BAB
BAB III - 1
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
BAB III - 2
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
e. melestarikan sumber air dan mengembangkan sistem cadangan air untuk musim
kemarau;
f. memelihara kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak
negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; dan
g. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup
tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
7. Strategi pengembangan kawasan budi daya dengan memperhatikan aspek keberlanjutan
dan lingkungan hidup, meliputi:
a. mendukung kebijakan mempertahankan fungsi hutan dalam kawasan hutan serta
mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali dengan
kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;
b. mengembangkan produksi hasil hutan kayu dari hasil kegiatan budi daya tanaman
hutan dalam kawasan hutan produksi;
c. memelihara kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai objek penelitian
dan pariwisata;
d. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh
persen) dari luas kawasan perkotaan;
e. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan
daya tampung kawasan;
f. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
g. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan perkotaan dengan
mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak sporadis untuk
mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur dan sarana kawasan perkotaan serta
mempertahankan fungsi kawasan perdesaan;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin
kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; dan
i. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya
secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin
kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai serta keanekaragamannya
8. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan, meliputi :
a. mendukung penetapan KSN dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar KSN
untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tak terbangun di
sekitar KSN sebagai zona penyangga yang memisahkan KSN dengan kawasan budi
daya terbangun; dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset – aset pertahanan/TNI.
BAB III - 3
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Tabel 3.1 : Rencana Pola Ruang Kabupaten Lombok Barat s/d tahun 2031
RENC.POL LUAS
ORDE 1 ORDE 3 %
A RUANG (Ha)
Kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap Kawasan hutan lindung 22.170,50 24,02
kawasan bawahannya
Sempadan pantai 934,72 1.01
Kawasan perlindungan
Sempadan sungai 1.355,62 1,47
setempat
Sempadan sekitar waduk 42,73 0,05
Kawasan
Taman Hutan Raya 2.133,52 2,31
Lindung
Taman Wisata Alam 3.038,67 3,29
Kawasan konservasi Kawasan konservasi
Pesisir dan Pulau-Pulau 61,35 0,07
Kecil
Kawasan rawan bencana
Kawasan Rawan Bencana 2.264,48 2,45
longsor
Kawasan ekosistem Kawasan ekosistem
420,42 0,46
mangrove mangrove
Total Kawasan Lindung 32.422,02 35,13
Kawasan hutan produksi
9.292,86 10,07
terbatas
Kawasan hutan produksi
Kawasan hutan produksi
1.253,63 1,36
tetap
Kawasan tanaman
12.552,59 13,60
Kawasan pertanian pangan
Kawasan perkebunan 19.743,33 21,39
Kawasan perikanan
Kawasan perikanan 193,20 0,21
budidaya
Pertambangan Mineral
89,59 0,10
Kawasan Kawasan Pertambangan Logam
Budidaya dan Energi Kawasan Pembangkit
19,83 0,02
Tenaga Listrik
Kawasan peruntukan
Kawasan industri 527,93 0,57
industri
Kawasan pariwisata Kawasan pariwisata 6.814,27 7,38
Kawasan permukiman
5.483,10 5,94
perkotaan
Kawasan permukiman
Kawasan permukiman
3.879,06 4,20
perdesaan
Kawasan pertahanan dan Kawasan pertahanan
19,20 0,02
keamanan dan keamanan
Total Kawasan Budidaya 59.868,59 64,87
BAB III - 4
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
RENC.POL LUAS
ORDE 1 ORDE 3 %
A RUANG (Ha)
Luas Total 92.290,61 100,00
Sumber : Materi Teknis RTRW Kab. Lombok Barat
BAB III - 5
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Banyaknya Luas
2
No Kecamatan BPS (km ) Peta Dasar
Desa Dusun Kelurahan
(Ha)
Lombok Barat 119 844 3 1 053,92 92,290.61
Sumber data : Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka Tahun 2019
Kemiringan tanah (lereng) adalah beda tinggi dari dua tempat yang berbeda yang
dinyatakan dalam persen artinya beberapa meter berbeda tinggi dari dua tempat yang
berbeda, yang dinyatakan dalam jarak 100meter mempunyai beda tinggi 2 meter. Lereng
atau kemiringan lahan dimaksud merupakan faktor yang sangat perlu dipertimbangkan
didalam segala kegiatan pembangunan terutama pembangunan yang bersifat fisik, hal ini
mengingat lereng atau kemiringan lahan sangat berpengaruh terhadap erosi permukaan
tanah semakin panjang dan semakin besar kemiringan lahan akan semakin cepat aliran
permukaan dan daya angkut dari aliran tersebut.
BAB III - 6
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
B. Geohidrologi
Geohidrologi wilayah Kabupaten Lombok Barat dilalui oleh banyak aliran sungai dan
anak sungai, namun tidak semua sungai berair sepanjang tahun. Mata air yang ada di
wilayah Kabupaten Lombok Barat terdapat sekitar 146 sumber mata air yang airnya mengalir
ke sungai – sungai Meninting, Dodokan, Jangkuk, Babak dan Sekotong.
Potensi air baku di Kabupaten Lombok Barat untuk pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Minum (SPAM) selama sepuluh tahun ke depan pada umumnya tersedia.
Air permukaan yang dapat dimanfaatkan adalah : Sungai Meninting, Jangkok dan Babak.
Yang memerlukan upaya khusus untuk air baku serta air minumnya adalah Gerung, Kediri,
Narmada dan Lembar serta 2 (dua) Ibu Kota Kecamatan (IKK) dan 22 Desa. Berdasarkan
data dari BPS Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka 2019, jumlah sungai di Kabupaten
Lombok Barat adalah 20 buah, berikut merupakan tabel sungai per kecamatan di Kabupaten
Lombok Barat:
BAB III - 7
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
C. Klimatologi
Kondisi iklim di sebagian besar Kabupaten Lombok Barat termasuk wilayah yang
beriklim tropis, dengan dua musim, yaitu musim kemarau yang berlangsung antara bulan Juli
hingga Oktober dan musim hujan antara bulan November hingga Juni dengan temperatur /
suhu udara pada tahun 2018 rata -rata 38,67ºC dan suhu maksimum terjadi pada bulan April
dengan suhu 33,4ºC serta suhu minimum 20,06ºC terjadi pada bulan Agustus. Kelembaban
udara berkisar antara 81%, kelembaban udara maksimum terjadi pada bulan Januari
sebesar 86,00% sedangkan kelembaban minimum terjadi pada bulan Oktober sebesar
77,00%.
Lamanya penyinaran matahari yang terjadi selama tahun 2018 rata-rata 77 %,
lamanya penyinaran matahari maksimum terjadi pada bulan Oktober sebesar 89,00% dan
lamanya penyinaran matahari minimum terjadi pada bulan Januari sebesar 43,00%.
Tekanan udara yang ditandai dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Tekanan udara berkisar antara 1.002,40 mbs – 1.008,00 mbs. Sedangkan keadaan curah
hujan pada tahun 2018 sebesar 171,5 mm dengan curah hujan terendah bulan Juli sebesar
0,00 mm dan curah hujan tertinggi pada bulan Januari sebesar 490,00 mm.
BAB III - 8
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Temperatur °C Cura
Tekan h Penyinar
Kelembab
an Huja an
an Udara
Udara n Matahari
N Nisbi (%)
Bulan (mb) (mm (%)
o
)
Rat
a Min Max
rata
0. 0
1 Novemb 1.006,0
40,5 24,2 32,6
1. er 82 0 428 70
1 Desemb 1.004,6
40,9 24,9 32
2. er 83 0 348 64
38,6 22,6 32,0 1.005,9 171,
Rata – Rata 81 77
7 6 3 3 5
Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat, 2019.
Jenis tanah di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari tiga jenis yaitu Kompleks Regosol Kelabu
dan Litosol, Mediteran Coklat, dan Alluvial Keabuan. Jenis tanah yang mendominasi di
Kabupaten Lombok Barat adalah Regosol dan Litosol yaitu seluas 66,405.11 Ha. Jenis tanah
Regosil memiliki tingkat kesuburan yang sedang, dan teksturnya berpasir. Jenis tanah ini
tersebar hampir di seluruh kecamatan d Kabupaten Lombok Barat. Jenis tanah Mediteran
coklat tersebar di bagian utara wilayah Lombok Barat yaitu di bagian utara Kecamatn Batu
Layar, Gunungsari, Lingsar, dan Narmada. Jenis tanah di Kabupaten Lombok Barat dapat
dilihat pada tebel berikut:
BAB III - 9
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Tabel 3.9. Tata Guna Tanah di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018
Penggunaan Lahan
Lahan
No Kecamatan Bukan
Sawah Bukan Jumlah
Sawah
Pertanian
1 Sekotong 2.573,58 3.557,00 898,42 7.029,00
2 Lembar 3.031,17 417,91 2.780,92 6.230,00
3 Gerung 3.040,20 15.284,00 14.720,80 33.045,00
4 Labuapi 1.475,70 329,40 947,90 2.753,00
5 Kediri 1.389,00 270,00 505,00 2.164,00
6 Kuripan 1.252,00 662,10 241,90 2.156,00
7 Narmada 2.030,85 6.657,31 2.071,84 10.762,00
8 Lingsar 1.456,40 7.325,40 876,20 9.658,00
9 Gunungsari 720,30 4.166,80 4.087,00 8.974,00
10 Batulayar 203,50 2.561,00 646,50 3.411,00
17.326,0
41.274,70 27.581,10 86.182,00
Jumlah/Total 0
Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat 2019
BAB III - 10
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
A. Mata Air
Berdasarkan data yang tersedia jumlah mata air di Kabupaten Lombok Barat pada
tahun 2008 berjumlah 146 buah yang tersebar di Kecamatan Batulayar (7 buah), Kecamatan
Gunungsari (23 buah), Lingsar (35 buah), Narmada (81 buah). Dari 146 buah mata air
tersebut, sebanyak 138 mata air mempunyai debit sebesar 1-50 lt/det, sebanyak 5 mata air
mempunyai debit sebesar 51 -100 lt/det dan debit diatas 100 lt/det sebanyak 3 mata air. Dari
sejumlah 146 buah yang sudah dimanfaatkan sebanyak 30 mata air oleh PDAM maupun
Desa. Dengan memperhatikan kondisi terjadinya penebangan hutan secara liar dan adanya
konversi lahan dari lahan kebun, hutan, pertanian ke lahan pemukiman maka jumlah mata
air cenderung akan berkurang jika tidak dilakukan perlindungan sumber mata air.
BAB III - 11
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
No Kecamata Jumlah
Debit Ket
. n Mata Air
1. Narmada 81 titik 2 titik dengan debit 100
l/detik
2 titik dengan debit 51-100
l/detik
77 titik dengan debit 1-50
l/detik
30 titik dari
2. Lingsar 35 titik 1 titik dengan debit 100
keseluruhan 146
l/detik
titik, telah
1 titik dengan debit 51-100
dimanfaatkan oleh
l/detik
PDAM dan desa
33 titik dengan debit 1-50 sebagai sumber air
l/detik baku
3. Gunung 23 titik 2 titik dengan debit 51-100
Sari l/detik
21 titik dengan debit 1-50
l/detik
4. Batulayar 7 titik Seluruhnya dengan debit 1-50
l/detik
Jumlah 146 titik
Sumber data: Balai Wilayah Sungai, Wil. Pulau Lombok (kementrian PU) Tahun 2008
BAB III - 12
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
BAB III - 13
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
N
SWP DAS O DAS LUAS KM2
31 Gili Sarangburung 0.06
32 Gili Sudak 0.29
33 Gili Tangkong 0.19
34 Kali Pelangan 68.12
35 Kelep 141.27
36 Kokok Siung 23.52
37 Labuan Petung 9.87
38 Meang 5.23
39 Pengantap 3.62
40 Teluk Mekaki 27.25
Jelateng Total 401.76
Putih 41 Kali Segara 8.54
42 Kali Sokong 0.01
43 Koloh Malimbu 0.00
44 Lokok Bentek 0.23
Putih Total 8.79
Total 922.91
Sumber data: BWS NTB, 2019
Daerah irigasi merupakan kesatuan lahan yang mendapatkan air dari satu jaringan irigasi.
Sebaran jaringan irigasi di Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat berdasarkan pada
pengamat pengairan dan daerah irigasi. Secara kelompok, pengamat pengairan/daerah
irigasi dibagi menjadi tiga wilayah besar, yakni Gunungsari, Narmada, dan Kediri. Kondisi
dan sebaran jaringan irigasi ini dapat dilihat pada berikut.
BAB III - 14
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
BAB III - 15
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
BAB III - 16
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
BAB III - 17
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
BAB III - 18
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
BAB III - 19
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Gambar 3.11. Peta Daerah Irigasi menurut Kewenangan di Kabupaten Lombok Barat
BAB III - 20
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Sumber Daya Alam yang potensi untuk dikembangkan adalah Sumber Daya Hutan.
Untuk potensi sumberdaya kehutanan terdapat beberapa klasifikasi hutan. Kawasan lindung
adalah kawasan yang fungsi utamanya adalah melindungi kelestarian fungsi sumberdaya
alam/buatan serta nilai budaya dan sejarah bangsa, seperti kawasan hutan lindung dan
kawasan konservasi sehingga kawasan tersebut harus dilindungi dari kegiatan produksi dan
kegiatan manusia lainnya yang dapat mengurangi / merusak fungsi lindung.
a. Sumberdaya Hutan
Kawasan hutan di Kabupaten Lombok Barat berdasarkan SK.8104/MenLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/11/2018 terdiri dari Kawasan Hutan Gunung Rinjani, Gunung Sasak,
Pelangan, Rebanbela, Marejabonga dan Gunung Pepe, dan Suranadi. Luas Kawasan hutan
di Kabupaten Lombok Barat adalah 39,139.48 Ha. Berdasarkan fungsinya hutan di
Kabupaten Lombok Barat terdiri dari Hutan Lindung, Taman Hutan Raya, Taman Wisata
Alam, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Produksi Tetap.
Hutan Lindung merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan,
dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna pembangunan berkelanjutan. Kreteria
kawasan hutan lindung menurut PP No 13 Tahun 2017 tentang RTRW Nasional adalah
sebagai berikut:
a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan
yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 atau lebih
b. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40%
c. kawasan hutan yang memiliki ketinggian paling sedikit 2,000 meter di atas
permukaan laut
d. kawasan hutan yang mempunyai tanah sengat peka terhadap erosi dengan
kelerengan di atas lebih dari 15%
Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Kawasan peruntukan hutan produksi ditetapkan dengan
kreteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hutan dengan
jumlah skor paling besar 174.
BAB III - 21
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Luas Hutan Lindung adalah 22,703.89 Ha, Taman Hutan Raya 2,182.24 Ha, Taman Wisata
Alam 3,109.15 Ha, Hutan Produksi Terbatas 9,629.01 Ha, dan Hutan Produksi Tetap dengan
luas 1,515.18 Ha.
c. Sumberdaya Kelautan
Kabupaten Lombok Barat memiliki produk perikanan laut yang cukup banyak. Hal tesebut
karena Kabupaten Lombok Barat memiliki sebagian wilayah yang berbatasan langsung
dengan lautan. Sebagian besar nelayan di Kabupaten Lombok Barat menangkap ikan
dengan cara tradisional sehingga hasil produksi perikanan laut tidak menunjukan
peningkatan yang signifikan. Selain memiliki potensi perikanan laut, Kabupaten Lombok
Barat juga memiliki perikanan darat.
BAB III - 22
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Produksi perikanan di Kabupaten Lombok Barat dapat dibagi menjadi ikan air payau, ikan air
tawar, dan ikan laut. Pada Tahun 2018 jumlah produksi ikan terbesar adalah ikan air tawar
dengan jumlah total produksi adalah 10,162.5 ton. Selanjutnya produksi ikan air laut dengan
jumlah produksi 8,525.7ton dan yang paling kecil adalah produksi ikan air payau yaitu
sebanyak 2,593.4 ton.
Produksi ikan air payau dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami flukatuasi. Pada
Tahun 2014 produksi ikan air payau adalah 610,7 ton kemudian meningkat tajam pada
Tahun 2015 menjadi 1,469.3 ton namun pada Tahun 2016 dan 2017 mengalami penurunan
produksi mencapai 430.4 ton. Pada Tahun 2018 produksi ikan air payau kembali meningkat
menjadi 2,593.4 tong. Beberapa jenis ikan air payau yang terdapat di Lombok Barat adalah
ikan bandeng, belanak, mujair, udang windu, udang putih, udang api-api, dan lainnya. Ikan
bandeng merupakan jenis ikan air payau dengan produksi yang paling besar disetiap
tahunnya.
7 Udang Api-Api - - - - -
Ikan air tawar di Lombok Barat diantaranya adalah ikan mas. Tawes, mujair, nila, gurami,
lele, udang, dan lainnya. Produksi ikan air tawar terbesar adalah ikan nilai dengan rata-rata
produksi mencapai 8,000 ton per tahun. Produksi ikan air tawar pada tahun 2014 hingga
tahun 2017 mengalami penurunan. Pada tahun 2014 produksi ikan air tawar adalah 12,799.4
ton sedangkan pada tahun 2017 produksi ikan air tawar menurun menjadi 9,354.49 ton.
Namun pada Tahun 2018 kembali meningkat menjadi 10,162.5 ton. Berikut merukan tabel
jumlah produksi ikan air tawar Kabupaten Lombok Barat pada Tahun 2014-2018
BAB III - 23
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
12,799.4 12,799.4
Jumlah 9,316.90 9354.49 10,162.50
0 0
Sumber data: Kabupaten Lombok Barat dalam Angka Tahun 2019
Kabupaten Lombok Barat memiliki wilayah yang berbatasan langsung dengan laut
menyebabkan produksi ikan laut di Kabupaten Lombok Barat cukup besar. Beberapa jenis
ikan air di Kabupaten Lombok Barat adalah ikan sebelah, perepek, beloso, biji nangka,
gerot-gerot, merah bambangan, kerapu, lancam, kakap, kurisi, ekor kuninng, gulamah,
cucut, pari, laying, selar, kuwe, sunglir, terbang, belanak, julung-julung, teri, tembang,
lemuru, golok-golok, terumbuk, kembung, tenggiri, layur, cakalang, tongkol, jenis udang,
cumi-cumi, dan lainnya. Berikut merupakan tabel jumlah produksi perikanan air laut
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2014 hingga 2018.
11 Swangi
16 Alu-alu
20 Daun Bambu
BAB III - 24
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
29 Terumbuk 53.9
2. Berdasarkan jalur lintas antar daerah, Kabupaten Lombok Barat dilewati jalur jalan
Negara yang merupakan jalur ekonomi yang menghubungkan antar kota di wilayah Nusa
Tenggara Barat, Provinsi Bali maupun Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jalur ini melewati
Kecamatan Lembar, Kecamatan Gerung, Kecamatan Labuapi dan Kecamatan Narmada
sehingga kecamatan – kecamatan tersebut menjadi wilayah yang cepat berkembang,
yaitu dari pertanian menjadi perdagangan dan jasa.
BAB III - 25
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
– kota tersebut akan menjadi pusat pertumbuhan baru di wilayah Kabupaten Lombok
Barat.
c. Wilayah fungsi khusus / wilayah penyangga, yaitu merupakan wilayah yang
difungsikan sebagai kawasan lindung dan catchment area. Kawasan – kawasan
tersebut sebagian besar terletak di wilayah Kecamatan Sekotong, Lembar, Narmada,
Gunungsari, Lingsar dan Batulayar.
BAB III - 26
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
BAB III - 27
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
BAB III - 28
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, status hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan,
dokumen imigrasi, dan nama orang tua. Menurut data yang bersumber dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Mataram, kepala keluarga yang tercatat memiliki
kartu keluarga tercatat sebanyak 91,43 % pada tahun 2020. Jumlah ini meningkat dibanding
tahun sebelumnya sebesar 85,77 %. Diharapkan di tahuntahun mendatang kesadaran
penduduk di Kota Mataram akan pentingnya dokumen kependudukan semakin tinggi.
Kartu keluarga yang telah diterbitkan tersebut kemudian menjadi dasar bagi
penerbitan KTP. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2006, KTP wajib dimiliki oleh semua
penduduk di Indonesia yang sudah berumur 17 tahun keatas atau mereka yang berumur di
bawah 17 tahun tetapi sudah menikah/kawin atau sudah pernah menikah/kawin. Dengan
memiliki KTP penduduk dengan mudah mengurus semua yang berkaitan dengan legalitas
serta memperoleh pelayanan sosial dan ekonomi dasar lainnya. Sepanjang tahun 2020,
penduduk yang memiliki KTP tercatat sebanyak 303.668 orang. Jumlah ini meningkat
sebanyak 1.453 orang dibandingkan tahun 2019 sebanyak 302.215 orang.
BAB III - 29
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
mencapai 2.702 jiwa/km2. Beberapa kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota
Mataram menjadi kawasan pemukiman penyangga, yaitu Kecamatan Labuapi, Kecamatan
Gunungsari, Kecamatan Narmada, Kecamatan Lingsar, dan Kecamatan Batulayar. Sebagai
kecamatan penyangga, kepadatan penduduk di lima kecamatan tersebut juga memiliki
kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Status sebagai kecamatan penyangga secara tidak
langsung mempengaruhi perekonomian daerah tersebut.
Jumlah rumah tangga di Lombok Barat meningkat menjadi 195.159 rumah tangga
pada tahun 2020 dibanding tahun 2019 sebesar 192.401 rumah tangga. Namun,
peningkatan jumlah rumah tangga ini tidak membuat rata-rata anggota rumah tangga
bertambah.
BAB III - 30
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
pada usia tersebut, penduduk mulai keluar daerah untuk mencari pekerjaan, menikah atau
melanjutkan sekolah ke daerah lain.
Dari komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat diketahui tingkat
ketergantungan penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif yang
dikenal dengan istilah rasio ketergantungan. Semakin rendah rasio ketergantungan, semakin
rendah pula beban yang ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk
usia tidak produktif. Rasio ketergantungan Kabupaten Lombok Tengah tahun 2019 sebesar
51,35. Ini berarti dari 100 penduduk usia produktif harus menanggung 52 penduduk usia
tidak produktif.
BAB III - 31
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Sesuai dengan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2019, penduduk usia
kerja atau usia 15 tahun keatas di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 496.266 jiwa. Dari
jumlah tersebut, 70,11 % diantara tergolong kedalam kategori angkatan kerja. Pada tahun
2019 sebagian besar penduduk usia 15 tahun keatas yang termasuk bukan angkatan kerja
selama seminggu yang lalu mengurus rumah tangga, dengan persentase yang mencapai
56,83 %. Persentase penduduk yang termasuk dalam bukan angkatan kerja sebanyak 29,89
% dari total penduduk usia 15 tahun keatas pada tahun 2019. Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja yang dimiliki pada tahun 2019 sebesar 70,11 %. Sedangkan Tingkat Pengangguran
pada tahun 2019 sebesar 3,76 %.
Jika dilihat dari kelompok umur penduduk yang berusia 15 tahun keatas, terlihat
bahwa penduduk usia 15 hingga 19 tahun sebagian besar merupakan penduduk bukan
angkatan kerja. Pada usia tersebut penduduk masih bersekolah. Lebih dari 80 % penduduk
di rentang usia 35-54 tahun merupakan angkatan kerja. Di Kabupaten Lombok Barat mampu
menyerap maksimal penduduk yang berpendidikan tinggi. Begitu pula dengan penduduk
umur 15 tahun keatas yang berpendidikan hingga SMP, sebagian besar mampu memiliki
pekerjaan. Terbatasnya tingkat pendidikan membuat penduduk dengan pendidikan rendah
lebih cenderung tidak pemilih dalam menjalankan pekerjaan. Menariknya penduduk yang
berpendidikan SMU, SMK, dan Diploma justru menjadi penyokong pengangguran di Lombok
Barat. Penduduk yang berpendidikan Diploma 12,13 % masih menganggur. Penduduk
berpendidikan SMU dan SMK lebih memilih pekerjaan namun kalah saing dengan penduduk
yang berpendidikan sarjana.
Pada tahun 2019, sebagian besar penduduk usia 15 tahun keatas di wilayah Lombok
Barat selama seminggu yang lalu bekerja pada sektor transportasi, pergudangan dan
komunikasi sebesar 22,56 %. Sektor lainnya yang berkontribusi tinggi adalah sektor jasa
kemasyarakatan, sosial, perorangan dan lainnya sebesar 22,54 %. Sebagian besar
penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja di Kabupaten Lombok Barat bekerja dengan
status berusaha, yang mencapai 39,55 %. Begitu pula dengan penduduk usia 15 tahun
keatas yang bekerja sebagai karyawan yang berpenghasilan tetap setiap bulannya
mencapai 33,87 %. Sedangkan penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja sebagai
pekerja bebas atau tidak mendapatkan penghasilan secara pasti sebanyak 14,40 %.
JIka melihat dari sektor pekerjaan penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja
seminggu yang lalu, terlihat bahwa hanya 43,83 % yang bekerja di sektor formal. Adapun
yang termasuk ke dalam sektor formal adalah penduduk yang bekerja dengan status
berusaha dibantu buruh tetap dan dibayar; dan penduduk yang bekerja sebagai
buruh/karyawan. Dengan banyaknya penduduk yang bekerja di sektor informal, menjadi
perhatian pemerintah karena sektor ini mudah berdiri namun juga mudah gulung tikar karena
rentan terhadap perubahan ekonomi secara makro.
Perbedaan tidaklah menjadi penghalang dalam kehidupan sosial masyarakat,
termasuk perbedaan agama. Di Kabupaten Lombok Barat pemeluk agama Islam memang
menjadi mayoritas namun hal tersebut tidak menimbulkan adanya suatu konflik dengan
pemeluk agama lain. Keanekaan agama yang ada justru mempererat rasa kebersamaan dan
toleransi yang tinggi antar umat beragama. Acara Perang Topat yang diadakansetiap
tahunnya di Kecamatan Lingsar merupakan salah satu bukti nyata kerukunan antar umat
beragama di Kabupaten Lombok Barat. Acara ini dipelopori oleh umat beragama Hindu
untuk menghormati hari raya umat Islam. Banyaknya tempat peribadatan di Kabupaten
Lombok Barat pada tahun 2020, mencapai 1.477 buah, yang terdiri dari sebanyak 656 dan
662 Mesjid dan Mushalla, sebanyak 153 Pura dan sisanya adalah Vihara sebanyak 7 buah.
Dilihat dari jumlah penduduk beragama di Kabupaten Lombok Barat adalah penduduk
beragama Islam sebanyak 551.818 jiwa, Protestan sebanyak 332 jiwa, Katholik sebanyak
105 jiwa, Hindu sebanyak 38.489 jiwa dan Budha sebanyak 2.456 jiwa
BAB III - 32
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
BAB III - 33
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, salah satu aspek dasar yang
harus diperhatikan adalah pelayanan kesehatan yang prima dan memadai. Pemerintah dan
pihak terkait terus berupaya meningkatkan kuantitas fasilitas kesehatan dan kualitas
pelayanan terhadap konsumen, khususnya dalam bidang kesehatan. Pada tahun 2019 untuk
jumlah rumah sakit (umum, jiwa, bersalin) sebesar 15 buah. Puskesmas terdapat hampir di
seluruh wilayah kecamatan. Pada tahun 2019 terdapat sebanyak 11 Puskesmas,
11Puskesmas Keliling dan 17 Puskesmas Pembantu di Kota Mataram.
Fasilitas kesehatan lainnya adalah apotik, toko obat, dan perdagangan farmasi yang
tersebar diseluruh kecamatan, merupakan sarana penyedia obat yang mudah dijangkau oleh
masyarakat. Di Mataram terdapat 116 apotik dan 20 toko obat pada tahun 2019.
Persebarannyapun relatif merata di seluruh kecamatan, kecuali untuk rumah sakit jiwa yang
hanya terdapat di Kecamatan Sandubaya. Meskipun demikian, jarak antar kecamatan yang
cukup dekat membuat penduduk Kota Mataram tidak mengalami kesulitan untuk
memperoleh pelayanan di kedua jenis rumah sakit tersebut. Adanya kemudahan dalam
mengakses fasilitas kesehatan ini diharapkan dapat memperluas pilihan bagi penduduk di
Kota Mataram. Untuk mendukung berjalannya pelayanan kesehatan, hingga tahun 2019
ketersediaan tenaga pelayanan kesehatan pun terlihat sangat memadai bahkan hingga di
puskesmas. Jumlah tenaga kesehatan paling banyak di puskesmas, yaitu perawat sebanyak
116 orang.
Jumlah kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan selama tahun 2018 mengalami
peningkatan terutama pada pelayanan RSUD Kota Mataram. Selama tahun 2018 jumlah
kunjungan pasien rawat jalan di RSUD Kota Mataram sebanyak 287.710 kunjungan atau
meningkat 39,40 % jika dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dilihat menurut poliklinik yang
dikunjungi, Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan yang paling banyak dikunjungi. Selama
tahun 2018, jumlah kunjungan ke IGD RSUD Kota Mataram tercatat sebanyak 75.494
kunjungan atau meningkat sebanyak 9.724 kunjungan dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat jalan selama tahun 2018 ini salah satunya
disebabkan karena adanya efek gempa besar yang melanda Pulau Lombok dan sekitarnya
pada triwulan ketiga tahun 2018 yang menyebabkan kerusakan pada bangunan sehingga
reruntuhannya menyebabkan luka fisik bagi penghuninya. Ada pula yang terjangkit penyakit
saat di pengungsian dan banyak sebab lainnya.
Pada umumnya, dunia kesehatan saat ini sedang menghadapi tantangan yang
disebut dengan beban ganda penyakit. Di satu sisi, diperlukan berbagai upaya untuk
menurunkan infeksi penyakit menular. Pada saat bersamaan juga sangat penting mencegah
dan mengatasi penyakit–penyakit tidak menular. Menurut Dinas Kesehatan, hipertensi
merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Kota Mataram, yakni mencapai
34.869 kasus. Disusul oleh penyakit nasofaring akut sebanyak 29.532 kasus, kemudian
penyakit diabetes melitus 14.778 kasus, dan faringitis akut 12.686 kasus. Angka kesakitan
adalah persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan merasa terganggu
dalam aktivitas sehari-hari (tidak dapat melakukan kegiatan secara normal seperti bekerja,
sekolah, atau kegiatan sehari-hari sebagaimana biasanya). Pada tahun 2019, angka
kesakitan penduduk perempuan lebih tinggi dari laki-laki, yaitu sebesar 22,90 %, sedangkan
laki-laki sebesar 19,88 %. Secara total, Angka kesakitan penduduk Kota Mataram tahun
2019 mencapai 21,40 %. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2018 yaitu
mencapai 14,47 %.
BAB III - 34
Dokumen Feasibility Study (FS) Pembangunan PPST Lemer
Barat. Selain rumah sakit, puskesmas menjadi andalan penduduk dalam pengobatan.
Jumlah puskesmas induk mencapai 17 puskesmas, puskesmas pembantu 60 unit, dan 11
poliklinik tersebar di seluruh kecamatan. Sementara untuk pelayanan dasar kesehatan
seperti untuk ibu hamil dan persalinan di setiap polindes yang terdapat di setiap desa telah
tersedia.
Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan yang tersedia
harus dilengkapi dengan tenaga medis yang memadai. Dokter spesialis yang dimiliki oleh
rumah sakit gerung maupun narmada sebanyak 14 dokter spesialis laki-laki dan 9 dokter
spesialis perempuan. Dokter gigi yang melayani masyarakat Lombok Barat berjumlah 8
dokter gigi laki-laki dan 14 dokter gigi perempuan. Sedangkan jumlah dokter umum laki-laki
sebanyak 43 dokter, dan dokter umum perempuan berjumlah 60 dokter. Jumlah ini mungkin
belum mampu memenuhi kebutuhan.
Dekatnya Kota Mataram memberikan pilihan penduduk Lombok Barat untuk berobat
di Kota Mataram. Dari sisi kesehatan penduduk Kabupaten Lombok Barat terlihat bahwa,
angka kesakitan penduduk Lombok Barat selama tahun 2018 sebesar 17.21 %. Adapun
yang dimaksud angka kesakitan adalah persentase penduduk yang mengeluhkan sakit
dalam sebulan terakhir. Dari persentase penduduk yang mengeluhkan sakit tersebut, 55,51
% diantaranya memeriksakan dirinya ke tenaga kesehatan, yang mana 34,13 diantaranya
mendapatkan jaminan kesehatan baik dari BPJS mandiri, BPJS PBI, maupun dari asuransi
kesehatan lainnya.
BAB III - 35