Anda di halaman 1dari 18

Menuju Pertanian Organik

BAB VII.
SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK

7.1 Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat :
Dalam Bab ini dibahas tentang pentingnya kesehatan
pangan dan lingkungan, standard pertanian organik,
sertifikasi bertahap pertanian organik, prosedur
pengajuan sertifikasi organik.
2. Standar Kompetensi :
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pentingnya
kesehatan pangan dan lingkungan, standard pertanian
organik, sertifikasi bertahap pertanian organik, prosedur
pengajuan sertifikasi organik.
3. Kompetensi Dasar/Indikator Performance :
Mempelajari teori tentang Pentingnya kesehatan pangan
dan lingkungan, standard pertanian organik, sertifikasi
bertahap pertanian organik, prosedur pengajuan
sertifikasi organik.
4. Petunjuk Belajar :
a. Bacalah terlebih dahulu deskripsi singkat setiap Bab.
b. Pelajari dengan seksama materi kuliah dan ringkasan
dari setiap Bab sampai anda memahami betul.
c. Kerjakan pertanyaan dan tugas yang terdapat di dalam
buku kegiatan.
d. Bila menjumpai kesulitan diskusikan dengan teman
dan/atau dosen pada saat kuliah.
e. Pelajari jawaban/kisi-kisi jawaban setiap pertanyaan.

1
M. Zayin Sukri & Sugiyarto

7.2 Pentingnya Kesehatan Pangan dan Lingkungan


Pertanian organik menurut International Federation
of Organic Agriculture Movements (IFOAM, 2005)
didefinisikan sebagai sistem produksi pertanian yang
holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan
kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami,
sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup,
berkualitas, dan berkelanjutan. Pertanian organik adalah
sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan
mempercepat biodiversitas, siklus biologi dan aktivitas
biologi tanah. Tujuan yang hendak dicapai dalam
penggunaan sistem pertanian organik menurut IFOAM
antara lain:
1. Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem
usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik,
flora dan fauna, tanah, tanaman serta hewan
2. Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para
produsen pertanian (terutama petani) dengan kehidupan
yang lebih sesuai dengan hak asasi manusia untuk
memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh
penghasilan dan kepuasan kerja, termasuk lingkungan
kerja yang aman dan sehat
3. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara
berkelanjutan.
Pertanian organik menurut IFOAM merupakan
sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari
penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa
genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air.
Pertanian organik di sisi lain juga berusaha meningkatkan
kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna, dan
manusia. Penggunaan masukan di luar pertanian yang

2
Menuju Pertanian Organik

menyebabkan kerusakan sumber daya alam tidak dapat


dikategorikan sebagai pertanian organik, sebaliknya sistem
pertanian yang tidak menggunakan masukan dari luar,
namun mengikuti aturan pertanian organik dapat masuk
dalam kelompok pertanian organik, meskipun agro-
ekosistemnya tidak mendapat sertifikasi organik.
Sehubungan dengan kesehatan pangan dan
lingkungan maka Kementerian Pertanian (2007) dalam Road
Map Pengembangan Pertanian Organik 2008-2015
mengemukakan, bahwa pertanian organik dalam praktiknya
dilakukan dengan cara, antara lain :
a. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa
genetika (GMO= genetically modified organism).
b. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis
(pengendalian gulma, hama, dan penyakit dilakukan
dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman),
c. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth
regulator) dan pupuk kimia sintetis (kesuburan dan
produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan
menambahkan pupuk kandang dan batuan mineral alami
serta penanaman legum dan rotasi tanaman)
d. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan
aditif sintetis dalam makanan ternak.
Pertanian organik berdasarkan beberapa konsep dan
definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan
sebagai sistem usahatani yang mengelola sumber daya alam
secara bijaksana, holistik, dan terpadu untuk memenuhi
kebutuhan manusia khususnya pangan dengan
memanfaatkan bahan-bahan organik secara alami sebagai
“input dalam” pertanian tanpa “input luar” tinggi yang
bersifat kimiawi, sehingga mampu menjaga lingkungan serta

3
M. Zayin Sukri & Sugiyarto

mendorong terwujudnya pertanian yang berkelanjutan


dengan prinsip atau hubungan timbal balik.
Prinsip kesehatan pada pertanian organik adalah
bahwa pertanian organik harus melestarikan dan
meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia,
dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan. Prinsip
ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan
komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan,
distribusi, dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan
meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari
yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia,
serta dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu
tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan
dan kesejahteraan, sehingga harus dihindari penggunaan
pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif
makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.
Pangan yang tidak aman untuk dikonsumsi dapat
menyebabkan penyakit
yang disebut foodborne diseases yaitu gejala penyakit yang
timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung
senyawa beracun atau organisme patogen. Pangan mentah
maupun olahan menjadi tidak aman dikonsumsi apabila
telah tercemar. Pencemaran pada pangan dapat ditinjau dari
beberapa segi, yaitu: 1) segi gizi, jika kandungan gizinya
berlebihan sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit
degeneratif seperti jantung, kanker, diabetes; dan 2) segi
kontaminasi, apabila pangan terkontaminasi oleh
mikroorganisme ataupun bahan-bahan kimiawi maka
menjadi tidak aman untuk dikonsumsi (Anwar, 2010).

4
Menuju Pertanian Organik

Hal-hal yang berkaitan dengan keamanan pangan di


Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28
tahun 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 ini
menyebutkan bahwa keamanan pangan merupakan kondisi
dan upaya yang diperlukan untuk melindungi pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan serta membahayakan
kesehatan manusia. Kemanan pangan dalam pedoman teknis
pengembangan mutu dan keamanan pangan dari
Kementerian Pertanian (2010) adalah jaminan bahwa
pangan tidak akan menyebabkan bahaya bagi konsumen jika
disiapkan dan/atau dimakan sesuai dengan tujuan
penggunaan.
Standar sistem pangan organik di Indonesia lebih
spesifik dari pada standar kemanan pangan pada umumnya.
Sertifikasi menurut Pedoman Teknis Pembinaan dan
Sertifikasi Pangan Organik dari Kementerian Pertanian
(2012) adalah prosedur dari lembaga sertifikasi Pemerintah
atau lembaga sertifikasi yang diakui Pemerintah
memberikan jaminan tertulis atau setara bahwa pangan atau
sistem pengawasanpangan sesuai dengan persyaratan.
Sistem pengawasan dan sertifikasi pangan organik di
Indonesia mengacu pada SNI pangan organik, CAC (Codex
Alimentarius Commission) dan IFOAM (Sriyanto, 2010).
Pemilik usaha harus menetapkan, menerapkan dan menjaga
produk organik yang sesuai dengan ruang lingkup
kegiatannya sebagai langkah awal dalam mempersiapkan
sertifikasi, dalam hal ini pemilik harus mendokumentasikan
kebijakan, sistem, program, prosedur, dan instruksi untuk
menjamin mutu produk organiknya.

5
M. Zayin Sukri & Sugiyarto

7.3 Standard Pertanian Organik


Standardisasi adalah proses merumuskan,
menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang
dilaksanakan secara tertib melalui kerjasama dengan semua
pihak yang berkepentingan. Standardisasi mutu produk
berkaitan dengan appeareance atau kenampakan, seperti :
ukuran besar/volume, warna, kandungan air dan sebagainya
yang ditentukan oleh penjual dan pembeli. Selain itu, mutu
produk juga dikaitkan dengan masalah keamanan pangan,
keamanan bagi manusia, hewan dan tumbuhan serta
lingkungan. Standar-standar produksi dan pengolahan
produk pertanian semuanya disusun sebagai alat yang
membantu mencegah tersingkirnya sebuah produk dari
pasar.
Departemen Pertanian telah menyusun standar
pertanian organik di Indonesia yang tertuang dalarn SNI
01-6729-2002 (BSN, 2002). SNI sistem pangan organik ini
merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang
nantinya juga harus diakreditasi oleh Deptan melalui PSA
(Pusat Standarisasi dan Akreditasi). SNI sistern pangan
organik diadopsi dengan mengadopsi seluruh materi dalam
dokumen standar CAC/GL 32 - 1999, Guidelines for the
production, processing, labeling and marketing of
organikally produced food dan dimodifikasi sesuai dengan
kondisi Indonesia.
Bila dilihat kondisi petani di Indonesia, hampir tidak
mungkin mereka mendapatkan label sertifikasi dari suatu
lembaga sertifikasi asing maupun dalam negeri. Luasan
lahan yang dimiliki serta biaya sertifikasi yang tidak
terjangkau, menyebabkan mereka tidak mampu
mensertifikasi lahannya. Satu-satunya jalan adalah

6
Menuju Pertanian Organik

membentuk suatu kelompok petani organik dalam suatu


kawasan yang luas yang memenuhi syarat sertifikasi,
dengan demikian mereka dapat membiayai sertifikasi usaha
tani mereka secara gotong royong. Namun ini pun masih
sangat tergantung pada kontinuitas produksi mereka
(Husnain et al., 2005).
Pengertian tentang sistem pertanian organik yang
benar perlu disebarluaskan pada masyarakat. Pengertian
tersebut meliputi filosofi, tujuan, penerapan, perdagangan,
dan lain-lain. Sebagai acuan untuk penyebarluasan
pengertian pertanian organik sebaiknya menggunakan
standar dasar yang dirumuskan oleh IFOAM. Organisasi di
tingkat petani merupakan kunci penting dalam budidaya
pertanian organik. Hal ini terkait dengan masalah
penyuluhan dan sertifikasi. Agribisnis produk organik di
tingkat petani kecil akan sulit diwujudkan tanpa dukungan
kelompok tani.

7.4 Sertifikasi Pertanian Organik


Dalam Pertanian organik berlaku standar yang
berfungsi sebagai pedoman bagi petani dan pelaku lain
dalam menjalankan usahanya di bidang ini. Standar ini
berisi prinsip-prinsip mendasar pertanian organik dan hal-
hal umum yang sebaiknya dilakukan dan dihindari dalam
bertani organik.
Sertifikasi organik adalah proses untuk mendapatkan
pengakuan bahwa proses budidaya pertanian organik atau
proses pengolahan produk organik dilakukan berdasarkan
standar dan regulasi yang ada. Apabila memenuhi prinsip
dan kaidah organik, produsen dan atau pengolah (prosesor)
akan mendapatkan sertifikat organik dan berhak

7
M. Zayin Sukri & Sugiyarto

mencantumkan label organik pada produk yang dihasilkan


dan pada bahan-bahan publikasinya. Yang berhak
mengeluarkan Sertifikasi Organik adalah Lembaga
Sertifikasi Pangan organik (LSPO) yang telah diakreditasi
oleh Komite Akreditasi Nasional [KAN] dan telah
diverifikasi oleh Otoritas Kompeten Pertanian Organik
[OKPO] Kementerian Pertanian RI sebagai Lembaga
Sertifikasi Pangan Organik yang kompeten berdasarkan
Pedoman KAN 901-2006 tentang Persyaratan Umum
Lembaga Sertifikasi Pangan Organik.
Pemerintah Indonesia telah menerbitkan SNI
(Standar Nasional Indonesia) 01-6729-2002 tentang Sistem
Pangan Organik, yang dapat menjadi acuan bagi para pelaku
terkait pengembangan Pertanian organik. Standar ini
mengacu pada standar internasional yakni Codex CAC/GL
32/1999, dan cukup selaras dengan standar dasar IFOAM
(International Federation of Organic Agriculture
Movement).
Di dalam SNI ini telah diatur berbagai hal yang
mengatur tentang lahan, saprodi, pengolahan, labelling
sampai pemasaran produk pangan organik. Tujuan utama
dari standar ini adalah untuk memfasilitasi produsen produk
pangan organik di Indonesia yang akhir-akhir ini marak,
agar mempunyai acuan di dalam melabel produknya. Tidak
mudah mendapatkan sertifikat / label SNI organik, karena
untuk mendapatkan label organik pada produk terlebih
dahulu harus dilakukan serangkaian kegiatan sertifikasi
organik oleh lembaga sertifikasi produk pangan organik
yang kredibel.
Dalam upaya mendorong pembangunan pertanian
organik di Indonesia untuk menuju sertifikasi produk

8
Menuju Pertanian Organik

organik, Pusat Standarisasi dan Akreditasi-Deptan telah


menyusun draft tentang sistem sertifikasi bertahap menuju
pertanian organik. Ada 4 jenis sertifikat yang dihasilkan dari
kegiatan sertifikasi ini, yaitu :
1. Sertifikat dan label BIRU untuk produk non pestisida
2. Sertifikat dan label KUNING untuk transisi organik
3. Sertifikat dan label HIJAU untuk produk setara dengan
SNI organik
4. Produk pertanian yang tumbuh secara organik dengan
sendirinya
Standar bahan makanan organik yang dijual di pasaran
kualitasnya masih kurang. Beberapa produsen yang membeli
produk organik menyatakan, makanan organik lebih sehat
dan aman untuk dikonsumsi. Sebagian besar setuju bahwa
pertanian organik lebih baik untuk kesehatan jangka panjang
dan juga bisa menjaga lingkungan.
Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan
standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara
pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk
pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor
termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan
residu pestisida maupun bahan kimia lainnya. Banyaknya
produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian
organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak
konsumen.
Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi
dua kriteria yaitu:
1. Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri.
Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan
pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau
Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA),

9
M. Zayin Sukri & Sugiyarto

namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida


sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan
biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati.
Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah
dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan
perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
2. Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan
kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya
sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain
masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk
organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan
hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai
produk pertanian organik.
Persyaratan manajemen pada suatu sistem pangan
organik menurut OKPO (2008) merupakan hal yang mutlak
diperlukan untuk menjamin bahwa sistem manajemen dapat
berjalan secara efektif dan efisien, berkelanjutan, serta selalu
berkembang lebih baik, sebaiknya mempunyai kebijakan
mutu tentang sistem produksi dan pemasaran pangan
organik yang ditetapkan dan diterapkan di lingkungan
usahanya untuk menciptakan jaminan mutu produk organik
yang tinggi. Kebijakan mutu sebaiknya mencakup tujuan,
sumber daya yang digunakan, dan alasan manajemen
jaminan mutu yang digunakan.
Pemilik usaha sesuai ketentuan pedoman sertifikasi
produk pangan organik harus secara periodik, dan sesuai
dengan jadwal serta prosedur yang telah ditetapkan
sebelumnya, menyelenggarakan audit internal untuk
memverifikasi kegiatannya berlanjut sesuai dengan
persyaratan produk pangan organik yang dtujukan pada

10
Menuju Pertanian Organik

semua unsur produk pangan organik. Persyaratan teknis


sertifikasi organik berdasarkan pada Pedoman Sertifikasi
Produk Organik dari OKPO (2008) merupakan hal-hal yang
lebih terperinci dari prinsip-prinsip produksi pangan organik
sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Persyaratan
teknis produk pangan organik harus didokumentasikan
secara sistematis sesuai persyaratan standar dan regulasi
teknik sebagai upaya untuk mendapatkan sertifikasi organik.
Ruang lingkup persyaratan teknis yang harus dipenuhi
adalah sesuai dengan persyaratan ruang lingkup bisnis yang
dilaksanakan yang mencakup: 1) pembudidayaan tanaman;
2) pengolahan, penyimpanan, penanganan dan
pengangkutan produk pangan organik; 3) pengemasan dan
pelabelan; 4) penyimpanan dan pengangkutan, dan 5)
pendokumentasian serta perekaman.
Pengelola budidaya tanaman organik harus
memenuhi standar dan regulasi teknik produk pangan
organik dan mendokumentasikan persyaratan teknis yang
minimal mencakup: persyaratan umum, lahan, manajemen
kesuburan tanah dan nutrisi tanaman, benih dan stok bibit,
rotasi tanaman, pengendalian hama, pemanenan tanaman
liar dan bahanbahan substansi input. Pengelola pengolahan,
penyimpanan, penanganan dan transportasi produk pangan
organik juga harus memenuhi standar dan regulasi teknik
produk pangan organik dan mendokumentasikan persyaratan
teknis yang minimal mencakup: komposisi, perlindungan
produk, pengendalian penyakit, bahan pengemas dan
penyimpanan.
Integritas produk pangan organik harus tetap dijaga
selama fase pengolahan, hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan cara-cara yang tepat dan hati-hati dengan

11
M. Zayin Sukri & Sugiyarto

meminimalkan pemurnian serta penggunaan aditif dan alat


bantu pengolahan. Ketentuan mengenai bahan baku, bahan
tambahan dan bahan penolong untuk pengolahan produk
pangan organik yaitu:
a. bahan baku harus berasal dari pangan organik 100%;
b. jumlah bahan baku sekurang-kurangnya 95%;
c. jumlah bahan baku tambahan nonorganik
sebanyakbanyaknya 5% sesuai dengan yang
diizinkan; dan
d. tidak mendapat perlakuan iradiasi.
Pemilik usaha dan pengelola produk pangan organik
harus memenuhi standar dan regulasi teknik produk pangan
organik serta mendokumentasikan persyaratan teknis yang
minimal mencakup: penggunaan label, komposisi produk
dan kalkulasi persentasi ingredient produk organik. Bahan
baku kemasan sebaiknya dipilih dari bahan yang dapat
diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable materials),
bahan hasil daur-ulang (recycled materials), atau bahan
yang dapat didaur-ulang (recyclable materials), kemasan
produk organik diberi label sesuai dengan daftar BPOM.
Mekanisme pemberian sertifikat nantinya akan
dilakukan oleh Lembaga Verifikasi (pemerintah atau swasta
yang ditunjuk) melalui kegiatan verifikasi oleh tim (ahli di
bidang organik) ke lapangan / produsen. Hasil dari verifikasi
ini akan menentukan suatu perusahaan/produsen pangan
organik berhak atau tidaknya melabel produknya sebagai
organik sesuai dengan permohonannya.Status sertifikat yang
telah diperoleh para praktisi/produsen pangan organik ini
akan dipantau oleh lembaga verifikasi melalui prosedur
yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk menjaga
konsistensi bagi pemegang sertifikat dalam melabel

12
Menuju Pertanian Organik

produknya. Di samping itu, pemantauan ini akan sangat


membantu untuk mengetahui pencapaian kemajuan yang
telah dilakukan dalam memenuhi persyaratan SNI organik.
Dengan mekanisme diatas, penerapan sistem ini diharapkan
dapat :
a. Mencegah para produsen melabel organik produknya
tanpa verifikasi dari pihak yang berwenang
b. Membedakan produk unggulan dengan yang biasa
c. Mendidik produsen untuk meningkatkan mutu
produknya
d. Memantau tingkat residu pestisida di setiap lokasi
pertanian

7.5 Prosedur Pengajuan Sertifikasi Organik


Perkembangan permintaan produk pertanian organik
di dunia saat ini meningkat dengan pesat, sebagai buah
kesadaran konsumen yang menghendaki adanya produk
yang sehat dan ramah lingkungan. Pesatnya permintaan
produk organik ini juga memiliki konsekuensi pada semakin
ketatnya perdagangan yang mengatasnamakan produk
organik. Klaim-klaim atas produk organik mulai nampak di
pasaran. Praktek perdagangan yang demikian jelas
merugikan bagi para konsumen, pemasar dan terutama
petani organik. Guna menghindari praktek kecurangan
diperlukan program penjamin produk organik. Penjaminan
pertanian organik tidak saja berfungsi sebagai penjamin
praktek perdagangan yang etis dan adil serta perlindungan
bagi konsumen dari penipuan, tetapi khususnya dalam
rangka melindungi hak-hak petani kecil atas kesejahteraan
hidupnya dan memberikan nilai tambah pada produk yang
dihasilkan sehingga membantu dalam meraih akses pasar.

13
M. Zayin Sukri & Sugiyarto

Tahapan Pengajuan Sertifikasi melalui Lembaga


Sertifikasi Pangan Organik (LSPO) adalah sebagai berikut :
1. Produsen-operator mengajukan permohonan sertifikasi
ke sektretariat Lembaga Sertifikasi Pangan organik
(LSPO) berdasarkan jenis produksi organik dan lingkup
yang disetujui. LSPO akan mengirimkan persyaratan
untk mendapatkan sertifikasi dilengkapi dengan
dokumen-dokumen terkait kepada pemohon, termasuk
Formulir Permohonan Sertifikasi.
2. Pemohon mengisi dan mengelengkapi dokumen-
dokumen tersebut. Seluruh dokumen tersebut dikirim ke
sekretariat LSPO. Setelah persyaratan administrasi
terpenuhi, LSPO menugaskan inspektor untuk
melakukan audit kesesuaian dokumen terhadap standar
dan regulasi terkait. Inspektor akan memberitahukan ke
pemohon bila terdapat ketidaksesuaian dokumen yang
diberikan terhadap standar dan regulasi terkait.
Pemohon diberi waktu 14 hari kerja untuk melakukan
tindakan koreksi.
3. Inspektor berkunjung ke lahan produksi. Inspektor akan
menghubungi dan membuat janji dengan pemohon
sebelumnya.
4. Inspektor melakukan inspeksi lahan. Setelah inspeksi,
inspektor menyiapkan Laporan Inspeksi ke LSPO.
5. LSPO mengirimkan laporan inspeksi ke Komite
Sertifikasi LSPO untuk menentukan kesesuaian dan
membuat keputusan sertifikasi.
6. LSPO menginformasikan ke pemohon mengenai
keputusan sertifikasi. Jika disetujui, operator-produsen
yang disertifikasi diberikan hak untuk menggunakan
tanda LSPO. Bila masih terdapat ketidaksesuaian,

14
Menuju Pertanian Organik

pemohon diberikan kesempatan melakukan perbaikan


dalam waktu 90 hari kerja.
7. Jika sertifikasi ditolak, pemohon dapat mengajukan
banding ke Governing Board LSPO untuk meninjau
keputusan sertifikasi. Surat naik banding dan informasi
tambahan harus diajukan ke LSPO secara tertulis.
Lamanya proses sertifikasi organik tergantung dari
kesesuaian terhadap standar dan regulasi. Bila produsen-
operator telah memenuhi semua kesesuaian dengan standar
dan regulasi, proses sertifikasi dari kelengkapan dokumen
diterima hingga keputusan sertifikasi memerlukan waktu 60
hari kerja.
Biaya sertifikasi organik ke LSPO ditentukan
lamanya inspeksi dan tujuan pasar produk. Lamanya
inspeksi dipengaruhi oleh luas lahan, kompleksitas produksi
organik, kondisi geografis lahan. Skema biaya sertifikasi
LSPO juga mempertimbangkan kemampuan pemohon yang
dilihat.
Masa berlaku sertifikat dari LSPO selama 3 tahun
sejak tanggal sertifikat dikeluarkan. Setiap tahun dilakukan
inspeksi tahunan. Setelah 3 tahun, masa berlaku sertifikat
dapat diperpanjang kembali. Pemegang sertifikat dari LSPO
berhak menggunakan label ORGANIK Indonesia dan
ORGANIK dari LSPO.
Bila pada masa berlaku sertifikat, produsen-operator
yang telah mendapatkan sertifikat dari LSPO melakukan
praktek yang melanggar prinsip-nilai pertanian organik dan
standar pertanian organik, sertifikat yang telah diberikan
dapat ditarik kembali. Bila masa berlaku sertifikat telah
berlalu dan produsen-operator yang bersangkutan tidak
melakukan perpanjangan sertifikat, maka sertifikat yang

15
M. Zayin Sukri & Sugiyarto

telah diberikan ditarik kembali. Apabila produsen-operator


ingin mendapatkan sertifikat kembali, harus melalui proses
sertifikasi dari awal.
Pada saat ini terdapat 8 LSPO yang telah diakreditasi
oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan telah
diverifikasi oleh Otoritas Kompeten Pertanian Organik
(OKPO) Kementerian Pertanian RI sebagai lembaga
sertifikasi pangan organik, antara lain :
1. PT. Sucofindo International Certification Services
2. PT. Mutuagung Lestari (MAL)
3. INOFICE
4. Lembaga Sertifikasi Organik Sumatera Barat
5. Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS)
6. BIOCert Indonesia
7. PERSADA
8. Sustainable Development Services (SDS)

7.6 Ringkasan
1. Sehubungan dengan kesehatan pangan dan lingkungan
maka Pengembangan Pertanian Organik dilakukan
dengan cara, antara lain :
e. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa
genetika (GMO).
f. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis
g. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh dan
pupuk kimia sintetis
h. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan
aditif sintetis.
2. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan,
menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan
secara tertib melalui kerjasama dengan semua pihak

16
Menuju Pertanian Organik

yang berkepentingan. Standardisasi mutu produk


berkaitan dengan kenampakan, seperti : ukuran
besar/volume, warna, kandungan air dan sebagainya
yang ditentukan oleh penjual dan pembeli. Selain itu,
mutu produk juga dikaitkan dengan masalah keamanan
pangan, keamanan bagi manusia, hewan dan tumbuhan
serta lingkungan. Standar-standar produksi dan
pengolahan produk pertanian semuanya disusun sebagai
alat yang membantu mencegah tersingkirnya sebuah
produk dari pasar.
3. Sertifikasi organik adalah proses untuk mendapatkan
pengakuan bahwa proses budidaya pertanian organik
atau proses pengolahan produk organik dilakukan
berdasarkan standar dan regulasi yang ada. Apabila
memenuhi prinsip dan kaidah organik, produsen dan
atau pengolah (prosesor) akan mendapatkan sertifikat
organik dan berhak mencantumkan label organik pada
produk yang dihasilkan dan pada bahan-bahan
publikasinya. Yang berhak mengeluarkan Sertifikasi
Organik adalah Lembaga Sertifikasi Pangan organik
(LSPO) yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN) dan telah diverifikasi oleh Otoritas
Kompeten Pertanian Organik (OKPO) Kementerian
Pertanian RI sebagai Lembaga Sertifikasi Pangan
Organik yang kompeten.
4. Tahapan Pengajuan Sertifikasi melalui Lembaga
Sertifikasi Pangan Organik (LSPO) adalah sebagai
berikut :
a. Produsen-operator mengajukan permohonan
sertifikasi ke sektretariat Lembaga Sertifikasi
Pangan organik (LSPO).

17
M. Zayin Sukri & Sugiyarto

b. Pemohon mengisi dan mengelengkapi dokumen-


dokumen tersebut.
c. Inspektor berkunjung ke lahan produksi.
d. Inspektor melakukan inspeksi lahan. Inspektor
menyiapkan Laporannya ke LSPO.
e. LSPO mengirimkan laporan inspeksi ke Komite
Sertifikasi LSPO untuk menentukan kesesuaian dan
membuat keputusan sertifikasi.
f. LSPO menginformasikan ke pemohon mengenai
keputusan sertifikasi. Jika disetujui, operator-
produsen yang disertifikasi diberikan hak untuk
menggunakan tanda LSPO.
g. Jika sertifikasi ditolak, pemohon dapat mengajukan
banding ke Governing Board LSPO untuk
meninjau keputusan sertifikasi.

7.7 Umpan Balik


Jawablah pertanyaandibawah ini dengan singkat dan
jelas.
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesehatan pangan
dan kesehatan lingkungan?
2. Apa yang saudara ketahui dengan standard pertanian
organik, jelaskan!
3. Jelaskan apa yang dimaksud sertifikasi pertanian
organik?
4. Sebutkan tahapan prosedur pengajuan sertifikasi
organik?

18

Anda mungkin juga menyukai