Anda di halaman 1dari 53

Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 1. PERANAN SOSIAL EKONOMI TANAMAN KOPI

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah membaca bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami arti


penting, peranan sosial ekonomi tanaman kopi, posisi Indonesia dalam
perdagangan kopi dunia, permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam
proses budidaya tanaman kopi di Indonesia.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari bagian ini mahasiswa diharapkan memahami beberapa


aspek penting komoditi kopi, menyangkut :
a. Arti penting tanaman kopi
b. Peranan sosial ekonomi tanaman kopi
c. Luas areal dan komposisi pertanaman kopi di Indonesia
d. Jumlah petani dan keluarga petani yang terlibat dalam usaha budidaya kopi
e. Besarnya sumbangan komoditi kopi dalam menghasilkan devisa negara
f. Permasalahan produksi kopi di Indonesia

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 1. PERANAN SOSIAL EKONOMI TANAMAN KOPI

1. Latar Belakang
Kopi memegang peranan penting dalam industri perkebunan, khususnya untuk
perkebunan rakyat. Pada tahun 2000 luas total pertanaman kopi Indonesia mencapai
1.26 juta hektar, sekitar 94 % merupakan perkebunan kopi rakyat dan 6 % sisanya
diusahakan dalam bentuk perkebunan besar. Pertanaman kopi yang diusahakan di
Indonesia terdiri atas 90 % kopi robusta dan sekitar 10 % kopi arabika. Areal
pertanaman kopi tersebar di hampir seluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Sumatera
(60 %), Jawa (14 %), Sulawesi (12 %), Nusa Tenggara (10 %), Kalimantan (3 %) dan
lain-lain (1 %) (Dirjenbun, 2002).
Pada tahun 1996 tanaman kopi menyumbang devisa sebesar US $ 596 juta
dengan volume ekspor kurang lebih dari 366 000 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan,
1998). Volume ekspor lima tahun terakhir cenderung turun. Pada tahun 1995/1996
sampai 1998/1999 rerata 350.000 ton per tahun, pada tahun 1999/2000 menjadi 312.000
ton dan 2000/2001 turun lagi menjadi 275.000 ton (Yahmadi, 2002).
Pada akhir tahun 2000 Indonesia merupakan negara ketiga terbesar dunia setelah
Brasil dan Kolumbia. Namun posisi Indonesia dalam perdagangan kopi dunia mulai
tahun 2003 telah digeser oleh Vietnam yang merupakan negara baru dalam produksi
kopi. (AEKI, 2005)
Dari aspek tenaga kerja perkebunan kopi melibatkan tidak kurang dari 5 juta
petani. Tanaman kopi merupakan komoditi yang sangat potensial untuk meningkatkan
kesejahteraan petani, karena tanaman ini merupakan andalan ekspor produk pertanian
(Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).

Produktivitas tanaman kopi di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan


potensi produksinya. Sampai akhir tahun 1997 produktivitas kopi rakyat kurang lebih
0.54 ton per ha per tahun (Tondok, 1999). Produktivitas kopi rata-rata pada tahun 2000
mencapai 0.6 ton per ha per tahun, masih lebih rendah dari potensi produksi
sebenarnya yang bisa mencapai 1.0 ton per ha per tahun Dirjenbun (2002).

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Rendahnya produktivitas perkebunan kopi di Indonesia antara lain disebabkan


oleh penerapan teknik budidaya yang kurang baik, permodalan petani rendah, dan
sebagian besar tanaman sudah tua (Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991; Tondok,
1999). Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas
kopi rakyat adalah dengan peremajaan tanaman menggunakan klon unggul.
Upaya pemuliaan kopi untuk mendapatkan klon-klon unggul selalu dilakukan.
Akan tetapi sampai saat ini belum banyak klon yang berhasil dianjurkan. Hal ini
disebabkan tanaman kopi merupakan tanaman tahunan sehingga seleksinya
memerlukan waktu yang relatif lama (Mawardi, 1986). Lebih lanjut Mawardi (1986)
menyatakan untuk dapat memilih klon-klon yang sesuai daerah tertentu perlu
memperhatikan beberapa hal, yaitu: a) tinggi tempat, b) curah hujan, c) sifat
pembungaan dan d). ukuran biji.
Pada dasawarsa empat-puluhan, oleh pemerintah Hindia Belanda telah
dianjurkan dua klon kopi untuk ditanam dalam skala besar, yaitu BP 39 dan BP 42.
Kemudian pada dasawarsa tujuh-puluhan juga telah dianjurkan klon-klon BP 288, BP
234, BP 358, BP 409 dan SA 237 (Mawardi, 1986).

2. Latihan
a. Sebutkan luas areal, komposisi jenis dan pengusaha tanaman kopi yang
diusahakan di Indonesia !
b. Bagaimanakah kedudukan Indonesia dalam perdagangan kopi internasional
pada kurun waktu sepuluh dan lima tahun terakhir ?
3. Kunci Jawaban
a. Luas areal kopi di Indonesia 1.26 juta hektar, jenis kopi yang diusahakan
adalah 90 % kopi Robusta dan 10 % Arabika. Pengusahaan kopi di Indonesia
94 % oleh perkebunan rakyat dan 6 % oleh Perusahaan Negara (PTP) dan
Perusahaan Besar Swasta (PBS).
b. Pada sepuluh tahun terakhir kedudukan Indonesia dalam perdagangan kopi
Internasional adalah pada peringkat ketiga, namun pada lima tahun terakhir
kedudukan Indonesia merosot menjadi keempat digeser oleh negara baru
Vietnam.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 2. SYARAT TUMBUH TANAMAN KOPI

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah membaca bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami syarat


tumbuh tanaman kopi. Kriteria lahan yang sesuai untuk pertanaman kopi
Robusta dan arabika.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari bagian ini mahasiswa diharapkan memahami beberapa


syarat tumbuh kopi robusta dan arabika, meliputi :
a. Syarat tumbuh kopi robusta dan arabika
b. Tipe iklim , curah hujan dan suhu yang sesuai untuk kopi robusta dan
arabika
c. Ketinggian tempat untuk kopi robusta dan arabika
d. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kopi robusta dan arabika

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

MODUL 2. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi

Syarat tumbuh untuk tanaman kopi yang utama meliputi syarat iklim dan tanah. Untuk
iklim yang utama adalah tipe iklim, curah hujan, suhu dan tinggi tempat. Sedangkan
untuk tanah secara umum tanaman kopi tidak menghendaki jenis dan syarat yang
khusus.

a. Iklim
 Garis lintang 20o LS sampai 20o LU
 Tinggi tempat 0 – 800 m dpl untuk kopi Robusta dengan ketinggian optimal 400 –
700 m dpl
 Tinggi tempat 700 – 2000 m dpl untuk kopi Arabika dengan ketinggian optimal
700 – 1500 m dpl
 Curah hujan 1500 sampai dngan 2500 mm per tahun
 Tipe iklim yang sesuai untuk tanaman kopi adalah B dan C menurut Schmidt &
Ferguson
 Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1–3 bulan, ini sangat penting untuk
primordia bunga.
 Suhu udara 15 – 21 oC untuk kopi Arabika dan 21 – 25 oC untuk kopi Robusta

b. Tanah
 Kemiringan lahan kurang dari 45 %
 Kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm
 Tekstur tanah berlempung (geluhan) dengan struktur tanah lapisan atas remah
 Sifat kimia tanah (terutama pada top soil, 0 – 30 cm) :
 Bahan organik > 3.5 % atau kadar C > 2 %
 C/N Ratio 10 – 12
 KTK > 15 me/100 g tanah
 KB > 35 %
 pH tanah 5.5 – 6.5

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

 Kadar unsur hara minimum N : 0.28 %; P (Bray I ) : 32 ppm; K tertukar : 0.50


me/100 g; Ca tertukar 5.3 me/100 g dan Mg tertukar 1 me/100 g.

2. Latihan
a. Sebutkan ketinggian tempat yang sesuai dan ketinggian optimal untuk tanaman
kopi Robusta dan Arabika.
b. Sebutkan tipe iklim dan curah hujan yang dikehendaki oleh tanaman kopi !

3. Kunci Jawaban
a. Tinggi tempat yang sesuai untuk kopi robusta adalah 0 – 800 m dpl dengan
optimal 400 – 600 m dpl, sedangkan untuk kopi arabika ketinggian yangsesuai
adalah 700 – 2000 m dpl dengan tinggi optimal 700 – 1500 m dpl.
b. Tipe iklim yang sesuai adalah tipe B dan C menurut Schmidt & Ferguson
dengan curah hujan 1500 – 2500 mm per tahun dengan 3 bulan kering (curah
hujan < 60 mm/bulan)

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 3. MORFOLOGI TANAMAN KOPI

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah membaca bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami sifat


dimorfisme percabangan tanaman kopi.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari bagian ini mahasiswa diharapkan memahami beberapa


sifat percabangan dan pertunasan pada kopi, menyangkut :
a. Dimorfisme percabangan tanaman kopi
b. Tunas legitim dan tunas seri pada tanaman kopi
c. Rumus duduk daun pada cabang ortotrof dan plagiotrof
d. Ciri-ciri pertumbuhan tunas legitim
e. Ciri-ciri pertumbuhan tunas seri
f. Nama-nama morfologis dan teknis percabangan tanaman kopi

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 3. MORFOLOGI TANAMAN KOPI

1. Percabangan Tanaman Kopi


Tanaman kopi menunjukkan pertumbuhan dimorfisme, artinya pertumbuhan
cabang tanaman kopi ada dua macam, yaitu pertumbuhan orthotrof dan plagiotrof.
Pertumbuhan orthotrof ke arah atas/tegak dan pertumbuhan plagiotrof ke arah samping.
Cabang orthotrof bisa menghasilkan cabang orthotrof dan plagiotrof, sedangkan cabang
plagiotrof hanya dapat menghasilkan cabang plagiotrof saja.
Pada setiap ketiak daun tanaman kopi terdapat dua macam tunas, yaitu tunas
legitim dan tunas seri. Tunas seri terletak tepat pada ketiak daun, sedangkan tunas
legitim terletak di atas tunas seri. Jumlah tunas legitim pada setiap ketiak daun terdapat
1 (satu) pasang, sedangkan jumlah tunas seri pada setiap ketiak daun antara 4–5 pasang
tunas. Kedua macam tunas menunjukkan ciri yang berbeda dalam pertumbuhannya.
Tunas seri jika tumbuh mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : ruas pertama
pendek (sangat pendek), daun pertama kecil berbentuk limas, arah tumbuh cabang yang
dihasilkan tunas seri sama dengan arah tumbuh batang atau cabang tempat tunas seri
berada dan sifatnya sama persis dengan tempat tunas seri berada. Artinya jika tunas seri
pada daun batang ortotrof akan menjadi batang orthotrof juga (dikenal sebagai
wiwilan/tunas air), tunas seri yang tmbuh pada cabang primer akan menjadi reproduksi
cabang primer, tunas seri yang terletak pada
cabang sekunder akan menjadi reproduksi cabang skunder dan seterusnya.
Tunas legitim jika tumbuh mempunyai ciri-ciri sebagai berikuit : ruas pertama
panjang (normal), daun pertama normal, arah tumbuh cabang membentuk sudut siku
dengan batang atau cabang tempat tunas legitim tersebut dan sifat cabang yang
dihasilkan mengalami degradasi satu tingkat dibandingkan dengan tempat cabang
dimana tunas legitim berada. Misalnya tunas legitim yang berada pada batang pokok
jika tumbuh akan menjadi cabang primer, tunas legitim yang berada pada cabang primer
akan tumbuh menjadi cabang sekunder dan seterusnya.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Rumus duduk daun untuk cabang ortotrof adalah 2/5 dan rumus duduk daun
untuk cabang plagiotrof adalah 1/2 . Rumus duduk 2/5 berarti sudut antara daun 1
dengan kedua adalah 2/5 x 360o atau 144o . Daun pertama akan sejajar kedudukannya
dengan daun ke-enam. Sedangkan untuk rumus duduk daun 1/2 daun 1 dan
seterusnya terletak pada satu bidang, sudut yang dibentuk antara daun satu dengan
berikutnya adalah sebesar 180o.
Secara tehnis cabang ortotrof sehari-hari dikenal sebagai tunas air atau wiwilan.
Sedangkan cabang primer, cabang reproduksi cabang primer maupun cabang sekunder
dikenal sebagai cabang produksi. Cabang yang belum berbuah disebut dengan cabang
B0, sedangkan cabang yang telah berbuah satu kali desebut cabang b1 dan cabang yang
telah berbuah dua kali disebut cabang b2. Cabang sebaiknya tidak dibiarkan berbuah
tiga kali (menjadi b3), karena akan saling menutup dengan cabang tanaman tetangga.
Istilah tehnis percabangan kopi berdasarkan kondisi dan bentuknya dikenal
cabang sakit, yaitu cabang yang terserang hama penyakit, cabang cambuk, yaitu cabang
yang bentuknya memanjang seperti cambuk. Cabang cacing, yaitu cabang yang kecil
seperti cacing, cabang balik, yaitu cabang yang arahnya balik ke arah batang pokok,
“pang lanang”, yaitu cabang yang berdiri tegak ke atas pada cabang plagitrof. Cabang-
cabang diatas harus dipanmgkas/dibuang pada saat pemangkasan karena tidak produktif
atau mengganggu pertumbuhan cabang yang lain.
2. Latihan
a. Sebutkan ciri-ciri pertumbuhan tunas seri dan tunas legitim !
b. Sebutkan rumus duduk daun cabang ortotrof dan plagiotrof !
3. Kunci Jawaban
A. Tunas seri jika tumbuh mempunyai ciri-ciri ruas pertama pendek (sangat pendek),
daun pertama kecil berbentuk limas, arah tumbuh cabang yang dihasilkan tunas seri
sama dengan arah tumbuh dan sifatnya sama persis dengan tempat tunas seri berada.
Tunas legitim jika tumbuh mempunyai ciri-ciri: ruas perama panjang, daun pertama
normal dan sifat cabang yang dihasilkan mengalami degradasi satu tingkat
dibandingkan dengan tempat cabang dimana tunas legitim berada.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

B. Rumus duduk daun untuk cabang ortotrof adalah 2/5 dan rumus duduk daun untuk
cabang plagiotrof adalah 1/2 . Daun pertama akan sejajar kedudukannya dengan
daun ke-enam. Sedangkan untuk rumus duduk daun ½, daun 1 dan berikutnya
terletak pada satu bidang.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

c. Modul 4. PERSIAPAN BAHAN TANAM

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah membaca bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami


tahapan persiapan bahan tanam untuk perbanyakan tanaman kopi.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari bagian ini mahasiswa diharapkan memahami beberapa


aspek dalam persiapan bahan tanam kopi, menyangkut :
a. Kriteria benih yang baik
b. Kebutuhan benih
c. Syarat-syarat tempat persemaian dan pembibitan
d. Tahapan pembibitan
e. Krieria bibit siap transpaling ke polybag
f. Kriteria bibit siap sambung
g. Kriteria keberhasilan sambungan
h. Kriteria bibit siap pindah ke lapang

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 4. PERSIAPAN BAHAN TANAM

1. Persiapan Benih
 Benih kopi diambil dari buah yang terpilih baik, masak, berasal dari klon
yang dikehendaki (untuk batang bawah kopi Robusta digunakan BP 42).
 Buah yang terlalu kecil, terlalu besar hendaknya tidak digunakan sebagai
benih
 Kebutuhan benih dihitung berdasarkan seleksi benih, daya kecambah, seleksi
bibit siap sambung, keberhasilan sambung, seleksi bibit dan sulaman, serta
jumlah benih per kg.
 Sebagai misal, seleksi benih 5 %, daya kecambah 80 %, bibit siap sambung
90 %, keberhasilan sambung 90 %,, dan sulaman 10 %. Jika populasi per
hektar dengan jarak tanam 2.5 m x 2.5 m dan jumlah benih adalah 3000/kg,


 maka kebutuhan benih adalah sebesar :
= (100/95 x 100/80 x 100/90 x 100/90 x 100/90 x 110/100 x 1600)/3000
= (1.99 x 1600) / 3000 = 1 kg
 Rata-rata untuk kopi Robusta dibutuhkan 1 kg benih untuk setiap hektar
2. Persemaian
 Tempat persemaian hendaknya dipilih yang dekat sumber air, mudah diawasi,
mempunyai drainase baik, bebas dari gangguan hewan ternak, bebas dari
nematoda dan dekat dengan tempat pembibitan.
 Bedengan persemaian dibuat dengan ukuran lebar 1.2 m dan panjang sesuai
 kebutuhan dengan arah memanjang Utara-Selatan
 Bedengan persemaian dicangkul sampai kedalaman  30 cm, dan diberi
lapisan pasir setebal  5 cm

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

 Bedengan diberi atap sebagai naungan yang dibuat dengan ketinggian  1.75
m di Timur dan pada bagian Barat setinggi  1.25 cm untuk melindungi terik
matahari
 Benih kopi dibenamkan pada bedengan persemaian dengan posisi datar di
bagian bawah, hingga punggungnya terletak sedalam  0.5 cm
 Penanaman dilakukan dengan jarak 2.5 x 5 cm, sehingga tiap m 2 terdapat
kurang lebih 800 benih atau 960 benih per m lari.
 Penyiraman dilakukan setiap pagi, tetapi jangan sampai air tergenang
 Setelah 6 minggu benih kopi akan tumbuh menjadi “stadium serdadu”, yaitu
stadium dimana hypocotyl tumbuh tegak lurus(panjang 8 cm) dengan
kotiledon masih tertutup.
 Kurang lebih 6 minggu setelah stadium serdadu kecambah kopi akan menjadi
kepelan, yaitu stadium dimana cotyledon telah terbuka.
 Pada stadium kepelan ini (umur 2.5–3 bulan di persemaian), bibit siap
dipindahkan ke areal pembibitan

3. Pembibitan
 Tempat pembibitan dipilih dengan memperhatikan :
 yang dekat sumber air,
 subur,
 tidak berbatu,
 banyak humus
 dan cukup datar,
 mudah diawasi,
 mempunyai drainase baik,
 bebas dari gangguan hewan ternak,
 bebas dari nematoda dan dekat dengan tempat penanaman.
 Pengolahan tanah dilakukan lebih dalam ( 60 cm), karena bibit akan lebih
lama di pembibitan, yaitu minimal 6 bulan

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

 Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, tinggi bedengan 10–15 cm, panjang
disesuaikan dengan kebutuhan
 Jika digunakan naungan alam, sebaiknya tanaman penaung lamtoro ditanam
minimal 2 tahun sebelumnya
 Bibit stadium kepelan dipindah ke pembibitan dengan jarak tanam 20 x 20
cm jika dngan putaran, atau 20 x 30 cm jika akan dilakukan penyambungan.
 Lubang tanam dibuat menggunakan solet yang terbuat dari bambu.
 Bedengan harus disiram agar selalu dalam keadaan lembab, tetapi jangan
sampai tergenang.
 Pemupukan dilakukan minimal 2 bulan sekali, dengan dosis 20 g per m2.
 Pembersihan gulma dilakukan tiap bulan atau jika keadaan gulma lebat.
 Media pembibitan digemburkan tiap 2 bulan sekali
 Kriteria bibit siap disambung adalah :
Umur 5 – 6 bulan, ukuran sebesar pencil, sehat dan tidak terserang hama
penakit
 Kriteria keberhasilan sambung adalah setelah 2 minggu entres masih hijau
segar
 Naungan bibit beberapa minggu sebelum dipindah ke lapang harus dikurangi
secara bertahap untuk menyesuaikan dengan keadaan lapang.
 Bibit dapat dipindah ke lapang setelah umur 5 –6 bulan setelah disambung,
yaitu sebelum bibit membentuk cabang primer, sehat dan tidak terserang
hama dan penyakit.
 Jika terpaksa dilakukan penundaan penanaman di lapang, misalnya karena
curah hujan belum cukup, dilakukan pemotongan daun atau penunggulan
 Pemotongan daun (kupir) dilakukan dengan menyisakan 1/3 bagian daun 3
bulan sekali.
 Penunggulan bisa dilakukan dengan topping pada saat 3-4 bulan sebelum
penanaman pada ketinggian 30-40 cm,
 Pemindahan bibit ke lapang bisa dalam bentuk cabutan (akar terbuka) atau
putaran (akar terbungkus).

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

 Untuk penyulaman sebaiknya dilakukan dengan sistem putaran, untuk


mengurangi stagnasi dengan keadaan tanaman yang lain.

2. Latihan
a. Sebutkan kriteria benih yang baik !
b. Apa saja pertimbangan yang digunakan untuk memilih tempat bedengan
persemaian dan pembibitan ?

3 Kunci Jawaban

a. Benih kopi diambil dari buah berukuran normal, masak, berasal dari klon yang
dikehendaki,
b. Tempat persemaian dan pembibitan hendaknya dipilih yang dekat sumber air,
mudah diawasi, mempunyai drainase baik, bebas dari gangguan hewan ternak,
bebas dari nematoda dan dekat dengan emplasemen

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 5. PERSIAPAN LAHAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah membaca bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami


tahapan persiapan lahan untuk tanaman kopi.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari bagian ini mahasiswa diharapkan memahami tahapan


persiapan lahan TTAD-2 dan TTI-1, komoditi kopi, menyangkut :
a. Pembersihan lahan Tahapan TTAD-2
b. Persyaratan tanaman penaung tetap
c. Perssyaratan tanaman penaung sementara
d. Pengajiran pada TTI-1
e. Pembuatan lubang tanam
f. Penutupan lubang tanam

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 5. PERSIAPAN LAHAN

1. Penanaman Tanaman Penaung

a. Keuntungan pemakaian naungan


o mengurangi penyinaran langsung
o mencegah embun upas (frost) pada dataran tinggi
o sebagai sumber bahan organik
o mengurangi pertumbuhan gulma
o sumber bahan bakar untuk pengeringan biji kopi
b. Kerugian adanya tanaman naungan
o saingan unsur hara dan air
o mengurangi rangsangan pembungaan
o memerlukan pemeliharaan dan pengaturan
o mungkin menjadi inang hama/penyakit tanaman kopi
c. Syarat tanaman penaung
o berakar dalam, sehingga tidak menjadi saingan hara dan air
o mudah diatur secara periodik
o tidak menjadi inang hama dan penyakit kopi
o termasuk jenis leguminosa, sehingga mampu mengikat N-udara
o menghasilkan banyak bahan organik, dan
o menghasilkan kayu bakar yang baik (nilai bakar tinggi).

d. Penaung Tetap
o Jenis tanaman penaung tetap adalah tanaman dari famili Leguminoceae,
sehingga bisa mengikat N-udara
o Penanaman tanaman naungan tetap dilakukan 2 tahun sebelum tanan kopi,
sehingga saat tanam kopi tanaman naungan tetap sudah berfungsi.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

o Untuk tanaman kopi yang menggunakan jarak tanam 2.5 x 2.5 m sebaiknya
dilakukan penanaman naungan tetap dengan jarak tanam 5 x 5 m (populasi
400 pohon/hektar)
o Arah penanaman naungan tetap pada lahan datar maupun miring dilakukan
menurut arah Timur – Barat, untuk mengatur intensitas sinar matahari.
o Percabangan paling bawah tanaman naungan tetap diatur pada ketinggian 1-
2 m di atas pohon kopi untuk memperlancar peredaran udara dan masuknya
cahaya.
o Agar percabangan segera mencapai ketinggian yang dikehendaki cabang-
cabang di bagian bawah harus sering dibuang.
o Penjarangan dilakukan secara sistematis apabila phon kopi telah saling
menutup dan tumbuh baik. Populasi akhir dipertahankan 400 – 600 pohon
per hektar, tergantung kondisi setempat.
o Untuk penaung lamtoro pada awal musim penghujan ditokok sebanyak 50 %
pada ketinggian 3 m bergantian setiap tahun secara larikan atau berselang-
seling
o Selama musim penghujan cabang/ranting lamtoro yang terlalu lebat harus
dirempes untuk merangsang pembungaan kopi.

e. Penaung Sementara
o Diperlukan tanaman kopi pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM)
o Penanaman tanaman naungan sementara dilakukan 1 tahun sebelum tanam
kopi
o Jenis tanaman penaung sementara adalah tanaman dari famili Leguminoceae,
sehingga bisa mengikat N-udara
o Untuk lahan datar, arah penanaman naungan sementara dilakukan menurut
barisan dengan arah Utara - Selatan, untuk mengurangi intensitas sinar
matahari; sedangkan untuk lahan miring sesuai dengan teras.
o Moghania macrophylla biasanya digunakan selain sebagai naungan
sementara juga berfungsi untuk penguat teras

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

o Tephrosia candida dan Crotalaria sp biasa digunakan sebagai penaung


sementara, karena bisa mati dengan sendirinya setelah umur 2 tahun
o Sebagai tanaman penguat teras, Moghania sp harus dipangkas/rempesan
secara periodik
o Hasil pangkasan/rempesan dibenamkan di sekitar tanaman kopi (dalam rorak)
untuk sumber bahan organik

2. Pembuatan Lubang tanam


a. Pengajiran dan Pembuatan Lubang Tanam
o Pengajiran tanaman kopi dilakukan dengan jarak tanam 2.5 x 2.5 m (populasi
1600 pohon/hektar)
o Pengajiran dilakukan 6–8 bulan sebelum tanam kopi
o Pembuatan lubang tanam dilakukan 5–7 bulan sebelum penanaman kopi
o Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm atau 80x80x80 cm sampai
1x1x1 m tergantung keadaan lahan, semakin kurang subur semakin lebar
lubang tanam yang harus dibuat
o Lapisan tanah atas (top-soil) dikumpulkan pada satu sisi terpisah dengan
lapisan bawah (sub-soil).

b. Penutupan Luabang tanam


o Lubang tanam dibiarkan terbuka minimal 2–3 bulan untuk menghilangkan
gas-gas beracun yang ada pada tanah
o Penutupan lubang tanam dilakukan dengan mengembalikan tanah top-soil di
bagian bawah dan lapisan tanah sub-soil di bagian atas
o Penutupan lubang tanam dilakukan paling lambat 1-2 bulan sebelum tanam
tanam kopi dengan bentuk cembung ke atas, hal ini untuk menghindari
genangan air hujan di daerah penanaman nantinya.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

2. Latihan
a. Sebutkan syarat pohon penaung tetap yang baik !
b. Sebutkan ukuran lubang tanam untuk kopi, bagaimana hubungannya dengan
kesuburan tanah ?

3. Kunci Jawaban

a. Syarat tanaman penaung : berakar dalam, mudah diatur secara periodik; tidak
menjadi inang hama dan penyakit kopi, termasuk jenis leguminosa,;
menghasilkan banyak bahan organik, dan kayu bakar yang baik.
b. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm sampai 1x1x1 m, semakin
kurang subur semakin lebar lubang tanam.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 6. PENANAMAN DAN PENYULAMAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah membaca bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami saat yang
tepat untuk penanaman tanaman kopi.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari bagian ini mahasiswa diharapkan memahami beberapa aspek


penting dalam penanaman dan penyulaman tanaman kopi, menyangkut :

a. Kriteria lahan siap tanam


b. Kriteria bibit siap tanam
c. Saat yang tepat untuk penanaman
d. Penyulaman tanam

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 6. PENANAMAN DAN PENYULAMAN

 Penanaman dilakukan jika pohon penaung sementara telah berfungsi, yaitu


dengan kriteria intensitas cahaya yang diteruskan 30–50 % dari cahaya langsung
 Lubang tanam telah ditutup minimal satu hulan sebelum penanaman, penanaman
dilakukan dengan membuat lubang tanam  30 cm.
 Saat yang tepat untuk melaksanakan penanaman adalah pada awal musim hujan,
hindari penanaman saat matahari yang terlalu terik
 Bibit tanaman kopi siap ditanam jika memiliki 6–8 pasang daun dengan satu
cabang primer
 Bibit yang baik adalah bibit yang sehat, daun hijau segar, tidak terserang hama
dan penyakit.
 Jika memakai bibit polybag, pastikan polybag telah dibuka, dengan
meletakkan polybag disisi ajir tanam (untuk memastikan polybag dibuka).
 Akar tunggang yang terlalu panjang bisa dipotong
 Penutupan lubang tanam dilakukan dengan membentuk cembung agar tidak
tergenang saat terjadi hujan
 Penyulaman dilakukan segera saat umur 1–2 bulan setelah tanam.
 Penyulaman bisa dilakukan dengan bibit seumur yang memang telah
dicadangkan untuk sulaman.
2. Latihan
a. Sebutkan dua kriteria lahan siap ditanami dengan tanaman kopi !
b. Sebutkan kriteria bibit siap tanam

3. Kunci Jawaban
a. Kriteria lahan siap tanam jika pohon penaung sementara telah berfungsi, lubang
tanam telah ditutup minimal satu hulan sebelum penanaman, Saat yang tepat
untuk melaksanakan penanaman adalah pada awal musim hujan.
b. Kriteria bibit kopi siap ditanam jika memiliki 6–8 pasang daun dengan satu
cabang primer.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 7. PEMELIHARAAN TANAMAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah membaca bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami


macam-macam kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkandan
pemeliharaan tanaman menghasilkan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari bagian ini mahasiswa diharapkan memahami beberapa


aspek dalam pemeliharaan tanaman kopi pada tanaman belum menghasilkan
dan tanaman menghasilkan., menyangkut :
a. Pembongkaran tanaman naungan sementara
b. Pangkas bentuk tanaman pelindung tetap
c. Penokokan tanaman pelindung tetap 50 %
d. Pangkas rawis pelindung tetap
e. Pemupukan tanaman kopi
f. Pengendalian gulma
g. Pengendalian hama penyakit penting tanaman kopi

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 7. PEMELIHARAAN TANAMAN

Kegiatan pemeliharaan tanaman kopi secara umujm dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pemeliharaan tanaman belum mnghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman
menghasilkan (TM). Kegiatan pemeliharaan TBM meliputi penyulaman,
pembongkaran naungan sementara, pangkas bentuk tanaman kopi, pangkas bentuk
naungan tetap, pemupukan, penyiamngan gulma, pemeliharaan saluran air,
pemeliharaan jalan. Kegiatan pemeliharaan TM meliputi, pangkas produksi tanaman
kopi, pangkas pemeliharaan naungan tetap, rawis naungan tetap, pemupukan,
penyiangan gulma, pengendalian hama penyakit, pemeliharaan saluran air,
pemeliharaan jalan.

Pembongkaran naungan sementara untuk yang menggunakan Moghania sp dilakukan


secara bertahap mulai TBM tahun ke-2 dan ke-3, sehingga pada saat memasuki TM I
tanaman naungan sementara sudah tidak ada lagi.

a. Pemupukan
 Pemupukan bermanfaat untuk memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman
terhadap perubahan linmgkungan yang ekstrim, serangan hama dan penyakit,
meningkatkan produksi dan mutu hasil, mempertahankan stabilitas produksi dan
mengurangi efek bieneal bearing
 Dosis pemupukan ditentukan oleh umur tanaman, kondisi tanah dan iklim
 Pemupukan harus dilakukan dengan tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat
tempat dan tepat cara
 pupuk diberikan setahun 2 kali, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir
musim hujan
 Pupuk diberikan pada jarak  75–100 cm dari tanaman kopi secara melingkar,
alur untuk penempatan pupuk dibuat sedalam 5–7 cm,
 setelah pupuk disebarkan pada alur pupuk, alur harus ditutup dengan tanah untuk
menghindari penguapan, terutama untuk pupuk Urea

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Pedoman Dosis Pemupukan Kopi menurut umur Tanaman

Umur Awal penghujan (g/pohon) Akhir Penghujan (g/pohon)


Urea SP 36 KCl Kieserit Urea SP 36 KCl Kieserit
Tanaman
1 th 20 25 15 10 20 25 15 10
2 th 50 40 40 15 50 40 40 15
3 th 75 50 50 25 75 50 50 25
4 th 100 50 70 35 100 50 70 35
5-10 th 150 80 100 50 150 80 100 50
>10 th 200 100 125 70 200 100 125 70
Sumber : Puslit Kopi dan Kakao Jember, 1997.

b. Penyiangan Gulma

 Penyiangan gulma dilakukan untuk mengurangi saingan hara, air dan sinar
matahari
 Penyiangan dilakukan secara manual dengan melakukan “jombret” di piringan
tanaman kopi
 Penyiangan gulma pada saat musim hujan dilakukan satu bulan sekali, karena
pertumbuhan gulma yang cepat
 Pada saat musim kemarau penyiangan gulma cukup 2 bulan sekali atau
tergantung keadaan gulma di lahan
 Penyiangan gulma terutama dilakukan menjelang pemupukan untuk
meningkatkan efektivitas pemupukan
c. Pengendalian Penyakit Tanaman Kopi

1. Penyakit Karat daun


 Gejala awal daun di sisi bawah terdapat bercak-bercak kuning muda, lalu lama-
kelamaan berubah menjadi kuning tua
 Merupakan penyakit utama tanaman kopi
 Penyebab penyakit ini adalah cendawan Hemileia vastatrix B et Br.
 Penyakit ini terutama menyerang kopi arabika,

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

 Sedangkan pada kopi robusta penyakit ini umumnya tidak menjadi masalah
 Pengendaliannya adalah dengan menggunakan varietas tahan

2. Penyakit jamur upas


 Gejala awal didapati pada bagian bawah daun, pertama terdapat miselium tipis
berwarna mengkilat seperti sutera, lalu akhirnya menjadi kerak berwarna merah
jambu, berikutnya kuliot dibawah kerak membusuk.
 Penyebab penyakit ini adalah cendawan Corticium salmonicolor
 Serangan pada tanaman kopi berkaitan erat dengan keadaan yang terlalu lembab
 Naungan yang terlalu gelap juga memicu terjadinya penyakit ini
 Usaha pencegahan/pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mengurangi
naungan
 sumber infeksi disekitar harus dibersihkan

3. Penyakit bercak daun


 Ditemukan terutama di pembibitan
 Daun yang terinfeksi cendawan menunjukkan gejala bercak-bercak bulat, berwarna
coklat, kemerahan atau coklat tua.
 didalam nampak adanya lingkaran-lingkaran konsentris (bercincin-cincin)
 Jika serangan cukup berat bisa menyebabkan rontoknya daun
 Penyebab penyakit ini adalah cendawan Cercospora caffeicola B. et Cke
 Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mengurangi kelembaban
 apabila penyakit belum meluas, dilakukan pemotongan bagian yang terserang, lalu
dibakar
 Penyemprotan dengan fungisida bisa dilakukanjika serangan meluas

4. Penyakit Layu Fusarium


 Gejala awal menunjukkan daun layu

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

 Selanjutnya daun gugur, sehingga tanaman menjadi gundul


 pada akar terdapat tanda akar berwarna kemerah-merahan (merah muda)
 Penyebab penyakit ini adalah cendawan Fusarium sp.
 pengendalian dilakukan dengan membongkar tanaman yang mati, kemudian
tanaman tersebut harus dibakar agar tidak menular
 pada gejala awal tanaman bisa disemprot dengan fungisida

5. Penyakit busuk cabang/ranting


 penyakit ini menyerang pada saat musim hujan
 gejala awal, pada cabang yang masih hijau terdapat bintik-bintik putih
 perkembangan selanjutnya ranting membusuk, berwarna coklat hitam dan akhirnya
mengering.
 mengeringnya ranting diikuti gugur daun
 jika menyerang buah, buah akan merah walaupun masih muda, lalu mengering dan
hitam.
 serangan pada buah tidak terbatas pada daging buah, tetapi juga ke biji
 penyebab penyakit adalah cendawan Cortisium sp
 pengendalian dilakukan dengan pengamatan pada awal musim hujan, jika terdapat
bintik-bintik putih, ranting/cabang harus dipotong, dikumpulkan lalu dibakar.
 Jika serangan meluas bisa dilakukan dengan fungisida.

d. Hama Utama Tanaman Kopi

1. Penggerek Buah Kopi (PBKo)


 Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) merupakan hama utama
tanaman kopi
 PBKo betina menggerek buah kopi yang masih muda sampai buah yang masak.
 Serangan PBKo umumnya pada buah muda yang berukuran >  5 mm
 Pengguguran buah bisa mencapai 7 – 14 % dari produksi

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

 Tanaman inang selain kopi adalah Tephrosia, Crotalaria, Centrosema, dan


Leucaena glauca
 Usaha pengendalian PBKo dapat dilakukan dengan kuiltur teknis dan secara hayati
dengan
 Secara kultur teknis, misalnya dengan panen bubuk buah dan panen racutan
 Pengendalian secara hayati dengan Cendawan Beauveria bassiana

2. Hama Penggerek Cabang/Batang


 Penggerek cabang pada tanaman kopi ada dua macam, yaitu penggerek cabang
hitam (Xylosandrus compactus) dan penggerek cabang coklat (Xylosandrus
morrigerus)
 Penggerek cabang menyerang tanaman kopi dari mulai bibit sampai tanaman
dewasa
 Tanaman inang selain kopi adalah dadap, koka, mangga, alpokat, kelapa
 Pengendalian yang dianjurkan adalah dengan kultur teknis dan fisis
 Secara kultur teknis dengan memotong cabang-cabang yang terserang
 secara fisis dengan membakar cabang yang terserang

3. Kutu Putih
 Kutu putih (Plannococcus citri) merupakan hama penting untuk perkebunan yang
memiliki musim kemarau yang jelas
 Kutu putihmenyerang bunga dan buah kopi, tetapi jika populasi hama sangat tinggi,
bisa menyerang pucuk, daun dan tunas.
 Tanaman inang selain kopi adalah lamtoro, kakao dan Tephrosia
 Pengendalian bisa dilakukan dengan klutur teknis dan hayati
 Secara kultur teknis dengan pengaturan naungan
 Secara hayati dilakukan denga predator, misalnya dengan Orchus janthius

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

2. Latihan
a. Sebutkan manfaat pemupukan pada tanaman kopi
b. Sebutkan penyakit utama pada tanaman kopi
c. Sebutkan Hama Utama [ada tanaman kopi.
3. Kunci Jawaban
a. Pemupukan bermanfaat untuk memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman
terhadap perubahan linmgkungan yang ekstrim, serangan hama dan penyakit,
meningkatkan produksi dan mutu hasil, mempertahankan stabilitas produksi dan
mengurangi efek bieneal bearing.
b. Penyakit utama tanaman kopi meliputi :
1. Penyakit Karat daun, penyebab penyakit ini adalah cendawan Hemileia
vastatrix B et Br
2. Penyakit jamur upas, penyebab penyakit ini adalah cendawan Corticium
salmonicolor.
3. Penyakit bercak daun, penyebab penyakit ini adalah cendawan Cercospora
caffeicola B. et Cke.
4. Penyakit Layu Fusarium, yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp.
5. Penyakit busuk cabang/ranting, penyebab penyakit ini adalah cendawan
Cortisium sp.
c. Hama Utama Tanaman Kopi

1. Penggerek Buah Kopi (PBKo). Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei


Ferr.)
1. Hama Penggerek Cabang/Batang, Penggerek cabang pada tanaman kopi ada
dua macam, yaitu penggerek cabang hitam (Xylosandrus compactus) dan
penggerek cabang coklat (Xylosandrus morrigerus).
3. Kutu Putih, Kutu putih (Plannococcus citri) merupakan hama penting untuk
perkebunan yang memiliki musim kemarau yang jelas, Kutu putih menyerang

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 8. PANGKASAN TANAMAN KOPI

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah membaca bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami tahapan


pangkas bentuk dan pangkas produksi pada tanaman kopi.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari bagian ini mahasiswa diharapkan memahami beberapa


aspek dalam pangkasan tanaman kopi, menyangkut :
a. Pangkas bentuk tanaman kopi
b. Pangkas batang tunggal sistem mercy
c. Pangkasan tanpa bayonet, 1 bayonet dan 2 bayonet
d. Pangkas batang ganda
e. Pangkas batang ganda sistem Banyuwangi
f. Pangkas batang ganda sistem Toraja
g. Pangkas batang ganda sistem Kandelaber
h. Pangkas batang ganda sistem Agobiada
i. Pangkas batang ganda sistem BF 1324
j. Pangkas produksi tanaman kopi
k. Pangkas lepas panen
l. Pangkas Seleksi 1 dan 2
m. Pangkas kasar
n. Manajemen pangkas untuk menghasilkan 1 kg biji kopi/pohon

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 8. PANGKASAN TANAMAN KOPI


Pangkasan merupakan kegiatan yang paling penting dalam budidaya tanaman
kopi, karena kegiatan ini menentukan stabilitas produksi tanaman kopi. Tujuan utama
kegiatan pangkasan adalah :
 Membentuk tanaman tetap rendah, sehingga memudahkan pemeliharaan dan
pemanenan.
 membentuk cabang-cabang produksi baru dan berkesinambungan dalam jumlah
yang cukup
 mempermudah masuksnya cahaya dan memperlancar sirkulasi udara, sehingga
membantu penyerbukan bunga
 mempermudah pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit
 mengurangi terjadinya fluktuasi produksi, karena efek “bieneal bearing”, yaitu
kecenderungan sifat tanaman kopi untuk berproduksi tinggi yang diikuti dengan
penurunan produksi yang drastis tahun berikutnya
 mengurangi dampak kekeringan

Pelaksanaan pangkasan tanaman kopi ada tiga macam, yaitu pangkas bentuk,
pangkas produksi atau pangkas pemelihraan dan pangkas rejuvinasi. Pangkas bentuk
adalah pangkas yang dilakukan untuk membentuk frame/kerangka tanaman kopi.
Pangkas bentuk dilakuakan pada saat tanaman masih belum menghasilkan (TBM).
Pangkas produksi dilakukan pada saat Tanaman menghasilkan (TM) bertujuan untuk
stabilitas prouksi sedangkan pangkas rejuvinasi dilakukan untuk meremajakan tanaman
yang sudah tua.

a. Pangkas bentuk
Pangkasan bentuk tanaman kopi pada prinsipnya ada dua macam, yaitu pangkas
bentuk batang tunggal dan pangkas bentuk batang ganda. Pangkas batang tunggal
adalah sistem pangkas yang memelihara satu batang pokok pada setiap tanaman kopi,
sedangkan pangkas batang ganda dilakukan dengan memelihara lebih dari satu batang
pokok setiap tanaman. Sistem batang tunggal lebih banyak diterapkan oleh perusahaan

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

besar baik negara maupun swasta, sedang sistem pangkas batang ganda umumnya
diterapkan oleh petani kecil.
Pada sistem pangkas batang tunggal tumpuan untuk mendapatkan produksi
dilakukan dengan peremajaan cabang. Sedangkan pada sistem pangkas batang ganda
tumpuan produksi pada peremajaan batang.

Sistem Pangkas Batang Tunggal


 Tanaman dipelihara hanya satu batang pokok tiap tanaman
 Untuk memperkuat batang pada tanaman yang kurang kuat dilakukan dengan
penopingan bertahap. Penopingan bertahap ini dikenal sebagai “sistem bayonet”
 Uraian simtem bayonet pada pangkas batang tunggal adalah sebagai berikut :

Siatem Bayonet Tanpa Bayonet 1 Bayonet 2 bayonet


Topping 1 180 cm 120 cm 100 cm
Topping 2 - 180 cm 140 cm
Topping 3 - - 180 cm
Keadaan Tanaman Kuat Agak lemah Lemah

180 cm 180 cm 180 cm


Gambar 1: 140 cm
120 cm 100 cm

 Untuk pembentukan cabang produksi pada sistem pangkas batang tunggal


dilakukan penyunatan cabang primer.
 Penyunatan cabang primer dilakukan dengan “sistem mercy”, yaitu penyunatan
dilakukan berselang-seling arahnya, sedemikian rupa jika dilihat dari atas
terlihat seperti lambang mobil mercy

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Penyunatan 3 180 cm

60 cm 120 cm

penyunatan 2

180 cm

Penyunatan 1 60 cm

Gambar 2: Tanaman Kopi TBM

180 cm

120 cm

60 cm

Gambar 3: Tanaman Kopi Saat TM

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

1. Sistem Pangkas Batang Ganda

 Sistem pangkas ini lebih banyak diterapkan diperkebunan rakyat


 Tanaman dipelihara lebih dari satu batang pokok pada setiap pohon, umumnya
berkisar antara 3-4 batang pokok per tanaman
 Pada dasarnya sistem pangkas batang ganda ada 4 macam, yaitu sistem
Banyuwangi, Sistem Toraja, Sistem Agobiada dan sistem Kandelaber

 

TBM 1 TBM 2 TBM 3

Gambar 4 : Sistem Banyuwangi

 Sistem Banyuwangi dilakukan dengan memelihara 3-4 wiwilan sebagai


batang pokok
 Wiwilan yang dipelihara dipilih angletaknya berhadapan
 terdapat dua macam sistem Banyuwangi, yaitu dengan topping dan tanpa
topping

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

TBM 1 TBM 2 TBM 3


Gambar 5: Sistem Toraja

 Sistem Toraja dilakukan dengan mencondongkan bibit saat penanaman


 Wiwilan yang tumbuh dipelihara 3-4 wiwilan sebagai batang pokok

1 2 3 4

TBM 1 TBM 2 TBM 3

Gambar 6 : Sistem Agobiada

 Sistem Agobiada dilakukan dengan merundukkan tanaman umur 1 tahun


 Wiwilan yang tumbuh dipelihara 3-4 wiwilan sebagai batang pokok

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

TBM 1 TBM 2 TBM 3

Gambar 7: Sistem Kandelaber

 Pada Sistem Kandelaber dilakukan dengan penopingan tanaman umur 1


tahun pada ketinggian 40-50 cm
 Wiwilan yang tumbuh dipelihara sebanyak 2 wiwilan yang saling
berhadapan
 penopingan dilakukan lagi pada 2 wiwilan pada ketinggian 60-70 cm,
selanjutnya pada setiap wiwilan dipelihara 2 wiwilan lagi, sehingga terdapat
4 batang pokok pada setiap pohonnya.

Beaumont-Fukunaga 1324 dan IPS 1324


Pada prinsipnya system pangkas Beaumont Fukunaga 1324 (BF 1324) dan Ijen
Prunning System 1324 (IPS 1324) adalah sama. Pemangkasan dilakukan secara
bergantian dengan urutan nomor batang/tanaman mulai nomor 1, lalu nomor 3, nomor
2, nomor 4 dan sterusnya kembali ke nomor 1 lagi.
Perbedaan BF 1324 dan IPS 1324 adalah, pada BF 1324 yang dipangkas adalah
batang pada pangkas ganda, sedangkan pada IPS 1324 yang dipangkas/dipenggal adalah
berdasarkan urutan tanaman.

b. Pangkas Produksi pada sistem pangkas batang tunggal

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Pangkas produksi terdiri atas tiga macam kegiatan, yaitu pangkas lepas panen,
pangkas seleksi dan pangkas kasar. Pangkas lepas panen adalah pangkas yang
dilakukan setelah panen selesai. Pada pangkas lepas panen disebut juga pangkas berat.
Pada kegiatan ini cabang-cabang yang dipangkas adalah :
 cabang yang telah berbuah dua kali,
 wiwilan (tunas air),
 cabang yang sakit,
 cabang mati,
 cabang yang terserang hama penyakit,
 “cabang balik”,
 “cabang cacing”, dan
 “cabang pecut”
Kegiatan pangkas produksi yang kedua adalah pangkas seleksi atau pangkas
halus. Kegiatan pangkas seleksi dilakukan 2 dua kali, yaitu :
 Pangkas seleksi pertama dilakukan 2 bulan setelah pangkas lepas panen.
 Pangkas halus ke 2 dilakukan 2 bulan setelah pangkas halus pertama.

Cabang yang dipangkas pada pangkas seleksi adalah wiwilan (tunas air) dan
menyeleksi cabang yang tumbuh setelah pangkas lepas panen untuk dijadikan cabang
produksi pada periode produksi tahun depan. Cabang-cabang reproduksi cabang primer
yang berasal dari tunas seri dipilih yang baik.
Pangkas kasar dilakukan 3 kali, yaitu 2 bulan setelah pangkas halus kedua, dan
setelah itu 3 bulan sekali. Pada kegiatan pangkas kasar ini cabang yang dibuang
hanyalah cabang wiwilan (tunas air). Kegiatan pangkas kasar merupakan kegiatan yang
paling tidak membutuhkan ketrampilan khusus, karena cabang yang dipangkas hanya
wiwilan saja. Oleh karena itu kegiatan ini di kebun besar biasaya digunakan untuk
melatih tenaga yang belum pernah ikut memangkas.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

c. Manajemen Pangkas untuk menghasilkan 1 kg kopi kering per pohon


Pada sistem pangkas batang tunggal kontinyuitas produksi ditentukan oleh
pemeliharaan cabang reproduksi cabang primer. Permasalahannya adalah berapa
jumlah cabang yang harus dipelihara untuk menghasilkan produksi yang dikehendaki,
sehingga tanaman lebih produktif dan stabil hasilnya? Untuk menjawabnya diperlukan
manajemen pangkas cabang untuk mendapatkan produksi tertentu. Misalkan diinginkan
tiap pohon menghasilkan 1 kg kopi biji, berapa cabang per pohon yang harus
dipelihara ? Hal ini bisa diperhitungkan sebagai berikut : 1 kg biji kering kopi robusta
 5000 butir biji, jika 1 gelondong rata-rata terdapat 2 biji, maka diperlukan 2500 butir
gelondong. Jika 1 dompol rerata yang baik adalah 20 gelondong, maka hasil 2500
gelondong = 125 dompol. Jika 1 cabang rata-rata 7 dompol, maka untuk menghasilkan
125 dompol diperlukan 18 cabang produksi.
Dari 18 cabang tersebut untuk kontinyuitas produksi harus dihasilkan dari
cabang yang baru berbuah 1 kali (cabang b1) dan cabang yang telah berbuah 2 kali
(cabang b2), masing masing 9 cabang. Karena cabang kopi tidak boleh dibiarkan
berbuah lebih dari 2 kali, maka pada tahun berikutnya cabang yang telah berbuah 2 kali
harus dipangkas pada saat kegiatan pangkas lepas panen. Untuk mengganti cabang b2
setelah panen, maka pada tahun sebelumnya harus dipersiapkan cabang yang belum
berbuah (cabang b0) sejumlah cabang b2. Oleh karena itu setiap tahun cabang yang
dipelihara adalah sebanyak 9 cabang b1 + 9 cabang b2 + 9 cabang b0 = 27 cabang.
Pada pangkas batang tunggal sistem mercy terdapat 3 etape, yaitu pada
ketinggian 60-70 cm, 110-120 cm dan 170-180 cm. Oleh karena itu untuk
keseimbangan produksi pada setiap etape dipelihara 9 cabang, masing-masing terdiri
atas 3 cabang b0, 3 cabang b1 dan 3 cabang b2.
Dari pengetahuan tersebut di atas diperoleh jumlah cabang yang harus dipelihara
pada saat pangkas seleksi. Pada pangkas seleksi pada tiap etape mercy diusahakan
adanya 3 – 4 saja cabang baru tiap tahunnya. Tambahan 1 cabang baru diperlukan
untuk cadangan jika ditengah perjalan pertumbuhan cabang terserang hama atau mati.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

2. Latihan
a. Sebutkan tiga macam kegiatan pangkas pada tanaman kopi yang anda ketahui !
b. Sebutkan 2 macam pangkas bentuk pada tanaman kopi.

3. Kunci Jawaban
a. Kegiatan pangkas tanaman kopi pada prinsipnya ada tiga macam, yaitu pangkas
bentuk, pangkas produksi dan pangkas rejuvinasi. Pangkas bentuk merupakan
pangkasan pada tanaman belum menghasilkan yang bertujuan untuk membentuk
tajuk tanaman yang baii, sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan pangkas
produksi bertujuan untuk kontinyuitas pembentukan cabang atau batang sebagai
penyangga buah kopi.. Pangkas rejuvinasi adalah pemangkasan pada tanaman tua,
yang bertujuan untuk mempermuda batang pokok tanaman kopi.

b. Pangkas bentuk pada tanaman kopi ada dua macam, yaitu pangkas bentuk batang
tunggal dan pangkas bentuk batang ganda. Pada pangkas bentuk batang tunggal,
maka untuk menjaga kontinyuitas produksi yang sangat penting adalah manajemen
pembentukan cabang untuk menyangga buah, sedangkan pada pangkas bentuk
batang ganda maka yang penting diperhatikan adalah manajemen batang sebagai
penyangga buah secara tidak langsung.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 9. PANEN DAN PENANGANAN HASIL TANAMAN KOPI

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah membaca bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami


tahapan panen kopi, penanganan hasil, dan kriteria mutu biji kopi.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mempelajari bagian ini mahasiswa diharapkan memahami beberapa


aspek dalam panen dan penanganan hasil tanaman kopi, menyangkut :
a. Tahapan panen pendahuluan,
b. Panen raya
c. Panen racutan dan lelesan
d. Pengolahan cara basah
e. Pengolahan cara kering
f. Nilai cacat biji kopi

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Modul 9. PANEN DAN PENANGANAN HASIL TANAMAN KOPI

1. Pada tingkat lapangan/budidaya


 Perlu diterapkan praktek-praktek budidaya yang baik sehingga diperoleh tanaman
dan hasil buah kopi yang sehat dan bernas.

2. Pada tingkat pemanenan:

Kegiatan panen kopi sebaiknya dilakukan secara bertahap. Tahapan panen kopi
umumnya ada tiga tahap, yaitu panen pendahuluan, panen raya dan panen
lelesan/racutan. Panen pendahuluan adalah panen buah kopi yang dilakukan untuk buah
yang masak sebelum waktunya. Umumnya buah akan masak sebelum waktunya jika
buah terserang hama bubuk buah. Panen pendahuluan bertujuan untuk mengendalikan
hama bubuk buah. Oleh karena itu panen pendahuluan dikenal juga sebagai bubuk
buah.

Panen pendahuluan untuk kebun kopi di daerah pulau Jawa umumnya dilakukan
pada bulan April/Mei. Panen raya adalah panen yang dilakukan pada buah yang masak
tepat waktu. Panen raya untuk P. Jawa umumnya mulai akhir bulan Juni sampai
Agustus/September. Pelaksanaan panen raya sebaiknya dipilih buahyang benar-benar
masak merah. Rotasi panen untuk tiap tanaman adalah 2 minggu sekali.

Panen racutan/lelesan dlakukan pada tahap akhir setelah panen raya. Panen ini
dilakukan jika diperkirakanbuah yang tersisa di pohon kurang dari 15 % dari total
perkiraan produksi tahun yang bersangkutan. Panen racutan dilakukan dengan
mengambil semua buah yang ada di pohon, baik yang merah maupun yang hijau.
Lelesan dilakukan dengan mengambil semua buah yang tercecer di tanah pada saat
panen raya.
Tujuan dari panen racutan dan lelesan adalah untuk memutus siklus hidup hama
bubuk buah. Dengan mengambil semua buah yang ada pada pohon dan yang tercecer di

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

tanah, diharapkan tidak ada lagi buah kopi di lapang yang bisa dijadikan inang hama
bubuk buah.
Berdasarkan kualitas buah, maka hasil panen pendahuluan dan panen
racutan/lelesan diolah tersendiri, dipisahkan dari buah yang benar-benar masak merah
pada panen raya. Buah hijau yang terikut dipanen pada panen raya harus dipisahkan
dan diolah tersendiri yang hasilnya bisa disatukan dengan hasil panen pendahuluan dan
panen racutan.

o Lakukan pemanenan secara bertahap, panenlah buah yang telah masak merah

o Hindari dari terjadinya kontaminasi secara kimia, biologis, maupun fisik


o Jika mungkin tutuplah tanah di bawah tajuk pohon dengan plastik/karung yang
bersih selama pemanenan hasil, untuk menghindari kontaminasi kotoran.
o Panen hanya dilakukan terhadap buah yang masak, yaitu buah yang sudah
berwarna kuning kemerahan
o Gunakan peralatan panen yang bersih dan memadai.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

o Hindari kerusakan buah secara fisik.


o Hindari kontaminasi oleh tanah dan bahan kotor lainnya.
o Pisahkan buah matang, muda, dan kering/jatuh di tanah.
o Pisahkan benda asing dan buah cacat/rusak.
o Hindari penimbunan buah segar (jangan tunda penanganan hasil).
o Hindari mencampur buah kopi yang telah jatuh ke tanah sebelum dipanen
dengan buah kopi yang dipanen. Buah kopi yang telah jatuh ke tanah
kemungkinan telah terkontaminasi mikroba dari tanah sehingga berpeluang
menjadi sumber kontaminan.

Catatan : Jangan campur buah merah dan hijau seperti pada Gambar di atas !

o Pisahkan buah yang lewat masak atau sudah kering di pohon, buah hijau, dan
kotoran.
o Jaga kebersihan buah kopi hasil panen. Gunakan alas pada saat sortasi buah
kopi.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

o Gunakan karung plastik atau wadah yang bersih untuk mengangkut buah kopi.
Hindari menggunakan wadah bekas pupuk atau pestisida untuk mencegah
terjadinya kontaminasi.
o Buah yang sudah dipanen segera diangkut dan diolah lebih lanjut secepat nya.
o Hindari menimbun buah kopi, khususnya buah-buah kopi yang masak atau
kelewat masak, karena akan mempercepat pertumbuhan jamur sehingga
berpeluang menghasilkan OT-A.

Catatan : Lakukan pembalikan gelondong kopi secara berkala !

Pengendalian di lapangan saat produksi dapat dilakukan dengan pengamatan


visual, organoleptik, dan pengukuran-pengukuran kuantitatif praktis seperti suhu,

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

kelembaban, dan kadar air. Mengingat beberapa macam cacat citarasa (yang berat) tidak
berkaitan langsung dengan kondisi fisik biji, maka uji organoleptik/citarasa mutlak
diperlukan terutama untuk tujuan pengendalian produksi. Beberapa macam cacat
citarasa juga berkaitan dengan kontaminasi jamur, dengan demikian uji citarasa juga
dapat diarahkan untuk pencegahan kontaminasi jamur.
Penerapan prosedur/praktek produksi yang baik seperti tertulis di atas pada
prinsipnya mampu dilakukan oleh petani. Beberapa kelompok petani seperti yang
terjadi di daerah Kab. Tanggamus - Lampung, sebelumnya kurang memperhatikan
aspek mutu dan keamanan produk, namun setelah mendapat bimbingan dari eksportir
dan dinas terkait mampu memproduksi kopi siap ekspor. Hal pokok dari pembinaan
tersebut adalah adanya kepastian insentif harga atas perbaikan mutu kopi yang
dihasilkan petani. Selain itu petani juga menyadari bahwa dirinya mampu menghasilkan
kopi dengan mutu yang baik/siap ekspor.

3. Pengolahan kopi

Scara umum pengolahan hasil tanaman kopi ada duia macam, yaitu pengolahan
cara kering dan pengolahan cara basah. Pengolahan cara kering dilakukan tanpa
melibatkan air dalam proses pelaksanaannya. Sdangkan pengolahan cara basah
membutuhkan banyak air untuk perambangan dan pulping.
Pengolahan cara basah umumnya dilakukan oleh perusahaan besar, sedangkan
pengolahan cara kering dilakukan oleh petani. Hal ini disebabkan pengolahan basah
membutuhkan peralatan yang mahal untuk pulping, sedangkan pada pengolahan kering
tidak melewati tahapan pulping.
Hasil pengolahan kering untuk robusta dikenal dengan biji kopi RDP (Robusta
Dried Process) dan hasil pengolahan basah dikenal sebagai RWP (Robusta Wet
Process). Untuk kopi arabika dikenal sebagai ADP (Arabica dried process) dan AWP
(arabica wet process).

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

1. Pengolahan secara kering biasa:


 Gunakan alas/lantai jemur yang bersih, hindari kontak langsung dengan tanah.
 Segera jemur/hamparkan buah dengan tebal < 4 cm, hindari penumpukan/
pemeraman, dan aduk secara teratur selama pengeringan.
 Lokasi pengeringan buah-buah yang jatuh dari pohon sebelum dipanen, buah yang
mengering di pohon atau lewat masak agar tidak berdekatan dengan lokasi
pengeringan buah normal untuk menghindari kontaminasi.
 Pisahkan kelompok kopi yang dijemur untuk masing-masing tingkat kekeringan
yang berbeda.
 Hindari pembasahan ulang, misalnya tersiram hujan atau embun, tutup dengan
plastik dan beri ventilasi yang memadai (misalnya dengan memberi penopang untuk
penutup plastik) pada waktu malam.
 Proses pengeringan terus dituntaskan sampai kadar air mencapai 12%.
 Hindari penimbunan buah yang belum kering karena akan mudah terserang jamur.

2. Pengolahan secara kering dengan pecah kulit (khusus untuk daerah kering)

 Gunakan alas/lantai jemur yang bersih, hindari kontak langsung dengan tanah.
 Jauhkan tempat pembuangan sampah dan kulit kopi kering dari lokasi penjemuran.
 Pecah buah dengan mesin pemecah (kneuzer) yang bersih, dan gunakan alas tempat
kopi. Kneuzer segera dibersihkan setiap habis dipakai.
 Segera jemur buah yang telah dipecah dengan tebal < 4 cm di atas alas terpal/plastik
atau lantai semen. Hindari penumpukan, dan aduk secara teratur selama
pengeringan. Jangan menjemur buah pecah kulit langsung di atas tanah karena biji
akan terserang jamur.
 Hindari mencampur kopi yang sudah kering dengan yang masih basah. Pisahkan
kelompok kopi yang dijemur untuk masing-masing tingkat kekeringan yang
berbeda.
 Hindari pembasahan ulang, misalnya tersiram hujan atau embun, tutup dengan
plastik dan beri ventilasi yang memadai pada waktu malam.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

 Proses pengeringan dituntaskan sampai kadar air mencapai 12%.


 Hindari menimbun buah yang belum kering karena akan mudah terserang jamur.

4. Pengolahan Basah

o Lakukan pulping segera setelah panen, hindarkan penundaan sampai hari


berikut. Lakukan pulping pada hari yang sama dengan saat panen.
o Pisahkan gelondong kosong (rambangan) dengan gelondong bernas.
o Lakukan pengecekan mutu air yang digunakan.
o Jaga kebersihan sarana prasarana pengolahan biji kopi.
o Pisahkan biji HS dan gelondong.
o Lakukan fermentasi sesuai standar setempat.
o Kontrol kualitas air dan keberihan alat selama pencucian.
o Pengeringan ;

- jika mungkin lakukan penuntasan air secepat mungkin,


- lakukan pengeringan lambat untuk pengeringan kopi arabika, kontrol
ketebalan penumpukan biji, lakukan pembalikan secara teratur.
- Hindarkan pembasahan ulang
- tutup biji kopi dengan ventilasi yang cukup, terutama saat malam hari
- hindarkan kontak langsung dengan tanah gunakan alas jemur
- Jaga lantai jemur dalam kondisi bersih dan higienis. Jauhkan pembuangan
sampah, kulit kopi maupun sumber kontaminan dari lokasi penjemuran
- keringkan biji kopi HS sampai kadar air maksimal 12,5 %

5. Penyimpanan Kopi Gelondong dan Biji Bercangkang (Kopi HS)

 Simpan masing-masing jenis kopi secara terpisah, misalnya kopi gelondong terpisah
dengan kopi bercangkang atau kopi biji.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

 Penyimpanan kopi dilakukan apabila kadar air sudah cukup rendah (maksimum
12%).
 Hindari penyimpanan kopi bersama atau dekat dengan benda lain yang berbau,
misalnya minyak tanah, rempah-rempah, obat-obatan, dan bahan kimia, karena
baunya akan terserap kedalam biji.
 Hindari menyimpan kopi bersama atau di dekat bahan-bahan lain yang mudah
terkontaminasi, misalnya jagung, gaplek, kopra.
 Tempat penyimpanan harus kering, bersih, dan ada ventilasi dan fasilitas
pencahayaan yang memadai.
 Hindari penyimpanan jangka panjang gelondong kopi di lingkungan yang lembab
dan panas. Penyimpanan sementara dapat dilakukan di lingkungan tersebut tetapi
harus disertai dengan pengawasan yang ketat.
 Tumpukan karung diatur di atas landasan tumpukan dari kayu/plastik (pallet) dan
diberi jarak terhadap dinding dan antar tumpukan.
 Hindari pembasahan gelondong (tersiram hujan).
 Pengecekan dilakukan secara rutin, guna mencegah kerusakan.

6. Pengupasan Kulit dan Sortasi

 Kopi gelondong atau kopi bercangkang yang telah kering dikupas kulitnya dengan
menggunakan alat pengupas yang baik dan bersih.
 Pisahkan benda-benda selain biji kopi, hindari pencampuran misalnya dengan kulit.
 Buat keseragaman ukuran biji dengan cara mengayak sesuai dengan ukuran yang
berlaku.
 Pisahkan biji-biji cacat sesuai dengan standar yang diperlukan, hindari pencampuran
dengan biji-biji yang mempunyai nilai cacat berat seperti biji hitam, biji muda,
gelondong, dll.
 Jaga kebersihan alat penggiling dan sortasi.
 Gunakan wadah/karung yang bersih dan bebas dari bau atau bahan asing (minyak,
obat/pestisida, dll.).

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Selain praktek produksi yang baik, aspek pengendalian terhadap adanya


penyimpangan pada setiap tahap produksi perlu dilakukan. Adanya produk yang
diketahui menyimpang dari ketentuan standar tidak dapat dicampur dengan produk yang
baik, karena akan mencemari produk secara keseluruhan. Pemisahan biji-biji cacat
secara fisik dengan sortasi diketahui dapat mengurangi kontaminasi mikotoksin.
Dengan demikian disarankan untuk memisahkan biji-biji cacat terutama biji hitam,
berjamur, atau biji cacat lainnya.

7. Penyimpanan Kopi Biji

 Simpan masing-masing jenis kopi secara terpisah, misalnya kopi gelondong terpisah
dengan kopi bercangkang atau kopi biji.
 Untuk penyimpanan jangka cukup lama (beberapa bulan) sebaiknya kopi yang
disimpan dalam bentuk gelondong atau biji kopi bercangkang yang sudah benar-
benar kering.
 Penyimpanan kopi dilakukan apabila kadar air sudah cukup rendah (maksimum
12%).
 Hindari penyimpanan kopi bersama atau dekat dengan benda lain yang berbau,
misalnya minyak, rempah-rempah, obat-obatan, dan bahan kimia, karena baunya
akan terserap kedalam biji.
 Hindari penyimpanan biji kopi bersama atau dekat dengan bahan-bahan lain yang
mudah terkontaminasi.
 Tempat penyimpanan harus kering, bersih, dan ada ventilasi maupun fasilitas
pencahayaan yang memadai. Tempat penyimpanan juga harus berjauhan dari
sumber kontaminan, seperti tempat pembuangan kulit buah atau cangkang kering
atau sumber kontaminan lainnya.
 Konstruksi gudang penyimpanan harus dapat mencegah gudang dari serangan jasad
pengganggu. Misalnya, melengkapi ventilasi dengan kawat kasa untuk mencegah
tikus masuk ke dalam gudang.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

 Hindari penyimpanan jangka panjang biji kopi di daerah atau lingkungan yang
lembab dan panas seperti di daerah pelabuhan. Penyimpanan sementara dapat
dilakukan di lingkungan tersebut tetapi harus disertai dengan pengawasan yang
ketat.
 Tumpukan karung diatur di atas landasan tumpukan dari kayu/plastik (pallet) dan
diberi jarak terhadap dinding dan antar tumpukan. Menutup tumpukan karung
dengan plastik untuk menjaga penyerapan uap air oleh biji kopi
 Hindari pembasahan biji (tersiram hujan karena atap bocor).
 Inspeksi dilakukan secara rutin, guna mencegah kerusakan yang lebih berat.
 Mengosongkan gudang selama beberapa minggu dalam satu tahun untuk memutus
siklus pertumbuhan jasad pengganggu.

8. Penyimpanan Biji Kopi setelah penanganan Hasil


o Untuk mencegah kontaminasi silang, hindarkan penyimpanan biji kopi kering
bersama-sama dengan gelondong kopi kering, apalagi gelondong kopi basah.
Pisahkan biji kopi baik dengan kotoran seperti kulit tanduk maupun kulit
gelondong.
o Simpan biji kopi pada gudang yang kedap, simpan pada jarak yang cukup jauh dari
dinding. Gunakan gudang yang bisa membuang panas di bagian atap jika
memungkinkan.
o Jika terpaksa, menyimpan pada daerah yang basah, lakukan sesingkat mungkin,
untuk menghindari penyerapan air oleh biji kopi dari udara.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

2. Latihan
a. Sebutkan tahapan panen tanaman kopi yang anda ketahui !
b. Apa tujuan panen pendahuluan dan panen racutan/lelesan ?
c. Sebutkan dua cara pengolahan buah koppi yang anda ketahui, sebutkan
perbedaan hasil kedua macam cara pengolahan tersebut !

3. Kunci Jawaban
a. Tahapan panen kopi umumnya ada tiga tahap, yaitu panen pendahuluan, panen
raya dan panen lelesan/racutan.
b. Tujuan dari panen pendahuluan dan racutan/lelesan adalah untuk
memutus siklus hidup hama bubuk buah.
c. Secara umum pengolahan hasil tanaman kopi ada dua macam, yaitu
pengolahan cara kering dan pengolahan cara basah. Pengolahan cara
kering dilakukan tanpa melibatkan air dalam proses pelaksanaannya.
Sedangkan pengolahan cara basah membutuhkan banyak air untuk
perambangan dan pulping. Hasil pengolahan kering untuk robusta
dikenal dengan biji kopi RDP (Robusta Dried Process) dan hasil
pengolahan basah dikenal sebagai RWP (Robusta Wet Process).
Untuk kopi arabika dikenal sebagai ADP (Arabica dried process) dan
AWP (arabica wet process).

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

DAFTAR PUSTAKA

AEKI, 2005. Potensi produksi Negara-negara Non-ICO di Asia. Sirkuler AEKI No. 10
(7) : 2-4
Bucheli, P.; C. Kanchanomai; I. Meyer, & A. Pittet (2000). Development of
ochratoxin A during robusta (Coffea canephora) coffee cherry drying. J.
Agricultural Food and Chemistry 48: 1358–1362.
Bucheli, P.; I. Meyer; A. Pittet; G. Vuataz, & R. Viani (1998) Industrial of green robusta
coffee under tropical conditions and its impact on raw material quality and
ochratoxin A content, J. Agricultural and Food Chemistry 46: 4507–4511.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 1998. Statistik Perkebunan Indonesia, Kopi.
Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. 89 hal.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2002. Kebijakan dan strategi pembangunan perkopian
nasional. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Makalah Simposium
Kopi 2002. Denpasar, 16 – 17 Oktobr 2002.
Frisvad, J.C., and U. Trhane (1996), Mycotoxins production by food-borne fungi., In
R.A. Samson, E.S. Hoekstra, J.C. Frisfad, & O. Filtenborg (Eds.) Introduction
to Food-borne Fungi. Centraalbureau voor Schimmel-cultures, Baarn-Delf. p.
251–260
Ismayadi, C. & Zaenudin (2001) Toxigenic mould infestation in coffee beans taken
from diffferent levels of production and trading in Lampung-Indonesia. 19 th
ASIC Conference, Trieste 14–18 May 2001, 7p
Ismayadi, C.; Zaenudin & S. Priyono (2001) Mould species infestation during sun
drying of sound and split coffee cherries. 19th ASIC Conference, Trieste 14–18
May 2001, 7p.
Mawardi, S. 1986. Memilih klon-klon unggul kopi robusta untuk daerah tertentu.
Warta BPP Jember (3) : 28-29.
Mawardi, S. dan R. Hulupi, 2002. Hasil pengujian daya adaptasi klon-klon unggul
harapan kopi robusta. Makalah Simposium Kopi 2002. Denpasar, 16 – 17
Oktobr 2002.
Najiyati, S. dan Danarti. 1997. Kopi : Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta. 192 hal.
Nur, A.M., P. Rahardjo, Priyono, S. Wardani, S. Subekti dan B. Sulistyono, 2002.
Diversifikasi di kebun kopi dengan tanman industridalam rangka menunjang
keberlanjutan usahatani kopi. Makalah Simposium Kopi 2002. Denpasar, 16 –
17 Oktobr 2002.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 1997. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman
Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. 96 hal.

Politeknik Negeri Jember 2016 46


Modul Budidaya Tanaman Kopi

Retnandari, N. D. dan M. Tjokrowinoto, 1991. Kopi : Kajian Sosial Ekonomi.


Penerbit Aditya Media. Yogyakarta. 206 hal.
Romani, S., G. Sacchetti, C. Chaves Lopez, G.G. Pinnavaia, & M.D. Rosa (2000)
Screening on the occurrence of ochratoxin A in green coffee beans of different
origins and types. J. Agricultural and Food Chemistry 48: 3616–3619
Studer-Rohr, I., D.R. Dietrich, J. Sclatter, & C. Sclatter (1994). The occurrence of
ochratoxin A in coffee. Food Chemical and Toxicology 33(5): 341–355.
Tondok, A. R. 1999. Kebijakan Pengembangan Kopi di Indonesia. Warta Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao 15 (1) : 1-21.
Van der Stegen, G., U. Joerissen, A. Pittet, M. Saccon, W. Steiner, M. Vincenzi, M.
Winkler, J. Zapp, & C. Schlatter (1997) Screening of European coffee final
products for occurrence of ochratoxin A (OTA). Food Additive and
Contamination 14: 211-216.
Yahmadi, M. 1976. Budidaya dan pengolahan hasil tanaman kopi. Balai Penelitian
Perkebunan Jember.
__________, 2002. Pemasaran kopi Indonesia. Materi pelatihan “Training of Trainers
Course on Application of GMP and HACCP to the coffee industry” 6-13
Agustus 2002. FAO – ICCRI Jember. (Tidak Dipublikasikan).

Politeknik Negeri Jember 2016 46

Anda mungkin juga menyukai