1. Latar Belakang
Kopi memegang peranan penting dalam industri perkebunan, khususnya untuk
perkebunan rakyat. Pada tahun 2000 luas total pertanaman kopi Indonesia mencapai
1.26 juta hektar, sekitar 94 % merupakan perkebunan kopi rakyat dan 6 % sisanya
diusahakan dalam bentuk perkebunan besar. Pertanaman kopi yang diusahakan di
Indonesia terdiri atas 90 % kopi robusta dan sekitar 10 % kopi arabika. Areal
pertanaman kopi tersebar di hampir seluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Sumatera
(60 %), Jawa (14 %), Sulawesi (12 %), Nusa Tenggara (10 %), Kalimantan (3 %) dan
lain-lain (1 %) (Dirjenbun, 2002).
Pada tahun 1996 tanaman kopi menyumbang devisa sebesar US $ 596 juta
dengan volume ekspor kurang lebih dari 366 000 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan,
1998). Volume ekspor lima tahun terakhir cenderung turun. Pada tahun 1995/1996
sampai 1998/1999 rerata 350.000 ton per tahun, pada tahun 1999/2000 menjadi 312.000
ton dan 2000/2001 turun lagi menjadi 275.000 ton (Yahmadi, 2002).
Pada akhir tahun 2000 Indonesia merupakan negara ketiga terbesar dunia setelah
Brasil dan Kolumbia. Namun posisi Indonesia dalam perdagangan kopi dunia mulai
tahun 2003 telah digeser oleh Vietnam yang merupakan negara baru dalam produksi
kopi. (AEKI, 2005)
Dari aspek tenaga kerja perkebunan kopi melibatkan tidak kurang dari 5 juta
petani. Tanaman kopi merupakan komoditi yang sangat potensial untuk meningkatkan
kesejahteraan petani, karena tanaman ini merupakan andalan ekspor produk pertanian
(Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991).
2. Latihan
a. Sebutkan luas areal, komposisi jenis dan pengusaha tanaman kopi yang
diusahakan di Indonesia !
b. Bagaimanakah kedudukan Indonesia dalam perdagangan kopi internasional
pada kurun waktu sepuluh dan lima tahun terakhir ?
3. Kunci Jawaban
a. Luas areal kopi di Indonesia 1.26 juta hektar, jenis kopi yang diusahakan
adalah 90 % kopi Robusta dan 10 % Arabika. Pengusahaan kopi di Indonesia
94 % oleh perkebunan rakyat dan 6 % oleh Perusahaan Negara (PTP) dan
Perusahaan Besar Swasta (PBS).
b. Pada sepuluh tahun terakhir kedudukan Indonesia dalam perdagangan kopi
Internasional adalah pada peringkat ketiga, namun pada lima tahun terakhir
kedudukan Indonesia merosot menjadi keempat digeser oleh negara baru
Vietnam.
Syarat tumbuh untuk tanaman kopi yang utama meliputi syarat iklim dan tanah. Untuk
iklim yang utama adalah tipe iklim, curah hujan, suhu dan tinggi tempat. Sedangkan
untuk tanah secara umum tanaman kopi tidak menghendaki jenis dan syarat yang
khusus.
a. Iklim
Garis lintang 20o LS sampai 20o LU
Tinggi tempat 0 – 800 m dpl untuk kopi Robusta dengan ketinggian optimal 400 –
700 m dpl
Tinggi tempat 700 – 2000 m dpl untuk kopi Arabika dengan ketinggian optimal
700 – 1500 m dpl
Curah hujan 1500 sampai dngan 2500 mm per tahun
Tipe iklim yang sesuai untuk tanaman kopi adalah B dan C menurut Schmidt &
Ferguson
Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1–3 bulan, ini sangat penting untuk
primordia bunga.
Suhu udara 15 – 21 oC untuk kopi Arabika dan 21 – 25 oC untuk kopi Robusta
b. Tanah
Kemiringan lahan kurang dari 45 %
Kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm
Tekstur tanah berlempung (geluhan) dengan struktur tanah lapisan atas remah
Sifat kimia tanah (terutama pada top soil, 0 – 30 cm) :
Bahan organik > 3.5 % atau kadar C > 2 %
C/N Ratio 10 – 12
KTK > 15 me/100 g tanah
KB > 35 %
pH tanah 5.5 – 6.5
2. Latihan
a. Sebutkan ketinggian tempat yang sesuai dan ketinggian optimal untuk tanaman
kopi Robusta dan Arabika.
b. Sebutkan tipe iklim dan curah hujan yang dikehendaki oleh tanaman kopi !
3. Kunci Jawaban
a. Tinggi tempat yang sesuai untuk kopi robusta adalah 0 – 800 m dpl dengan
optimal 400 – 600 m dpl, sedangkan untuk kopi arabika ketinggian yangsesuai
adalah 700 – 2000 m dpl dengan tinggi optimal 700 – 1500 m dpl.
b. Tipe iklim yang sesuai adalah tipe B dan C menurut Schmidt & Ferguson
dengan curah hujan 1500 – 2500 mm per tahun dengan 3 bulan kering (curah
hujan < 60 mm/bulan)
Rumus duduk daun untuk cabang ortotrof adalah 2/5 dan rumus duduk daun
untuk cabang plagiotrof adalah 1/2 . Rumus duduk 2/5 berarti sudut antara daun 1
dengan kedua adalah 2/5 x 360o atau 144o . Daun pertama akan sejajar kedudukannya
dengan daun ke-enam. Sedangkan untuk rumus duduk daun 1/2 daun 1 dan
seterusnya terletak pada satu bidang, sudut yang dibentuk antara daun satu dengan
berikutnya adalah sebesar 180o.
Secara tehnis cabang ortotrof sehari-hari dikenal sebagai tunas air atau wiwilan.
Sedangkan cabang primer, cabang reproduksi cabang primer maupun cabang sekunder
dikenal sebagai cabang produksi. Cabang yang belum berbuah disebut dengan cabang
B0, sedangkan cabang yang telah berbuah satu kali desebut cabang b1 dan cabang yang
telah berbuah dua kali disebut cabang b2. Cabang sebaiknya tidak dibiarkan berbuah
tiga kali (menjadi b3), karena akan saling menutup dengan cabang tanaman tetangga.
Istilah tehnis percabangan kopi berdasarkan kondisi dan bentuknya dikenal
cabang sakit, yaitu cabang yang terserang hama penyakit, cabang cambuk, yaitu cabang
yang bentuknya memanjang seperti cambuk. Cabang cacing, yaitu cabang yang kecil
seperti cacing, cabang balik, yaitu cabang yang arahnya balik ke arah batang pokok,
“pang lanang”, yaitu cabang yang berdiri tegak ke atas pada cabang plagitrof. Cabang-
cabang diatas harus dipanmgkas/dibuang pada saat pemangkasan karena tidak produktif
atau mengganggu pertumbuhan cabang yang lain.
2. Latihan
a. Sebutkan ciri-ciri pertumbuhan tunas seri dan tunas legitim !
b. Sebutkan rumus duduk daun cabang ortotrof dan plagiotrof !
3. Kunci Jawaban
A. Tunas seri jika tumbuh mempunyai ciri-ciri ruas pertama pendek (sangat pendek),
daun pertama kecil berbentuk limas, arah tumbuh cabang yang dihasilkan tunas seri
sama dengan arah tumbuh dan sifatnya sama persis dengan tempat tunas seri berada.
Tunas legitim jika tumbuh mempunyai ciri-ciri: ruas perama panjang, daun pertama
normal dan sifat cabang yang dihasilkan mengalami degradasi satu tingkat
dibandingkan dengan tempat cabang dimana tunas legitim berada.
B. Rumus duduk daun untuk cabang ortotrof adalah 2/5 dan rumus duduk daun untuk
cabang plagiotrof adalah 1/2 . Daun pertama akan sejajar kedudukannya dengan
daun ke-enam. Sedangkan untuk rumus duduk daun ½, daun 1 dan berikutnya
terletak pada satu bidang.
1. Persiapan Benih
Benih kopi diambil dari buah yang terpilih baik, masak, berasal dari klon
yang dikehendaki (untuk batang bawah kopi Robusta digunakan BP 42).
Buah yang terlalu kecil, terlalu besar hendaknya tidak digunakan sebagai
benih
Kebutuhan benih dihitung berdasarkan seleksi benih, daya kecambah, seleksi
bibit siap sambung, keberhasilan sambung, seleksi bibit dan sulaman, serta
jumlah benih per kg.
Sebagai misal, seleksi benih 5 %, daya kecambah 80 %, bibit siap sambung
90 %, keberhasilan sambung 90 %,, dan sulaman 10 %. Jika populasi per
hektar dengan jarak tanam 2.5 m x 2.5 m dan jumlah benih adalah 3000/kg,
maka kebutuhan benih adalah sebesar :
= (100/95 x 100/80 x 100/90 x 100/90 x 100/90 x 110/100 x 1600)/3000
= (1.99 x 1600) / 3000 = 1 kg
Rata-rata untuk kopi Robusta dibutuhkan 1 kg benih untuk setiap hektar
2. Persemaian
Tempat persemaian hendaknya dipilih yang dekat sumber air, mudah diawasi,
mempunyai drainase baik, bebas dari gangguan hewan ternak, bebas dari
nematoda dan dekat dengan tempat pembibitan.
Bedengan persemaian dibuat dengan ukuran lebar 1.2 m dan panjang sesuai
kebutuhan dengan arah memanjang Utara-Selatan
Bedengan persemaian dicangkul sampai kedalaman 30 cm, dan diberi
lapisan pasir setebal 5 cm
Bedengan diberi atap sebagai naungan yang dibuat dengan ketinggian 1.75
m di Timur dan pada bagian Barat setinggi 1.25 cm untuk melindungi terik
matahari
Benih kopi dibenamkan pada bedengan persemaian dengan posisi datar di
bagian bawah, hingga punggungnya terletak sedalam 0.5 cm
Penanaman dilakukan dengan jarak 2.5 x 5 cm, sehingga tiap m 2 terdapat
kurang lebih 800 benih atau 960 benih per m lari.
Penyiraman dilakukan setiap pagi, tetapi jangan sampai air tergenang
Setelah 6 minggu benih kopi akan tumbuh menjadi “stadium serdadu”, yaitu
stadium dimana hypocotyl tumbuh tegak lurus(panjang 8 cm) dengan
kotiledon masih tertutup.
Kurang lebih 6 minggu setelah stadium serdadu kecambah kopi akan menjadi
kepelan, yaitu stadium dimana cotyledon telah terbuka.
Pada stadium kepelan ini (umur 2.5–3 bulan di persemaian), bibit siap
dipindahkan ke areal pembibitan
3. Pembibitan
Tempat pembibitan dipilih dengan memperhatikan :
yang dekat sumber air,
subur,
tidak berbatu,
banyak humus
dan cukup datar,
mudah diawasi,
mempunyai drainase baik,
bebas dari gangguan hewan ternak,
bebas dari nematoda dan dekat dengan tempat penanaman.
Pengolahan tanah dilakukan lebih dalam ( 60 cm), karena bibit akan lebih
lama di pembibitan, yaitu minimal 6 bulan
Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, tinggi bedengan 10–15 cm, panjang
disesuaikan dengan kebutuhan
Jika digunakan naungan alam, sebaiknya tanaman penaung lamtoro ditanam
minimal 2 tahun sebelumnya
Bibit stadium kepelan dipindah ke pembibitan dengan jarak tanam 20 x 20
cm jika dngan putaran, atau 20 x 30 cm jika akan dilakukan penyambungan.
Lubang tanam dibuat menggunakan solet yang terbuat dari bambu.
Bedengan harus disiram agar selalu dalam keadaan lembab, tetapi jangan
sampai tergenang.
Pemupukan dilakukan minimal 2 bulan sekali, dengan dosis 20 g per m2.
Pembersihan gulma dilakukan tiap bulan atau jika keadaan gulma lebat.
Media pembibitan digemburkan tiap 2 bulan sekali
Kriteria bibit siap disambung adalah :
Umur 5 – 6 bulan, ukuran sebesar pencil, sehat dan tidak terserang hama
penakit
Kriteria keberhasilan sambung adalah setelah 2 minggu entres masih hijau
segar
Naungan bibit beberapa minggu sebelum dipindah ke lapang harus dikurangi
secara bertahap untuk menyesuaikan dengan keadaan lapang.
Bibit dapat dipindah ke lapang setelah umur 5 –6 bulan setelah disambung,
yaitu sebelum bibit membentuk cabang primer, sehat dan tidak terserang
hama dan penyakit.
Jika terpaksa dilakukan penundaan penanaman di lapang, misalnya karena
curah hujan belum cukup, dilakukan pemotongan daun atau penunggulan
Pemotongan daun (kupir) dilakukan dengan menyisakan 1/3 bagian daun 3
bulan sekali.
Penunggulan bisa dilakukan dengan topping pada saat 3-4 bulan sebelum
penanaman pada ketinggian 30-40 cm,
Pemindahan bibit ke lapang bisa dalam bentuk cabutan (akar terbuka) atau
putaran (akar terbungkus).
2. Latihan
a. Sebutkan kriteria benih yang baik !
b. Apa saja pertimbangan yang digunakan untuk memilih tempat bedengan
persemaian dan pembibitan ?
3 Kunci Jawaban
a. Benih kopi diambil dari buah berukuran normal, masak, berasal dari klon yang
dikehendaki,
b. Tempat persemaian dan pembibitan hendaknya dipilih yang dekat sumber air,
mudah diawasi, mempunyai drainase baik, bebas dari gangguan hewan ternak,
bebas dari nematoda dan dekat dengan emplasemen
d. Penaung Tetap
o Jenis tanaman penaung tetap adalah tanaman dari famili Leguminoceae,
sehingga bisa mengikat N-udara
o Penanaman tanaman naungan tetap dilakukan 2 tahun sebelum tanan kopi,
sehingga saat tanam kopi tanaman naungan tetap sudah berfungsi.
o Untuk tanaman kopi yang menggunakan jarak tanam 2.5 x 2.5 m sebaiknya
dilakukan penanaman naungan tetap dengan jarak tanam 5 x 5 m (populasi
400 pohon/hektar)
o Arah penanaman naungan tetap pada lahan datar maupun miring dilakukan
menurut arah Timur – Barat, untuk mengatur intensitas sinar matahari.
o Percabangan paling bawah tanaman naungan tetap diatur pada ketinggian 1-
2 m di atas pohon kopi untuk memperlancar peredaran udara dan masuknya
cahaya.
o Agar percabangan segera mencapai ketinggian yang dikehendaki cabang-
cabang di bagian bawah harus sering dibuang.
o Penjarangan dilakukan secara sistematis apabila phon kopi telah saling
menutup dan tumbuh baik. Populasi akhir dipertahankan 400 – 600 pohon
per hektar, tergantung kondisi setempat.
o Untuk penaung lamtoro pada awal musim penghujan ditokok sebanyak 50 %
pada ketinggian 3 m bergantian setiap tahun secara larikan atau berselang-
seling
o Selama musim penghujan cabang/ranting lamtoro yang terlalu lebat harus
dirempes untuk merangsang pembungaan kopi.
e. Penaung Sementara
o Diperlukan tanaman kopi pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM)
o Penanaman tanaman naungan sementara dilakukan 1 tahun sebelum tanam
kopi
o Jenis tanaman penaung sementara adalah tanaman dari famili Leguminoceae,
sehingga bisa mengikat N-udara
o Untuk lahan datar, arah penanaman naungan sementara dilakukan menurut
barisan dengan arah Utara - Selatan, untuk mengurangi intensitas sinar
matahari; sedangkan untuk lahan miring sesuai dengan teras.
o Moghania macrophylla biasanya digunakan selain sebagai naungan
sementara juga berfungsi untuk penguat teras
2. Latihan
a. Sebutkan syarat pohon penaung tetap yang baik !
b. Sebutkan ukuran lubang tanam untuk kopi, bagaimana hubungannya dengan
kesuburan tanah ?
3. Kunci Jawaban
a. Syarat tanaman penaung : berakar dalam, mudah diatur secara periodik; tidak
menjadi inang hama dan penyakit kopi, termasuk jenis leguminosa,;
menghasilkan banyak bahan organik, dan kayu bakar yang baik.
b. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60x60x60 cm sampai 1x1x1 m, semakin
kurang subur semakin lebar lubang tanam.
Setelah membaca bagian ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami saat yang
tepat untuk penanaman tanaman kopi.
3. Kunci Jawaban
a. Kriteria lahan siap tanam jika pohon penaung sementara telah berfungsi, lubang
tanam telah ditutup minimal satu hulan sebelum penanaman, Saat yang tepat
untuk melaksanakan penanaman adalah pada awal musim hujan.
b. Kriteria bibit kopi siap ditanam jika memiliki 6–8 pasang daun dengan satu
cabang primer.
Kegiatan pemeliharaan tanaman kopi secara umujm dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pemeliharaan tanaman belum mnghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman
menghasilkan (TM). Kegiatan pemeliharaan TBM meliputi penyulaman,
pembongkaran naungan sementara, pangkas bentuk tanaman kopi, pangkas bentuk
naungan tetap, pemupukan, penyiamngan gulma, pemeliharaan saluran air,
pemeliharaan jalan. Kegiatan pemeliharaan TM meliputi, pangkas produksi tanaman
kopi, pangkas pemeliharaan naungan tetap, rawis naungan tetap, pemupukan,
penyiangan gulma, pengendalian hama penyakit, pemeliharaan saluran air,
pemeliharaan jalan.
a. Pemupukan
Pemupukan bermanfaat untuk memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman
terhadap perubahan linmgkungan yang ekstrim, serangan hama dan penyakit,
meningkatkan produksi dan mutu hasil, mempertahankan stabilitas produksi dan
mengurangi efek bieneal bearing
Dosis pemupukan ditentukan oleh umur tanaman, kondisi tanah dan iklim
Pemupukan harus dilakukan dengan tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat
tempat dan tepat cara
pupuk diberikan setahun 2 kali, yaitu pada awal musim hujan dan pada akhir
musim hujan
Pupuk diberikan pada jarak 75–100 cm dari tanaman kopi secara melingkar,
alur untuk penempatan pupuk dibuat sedalam 5–7 cm,
setelah pupuk disebarkan pada alur pupuk, alur harus ditutup dengan tanah untuk
menghindari penguapan, terutama untuk pupuk Urea
b. Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma dilakukan untuk mengurangi saingan hara, air dan sinar
matahari
Penyiangan dilakukan secara manual dengan melakukan “jombret” di piringan
tanaman kopi
Penyiangan gulma pada saat musim hujan dilakukan satu bulan sekali, karena
pertumbuhan gulma yang cepat
Pada saat musim kemarau penyiangan gulma cukup 2 bulan sekali atau
tergantung keadaan gulma di lahan
Penyiangan gulma terutama dilakukan menjelang pemupukan untuk
meningkatkan efektivitas pemupukan
c. Pengendalian Penyakit Tanaman Kopi
Sedangkan pada kopi robusta penyakit ini umumnya tidak menjadi masalah
Pengendaliannya adalah dengan menggunakan varietas tahan
3. Kutu Putih
Kutu putih (Plannococcus citri) merupakan hama penting untuk perkebunan yang
memiliki musim kemarau yang jelas
Kutu putihmenyerang bunga dan buah kopi, tetapi jika populasi hama sangat tinggi,
bisa menyerang pucuk, daun dan tunas.
Tanaman inang selain kopi adalah lamtoro, kakao dan Tephrosia
Pengendalian bisa dilakukan dengan klutur teknis dan hayati
Secara kultur teknis dengan pengaturan naungan
Secara hayati dilakukan denga predator, misalnya dengan Orchus janthius
2. Latihan
a. Sebutkan manfaat pemupukan pada tanaman kopi
b. Sebutkan penyakit utama pada tanaman kopi
c. Sebutkan Hama Utama [ada tanaman kopi.
3. Kunci Jawaban
a. Pemupukan bermanfaat untuk memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman
terhadap perubahan linmgkungan yang ekstrim, serangan hama dan penyakit,
meningkatkan produksi dan mutu hasil, mempertahankan stabilitas produksi dan
mengurangi efek bieneal bearing.
b. Penyakit utama tanaman kopi meliputi :
1. Penyakit Karat daun, penyebab penyakit ini adalah cendawan Hemileia
vastatrix B et Br
2. Penyakit jamur upas, penyebab penyakit ini adalah cendawan Corticium
salmonicolor.
3. Penyakit bercak daun, penyebab penyakit ini adalah cendawan Cercospora
caffeicola B. et Cke.
4. Penyakit Layu Fusarium, yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp.
5. Penyakit busuk cabang/ranting, penyebab penyakit ini adalah cendawan
Cortisium sp.
c. Hama Utama Tanaman Kopi
Pelaksanaan pangkasan tanaman kopi ada tiga macam, yaitu pangkas bentuk,
pangkas produksi atau pangkas pemelihraan dan pangkas rejuvinasi. Pangkas bentuk
adalah pangkas yang dilakukan untuk membentuk frame/kerangka tanaman kopi.
Pangkas bentuk dilakuakan pada saat tanaman masih belum menghasilkan (TBM).
Pangkas produksi dilakukan pada saat Tanaman menghasilkan (TM) bertujuan untuk
stabilitas prouksi sedangkan pangkas rejuvinasi dilakukan untuk meremajakan tanaman
yang sudah tua.
a. Pangkas bentuk
Pangkasan bentuk tanaman kopi pada prinsipnya ada dua macam, yaitu pangkas
bentuk batang tunggal dan pangkas bentuk batang ganda. Pangkas batang tunggal
adalah sistem pangkas yang memelihara satu batang pokok pada setiap tanaman kopi,
sedangkan pangkas batang ganda dilakukan dengan memelihara lebih dari satu batang
pokok setiap tanaman. Sistem batang tunggal lebih banyak diterapkan oleh perusahaan
besar baik negara maupun swasta, sedang sistem pangkas batang ganda umumnya
diterapkan oleh petani kecil.
Pada sistem pangkas batang tunggal tumpuan untuk mendapatkan produksi
dilakukan dengan peremajaan cabang. Sedangkan pada sistem pangkas batang ganda
tumpuan produksi pada peremajaan batang.
Penyunatan 3 180 cm
60 cm 120 cm
penyunatan 2
180 cm
Penyunatan 1 60 cm
180 cm
120 cm
60 cm
1 2 3 4
Pangkas produksi terdiri atas tiga macam kegiatan, yaitu pangkas lepas panen,
pangkas seleksi dan pangkas kasar. Pangkas lepas panen adalah pangkas yang
dilakukan setelah panen selesai. Pada pangkas lepas panen disebut juga pangkas berat.
Pada kegiatan ini cabang-cabang yang dipangkas adalah :
cabang yang telah berbuah dua kali,
wiwilan (tunas air),
cabang yang sakit,
cabang mati,
cabang yang terserang hama penyakit,
“cabang balik”,
“cabang cacing”, dan
“cabang pecut”
Kegiatan pangkas produksi yang kedua adalah pangkas seleksi atau pangkas
halus. Kegiatan pangkas seleksi dilakukan 2 dua kali, yaitu :
Pangkas seleksi pertama dilakukan 2 bulan setelah pangkas lepas panen.
Pangkas halus ke 2 dilakukan 2 bulan setelah pangkas halus pertama.
Cabang yang dipangkas pada pangkas seleksi adalah wiwilan (tunas air) dan
menyeleksi cabang yang tumbuh setelah pangkas lepas panen untuk dijadikan cabang
produksi pada periode produksi tahun depan. Cabang-cabang reproduksi cabang primer
yang berasal dari tunas seri dipilih yang baik.
Pangkas kasar dilakukan 3 kali, yaitu 2 bulan setelah pangkas halus kedua, dan
setelah itu 3 bulan sekali. Pada kegiatan pangkas kasar ini cabang yang dibuang
hanyalah cabang wiwilan (tunas air). Kegiatan pangkas kasar merupakan kegiatan yang
paling tidak membutuhkan ketrampilan khusus, karena cabang yang dipangkas hanya
wiwilan saja. Oleh karena itu kegiatan ini di kebun besar biasaya digunakan untuk
melatih tenaga yang belum pernah ikut memangkas.
2. Latihan
a. Sebutkan tiga macam kegiatan pangkas pada tanaman kopi yang anda ketahui !
b. Sebutkan 2 macam pangkas bentuk pada tanaman kopi.
3. Kunci Jawaban
a. Kegiatan pangkas tanaman kopi pada prinsipnya ada tiga macam, yaitu pangkas
bentuk, pangkas produksi dan pangkas rejuvinasi. Pangkas bentuk merupakan
pangkasan pada tanaman belum menghasilkan yang bertujuan untuk membentuk
tajuk tanaman yang baii, sesuai dengan yang dikehendaki. Sedangkan pangkas
produksi bertujuan untuk kontinyuitas pembentukan cabang atau batang sebagai
penyangga buah kopi.. Pangkas rejuvinasi adalah pemangkasan pada tanaman tua,
yang bertujuan untuk mempermuda batang pokok tanaman kopi.
b. Pangkas bentuk pada tanaman kopi ada dua macam, yaitu pangkas bentuk batang
tunggal dan pangkas bentuk batang ganda. Pada pangkas bentuk batang tunggal,
maka untuk menjaga kontinyuitas produksi yang sangat penting adalah manajemen
pembentukan cabang untuk menyangga buah, sedangkan pada pangkas bentuk
batang ganda maka yang penting diperhatikan adalah manajemen batang sebagai
penyangga buah secara tidak langsung.
Kegiatan panen kopi sebaiknya dilakukan secara bertahap. Tahapan panen kopi
umumnya ada tiga tahap, yaitu panen pendahuluan, panen raya dan panen
lelesan/racutan. Panen pendahuluan adalah panen buah kopi yang dilakukan untuk buah
yang masak sebelum waktunya. Umumnya buah akan masak sebelum waktunya jika
buah terserang hama bubuk buah. Panen pendahuluan bertujuan untuk mengendalikan
hama bubuk buah. Oleh karena itu panen pendahuluan dikenal juga sebagai bubuk
buah.
Panen pendahuluan untuk kebun kopi di daerah pulau Jawa umumnya dilakukan
pada bulan April/Mei. Panen raya adalah panen yang dilakukan pada buah yang masak
tepat waktu. Panen raya untuk P. Jawa umumnya mulai akhir bulan Juni sampai
Agustus/September. Pelaksanaan panen raya sebaiknya dipilih buahyang benar-benar
masak merah. Rotasi panen untuk tiap tanaman adalah 2 minggu sekali.
Panen racutan/lelesan dlakukan pada tahap akhir setelah panen raya. Panen ini
dilakukan jika diperkirakanbuah yang tersisa di pohon kurang dari 15 % dari total
perkiraan produksi tahun yang bersangkutan. Panen racutan dilakukan dengan
mengambil semua buah yang ada di pohon, baik yang merah maupun yang hijau.
Lelesan dilakukan dengan mengambil semua buah yang tercecer di tanah pada saat
panen raya.
Tujuan dari panen racutan dan lelesan adalah untuk memutus siklus hidup hama
bubuk buah. Dengan mengambil semua buah yang ada pada pohon dan yang tercecer di
tanah, diharapkan tidak ada lagi buah kopi di lapang yang bisa dijadikan inang hama
bubuk buah.
Berdasarkan kualitas buah, maka hasil panen pendahuluan dan panen
racutan/lelesan diolah tersendiri, dipisahkan dari buah yang benar-benar masak merah
pada panen raya. Buah hijau yang terikut dipanen pada panen raya harus dipisahkan
dan diolah tersendiri yang hasilnya bisa disatukan dengan hasil panen pendahuluan dan
panen racutan.
o Lakukan pemanenan secara bertahap, panenlah buah yang telah masak merah
Catatan : Jangan campur buah merah dan hijau seperti pada Gambar di atas !
o Pisahkan buah yang lewat masak atau sudah kering di pohon, buah hijau, dan
kotoran.
o Jaga kebersihan buah kopi hasil panen. Gunakan alas pada saat sortasi buah
kopi.
o Gunakan karung plastik atau wadah yang bersih untuk mengangkut buah kopi.
Hindari menggunakan wadah bekas pupuk atau pestisida untuk mencegah
terjadinya kontaminasi.
o Buah yang sudah dipanen segera diangkut dan diolah lebih lanjut secepat nya.
o Hindari menimbun buah kopi, khususnya buah-buah kopi yang masak atau
kelewat masak, karena akan mempercepat pertumbuhan jamur sehingga
berpeluang menghasilkan OT-A.
kelembaban, dan kadar air. Mengingat beberapa macam cacat citarasa (yang berat) tidak
berkaitan langsung dengan kondisi fisik biji, maka uji organoleptik/citarasa mutlak
diperlukan terutama untuk tujuan pengendalian produksi. Beberapa macam cacat
citarasa juga berkaitan dengan kontaminasi jamur, dengan demikian uji citarasa juga
dapat diarahkan untuk pencegahan kontaminasi jamur.
Penerapan prosedur/praktek produksi yang baik seperti tertulis di atas pada
prinsipnya mampu dilakukan oleh petani. Beberapa kelompok petani seperti yang
terjadi di daerah Kab. Tanggamus - Lampung, sebelumnya kurang memperhatikan
aspek mutu dan keamanan produk, namun setelah mendapat bimbingan dari eksportir
dan dinas terkait mampu memproduksi kopi siap ekspor. Hal pokok dari pembinaan
tersebut adalah adanya kepastian insentif harga atas perbaikan mutu kopi yang
dihasilkan petani. Selain itu petani juga menyadari bahwa dirinya mampu menghasilkan
kopi dengan mutu yang baik/siap ekspor.
3. Pengolahan kopi
Scara umum pengolahan hasil tanaman kopi ada duia macam, yaitu pengolahan
cara kering dan pengolahan cara basah. Pengolahan cara kering dilakukan tanpa
melibatkan air dalam proses pelaksanaannya. Sdangkan pengolahan cara basah
membutuhkan banyak air untuk perambangan dan pulping.
Pengolahan cara basah umumnya dilakukan oleh perusahaan besar, sedangkan
pengolahan cara kering dilakukan oleh petani. Hal ini disebabkan pengolahan basah
membutuhkan peralatan yang mahal untuk pulping, sedangkan pada pengolahan kering
tidak melewati tahapan pulping.
Hasil pengolahan kering untuk robusta dikenal dengan biji kopi RDP (Robusta
Dried Process) dan hasil pengolahan basah dikenal sebagai RWP (Robusta Wet
Process). Untuk kopi arabika dikenal sebagai ADP (Arabica dried process) dan AWP
(arabica wet process).
2. Pengolahan secara kering dengan pecah kulit (khusus untuk daerah kering)
Gunakan alas/lantai jemur yang bersih, hindari kontak langsung dengan tanah.
Jauhkan tempat pembuangan sampah dan kulit kopi kering dari lokasi penjemuran.
Pecah buah dengan mesin pemecah (kneuzer) yang bersih, dan gunakan alas tempat
kopi. Kneuzer segera dibersihkan setiap habis dipakai.
Segera jemur buah yang telah dipecah dengan tebal < 4 cm di atas alas terpal/plastik
atau lantai semen. Hindari penumpukan, dan aduk secara teratur selama
pengeringan. Jangan menjemur buah pecah kulit langsung di atas tanah karena biji
akan terserang jamur.
Hindari mencampur kopi yang sudah kering dengan yang masih basah. Pisahkan
kelompok kopi yang dijemur untuk masing-masing tingkat kekeringan yang
berbeda.
Hindari pembasahan ulang, misalnya tersiram hujan atau embun, tutup dengan
plastik dan beri ventilasi yang memadai pada waktu malam.
4. Pengolahan Basah
Simpan masing-masing jenis kopi secara terpisah, misalnya kopi gelondong terpisah
dengan kopi bercangkang atau kopi biji.
Penyimpanan kopi dilakukan apabila kadar air sudah cukup rendah (maksimum
12%).
Hindari penyimpanan kopi bersama atau dekat dengan benda lain yang berbau,
misalnya minyak tanah, rempah-rempah, obat-obatan, dan bahan kimia, karena
baunya akan terserap kedalam biji.
Hindari menyimpan kopi bersama atau di dekat bahan-bahan lain yang mudah
terkontaminasi, misalnya jagung, gaplek, kopra.
Tempat penyimpanan harus kering, bersih, dan ada ventilasi dan fasilitas
pencahayaan yang memadai.
Hindari penyimpanan jangka panjang gelondong kopi di lingkungan yang lembab
dan panas. Penyimpanan sementara dapat dilakukan di lingkungan tersebut tetapi
harus disertai dengan pengawasan yang ketat.
Tumpukan karung diatur di atas landasan tumpukan dari kayu/plastik (pallet) dan
diberi jarak terhadap dinding dan antar tumpukan.
Hindari pembasahan gelondong (tersiram hujan).
Pengecekan dilakukan secara rutin, guna mencegah kerusakan.
Kopi gelondong atau kopi bercangkang yang telah kering dikupas kulitnya dengan
menggunakan alat pengupas yang baik dan bersih.
Pisahkan benda-benda selain biji kopi, hindari pencampuran misalnya dengan kulit.
Buat keseragaman ukuran biji dengan cara mengayak sesuai dengan ukuran yang
berlaku.
Pisahkan biji-biji cacat sesuai dengan standar yang diperlukan, hindari pencampuran
dengan biji-biji yang mempunyai nilai cacat berat seperti biji hitam, biji muda,
gelondong, dll.
Jaga kebersihan alat penggiling dan sortasi.
Gunakan wadah/karung yang bersih dan bebas dari bau atau bahan asing (minyak,
obat/pestisida, dll.).
Simpan masing-masing jenis kopi secara terpisah, misalnya kopi gelondong terpisah
dengan kopi bercangkang atau kopi biji.
Untuk penyimpanan jangka cukup lama (beberapa bulan) sebaiknya kopi yang
disimpan dalam bentuk gelondong atau biji kopi bercangkang yang sudah benar-
benar kering.
Penyimpanan kopi dilakukan apabila kadar air sudah cukup rendah (maksimum
12%).
Hindari penyimpanan kopi bersama atau dekat dengan benda lain yang berbau,
misalnya minyak, rempah-rempah, obat-obatan, dan bahan kimia, karena baunya
akan terserap kedalam biji.
Hindari penyimpanan biji kopi bersama atau dekat dengan bahan-bahan lain yang
mudah terkontaminasi.
Tempat penyimpanan harus kering, bersih, dan ada ventilasi maupun fasilitas
pencahayaan yang memadai. Tempat penyimpanan juga harus berjauhan dari
sumber kontaminan, seperti tempat pembuangan kulit buah atau cangkang kering
atau sumber kontaminan lainnya.
Konstruksi gudang penyimpanan harus dapat mencegah gudang dari serangan jasad
pengganggu. Misalnya, melengkapi ventilasi dengan kawat kasa untuk mencegah
tikus masuk ke dalam gudang.
Hindari penyimpanan jangka panjang biji kopi di daerah atau lingkungan yang
lembab dan panas seperti di daerah pelabuhan. Penyimpanan sementara dapat
dilakukan di lingkungan tersebut tetapi harus disertai dengan pengawasan yang
ketat.
Tumpukan karung diatur di atas landasan tumpukan dari kayu/plastik (pallet) dan
diberi jarak terhadap dinding dan antar tumpukan. Menutup tumpukan karung
dengan plastik untuk menjaga penyerapan uap air oleh biji kopi
Hindari pembasahan biji (tersiram hujan karena atap bocor).
Inspeksi dilakukan secara rutin, guna mencegah kerusakan yang lebih berat.
Mengosongkan gudang selama beberapa minggu dalam satu tahun untuk memutus
siklus pertumbuhan jasad pengganggu.
2. Latihan
a. Sebutkan tahapan panen tanaman kopi yang anda ketahui !
b. Apa tujuan panen pendahuluan dan panen racutan/lelesan ?
c. Sebutkan dua cara pengolahan buah koppi yang anda ketahui, sebutkan
perbedaan hasil kedua macam cara pengolahan tersebut !
3. Kunci Jawaban
a. Tahapan panen kopi umumnya ada tiga tahap, yaitu panen pendahuluan, panen
raya dan panen lelesan/racutan.
b. Tujuan dari panen pendahuluan dan racutan/lelesan adalah untuk
memutus siklus hidup hama bubuk buah.
c. Secara umum pengolahan hasil tanaman kopi ada dua macam, yaitu
pengolahan cara kering dan pengolahan cara basah. Pengolahan cara
kering dilakukan tanpa melibatkan air dalam proses pelaksanaannya.
Sedangkan pengolahan cara basah membutuhkan banyak air untuk
perambangan dan pulping. Hasil pengolahan kering untuk robusta
dikenal dengan biji kopi RDP (Robusta Dried Process) dan hasil
pengolahan basah dikenal sebagai RWP (Robusta Wet Process).
Untuk kopi arabika dikenal sebagai ADP (Arabica dried process) dan
AWP (arabica wet process).
DAFTAR PUSTAKA
AEKI, 2005. Potensi produksi Negara-negara Non-ICO di Asia. Sirkuler AEKI No. 10
(7) : 2-4
Bucheli, P.; C. Kanchanomai; I. Meyer, & A. Pittet (2000). Development of
ochratoxin A during robusta (Coffea canephora) coffee cherry drying. J.
Agricultural Food and Chemistry 48: 1358–1362.
Bucheli, P.; I. Meyer; A. Pittet; G. Vuataz, & R. Viani (1998) Industrial of green robusta
coffee under tropical conditions and its impact on raw material quality and
ochratoxin A content, J. Agricultural and Food Chemistry 46: 4507–4511.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 1998. Statistik Perkebunan Indonesia, Kopi.
Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. 89 hal.
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2002. Kebijakan dan strategi pembangunan perkopian
nasional. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Makalah Simposium
Kopi 2002. Denpasar, 16 – 17 Oktobr 2002.
Frisvad, J.C., and U. Trhane (1996), Mycotoxins production by food-borne fungi., In
R.A. Samson, E.S. Hoekstra, J.C. Frisfad, & O. Filtenborg (Eds.) Introduction
to Food-borne Fungi. Centraalbureau voor Schimmel-cultures, Baarn-Delf. p.
251–260
Ismayadi, C. & Zaenudin (2001) Toxigenic mould infestation in coffee beans taken
from diffferent levels of production and trading in Lampung-Indonesia. 19 th
ASIC Conference, Trieste 14–18 May 2001, 7p
Ismayadi, C.; Zaenudin & S. Priyono (2001) Mould species infestation during sun
drying of sound and split coffee cherries. 19th ASIC Conference, Trieste 14–18
May 2001, 7p.
Mawardi, S. 1986. Memilih klon-klon unggul kopi robusta untuk daerah tertentu.
Warta BPP Jember (3) : 28-29.
Mawardi, S. dan R. Hulupi, 2002. Hasil pengujian daya adaptasi klon-klon unggul
harapan kopi robusta. Makalah Simposium Kopi 2002. Denpasar, 16 – 17
Oktobr 2002.
Najiyati, S. dan Danarti. 1997. Kopi : Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta. 192 hal.
Nur, A.M., P. Rahardjo, Priyono, S. Wardani, S. Subekti dan B. Sulistyono, 2002.
Diversifikasi di kebun kopi dengan tanman industridalam rangka menunjang
keberlanjutan usahatani kopi. Makalah Simposium Kopi 2002. Denpasar, 16 –
17 Oktobr 2002.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 1997. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman
Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. 96 hal.