bisa meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Angka Beban Ketergantungan Kota Mataram tahun 2020 menunjukkan bahwa setiap 100
orang penduduk usia produktif secara rata-rata menanggung hidup 42 orang penduduk yang
belum produktif dan sudah tidak produktif. Jika beban tanggungan secara kuantitas
menurun, dengan asumsi pendapatan tidak berubah, tentunya kualitas hidup akan lebih baik
(dependensi rasio=42,98).
Kartu Keluarga (KK) adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang
susunan, hubungan dan jumlah anggota keluarga. KK wajib dimiliki oleh setiap keluarga. KK
memuat keterangan mengenai nomor KK, nama lengkap kepala keluarga dan anggota

BAB III - 28
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan,
dokumen imigrasi, dan nama orang tua. Menurut data yang bersumber dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Mataram, kepala keluarga yang tercatat memiliki
kartu keluarga tercatat sebanyak 91,43 % pada tahun 2020. Jumlah ini meningkat dibanding
tahun sebelumnya sebesar 85,77 %. Diharapkan di tahuntahun mendatang kesadaran
penduduk di Kota Mataram akan pentingnya dokumen kependudukan semakin tinggi.
Kartu keluarga yang telah diterbitkan tersebut kemudian menjadi dasar bagi
penerbitan KTP. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2006, KTP wajib dimiliki oleh semua
penduduk di Indonesia yang sudah berumur 17 tahun keatas atau mereka yang berumur di
bawah 17 tahun tetapi sudah menikah/kawin atau sudah pernah menikah/kawin. Dengan
memiliki KTP penduduk dengan mudah mengurus semua yang berkaitan dengan legalitas
serta memperoleh pelayanan sosial dan ekonomi dasar lainnya. Sepanjang tahun 2020,
penduduk yang memiliki KTP tercatat sebanyak 303.668 orang. Jumlah ini meningkat
sebanyak 1.453 orang dibandingkan tahun 2019 sebanyak 302.215 orang.

B. Kabupaten Lombok Barat


Sebagai subjek sekaligus objek dari pembangunan, penduduk merupakan aset
potensial bagi pembangunan. Pada tahun 2020 jumlah penduduk Kabupaten Lombok Barat
sebesar 721.490 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Lombok Barat 1,81 % dibandingkan
tahun 2018. Sex ratio yang berada di sekitar 95,79% memberikan gambaran bahwa
penduduk perempuan masih lebih banyak dari pada laki-laki di Lombok Barat. Jumlah rumah
tangga di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 195.159 rumah tangga. Kecamatan Gunung
Sari merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak 13,97%, sedangkan
Kecamatan Kuripan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit 5,56%.
Kecamatan Gerung memiliki perbedaan jumlah penduduk perempuan dan laki-lakinya cukup
jauh, sehingga hanya Kecamatan Gerung yang sex ratio-nya berada di level 80an,
sedangkan kecamatan lainnya berada di atas 90.
Jika dilihat dari sisi kelompok umur,
jumlah penduduk seperti halnya piramida,
dimana pada umur muda jumlah penduduk
lebih besar daripada jumlah penduduk usia
tua. Penduduk usia produktif memang
mendominasi di Lombok Barat, dan hanya
sebagian kecil saja yang merupakan
penduduk usia lanjut. Besarnya penduduk
usia 0 hingga 19 tahun dapat disikapi oleh
pemerintah dalam mengambil kebijakan
terutama dalam hal pendidikan. Karena
penduduk usia tersebut berada pada usia
sekolah, apabila mereka tidak memperoleh
pendidikan yang layak maka kualitas SDM
Lombok Barat akan rendah.
Penduduk usia 65 tahun ke atas juga meningkat. Hal ini mengakibatkan Rasio Beban
Tanggungan (dependancy ratio) Kabupaten Lombok Barat dalam tiga tahun terakhir
berkurang menjadi 50,48 %. Dependancy Ratio 50,48 % artinya dari 100 penduduk usia
produktif harus menanggung 50 penduduk usia non produktif. Penduduk usia produktif di
Lombok Barat lebih banyak menanggung penduduk usia 0-14 daripada penduduk usia 65
tahun ke atas. Kecamatan Kediri justru merupakan kecamatan terpadat di Lombok Barat.
Dengan luas wilayah hanya sebesar 21,64 km2 kepadatan penduduk di Kecamatan Kediri

BAB III - 29
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

mencapai 2.702 jiwa/km2. Beberapa kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota
Mataram menjadi kawasan pemukiman penyangga, yaitu Kecamatan Labuapi, Kecamatan
Gunungsari, Kecamatan Narmada, Kecamatan Lingsar, dan Kecamatan Batulayar. Sebagai
kecamatan penyangga, kepadatan penduduk di lima kecamatan tersebut juga memiliki
kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Status sebagai kecamatan penyangga secara tidak
langsung mempengaruhi perekonomian daerah tersebut.
Jumlah rumah tangga di Lombok Barat meningkat menjadi 195.159 rumah tangga
pada tahun 2020 dibanding tahun 2019 sebesar 192.401 rumah tangga. Namun,
peningkatan jumlah rumah tangga ini tidak membuat rata-rata anggota rumah tangga
bertambah.

C. Kabupaten Lombok Tengah


Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2010-2035, jumlah penduduk Kabupaten
Lombok Tengah tahun 2020 mencapai 1.034.860 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 1,80%. Sex ratio tahun 2019 sebesar 90, ini berarti dalam 100 penduduk
perempuan terdapat 90 penduduk laki-laki. Ada tiga kecamatan yang memiliki penduduk
terbanyak di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2020, yaitu Kecamatan Praya
sebanyak 125.890 jiwa, Kecamatan Pujut sebanyak 116.830 jiwa dan Kecamatan Jonggat
sebanyak 106.050 jiwa. Praya sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian Lombok
Tengah, Kecamatan Pujut sebagai pusat pariwisata Lombok Tengah, dan Kecamatan
Jonggat sebagai penyangga Kecamatan Praya dan memiliki potensi pertanian menjadi daya
tarik masyarakat untuk bertempat tinggal di tiga kecamatan tersebut. Jumlah rumah tangga
di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2020 sekitar 282.850 rumahtangga dengan rata-
rata jumlah anggota rumahtangga sebanyak empat orang. Rumah tangga terbanyak di
Kecamatan Praya dan yang terendah di Kecamatan Batukliang Utara. Dengan luas wilayah
mencapai 1.208,39 km2, dan jumlah penduduk sebanyak 1.034.860 jiwa, maka kepadatan
penduduk di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2019 mencapai 856 jiwa/km2. Ini berarti
setiap 1 km2 wilayah Kabupaten Lombok Tengah dihuni oleh 856 jiwa. Kecamatan terpadat
penduduknya pada tahun 2020 adalah Kecamatan Praya sekitar 1.883 jiwa/km2. Sedangkan
kecamatan Batukliang Utara merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya karena
hanya dihuni sekitar 292 jiwa/km2.
Apabila dilihat dari status perkawinan, lebih dari separuh penduduk berumur 10 tahun
ke atas berstatus kawin atau sekitar 61,88 % dan didominasi pleh penduduk laki-laki. Hanya
sebagian kecil yang berstatus cerai, baik cerai hidup maupun cerai mati atau sekitar 10,83
%. persentase penduduk perempuan yang berumur 10 tahun ke atas berstatus cerai lebih
banyak dibandingkan penduduk laki-laki.
Komposisi penduduk Kabupaten
Lombok Tengah dapat dilihat pada gambar
piramida penduduk. Bentuk piramida
penduduknya adalah piramida penduduk
muda (expansive). Ini menggambarkan
bahwa angka kelahiran lebih tinggi dibanding
angka kematian, sehingga banyak penduduk
usia muda. Penduduk Kabupaten Lombok
Tengah didominasi kelompok umur 0-4 tahun,
dengan komposisi penduduk lakilaki lebih
banyak dari perempuan. Semakin tinggi
kelompok umur, bentuk grafik semakin
mengecil. Khususnya pada kelompok umur
20-24 tahun. Hal ini disinyalir terjadi karena

BAB III - 30
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

pada usia tersebut, penduduk mulai keluar daerah untuk mencari pekerjaan, menikah atau
melanjutkan sekolah ke daerah lain.
Dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat diketahui tingkat
ketergantungan penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif yang
dikenal dengan istilah rasio ketergantungan. Semakin rendah rasio ketergantungan, semakin
rendah pula beban yang ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk
usia tidak produktif. Rasio ketergantungan Kabupaten Lombok Tengah tahun 2019 sebesar
51,35. Ini berarti dari 100 penduduk usia produktif harus menanggung 52 penduduk usia
tidak produktif.

3.4.2. Sosial Ekonomi, Budaya


A. Kota Mataram
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang memiliki peran sentral dalam
menggerakkan aktivitas perekonomian suatu wilayah. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) mencatat bahwa jumlah penduduk usia kerja di Kota Mataram tahun 2019
mencapai kisaran 361 ribu jiwa. Sebanyak 63,89 % dari jumlah tersebut merupakan mereka
yang benar-benar memiliki potensi dalam menggerakkan perekonomian, yang disebut
angkatan kerja. Dapat dikatakan bahwa 64 dari 100 penduduk usia kerja merupakan
angkatan kerja. Tingkat Penganggguran Terbuka (TPT) menggambarkan bagian dari
angkatan kerja yang tidak terserap oleh pasar tenaga kerja. Semakin kecil nilai TPT
menunjukan indikasi penyerapan tenaga kerja yang semakin baik.
Pada tahun 2019, 6 dari 100 penduduk Kota Mataram merupakan pengangguran.
Pasar tenaga kerja di Kota Mataram masih didominasi oleh dua lapangan usaha, yakni
perdagangan dan jasa-jasa. Kedua lapangan usaha tersebut menyerap lebih dari 60 %
tenaga kerja di Kota Mataram. Tahun 2019, tercatat 44,32 % tenaga kerja di Kota Mataram
menekuni profesi di sektor perdagangan, baik sebagai pengusaha, buruh/karyawan, pekerja
bebas, maupun pekerja keluarga. Sementara itu, posisi kedua diduduki oleh sektor jasa yang
menyerap 22,20 % tenaga kerja, sedangkan lapangan usaha pertanian merupakan lapangan
usaha yang menyerap tenaga kerja paling kecil, yaitu hanya sebesar 2,29 %. Hal ini sejalan
dengan kenyataan bahwa potensi pertanian Kota Mataram terhadap perekonomian sangat
kecil jika dibandingkan lapangan usaha yang lain.
Upah merupakan salah satu elemen penting dalam hubungan industrial yang
menyangkut pemenuhan hak kepada setiap pekerja. Undang-Undang Ketenagakerjaan
Nomor 13 Tahun 2003 melindungi hak setiap pekerja memperoleh penghasilan untuk
penghidupan yang layak sehingga pemerintah menetapkan upah minimum yang didasarkan
pada kebutuhan hidup layak di setiap daerah. Untuk Kota Mataram telah ditetapkan upah
minimumnya tahun 2020 mencapai Rp 2.184.485,-. Upah ini lebih tinggi dibandingkan
dengan upah minimum Provinsi NTB, maka wajar jika Mataram menjadi destinasi bagi para
pencari kerja di Pulau Lombok khususnya dan Provinsi NTB pada umumnya.
Kehidupan beragama yang harmonis sangat didambakan masyarakat. Hal ini terlihat
dari tempat-tempat peribadatan yang ada di sekitar warga, seperti mesjid, gereja, dan
lainnya. Banyaknya tempat peribadatan di Mataram pada tahun 2020, mencapai 747 buah,
yang terdiri dari sebanyak 256 dan 316 Mesjid dan Mushalla, sebanyak 166 Pura dan
sisanya berupa Gereja sebanyak 15 buah, Vihara dan Kelenteng sebanyak 7 buah. Dilihat
dari jumlah penduduk beragama di Kota Mataram adalah penduduk beragama Islam
sebanyak 344.077 jiwa, Protestan sebanyak 6.709 jiwa, Katholik sebanyak 3.568 jiwa, Hindu
sebanyak 59.811 jiwa dan Budha sebanyak 4.371 jiwa

B. Kabupaten Lombok Barat

BAB III - 31
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Sesuai dengan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2019, penduduk usia
kerja atau usia 15 tahun keatas di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 496.266 jiwa. Dari
jumlah tersebut, 70,11 % diantara tergolong kedalam kategori angkatan kerja. Pada tahun
2019 sebagian besar penduduk usia 15 tahun keatas yang termasuk bukan angkatan kerja
selama seminggu yang lalu mengurus rumah tangga, dengan persentase yang mencapai
56,83 %. Persentase penduduk yang termasuk dalam bukan angkatan kerja sebanyak 29,89
% dari total penduduk usia 15 tahun keatas pada tahun 2019. Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja yang dimiliki pada tahun 2019 sebesar 70,11 %. Sedangkan Tingkat Pengangguran
pada tahun 2019 sebesar 3,76 %.
Jika dilihat dari kelompok umur penduduk yang berusia 15 tahun keatas, terlihat
bahwa penduduk usia 15 hingga 19 tahun sebagian besar merupakan penduduk bukan
angkatan kerja. Pada usia tersebut penduduk masih bersekolah. Lebih dari 80 % penduduk
di rentang usia 35-54 tahun merupakan angkatan kerja. Di Kabupaten Lombok Barat mampu
menyerap maksimal penduduk yang berpendidikan tinggi. Begitu pula dengan penduduk
umur 15 tahun keatas yang berpendidikan hingga SMP, sebagian besar mampu memiliki
pekerjaan. Terbatasnya tingkat pendidikan membuat penduduk dengan pendidikan rendah
lebih cenderung tidak pemilih dalam menjalankan pekerjaan. Menariknya penduduk yang
berpendidikan SMU, SMK, dan Diploma justru menjadi penyokong pengangguran di Lombok
Barat. Penduduk yang berpendidikan Diploma 12,13 % masih menganggur. Penduduk
berpendidikan SMU dan SMK lebih memilih pekerjaan namun kalah saing dengan penduduk
yang berpendidikan sarjana.
Pada tahun 2019, sebagian besar penduduk usia 15 tahun keatas di wilayah Lombok
Barat selama seminggu yang lalu bekerja pada sektor transportasi, pergudangan dan
komunikasi sebesar 22,56 %. Sektor lainnya yang berkontribusi tinggi adalah sektor jasa
kemasyarakatan, sosial, perorangan dan lainnya sebesar 22,54 %. Sebagian besar
penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja di Kabupaten Lombok Barat bekerja dengan
status berusaha, yang mencapai 39,55 %. Begitu pula dengan penduduk usia 15 tahun
keatas yang bekerja sebagai karyawan yang berpenghasilan tetap setiap bulannya
mencapai 33,87 %. Sedangkan penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja sebagai
pekerja bebas atau tidak mendapatkan penghasilan secara pasti sebanyak 14,40 %.
JIka melihat dari sektor pekerjaan penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja
seminggu yang lalu, terlihat bahwa hanya 43,83 % yang bekerja di sektor formal. Adapun
yang termasuk ke dalam sektor formal adalah penduduk yang bekerja dengan status
berusaha dibantu buruh tetap dan dibayar; dan penduduk yang bekerja sebagai
buruh/karyawan. Dengan banyaknya penduduk yang bekerja di sektor informal, menjadi
perhatian pemerintah karena sektor ini mudah berdiri namun juga mudah gulung tikar karena
rentan terhadap perubahan ekonomi secara makro.
Perbedaan tidaklah menjadi penghalang dalam kehidupan sosial masyarakat,
termasuk perbedaan agama. Di Kabupaten Lombok Barat pemeluk agama Islam memang
menjadi mayoritas namun hal tersebut tidak menimbulkan adanya suatu konflik dengan
pemeluk agama lain. Keanekaan agama yang ada justru mempererat rasa kebersamaan dan
toleransi yang tinggi antar umat beragama. Acara Perang Topat yang diadakansetiap
tahunnya di Kecamatan Lingsar merupakan salah satu bukti nyata kerukunan antar umat
beragama di Kabupaten Lombok Barat. Acara ini dipelopori oleh umat beragama Hindu
untuk menghormati hari raya umat Islam. Banyaknya tempat peribadatan di Kabupaten
Lombok Barat pada tahun 2020, mencapai 1.477 buah, yang terdiri dari sebanyak 656 dan
662 Mesjid dan Mushalla, sebanyak 153 Pura dan sisanya adalah Vihara sebanyak 7 buah.
Dilihat dari jumlah penduduk beragama di Kabupaten Lombok Barat adalah penduduk
beragama Islam sebanyak 551.818 jiwa, Protestan sebanyak 332 jiwa, Katholik sebanyak
105 jiwa, Hindu sebanyak 38.489 jiwa dan Budha sebanyak 2.456 jiwa

BAB III - 32
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

C. Kabupaten Lombok Timur


Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional Tahun 2019, penduduk usia kerja
di Kabupaten Lombok Tengah sekitar 679 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 71,13 %
termasuk angkatan kerja, atau angka ini disebut juga dengan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK). Semakin tinggi TPAK menunjukkan semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja
yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. TPAK bisa
juga dikatakan merupakan persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia produktif.
Pada tahun 2019, TPAK penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan penduduk
perempuan. Hal ini dapat disebabkan budaya yang menempatkan laki-laki harus bekerja
sedangkan perempuan bertugas dirumah untuk mengurus keluarga. Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) mengindikasikan penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok
pengganguran terbuka. TPT Lombok Tengah tahun 2019 tercatat 2,44 % yang artinya dari
100 orang Angkatan kerja terdapat 2 atau 3 orang yang menganggur. Angkatan kerja
Kabupaten Lombok Tengah yang bekerja sekitar 97,56 % atau sebanyak 471,16 ribu orang.
Jika dilihat berdasarkan lapangan pekerjaan utama, mayoritas penduduk berumur 15
tahun ke atas yang bekerja berkecimpung di sektor pertanian, yaitu sekitar 32,4 %.
Mengalami penurunan beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebabnya adalah karena
penduduk banyak yang beralih dari sektor pertanian ke sektor lain. Selain itu juga, petani
mulai beralih menggunakan mesin untuk mengolah pertaniannya sehingga tenaga kerja
yang terserap berkurang. Dilihat dari status pekerjaan utama, hampir sebagian besar
angkatan kerja yang bekerja berstatus berusaha yaitu sekitar 45,36 %. Hal ini dapat diartikan
bahwa kemandirian angkatan kerja di Kabupaten Lombok Tengah dalam menciptakan
lapangan usaha sendiri sudah cukup baik. Namun, persentase pekerja bebas dan pekerja
keluarga/tidak dibayar cukup besar sekitar 37,16 % dan rentan beralih status menjadi
pengangguran karena ketrampilan yang dimiliki terbatas dan kestabilan ekonomi.
Berdasarkan konsep Badan Pusat Statistik (BPS), status pekerjaan dibagi menjadi
tujuh kategori, yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak
dibayar, berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, buruh/karyawan/pegawai, pekerja
bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian dan pekerja keluarga/tak dibayar. Dari
status pekerjaan tersebut, dapat dikelompokkan lagi menjadi dua sektor, yaitu sektor formal
dan informal. Sektor formal mencakup status pekerjaan berusaha dengan dibantu buruh
tetap dan buruh/karyawan, sisanya termasuk pada sektor informal. Tahun 2019, jumlah
angkatan kerja yang bekerja di sektor informal tercatat lebih tinggi dibandingkan yang
bekerja di sektor formal dengan nilai 80,83 % terhadap 19,17 %. Keadaan tersebut juga
sama jika dilihat berdasarkan lapangan usaha utama kecuali sektor listrik, gas dan air
minum; lembaga keuangan, real estat, usaha persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa
kemasyarakatan, sosial dan perorangan dimana persentase angkatan kerja yang bekerja di
sektor formal lebih tinggi dibandingkan sektor informal.
Dari sisi keagamaan diketahui banyaknya tempat peribadatan di Kabupaten Lombok
tengah pada tahun 2020, mencapai 3.454 buah, yang terdiri dari sebanyak 1.342 dan 2.088
Mesjid dan Mushalla, 1 buah Gereja Protestan, 1 buah Gereja Katholik dan sebanyak 22
Pura. Dilihat dari jumlah penduduk beragama di Kabupaten Lombok Tengah adalah
penduduk beragama Islam sebanyak 965.408 jiwa, Protestan sebanyak 224 jiwa, Katolik
sebanyak 238 jiwa, Hindu sebanyak 2.782 jiwa dan Budha sebanyak 113 jiwa

3.4.3. Kesehatan Masyarakat


A. Kota Mataram

BAB III - 33
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, salah satu aspek dasar yang
harus diperhatikan adalah pelayanan kesehatan yang prima dan memadai. Pemerintah dan
pihak terkait terus berupaya meningkatkan kuantitas fasilitas kesehatan dan kualitas
pelayanan terhadap konsumen, khususnya dalam bidang kesehatan. Pada tahun 2019 untuk
jumlah rumah sakit (umum, jiwa, bersalin) sebesar 15 buah. Puskesmas terdapat hampir di
seluruh wilayah kecamatan. Pada tahun 2019 terdapat sebanyak 11 Puskesmas,
11Puskesmas Keliling dan 17 Puskesmas Pembantu di Kota Mataram.
Fasilitas kesehatan lainnya adalah apotik, toko obat, dan perdagangan farmasi yang
tersebar diseluruh kecamatan, merupakan sarana penyedia obat yang mudah dijangkau oleh
masyarakat. Di Mataram terdapat 116 apotik dan 20 toko obat pada tahun 2019.
Persebarannyapun relatif merata di seluruh kecamatan, kecuali untuk rumah sakit jiwa yang
hanya terdapat di Kecamatan Sandubaya. Meskipun demikian, jarak antar kecamatan yang
cukup dekat membuat penduduk Kota Mataram tidak mengalami kesulitan untuk
memperoleh pelayanan di kedua jenis rumah sakit tersebut. Adanya kemudahan dalam
mengakses fasilitas kesehatan ini diharapkan dapat memperluas pilihan bagi penduduk di
Kota Mataram. Untuk mendukung berjalannya pelayanan kesehatan, hingga tahun 2019
ketersediaan tenaga pelayanan kesehatan pun terlihat sangat memadai bahkan hingga di
puskesmas. Jumlah tenaga kesehatan paling banyak di puskesmas, yaitu perawat sebanyak
116 orang.
Jumlah kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan selama tahun 2018 mengalami
peningkatan terutama pada pelayanan RSUD Kota Mataram. Selama tahun 2018 jumlah
kunjungan pasien rawat jalan di RSUD Kota Mataram sebanyak 287.710 kunjungan atau
meningkat 39,40 % jika dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dilihat menurut poliklinik yang
dikunjungi, Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan yang paling banyak dikunjungi. Selama
tahun 2018, jumlah kunjungan ke IGD RSUD Kota Mataram tercatat sebanyak 75.494
kunjungan atau meningkat sebanyak 9.724 kunjungan dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat jalan selama tahun 2018 ini salah satunya
disebabkan karena adanya efek gempa besar yang melanda Pulau Lombok dan sekitarnya
pada triwulan ketiga tahun 2018 yang menyebabkan kerusakan pada bangunan sehingga
reruntuhannya menyebabkan luka fisik bagi penghuninya. Ada pula yang terjangkit penyakit
saat di pengungsian dan banyak sebab lainnya.
Pada umumnya, dunia kesehatan saat ini sedang menghadapi tantangan yang
disebut dengan beban ganda penyakit. Di satu sisi, diperlukan berbagai upaya untuk
menurunkan infeksi penyakit menular. Pada saat bersamaan juga sangat penting mencegah
dan mengatasi penyakit–penyakit tidak menular. Menurut Dinas Kesehatan, hipertensi
merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Kota Mataram, yakni mencapai
34.869 kasus. Disusul oleh penyakit nasofaring akut sebanyak 29.532 kasus, kemudian
penyakit diabetes melitus 14.778 kasus, dan faringitis akut 12.686 kasus. Angka kesakitan
adalah persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan merasa terganggu
dalam aktivitas sehari-hari (tidak dapat melakukan kegiatan secara normal seperti bekerja,
sekolah, atau kegiatan sehari-hari sebagaimana biasanya). Pada tahun 2019, angka
kesakitan penduduk perempuan lebih tinggi dari laki-laki, yaitu sebesar 22,90 %, sedangkan
laki-laki sebesar 19,88 %. Secara total, Angka kesakitan penduduk Kota Mataram tahun
2019 mencapai 21,40 %. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 yaitu
mencapai 14,47 %.

B. Kabupaten Lombok Barat


Wilayah Kabupaten Lombok Barat yang memanjang dari utara ke selatan
membutuhkan pemerataan fasilitas Kesehatan. Dengan memiliki dua rumah sakit yang
berada di utara dan selatan mampu memenuhi kebutuhan kesehatan penduduk Lombok

BAB III - 34
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer

Barat. Selain rumah sakit, puskesmas menjadi andalan penduduk dalam pengobatan.
Jumlah puskesmas induk mencapai 17 puskesmas, puskesmas pembantu 60 unit, dan 11
poliklinik tersebar di seluruh kecamatan. Sementara untuk pelayanan dasar kesehatan
seperti untuk ibu hamil dan persalinan di setiap polindes yang terdapat di setiap desa telah
tersedia.
Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan yang tersedia
harus dilengkapi dengan tenaga medis yang memadai. Dokter spesialis yang dimiliki oleh
rumah sakit gerung maupun narmada sebanyak 14 dokter spesialis laki-laki dan 9 dokter
spesialis perempuan. Dokter gigi yang melayani masyarakat Lombok Barat berjumlah 8
dokter gigi laki-laki dan 14 dokter gigi perempuan. Sedangkan jumlah dokter umum laki-laki
sebanyak 43 dokter, dan dokter umum perempuan berjumlah 60 dokter. Jumlah ini mungkin
belum mampu memenuhi kebutuhan.
Dekatnya Kota Mataram memberikan pilihan penduduk Lombok Barat untuk berobat
di Kota Mataram. Dari sisi kesehatan penduduk Kabupaten Lombok Barat terlihat bahwa,
angka kesakitan penduduk Lombok Barat selama tahun 2018 sebesar 17.21 %. Adapun
yang dimaksud angka kesakitan adalah persentase penduduk yang mengeluhkan sakit
dalam sebulan terakhir. Dari persentase penduduk yang mengeluhkan sakit tersebut, 55,51
% diantaranya memeriksakan dirinya ke tenaga kesehatan, yang mana 34,13 diantaranya
mendapatkan jaminan kesehatan baik dari BPJS mandiri, BPJS PBI, maupun dari asuransi
kesehatan lainnya.

C. Kabupaten Lombok Timur


Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah dari tahun ke tahun tidak
mengalami perubahan kecuali untuk posyandu yang menambah unitnya sehingga pada
tahun 2019 terdapat sebanyak 1.686 unit di Kabupaten Lombok Tengah. Jumlah rumah
sakit, rumah sakit khusus, puskesmas, klinik/balai kesehatan dan polindes selama tahun
2019 masing-masing tercatat sebanyak 3 unit, 1 unit, 28 unit, 8 unit dan 123 unit.
Jumlah tenaga kesehatan terbanyak selama tahun 2019 adalah tenaga keperawatan
mencapai 511 orang. Dokter yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis
hanya 44 orang. Jumlah ini tidak ideal dengan jumlah penduduk Kabupaten Lombok Tengah
tahun 2019 mencapai 947.488 jiwa. Tenaga kebidanan tercatat sebanyak 313 orang, tenaga
kefarmasian sebanyak 49 orang, dan ahli gizi sebanyak 62 orang. Jumlah kunjungan
masyarakat ke fasilitas kesehatan selama tahun 2019 mengalami peningkatan terutama
pada pelayanan Puskesmas. Jumlah kunjungan pasien puskesmas yang melakukan rawat
jalan sebanyak 598.538 kunjungan dan rawat inap sebanyak 24.750 kunjungan.
Angka kesakitan adalah persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan
dan merasa terganggu dalam aktivitas sehari-hari (tidak dapat melakukan kegiatan secara
normal seperti bekerja, sekolah, atau kegaitan sehari-hari sebagaimana biasanya). Angka
kesakitan penduduk Kabupaten Lombok Tengah tahun 2019 mencapai 31,07 %. Kondisi ini
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018. Hal ini sejalan dengan kunjungan pasien
ke puskesmas yang meningkat dari tahun sebelumnya. Jika dilihat dari segi gender, angka
kesakitan penduduk lakilaki lebih tinggi dibandingkan angka kesakitan penduduk
perempuan. Angka kesakitan perempuan tahun 2019 tercatat sebesar 30,52 %, sedangkan
angka kesakitan laki-laki tercatat sebesar 31,69 %.

BAB III - 35

Anda mungkin juga menyukai