Anda di halaman 1dari 16

GULMA TANAMAN KELAPA (Coconut Nucifera L)

PAPER

OLEH :
SANDI KURNIAWAN
170301016
AGRONOMI 1

PERKEBUNAN B : KARET DAN KELAPA


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
GULMA TANAMAN KELAPA (Coconut nucifera L)

PAPER

OLEH :
ELVA AZIZA
170301059
AGRONOMI 1

Paper Sebagai Salah Satu Untuk dapat Memenuhi Komponen Penilaian


di Mata Kuliah Perkebunan B : Karet dan Kelapa Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PERKEBUNAN B : KARET DAN KELAPA


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
Judul : Gulma Tanaman Kelapa (Coconut nucifera L)
Nama :Sandi kurniawan
NIM : 170301016
Grup : Agronomi 1

Diketahui Oleh:
Asisten Koordinator

(Muhammad Ridho Adha)


NIM. 140301186
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul paper ini adalah “Gulma Tanaman Kelapa (Coconut nucifera

L) yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di

Mata Kuliah Perkebunan B : Karet dan Kelapa Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

n yang telah membimbing dalam penyusunan paper ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu

penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya paper

yang lebih baik kedepannya.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan

semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2019

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………….………...…...iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
PENDAHULUAN

Latar Belakang……………………………………………….…....………..1

Tujuan Praktikum…………………………………………………………...2

Kegunaan Penulisan…………………………………………………...……2

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Tanaman kelapa……………………………………...……..........3
Syarat Tumbuh……………………….……………………………………..4
Iklim……………………………………………………………..............4
Ketinggian Tempat…………………………………………..…..............4
Tanah………………………………………………………………..…...5
GULMA TANAMAN KELAPA (Coconut nucifera L)
Pengendalian Gulma Pada Tanaman Kelapa…..…………………………...6
Pengendalian Secara Mekanis dan Kimia..…..……......................................8
Teknik Aplikasi Herbisida………………....................................................8
Jenis Gulma pada Tanaman Kelapa.........................................9
Putri Malu…………………………10
Tembagan………………………………………………………………11
Gletak……………………………………………….
Lempuyang
Porang

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Saat ini Indonesia merupakan negara yang memiliki areal kelapa terluas di

dunia yaitu kurang lebih 3,9 juta ha1 dengan produksi 3,3 juta ton setara kopra dan

menempati urutan kedua setelah Philipina sebagai negara produsen kelapa. Masalah

perkelapaan Indonesia saat ini adalah produktivitas yang masih rendah karena

banyaknya tanaman dalam kondisi rusak dan sudah tua. Diperkirakan sekitar 10 %

atau 380.000 ha dalam keadaan rusak atau tua (Anonim a, 2008).

Kelapa merupakan komoditi penting dan merupakan bagian dari kehidupan

masyarakat Indonesia, karena dari daun, buah, dan batang semuanya dapat

dimanfaatkan. Pada tahun 2006, luas areal tanaman kelapa tercatat 3.817.796 ha,

didominasi oleh perkebunan rakyat seluas 3.749.844 ha (98,22 %), perkebunan besar

negara seluas 6.148 ha (0,16 %) dan perkebunan besar swasta seluas 61.804 (1,62

%), dengan total produksi sebesar 3.156.876 ton, yaitu perkebunan rakyat sebesar

3.112.040 ton (98,58 %), perkebunan besar negara sebesar 3.672 ton (0,12 %) dan

perkebunan besar swasta sebesar 41.164 ton (1,30 %). Lokasi perkebunan kelapa

tersebar di seluruh kepulauan Nusantara. Areal tanaman kelapa di pulau Sumatera

mencapai 33,63 %, di Jawa 22,75 %, Sulawesi 19,40 %, Bali, NTB dan NTT sebesar

7,70 %, Maluku dan Papua 8,89 % serta Kalimantan 7,62 % dari total luas areal

kelapa Indonesia (Anonim b, 2007).

Kelapa adalah tanaman serba guna. Seluruh bagian tanaman bermanfaat bagi

kehidupan manusia (Setyamidjaja, 1984). Keragaan perkebunan kelapa menunjukkan

(1) luas kepemilikan usaha tani kelapa rata-rata 0,5 ha/keluarga petani, (2)

pertanaman umunya diusahakan dalam bentuk monokultur, (3) adopsi teknologi

budidaya belum dilaksanakan secara wajar, (4) produk usaha tani yang dihasilkan
masih bersifat produk primer berbentuk kelapa butiran dan kopra, (5) produktivitas

usaha tani kelapa rendah rata-rata 1,1 ton kopra/ha/tahun (Tarigan, 2005).

Gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh/hadir pada

suatu tempat/keadaan yang tidak diinginkan (Tjitrosoedirdjo et al.,

1984). Sekarang, gulma tidak selamanya dinilai negatif. Keberadaan

gulma dapat sebagai pencegah erosi dengan menjadi tanaman penutup

lahan (ground cover). Dua gulma penting yang sering berada pada

perkebunan kelapa adalah alang-alang (Imperata cylindrica) dan

lantana (Lantana camara). Alang-alang adalah gulma yang kuat dan

sering ditemukan pada awal pembukaan lahan. Alang-alang dapat tumbuh

pada tanah kahat hara, terutama pada lahan gundul (Banzon dan

Velasco, 1982).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui gulma

yang tumbuh pada perkebunan kelapa (Cocos nucifera L)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu

syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Mata Kuliah

Perkebunan B : Karet dan Kelapa Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan.


TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tanaman Kelapa

Habitus tanaman ini adalah pohon dengan tinggi 20-30 m. Kelapa

memiliki batang tegak, silindris, permukaan kasar, dan umumnya

berwarna coklat. Daun kelapa termasuk ke dalam jenis daun majemuk,

dengan ciri-ciri rnenyirip, berbentuk pita, berujung runcing, dan

berpangkal tumpul. Daun kelapa memiliki panjang 0,5-1 m dan lebar 3-

4 cm, memiliki pelepah, bertangkai silindris dengan panjang 0,5-1 m,

berwarna hijau dengan pertulangan daun sejajar. Bunga kelapa

termasuk bunga majemuk yang berbentuk malai yang tumbuh di ketiak

daun. Malai (janjang) memiliki panjang 25-40 cm dengan tangkai

berbentuk segi tiga. Panjang tangkai janjang 10-15 cm berwarna

kuning. Kelopak bunga kelapa bercangap (mancung) dengan warna kuning

tua. Benang sari pada bunga kelapa memiliki panjang 3-5 cm berwarna

kuning. Tangkai putik berbentuk silindris berwarna kuning. Sedangkan

mahkota berbentuk lonjong yang berjumlah lima helai dan memiliki

warna kuning. Buah kelapa mempunyai bentuk bulat telur (pada jenis

tertentu agak segitiga), berkulit serabut dan berwarna hijau

(tergantung jenisnya). Sedangkan biji kelapa berbentuk bulat,

berwarna putih agak lunak. Kelapa memiliki akar serabut dan berwarna

coklat (Anonim e, 2009).

Syarat tumbuh

1.      Iklim
Tanaman kelapa membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai untuk

pertumbuhan dan produksinya. Disamping itu, iklim merupakan faktormpenting

yang ikut menetukan pertumbuhan tanaman kelapa (Suhardiono 1993).Tanaman

kelapa tumbuh optimum pada 100 LS – 100 LU, dan masih tumbuh baik pada 150 LS

– 150 LU. Kelapa tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan antara 1300-2300

mm/tahun, bahkan sampai 3800 mm atau lebih, sepanjang tanah mempunyai drainase

yang baik. Akan tetapi distribusi curah hujan, kemampuan tanah untuk menahan air

hujan, serta kedalaman air tanah lebih penting dari pada jumlah curah hujan

sepanjang tahun. Sedangkan angin berperan penting pada penyerbukan bunga dan

transpirasi tanaman. Kelapa menyukai sinar matahari dengan lama penyinaran

minimum 120 jam/bulan atau 2000jam/tahun sebagai sumber energi fotosintesis. Bila

dinaungi, perumbuhan tanaman muda dan buah akan terhambat. Kelapa juga sangat

peka terhadap suhu rendah dan tumbuh paling baik pada suhu 20-270C. Suhu rendah

tidak cocok unutk tanaman kelapa, karenanya penyebaran tanaman kelapa terbatas

pada daerah tropis.

2.      Ketinggian Tempat

Tanaman kelapa secara komersial dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

dari pinggir laut sampai 600 meter di atas permukaan laut. Ketinggian yang optimal

0-450 m dpl. Kelapa dapat tumbuh diatas ketinggian tersebut, namun hasilnya

berkurang. Pada ketinggian 450-1000 m dpl waktu berbuah terlambat, produksi

sedikit, dan kadar minyaknya rendah.

3.      Tanah
Tanaman kelapa dapat tumbuh pada bagian jenis tanah aluvial, lateril,

vulkanis, berpasir, liat, dan tanah berbatu. pH tanah yang baik untuk pertumbuhan

tanaman kelapa adalah 6,5-7,5. Namun demikian kelapa masih dapat tumbuh pada

tanah yang mempunyai pH 5-8

GULMA PADA TANAMAN KELAPA (Cocos nucifera L)

Pengendalian Gulma pada Tanaman Kelapa

Gulma merupakan organisme pengganggu tanaman di perkebunan yang

menjadi masalah sejak persiapan lahan sampai dengan pemeliharaan

tanaman menghasilkan. Gangguan gulma tidak terlalu eksplosif seperti

halnya hama dan penyakit, tetapi terjadi secara terus menerus dan

dalam jangka panjang, keberadaan gulma juga mengganggu pekerja dalam

melakukan kegiatan petik kelapa yang dilakukan setiap hari.

Pengendalian gulma adalah salah satu kegiatan dalam

pemeliharaaan tanaman kelapa yang bertujuan untuk mengendalikan

populasi gulma guna mengurangi persaingan kebutuhan air, unsur hara

dan sinar matahari dan untuk mengurangi kemungkinan penularan

penyakit dan serangan hama dengan perantara gulma sebagai inangnya.

Keberadaan gulma ini juga akan mengakibatkan keadaan iklim mikro

yang cenderung lembab..

Pengendalian Secara Mekanis dan Kimiawi

Gulma-gulma yang ada di perkebunan kelapa dikendalikan secara

mekanis (manual weeding) dan secara kimiawi dengan menggunakan

herbisida sistemik Roundup atau Posat dengan dosis 2 liter/ha (tiap


satu liter herbisida dilarutkan dalam 1.000 liter air atau 1

cc/liter). Penyemprotan dilakukan dengan alat semprot manual (knap

sack-sprayer). Bahan aktif herbisida Roundup adalah isopropilamina

glifosat 486 gram/liter setara dengan glifosat 360 gram/liter.

Sebagaimana disebutkan di awal, dosis yang digunakan rendah yaitu 1

cc/liter dengan alasan agar tidak berdampak negatif terhadap

lingkungan dan menimbulkan resistensi pada spesies gulma. Herbisida

Roundup merupakan herbisida non-selektif yang dapat mematikan hampir

semua jenis gulma yang terkena. Herbisida Roundup bekerja secara

sistemik. Dalam artian bila diaplikasikan pada gulma dapat

ditranslokasikan dari bagian satu ke bagian lainnya sehingga seluruh

bagian gulma mengalami keracunan akut. Herbisida sistemik terutama

digunakan untuk mengendalikan gulma yang memiliki organ-organ

perkembangbiakan.

Teknik Aplikasi Herbisida

Aplikasi herbisida sangat bagus apabila dilakukan pada saat

cuaca baik dan agak lembab. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan

setelah gulma tumbuh (post emergence). Pengendalian gulma baik

secara mekanis maupun secara kimiawi dengan herbisida purna tumbuh

dilakukan dua kali setahun setiap sebelum kegiatan pemupukan. Hal

ini dilakukan agar pupuk langsung mengenai tanah dan berhubungan

dengan akar tanaman (feeding roots). Cara ini dikenal sebagai

“premanuring weeding”.
Pada pengendalian gulma secara mekanis, lahan akan terlihat

cepat bersih walau 2-3 bulan yang akan datang gulma tersebut dapat

kembali tumbuh. Dengan cara ini juga relatif aman bagi pekerja dan

lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia yang dapat

mengganggu kesehatan pekerja serta mencemari tanah. Kegiatan

pembabatan ini baik apabila dilakukan sebelum gulma ini berbunga dan

menghasilkan biji. Untuk mencegah erosi dan pengawetan tanah, cara

pembabatan adalah cara yang dianjurkan, karena masih tertinggalnya

bagian gulma diatas tanah maupun dibawah tanah, sehingga dengan

cepat gulma akan tumbuh kembali. Namun, kekurangannya adalah

banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan

pengendalian secara mekanis tersebut.

Sehingga hal ini akan dikaitkan dengan kondisi keuangan yang

ada. Sedangkan pengendalian dengan cara kimiawi memang dirasa lebih

efektif walaupun hasilnya tidak langsung terlihat. Pengendalian ini

juga hemat tenaga kerja, bahkan rasio apabila pengendalian dilakukan

dengan cara kimiawi dan mekanis mencapai 1:6. Namun kendalanya

adalah selain membahayakan bagi kesehatan pekerja karena

perlengkapan keamanan yang kurang memadai, hal tersebut juga akan

berdampak pada pencemaran lingkungan. Selain faktor tersebut,

keberadaan alat semprot juga masih dirasa kurang sehingga

keefektivitasannya belum begitu terasa.

Jenis-Jenis Gulma pada Tanaman Kelapa


Putri malu (Mimosa pudica)

Gulma ini sangat mengganggu karena morfologi tubuhnya yang

berduri yang sering melukai pekerja ketika melakukan kegiatan

pemeliharaan yang lain maupun kegiatan pengumpulan hasil. Gulma

putri malu ini dikendalikan dengan cara babat manual menggunakan

sabit.

Tembagan (Ischaemum timorense Kunth.)

Habitus gulma ini adalah rumput menjalar atau tegak yang dapat

mencapai 100 cm. Pada buku terdapat akar. Gulma ini termasuk gulma

tahunan. Morfologi daun berbentuk lanset atau hampir berbentuk

garis. Pangkalnya runcing atau menyempit mirip tangkai. Sedangkan

bagian ujung daunnya runcing dengan lidah daun yang pendek.

Perbungaan tandan, menyerupai bulir ganda dengan anak bulir hitam

karena sering terserang jamur api. Gulma ini berkembang biak dengan

biji dan stek batang serta dapat tumbuh di tempat terbuka atau agak

terlindung hingga 1.600 mdpl. Sama seperti putri malu, gulma ini

dikendalikan secara mekanis dengan cara babat manual.

Gletak (Borreria alata)

Batang gulma ini berbentuk segi empat bersayap, menjalar atau

tegak hingga 75 cm, bercabang mulai pangkalnya dan termasuk dalam

gulma semusim. Daun berhadapan, jorong hingga bundar telur,

pinggirnya rata permukaan licin, sering berwarna hijau kekuningan.

Perbungaan mengelompok di ketiak daun, berwarna ungu muda, jarang


putih. Buah berbentuk kapsul dengan 2 biji. Berkembang biak dengan

biji. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.700

mdpl. Gulma ini tidak terlalu membahayakan sehingga tidak perlu

dilakukan penyiangan secara clean weeding. penyiangan gulma ini

kadang dilakukan pada titik-titik (spot-spot) tertentu apabila

dirasa perlu seperti di tepi jalan antar blok dsb. Penyiangan dengan

cara babat manual ataupun dengan aplikasi herbisida sistemik

berbahan aktif glifosat (Roundup atau Posat).

Lempuyang (Zingiber zerumbet)

Cara pengendalian efektif untuk gulma lempuyang adalah dengan

menggali akar rimpangnya dan dikumpulkan di dalam karung. Biasanya

pada musim kemarau, gulma ini dicari orang untuk dijadikan bahan

jamu karena gulma ini telah diketahui termasuk tanaman berkhasiat

obat. Khasisat lempuyang ini antara lain sebagai jamu penambah nafsu

makan dan pelangsing alami.

Porang/iles-iles (Amorphophallus oncophyllus)

Gulma ini termasuk tanaman semusim yang masuk dalam famili

araceae (talas-talasan) yang biasa dijadikan koleksi bagi para

penggemar tanaman hias. Selain itu, dalam industri farmasi juga

mulai dikembangkan sebagai bahan baku obat alami. Mempunyai ciri-

ciri berbatang lunak berair, menggunakan umbi batang sebagi organ

perbanyakan vegetatifnya. Selain itu, gulma ini juga dapat berbunga.

Pembesaran batang yang bertunas juga dapat membentuk individu baru.


Gulma ini akan cepat tumbuh kembali apabila tidak dibabat sampai

akar-akarnya.

Kerugian yang terjadi karena gulma, secara umum disebabkan

antara lain (Mangoensoekarjo, 1983):

a. Menekan pertumbuhan dan menurunnya hasil akibat persaingan

dalam hal hara, air dan cahaya, serta zat penghambat

pertumbuhan oleh gulma (alelopati);

b. Mempersulit cara pengelolaan tanaman;

c. Mempengaruhi cara pemanenan yang mengakibatkan meningkatnya

biaya dan menurunkan hasil;

d. Menurunkan kualitas hasil karena tercampur dengan bagian-

bagian gulma;

e. Menurunkan produksi akibat meningkatnya pengaruh organisme

pengganggu tumbuhan yang lain (hama, penyakit, nematoda,

dll.) yang hidup pada beberapa jenis gulma.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2008. Pendeklarasian Berdirinya Dewan Kelapa Indonesia

(DEKINDO). . Diakses tanggal 13 November 2009.

Anonim b. 2007. Roadmap Komoditi Kelapa. Departemen Pertanian

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Jakarta.

Anonim e. 2009. Kelapa. . Diakses tanggal 21 Juli 2009.

Arimbawa,w,p.2016.”Pengembangan Produksi Tanaman Industri”.Universitas

Udayana.Denpasar.

Mangoensoekarjo, S. 1983. Pedoman Pengendalian Gulma pada Tanaman

Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen

Pertanian, Jakarta.

Mardiotmoko,G, dan Mira Ariyanti.2018.”Produksi Tanaman Kelapa

(Cocos nucifera L.). Badan Penerbit Fakultas Pertanian Universitas

Pattimura. Ambon

Tjitrosoedirdjo, S., Is Hidajat Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984.

Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Penerbit Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai