Disusun Oleh:
Nama : Rotua Pangaribuan
NPM : E1J019070
Shift : A2
Hari/Pukul : Senin, 08.00-12.00 WIB
Dosen Pembimbing : Ir. Hermansyah, M.P.
Co-Ass : 1. Sampurno Hidayah (E1J018108)
2. Nurul Hamidah Lubis (E1J018022)
Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa kopi
dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut di
Kedawung, sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun, upaya ini gagal kerena
tanaman tersebut rusak oleh gempa bumi dan banjir. Upaya kedua dilakukan pada tahun
1699 dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi
yang dihasilkan dari tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun
Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan memiliki kualitas yang
sangat baik. Selanjutnya, tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang
dikembangkan di Indonesia. Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke Sumatera,
Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Indonesia. Pada tahun 1878, hampir
seluruh perkebunan kopi yang ada di Indonesia terutama di dataran rendah rusak terserang
penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix (HV). Pada saat itu semua tanaman kopi yang
ada di Indonesia merupakan jenis arabika (Coffea arabica). Untuk menanggulanginya,
Belanda mendatangkan spesies kopi liberika (Coffea liberica) yang diperkirakan lebih
tahan terhadap penyakit karat daun. Sampai beberapa tahun lamanya, kopi liberika
menggantikan kopi arabika di perkebunan dataran rendah. Di pasar Eropa kopi liberika saat
itu dihargai sama dengan arabika. Namun, tanaman kopi liberika juga mengalami hal yang
sama, rusak terserang karat daun. Kemudian pada tahun 1907, Belanda mendatangkan
spesies lain yakni kopi robusta (Coffea canephora). Usaha kali ini berhasil, hingga saat ini
perkebunan-perkebunan kopi robusta yang ada di dataran rendah bisa bertahan. Pasca
kemerdekaan Indonesia tahun 1945, seluruh perkebunan kopi Belanda yang ada di
Indonesia di nasionalisasi dan sejak itu Belanda tidak lagi menjadi pemasok kopi dunia
(Nasution, 2006).
Peningkatan produktivitas dan mutu hasil kopi dapat dilakukan dengan cara
memperhatikan teknik budidaya tanaman kopi mulai dari penanaman hingga perawatan.
Kegiatan penanaman diawali dengan pemiliahan varietas yang sesuai dengan kondisi lahan,
serta penentuan jarak tanam kopi yang disesuaikan dengan kemiringan tanah. Pemupukan
dilakukan dengan memperhatikan waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara
pengaplikasiannya. Selain itu, perlu adanya pemangkasan agar tanaman kopi tetap rendah
sehingga mudah dalam perawatan, pembentukan cabang-cabang produktif, mempermudah
masuknya cahaya,serta mempermudah pengendalian hama dan penyakit (Prastowo, 2010).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pembibitan kopi hingga
penyemaian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Indonesia
karena tergolong di dalam kategori komoditi penting dalam pertumbuhan ekonomi
nasional. Peran kopi sebagai salah satu komoditas ekspor yang menguntungkan telah
dimulai sejak masa kolonial. Pada masa kolonial, perkebunan menjadi penopang kehidupan
perekonomian yang berbasis pada ekonomi perkebunan. Berdasarkan pangsa pasar yang
terus mengalami peningkatan, kopi tidak hanya dibudidayakan oleh pemerintah kolonial,
tetapi juga oleh rakyat (Ekadinata, 2002). Kopi merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan
tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26%
berasal dari spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di
Etopia. Namun, kopi baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan di luar daerah asalnya yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para
saudagar Arab (Rahardjo, 2012).
Kopi adalah suatu jenis tanaman yang terdapat di daerah tropis dan subtropis yang
dapat hidup di dataran rendah dan dataran tinggi. Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi
yang berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan curah
hujan. Menurut Ryan (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kopi antara
lain, ketinggian tempat, curah hujan, kondisi tanah, intensitas cahaya, dan angin agar
pertumbuhan tanaman kopi bisa optimal. Secara garis besar, di Indonesia terdapat dua jenis
kopi yang keduanya tumbuh dan berkembang secara optimal pada dua kondisi iklim yang
berbeda. Kedua jenis kopi tersebut yaitu kopi arabika untuk dataran tinggi dan kopi robusta
untuk dataran menengah sampai rendah.
Kopi arabika merupakan jenis tanaman kopi yang dapat tumbuh optimal di dataran tinggi.
Kopi arabika tumbuh baik dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas 1000
meter dari permukaan laut. kopi arabika adalah jenis tanaman dataran tinggi antara 1250-
1850 meter dari permukaan laut dengan suhu sekitar 17-21 ˚C. Kopi jenis lain yang
berkembang di Indonesia dalah kopi robusta. Kopi robusta merupakan jenis tanaman kopi
yang dapat tumbuh di daerah dataran menengah sampai rendah. Kopi robusta dapat tumbuh
optimal pada ketinggian dibawah 1000 meter dari permukaan laut. Menurut Ryan (2016),
tanaman kopi robusta tumbuh di dataran dengan ketinggian 400-700 meter di atas
permukaan laut. Tanaman kopi robusta menghendaki curah hujan 2000-3000 mm per tahun
( Rahardjo, 2012)
Kopi robusta merupakan kopi dengan cita rasa lebih rendah dibandingkan dengan
cita rasa kopi arabika. Hampir seluruh produksi Kopi Robusta di seluruh dunia dihasilkan
secara kering dan mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi. Kopi Robusta
memiliki kelebihan yaitu kekentalan yang lebih dan warna yang kuat. Oleh karena itu, Kopi
Robusta banyak diperlukan untuk bahan campuran blends untuk merek-merek tertentu.
Jenis-jenis kopi robusta adalah quillou, uganda dan canephora (Ningtyas, 2014).
Kopi Liberika merupakan jenis tanaman kopi yang dapat tumbuh di iklim panas
maupun basah. Jenis tanaman ini tidak menuntut tanah yang subur dan pemeliharaan yang
istimewa (Rahardjo, 2012). Kopi Liberika termasuk kopi yang dibudidayakan dalam skala
kecil. Hal ini tidak terlepas dari peran pasar internasional yang kurang begitu berminat
dengan kopi liberika. Kopi Liberika terkenal atas resistensinya terhadap penyakit Hemiliea
(Ningtyas, 2014).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut
Bahan yang digunakan adalah biji kopi, pasir sungai, pupuk kandang, abu sekam, abu dapur,
arang sekam dan polibag.
Alat yang diperlukan adalah bak plastik dan hand sprayer
3.2 Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan praktikum
1) Persiapan biji
a. Biji kopi diambil dari pohon induk yang diketahui mutunya yaitu produktivitas tinggi
selama 5 tahun berturut-turut dan tahan OPT.
b. Biji yang dipilih dari pohon induk adalah buah yang masak, tidak cacat dan besarnya
normal. c. Kulit buah dikelupas kemudian diinjak dengan kain tapi kulit tanduk tidak sampai
terkelupas. d. Lendir pada biji dibersihkan dengan 3 perlakuan, yaitu abu dapur, abu sekam
dan sekam bakar dengan cara digosokkan pada permukaan biji.
e. Biji dikeringkan, setelah kering biji diseleksi dengan membuang biji yang hampa atau
jelek. 2) Perkecambahan
a. Siapkan media tanam, bak diisi dengan pasir sungai
b. Benamkan biji secara tertelungkup dan lapisi dengan pasir.
c. Jaga kelembapan media tanam dengan menyemprotkan air menggunakan handsprayer. d.
Biji berkecambah setelah 6-8 minggu (fase serdadu). Fase ini berlangsung selama 1 bulan.
Saat kotiledon pecah dan muncul daun muda (kepelan), bibit dapat dipindahkan ke media
persemaian. 3) Penyemaian, agar pertumbuhan tanaman seragam benih disemaikan terlebih
dahulu. a. Siapkan media semai dengan campuran tanah:pasir:pupuk kandang = 1:1:1 dalam
polibag. b. Pindahkan kepelan ke media semai dengan hati-hati agar akar tidak rusak.
Pemindahan dilakukan dengan songkel atau solet.
c. Buang bibit yang berakar bengkok.
d. Tanam ke media persemaian dengan jarak 15x30 cm. Media tanam dibuat lubang tanam
menggunakan bambu. Akar dan batang ditempelkan pada salah satu sisi lubang dan
dilakukan pemadatan dengan hati-hati.
4) Pemeliharaan,
a. Penyiraman, dilakukan dua kali sehari dan dijaga agar tanah tetap lembab tetapi tidak
boleh terlalu basah.
b. Penyiangan, gulma yang tumbuh sekitar bibit harus dibersihkan dengan cara dicabut
manual. c. Pemupukan, setelah bibit semai berumur 3 bulan dilakukan pemupukan pertama
(urea atau Za).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 hasil
4.2 pembahasan
Pada praktikum kali ini kami membahas bagaimana teknik pembibitan pada tanaman
kopi. Langkah pertama pada pembuatan bibit kopi adalah melakukan perkecambahan pada
tanaman kopi, bahan dan alat yang kami gunakan untuk perkecambahan kopi adalah kopi,
abu sekam, abu piring dan arang sekam serta nampan auatu tray untuk tempat penanaman
benih kopi. Untuk menentukan bibit kopi yang layak untuk perkecambahan dengan
menyeleksi biji kopi di dalam baskom yang berisikan air. Kopi yang layak di tanam untuk
perkecambahan adalah buah yang masak ( berwarna merah ) serta besarnya normal. Hal ini
karena pemilihan bibit dapat menentukan hasil tingkat produksi tanaman. Langkah yang di
lakukan selanjut nya ialah mensortasi benih kopi yang sudah di rendam, biji kopi yang
mengapung di buang dan yang di pakai bini kopi yang tenggelam. Biji yang kita pilih
dikupas, mempergunakan tangan atau kaki, boleh juga memakai handpulper, asal saja kita
bisa menjaga betul-betul agar kulit tanduk tidak rusak. Jadi yang dibuang hanya kulit dan
daging buah. Biji kopi diambil dari pohon induk yang diketahui mutunya yaitu
produktivitas tinggi selama 5 tahun berturut-turut dan tahan OPT. Biji yang dipilih dari
pohon induk adalah buah yang masak, tidak cacat dan besarnya normal, lendir pada biji
dibersihkan dengan 3 perlakuan, yaitu abu dapur, abu sekam dan sekam bakar dengan cara
digosokkan pada permukaan biji, biji dikeringkan, setelah kering biji diseleksi dengan
membuang biji yang hampa atau jelek. Setelah mendapat biji yang ada kulit tanduknya,
maka biji tersebut harus kita hilangkan lendirnya hingga bersih. Setelah sudah di oleskan
dengan abu sekam, arang sekam dan abu dapur biji kopi dapat di tanam langsung.
Perkecambahan benih adalah perkembangan dari embrio diawali dengan munculnya
sturktur penting yang menembus kulit benih, dan mampu berkembang sehingga menjadi
tanaman normal pada keadaan alam yang menguntungkan. Faktor internal dan faktor
eksternal sangat mempengaruhi proses perkecambahan. Faktor internal diantaranya yaitu
tingkat kemasakan benih dan dormansi. Sedangkan faktor eksternall yang dapat
mempengaruhi perkecambahan adalah air, gas, suhu, cahaya dan media perkecambahan
Media perkecambahan yang akan memberikan hasil
terbaik adalah media perkecambahan yang optimum, yaitu media yang mampu
menyediakan semua unsur hara dan air yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman itu sendiri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mahasiswa mengetahui bagaimana cara teknik pembuatan bibit kopi mulai dari
memilih benih kopi yang akan di bersihkan lalu membersihkan benih kopi menggunakan
arang sekam, sekam bakar dan abu bakar/abu piring lalu kemudian melakukan
penyemaian pada benih kopi dan melakukan perawatan hingga bibit kopi dapt di tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Ekadinata, O. 2002. Peranan Uji Citarasa dalam Pengendalian Mutu Kopi. Materi Pelatihan
Uji Citarasa Kopi. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
Prastowo, Bambang, dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Jakarta: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perkebunan.p. 20-26.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budi Daya Pengelolaan Kopi Arabika dan Robusta.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Lampiran