Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MATA KULIAH MANAJEMEN PEMBIBITAN

“MANAJEMEN PEMBIBITAN JAMUR TIRAM”

Disusun Oleh:

1. M. Ainur Rofiq (1525010006)

2. Putri Andansari (1525010007)

3. Achmad Zulfikar (1525010022)

4. Nur Safira Firdaus (1525010023)

5. Faldy Ari Ramadhani (1525010033)

6. Fitria Rahmawati (1525010055)

7. Risalatul Mufidah (1525010130)

8. Elita Permata Sari (1525010151)

9. Muthoyibah (1525010156)

10. Amelia Lutmaul Fauziah (1525010171)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

2018
I. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Jamur merupakan tanaman yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak


bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur
digolongkan sebagai tanaman heterotrofik, karena jamur hidup dengan cara
mengambil zat – zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein, dan
senyawa pati dari organisme lain. Jamur telah dikenal dan popular sebagai bahan
makanan lezat sejak abad XIV Masehi. Jamur dinilai mengandung karbohidarat,
berbagai mineral seperti kalsium, kalium, fosfor, danbesiserta vitamin B, B12 dan
C. Kandungan protein (10,5-30,4%) yang terdapat pada jamur lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan makanan lain yang juga berasal dari tanaman, yakni
protein jamur dua kali lebih tinggi daripada asparagus dan kentang, empat kali
lebih tinggi daripada wortel dan tomat dan enam kali lebih tinggi daripada jeruk.
Jamur mempunyai ragam jenis, salah satunya adalah jamur tiram putih
(Pleurotosostreatus). Nama jamur tiram (Pleurotusostreatus) diberikan karena
bentuk tudung jamur ini agak membulat, lonjong, dan melengkung menyerupai
cangkang tiram. Permukaan tudung jamur tiram licin, agak berminyak jika
lembab, dan tepinya bergelombang. Jamur tiram (Pleurotusostreatus) merupakan
jamur dari famili Agaricaceae dan dibudidayakan oleh masyarakat karena
merupakan salah satu produk yang dapat dikembangkan dengan teknik yang
sederhana.
Jamur tiram (Pleurotosostreatus) mempunyai kandungan gizi yang cukup
besar sehingga bermanfaat bagi kesehatan manusia. Jamur tiram enak dimakan
dan dipercaya mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit, seperti lever,
diabetes, anemia, sebagai antiviral dan anti kanker, menurunkan kadar kolesterol,
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza serta
kekurangan gizi. Selain itu, jamur tiram juga dipercaya mampu membantu
penurunan berat badan karena berserat tinggi dan membantu pencernaan
( Sunarmi dan Cahyo, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar jamur di Departemen Sains
Kementrian Industri Thailand bebarapa zat yang terkandung dalam jamur tiram
atau Oyster mushroom adalah protein (10,5-30,4%); karbohidrat 50,59 %; serat
1,56 %; lemak 0,17 % danabu 1,14 %. Selain kandungan ini, Setiap 100 gram
jamur tiram segar ternyata juga mengandung 45,65 kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg
besi; 17,0 mg fosfor. 0,15 mg Vitamin B1; 0,75 mg vitamin B2 dan 12,40 mg
vitamin C.( Suharjo, 2007)
Budidaya jamur tiram mampu mendatangkan keuntungan yang sangat
menggiurkan baik dilakukan dalam skala kecil maupun besar. Hal ini tidak lepas
dari tingginya permintaan dan nilai jual dari jamur tiram. Kegiatan budidaya
jamur tiram di Indonesia, masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan
kebutuhan atau permintaan dari konsumen tiap harinya. Hal ini dapat dilihat dari
kenaikan permintaan jamur tiram yang setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008 kebutuhan masyarakat
terhadap jamur tiram untuk kota Yogyakarta membutuhkan 200 - 250 kg per hari,
Semarang 350 kg per hari, Bandung 500 kg per hari, Tasikmalaya 300 kg per hari,
Tangerang 3.000 kg per hari. Kebutuhan tersebut hanya untuk memenuhi
permintaan jamur tiram segar saja. Padahal untuk memenuhi permintaaan pasar
jamur tiram tidak hanya dipasarkan dalam keadaan segar, tetapi juga dapat diolah
lebih lanjut menjadi produk olahan siap saji seperti keripik atau abon. Terbatasnya
produksi jamur tiram di Indonesia dikarenakan oleh beberapa faktor penghambat,
salah satunya adalah penyedian bibit jamur yang berkualitas atau bibit yang
bermutu.
Bibit merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses budidaya
jamur. Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang memerlukan ketelitian
tinggi karena harus dilakukan dengan keadaan steril dengan menggunakan bahan
dan peralatan khusus. Salah satu balai yang melakukan pembibitan jamur tiram ini
adalah Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangandan Hortikultura
(BP2TPH) yang terdapat di wilayah Ngipiksari, Sleman, Yogyakarta. Balai ini
terletak di daerah Kaliurang yang memiliki ketinggian tempat 850 mdpl. BP2TPH
merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis dari Dinas Pertanian Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ), yang memiliki fungsi melaksanakan
sebagian tugas Dinas Pertanian DIY di bidang pembenihan hortikultura. Produksi
benih bermutu yang dihasilkan oleh BP2TPH antara lain benih tomat, cabai,
buncis, jamur, dan lainnya. Jenis bibit jamur tiram yang diproduksi di BP2TPH
antara lain bibit jamur F1, F2, F3, dan F4 yang bermutu dan telah disahkan dari
dari Dinas Pertanian.

1.2 Tujuan

Mengatahui manajeman pembibitan jamur tiram yang baik dan benar

1.3 RumusanMasalah

Bagaimana manajemen pembibitan jamur tiram yang baik dan benar?


II. PEMBAHASAN

2.1 Planning

Perencanaan merupakan suatu kegiatan pandangan masa depan yang


disusun dan ditetapkan sebelum kegiatan tersebut berjalan. Tujuan perencanaan
yaitu agar kegiatan yang akan dilaksanakan berjalan dengan baik, teratur, terarah,
dan dapat memperkecil resiko kegagalan. Perencanaan dalam pembibitan jamur
tiram terdiri dari perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.
Rencana jangka pendek yaitu produksi bibit jamur tiram F0, F1, dan F2. Hal ini
dikarenakan produksi bibit jamur tiram F0, F1, dan F2 tidak membutuhkan tempat
yang begitu luas dan peralatan yang dibutuhkan cukup sederhana. Sedangkan
rencana jangka panjang yaitu produksi bibit baglog (bibit produksi/bibit siap
panen) karena untuk melakukan produksi bibit baglog ini membutuhkan tempat
yang luas dan peralatan yang cukup besar.
Perencanaan pembibitan jamur tiram secara umum yaitu persiapan sarana
produksi, antara lain:
a. Persiapan Tempat (Bangunan)
Tempat pembibitan jamur tiram terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ruang
persiapan, ruang inokulasi, dan ruang inkubasi. Ruang persiapan digunakan untuk
persiapan pembuatan media tanam. Ruang inokulasi adalah ruangan yang
berfungsi untuk menanam bibit pada media. Ruang ini harus mudah dibersihkan,
dan diusahakan tidak banyak ventilasi untuk menghindari kontaminasi. Ruang
inkubasi adalah ruangan yang digunakan untuk menumbuhkan miselium jamur
tiram pada media tanam yang sudah diinokulasi.
b. Persiapan Bahan Tanam
Bahan tanam untuk biakan murni (F0) yaitu dari jamur tiram dengan
kriteria tubuh buah jamur tiram sehat, segar, tubuh buahnya normal, bentuknya
besar, berdaging tebal, bebas hama penyakit, dan baru dipanen.
c. Persiapan Media Tanam
Media tanam untuk biakan murni (F0) yaitu menggunakan PDA (potato
dextrose agar) dari ekstrak kentang dan untuk bibit F1, F2, maupun bibit baglog
menggunakan serbuk kayu, bekatul & dolomit.
d. Persiapan Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam produksi bibit adalah pisau (scapel), gunting,
pinset, petridish, tabung reaksi, botol kultur, lampu spirtus, autoclave (dapat
diganti panci presto), dan LAF sederhana. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah alkohol 70%, serbuk gergaji, bekatul, dolomit, kentang, gula putih, agar-
agar, dan air. Untuk produksi bibit baglog alat yang digunakan cukup besar seperti
alat sterilisasi berupa tong kapasitas 700 baglog dan boiler sebagai sumber
pemanas.

2.2 Organizing

Struktur Organisasi

Usaha Pembibitan Jamur Tiram

Pemilik Usaha :

 Bertanggung jawab atas kelancaran keseluruhan proses produksi dan


pemasaran pembibitan jamur tiram.
 Menciptakan sistem produksi dan pemasaran pembibitan jamur tiram serta
menetapkan kebijakan-kebijakan yang dibantu para manjernya.
 Mengawasi dan mengontrol bagian keuangan dalam proses pembibitan
jamur tiram yang dibantu oleh manajer keuangan.

Bagian Keuangan :

 Membuat perencanaan anggaran dana untuk produksi pembibitan jamur


tiram.
 Membuat anggaran dana biaya promosi sebagai sarana pemasaran
pembibitan jamur tiram
 Mengevaluasi hasil penjualan dari pembibitan jamur tiram
 Melaporkan rincian pemasukan dan pengeluaran dana untuk pembibitan
jamur tiram
 Bertanggungjawab untuk melakukan analisis keuangan dan memiliki
pertanggung jawaban penuh pada pemiliki usaha

Bagian Produksi :

 Bertanggungjawab terhadap kelancaran produksi secara keseluruhan dan


memastikan produk yang dihasilkan dalam kondisi baik dan layak untuk
dipasarkan.
 Memproduksi bibit jamur tiram yang dimulai dari proses Pembuatan
Biakan Murni atau Turunan Pertama F1,Pembuatan Bibit Subkultur
(F2),Pembuatan Bibit Subkultur (F3), Bibit siap diinokulasi di media
tanam ditumbuhkan menjadi jamur dewasa siap konsumsi (F4)
 Mengontrol hasil produksi dan melakukan inovasi dalam pembibitan
jamur tiram.
 Menyeleksi hasil produksi sebelum dipasarkan agar dapat mngontrol bibit
tiram yang akan dijual ke keonsumen

Bagian Pemasaran :

 Merencanakan strategi pemasaran yang akan digunakan untuk


meningkatkan penjualan bibit jamur tiram.
 Bertanggung jawab atas pemasaran produk yang dihasilkan beserta
pendistribuannya hingga sampai pada konsumen tanpa masalah.
 Memberikan pelayanan yang baik agar konsumen puas

Bagian Administrasi

 Mengatur laporan pembelian, sehingga akan tercatat secara jelas dan tidak
menimbulkan kerugian.
 Mengurus surat keluar dan masuk yang diterima.
 Mengurus arsip usaha pembibitan berupa surat dan laporan yang telah
dibuat.

2.3 Directing

Directing atau pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan oleh


orang banyak pada waktu yang sama dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dan terdapat pada jalur yang telah ditetapkan, tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang dapat menimbulkan pemborosan.
Pada hakikatnya pengarahan ini mengandung kegiatan motivasi
(motivating). Kegiatan motivasi ini sebenarnya terdapat pada kegiatan directing
sebagai sebuah fasilitas atau sarana melakukan pengarahan terhadap para personel
dalam organisasi.
Jenis pengarahan terdiri dari 3 yaitu:
1. Orientasi
Memberikan informasi yang perlu agar kegiatan usaha budidaya jamur
tiram dapat dilaksanakan dengan baik. Orientasi ini bisa dilakukan kepada
pegawai dengan tujuan untuk memberikan pengenalan dan pengertian tentang
masalah yang terjadi di suatu perusahaan mengenai budidaya jamur tiram.
2. Perintah
Permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada di bawahnya untuk
melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu
mengenai budidaya jarum tiram.
3. Delegasi Wewenang
Pemimpin melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimiliki kepada
bawahan.
Contoh pengarahan:
a. Menjelaskan tujuan usaha budidaya jamur tiram kepada para
karyawan/pegawai
b. Mengelola dan mengajak para bawahan untuk bekerja semaksimal mungkin.
c. Membimbing bawahan untuk mencapai SOP.
d. Memberikan hak untuk mendengarkan pendapat demi memajukan usaha
budidaya jamur tiram
e. Memperbaiki usaha budidaya jamur tiram dipandang dari sudut hasil
pengendalian.

2.4 Actuating
Actuating atau pengerahan adalah usaha seseorang untuk mengerahkan
apa yang dimilikinya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya.
Actuating adalah implementasi rencana, Actuating merupakan pedoman yang
membuat urutan rencana menjadi tindakan. Sehingga tanpa tindakan nyata,
rencana akan menjadi imajinasi atau impian yang tidak pernah menjadi kenyataan.
Atau dengan kata lain actuating merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan
menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengerahan perencanaan dan
penorganisasian dapat terlaksana dengan baik dan kegiatan yang dilakukan dapat
berjalan secara optimal sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Makna actuating ada 2 berdasarkan:
1. Actuating dalam Sumber Daya Alam
Actuating: pelaksanaan yang dilakukan secara bersama-sama sesuai dengan
bagian kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Melaksanakan perencanaan
sumber daya alam dengan tanggung jawa yang telah diberikan sebelumnya.
Misalnya manajer dalam bidang pengelolaan tanaman teh melaksanakan
pekerjaannya. Dimulai dengan melihat keadaan tamanam, tanah, cara
pembibitan, pekerjan karyawan apakah sesuai dengan prosedur apa tidak dan
sebagainya.
2. Actuating dalam Sumber Daya Manusia
Actuating : melaksanakan pekerjaannya dengan tepat sesuai dengan
perancanaan, prosedur dan bidang pekerjaannya. Dimana setiap anggota
melaksanakan seluruh pekerjaan yang telah ditetapkan dari penanaman
hingga produksi hasil.. Haruslah mencapai target dan tujuan sasaran industri
berdasarkan kemampuan di bidang karyawan/ anggota
Adapun actuating dalam Manajemen Pembimbitan Jarum Tiram
(Pleurotus ostreatus) ini adalah sebagai berikut:
1. Produksi ( Pembuatan Bibit Jamur Tiram)
Dalam menjalankan bisnis budidaya jamur, keberadaan bibit menjadi salah
satu kebutuhan utama sebelum memulai usaha. Bahkan bisa dikatakan bibit jamur
menjadi bagian dari modal usaha yang perlu Anda persiapkan sebaik mungkin.
Sebab, dengan bermodalkan bibit jamur yang berkualitas bagus maka hasil panen
yang akan Anda dapatkan juga bisa maksimal. Namun sebaliknya, bila bibit jamur
yang Anda gunakan kualitasnya kurang bagus maka bisa dipastikan hasil panen
jamur yang didapatkan juga belum bisa maksimal.
Adapun teknik pembuatan bibit jamur tiram, antara lain:

1. Bibit jamur F1
Proses pembibitan F1 dilakukan dengan mengambil spora langsung dari
indukan jamur dewasa. Spora bisa Anda ambil di kantong spora yang terletak
pada ujung basidia. Yang dimaksud dengan basidia sendiri adalah bagian dari
tubuh jamur yang terletak pada sekat-sekat atau bilah-bilah jamur dewasa. Untuk
teknik pembibitan F1, Anda bisa menggunakan media Potatoes Dextorse Agar
(PDA) untuk menghasilkan kultur murni jamur konsumsi. Biasanya dari satu
tabung bibit F1 bisa digunakan untuk memulai usaha jamur skala menengah. Log
botol merupakan tahap adaptasi awal/peralihan miselium jamur tiram dari media
PDA (Potato Dextrose Agar) ke media produksi yang berupa serbuk kayu. salah
satu Komposisi/formula medium yang dapat digunakan diantaranya serbuk kayu :
Jagung : Beras Merah : gula Putih : NPK (tambahan) : Air secukupnya dengan
perbandingan 100 : 100 : 25 : 4 : 1.
 Proses pembuatannya :
 Campurkan semua bahan ke dalam panci kemudian dimasak seperti
menanak nasi.
 Setelah matang kemudian dinginkan dan masukkan ke dalam botol
sebanyak ¾ volume botol.
 Tutup botol dengan menggunakan plastik tahan panasSterilisasi
menggunakan autoklaf / panci presto selama 20 -30 menit.
 Log botol yang telah steril selanjutnya diinokulasi dengan menggunakan
miselium jamur tiram yang terdapat pada medium PDA.
2. Bibit Jamur F2 (Bibit Tebar)
Setelah bibit F1 berhasil diproduksi, satu tabung bibit F1 yang dihasilkan
bisa diturunkan menjadi 40 botol bibit F2. Proses ini dilakukan dengan
memasukan PDA (Potatoes Dextorse Agar) ke media lain berupa biji-bijian untuk
memperbanyak miselium. Beberapa jenis biji-bijan yang bisa Anda gunakan
misalnya saja seperti gandum, sorgum, atau jagung yang kemudian dikemas
dengan menggunakan botol.
Log tebar merupakan log adaptasi miselium jamur tiram untuk skala
produksi yang lebih besar. Komposisi medium F2 pada dasarnya sama dengan log
produksi F3. Yang membedakannya hanya kapasitas/bobot medium. Log tebar
biasanya dibuat dengan bobot 0,5 kg.
Komposisi Medium yang digunakan yaitu serbuk kayu : dedak : jagung :
kapur (CaCO3) : NPK dengan perbandingan 100 : 10 : 5 : 2,5 : 1.

 Proses pembuatan :
 Semua bahan dicampurkan sambil ditambahkan air. Banyaknya air
disesuaikan hingga medium kompak yaitu ketika dikepal tidak terurai dan
ketika diperas tidak mengeluarkan air.
 Sebanyak 0,5 kg medium selanjutnya dimasukkan ke dalam plastik tahan
panas ukuran 1 kg kemudian padatkan dan ditutup dengan mengikatnya
menggunakan karet sambil menyelipkan kapas/kapuk pada bagian atas.
 Sterilisasi selama tidak kurang dari 4 jam. Setelah steril, simpan log di
tempat yang bersih.
 Setelah dingin inokulasikan miselium jamur tiram yang berasal dari botol
selai/saus.
3. Bibit Jamur F3 (Bibit Produksi)
Selanjutnya bibit jamur F2 diturunkan lagi menjadi bibit jamur F3. Proses
ini bertujuan untuk memperbanyak pertumbuhan miselium dari bibit F2.
Kemudian hasil dari bibit F3 biasanya digunakan untuk pembibitan pada media
tanam jamur yang biasanya menggunakan baglog berisi serbuk gergaji kayu.

4. Bibit Jamur F4 (Bibit Produksi/Baglog)

Baglog merupakan pengembangan dari bibit F3 yang ditanam di dalam


baglog. Rata-rata setiap botol bibit F3 bisa dikembangkan dalam 40 baglog jamur.
Penanaman bibit dilakukan dengan cara memasukan bibit ke dalam leher baglog
hingga penuh. Proses ini membutuhkan ketelitian dan peralatan yang serba steril,
agar bibit yang dikembangkan tidak terkontaminasi organisme lain. Biasanya
baglog disebut juga dengan bibit siap tanam atau bibit yang biasa dibudidayakan
petani di rumah kumbung jamur.

2. Biaya ( price )

Dasar baglog biaya Rp 2 jt*

Harga jual bibit per botol:

F0 Rp 100rb – Rp 150rb (tergantung volume media)

F1 Rp 60rb-80rb (khusus)** & Rp 35 rb

F2 Rp 10rb-15rb (khusus)** & Rp 7rb

3. Tempat Penjualan ( Place )


 Skala usaha kecil menengah, di mana hasil produksi atau panen jamur
tiram hanya beberapa kilo gram saja, untuk pemasarannya dapat
dilakukan dilingkungan tempat usaha dengan cara menawarkan dor to dor
kepada warga sekitar atau warung-warung dilingkungan sekitar
 Skala usaha menegah, dalam skala ini hasil panen sudah bisa mencapai
100 kilo gram sampai 1 kwintal, hasil produksi dapat dipasarkan seperti di
poin 1 diatas, juga bisa memasarkannya ke pasar-pasar rakyat di
lingkungan tempat usaha
 Skala usaha tingkat atas yang sudah dapat memproduksi jamur tiram
segar 5 kwintal lebih, pemasarannya dapat melalui 2 metode diatas dan
bahkan memperluas keseluruh pasar rakyat dan pasar induk, dan jika
memiliki modal 3 kali lipat bisa join market dengan supermarket, sebab
biasanya supermarket tidak akan membayar secara cash terhadap barang
yang ditawarkan secara continue, tetapi biasanya pembayaran dibayar
setiap 3 minggu atau 1 bulan sekali.
4. Promosi (Promotion)
Pemasaran jamur tiram di aplikasikan secara offline dan online. Untuk
promosi berencana akan mengadakan pameran jamur, dan juga berbagai masakan
olahan dari jamur hasil panen. Kami juga akan member potongan harga sebesar
15% selama 3 hari untuk pembelian jamur per kilogramnya .
Strategi atau cara pemasaran jamur tiram melalui media internet ini akan
mampu memberikan dampak yang baik untuk meningkatkan omset penjualan.
Karena dari internet, akan dengan mudah mendatangkan calon pembeli secara
langsung untuk menawar produk jamur tiram .

5. Target Pasar
Dapat dilakukan dengan membidik para pengepul maupun tengkulak
untuk memasarkan jamur tiram segar dalam jumlah yang cukup banyak,
membidik konsumen rumah tangga dengan memasarkannya melalui pasar
tradisional maupun supermarket, atau bisa juga membidik konsumen industri
seperti restoran, rumah makan ataupun hotel-hotel yang membutuhkan persediaan
jamur tiram segar.

2.5 Controlling

Pengawasan atau controling yaitu suatu kegiatan mengamati sekaligus


mengontrol segala proses produksi yang ada didalam perusahaan dari lini
terbawah hingga lini teratas, agar segala bentuk penyimpangan dapat sesegara
mungkin tertangani.
Prinsip pengawasan ada tujuh, yaitu :
a. Mencerminkan sifat dari apa yang diawasi
Maksudnya adalah pengawasan memiliki fungsi dan tujuan yang sama
terhadap apa yang akan diawasinya, contohnya adalah pengawasan terhadap
pembiayaan usaha yang sama-sama menghindari dari kerugian usaha
pembibitan.
b. Dapat diketahui segera penyimpangan yang terjadi
Pengawasan memiliki fungsi yang salah satunya adalah mengetahui dan
mengidentifikasai berbagai penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam
usaha pembibitan, sehingga penyimpangan tersebut lebih cepat terselesaikan
dan dihindari dan dapat sesegera mungkin terselesaikan.
c. Fleksibel
Artinya pengawasan itu tidak bersifat kaku. Pengawasan harus selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan produksi suatu usaha pembibitan.
d. Mencerminkan pola organisasi
Pengawasan dapat mencerminkan pola dan struktural organisasi karena
pengawasan tersebut berada dalam organisasi, yang dapat membantu kinerja
organisasi tersebut.

e. Ekonomis
Karena pengawasan itu sangat dekat dan menyangkut kepada masalah biaya,
maka pengawasan itu juga dapt menghemat suatu proses produksi usaha
pembibitan.
f. Mudah dipahami
Pengawasan itu mudah dipahami karena kegiatan pengawasan pada akhirnya
akan dilaporkan kepada atasan, sehingga mudah dituntut untuk mudah
dipahami.
g. Dapat segera diadakan perbaikan
Berkaitan dengan prinsip pengawasan no. b bahwa pengawasan harus dapat
mengetahui penyimpangan yang terjadi, sehingga dari kegiatan pengawasan
tersebut harus dapat sesegera mungkin memberikan solusi yang baik untuk
perbaikan-perbaikan penyimpangan yang telah terjadi.

Proses Pengawasan dalam Usaha Pembibitan Jamur Tiram

Pengawasan dilakukan dengan menggunakan cara dengan melakukan


pengawasan langsung ditempat, sehingga apapun yang diawasi oleh seorang
pengawas dapat terlihat langsung dan sesuai dengan sebenernya. Pengawasan
langsung ditempat dinyatakan lebih efektif dan efisien karena dapat
meminimalisir biaya yang keluar selain itu data-data yang diperoleh sangat akurat
karena dapat dibuktikan dan sesuai dengan kenyataan. Sebenarnya Usaha
Pembibitan Jamur Tiram bisa saja tidak hanya memiliki satu cara dalam
pelaksanaan pengawasan juga memiliki beberapa cara lain yang salah satunya
adalah dengan menggunakan cara laporan tertulis, hal ini ditempuh demi
memudahkan dalam pengarsipan proses-proses kinerja usaha pembibitan. Laporan
tertulis juga dapat membantu ketika seseorang pemilik usaha, karena seluruh
proses produksi telah tercatat.
Pengawasan yang sebaiknya dilakukan usaha pembibitan adalah
Pengawasan dilihat dari segi objek disebut juga pengawasan administratif dan
operatif. Contoh pengawasan administratif ialah pengawasan pembiayaan,
inspeksi dan pengawasan order dan pengawasan kebijaksanaan. Pengawasan
dilihat dari segi objek juga merupakan pengawasan terhadap produksi, keuangan,
aktivitas karyawan dan sebagainya.

 Pengawasan terhadap produksi, pengawasan ini dipusatkan kepada proses


produksi dari barang mentah hingga menjadi barang siap jual atau
dipasarkan, yang kesemuanya itu akan dilaporkan. Pengawasan ini akan
dilakukan leh kepala bagian produksi serta diketahui langsung oleh
pemilik usaha. Sehingga keseluruhan tanggung jawab produksi akan
dipertanggungjawabkan kepada kepala bagian produksi dan laporannya
akan diserahkan kepada pemilik usaha.
 Pengawasan terhadap keuangan, pengawasan ini biasanya hanya
memusatkan diri kepada masalah keuangan perusahaan, yang dilaksanakan
oleh bidang keuangan. Bagian ini mengawasi setiap uang yng keluar
masuk perusahaan.
 Pengawasan terhadap aktivitas karyawan, pengawasan ini hanya
mengawasi tingkah laku karyawan, kinerja dari karyawan perusahaan,
hingga kemampuan mereka untuk berproduksi. Untuk pengawasan ini
dilakukan langsung oleh pemilik usaha pembibitan.

Pengawasan dengan cara ini lebih terstruktur dan efektif mengingat suatu
perusahaan begitu banyak oranisasi-organisasi (lini) yang menaungi program
kerja masing-masing sehingga pengawasan lebih tersusun rapi. Pemilik usaha
akan menerima laporan dari tiap-tiap kepala bagian yang telah melakukan
pengawasan, kemudian akan memberikan keputusan terhadap hasil laporan
pengawasan tersebut. Apabila terdapat beberapa penyimpangan maka pemilik
usaha akan memberikan instruksi kepada kepala bagian untuk melakukan
perbaikan, dan jika tidak ditemui penyimpangan yang tidak diinginkan maka
proses produksi dapat berlanjut kembali.
III. KESIMPULAN

Manajemen pembibitan jamur tiram dapat dilakukan dengan baik dan benar
dengan melakukan kegiatan berupa planning, organizing, directing, actuating, dan
juga controlling. Planning atau perencanaan dilakukan dengan persiapan tempat
produksi, persiapan bahan tanam, persiapan media tanam, persiapan alat dan
bahan. Organizing dilakukan dengan pembuatan struktur organisasi dan
pembagian tugas sesuai dengan divisi masing-masing. Untuk directing atau
pengarahan dilakukan dengan orientasi, perintah, dan delegasi wewenang.
Actuating atau pelaksanaan dilakukan dengan produksi (pembuatan bibit jamur
F1, bibit jamur F2, bibit jamur F3, dan bibit jamur F4), penentuan biaya, tempat
pemasaran, promosi yang dilakukan dan target pasar. Untuk controling atau
pengawasan dilakukan dengan pengawasan terhadap produksi, keuangan, aktivitas
karyawan. Apabila kelima aspek tersebut dilakukan dengan baik dan benar
diharapkan usaha pembibitan jamur tiram dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Suharjo, Enjo. 2007. Budidaya Jamur dengan Media Kardus. Jakarta: Agromedia
Pustaka

Sunarmi, Yohana Ipuk dan Cahyo Saparinto. 2010. Usaha 6 Jenis Jamur Skala
Rumah Tangga. Depok: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai