Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI

ACARA 2 
“Teknik Pembuatan Pengajiran Tanaman Perkebunan”

Disusun Oleh:

Nama : Rotua Pangaribuan


NPM : E1J019070
Shift : A2
Hari/Pukul : Senin, 08.00-12.00 WIB
Dosen Pembimbing : Ir. Hermansyah, M.P.
Co-Ass : 1. Sampurno Hidayah (E1J018108)
2. Nurul Hamidah Lubis (E1J018022)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengajiran adalah untuk menentukan tempat–tempat yang kelak akan ditanami.
Sistem  jarak tanam yang digunakan adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam sesuai
dengan kesuburan  tanah. Bila keadaan tanah subur maka jarak tanam yang digunakan
semakin lebar dan sebaliknya 
Komoditi perkebunan Sebelum ditanami perlu dilakukan penetapan jarak tanam
dengan  pengajiran. Setelah itu baru dilakukan pembuatan lobang tanam sesuai letak ajir.
Selesai  pembuatan lobang tanam baru dilakukan penanaman. Pengajiran bertujuan untuk
penetapan lubang  tanam yang akan ditanami dengan terlebih dahulu dilakukan pengukuran.
Pengukuran dilakuan  untuk penempatan jalan kebun, areal tanaman terutama dalam bentuk
bedengan. Setelah  ditentukan jarak tanam, maka pengukuran lahan dilakukan kemudian
pada tempat untuk dibuat  lubang tanaman ditancapkan ajir yang terbuat dari bilah dengan
ukuran panjang sekitar 1 meter  dan lebar 2 cm dengan ujung yang diruncingkan untuk
memudahkan penancapan ajir. 
Pengajiran sangat penting dilakukan dalam pembukaan lahan, tujuan atau fungsi
pengajiran  ini yakni untuk mendapatkan tanaman yang rapi, barisan yang rapi lurus. Baik
pada lahan datar  atau pun miring. Inilah cara yang dilakukan agar memudahkan penanaman
dalam area yang miring  dan tidak rata. Dengan adanya ajir,maka tanaman akan dibuat lurus
dengan 1 titik Ajir  Induk.Mempermudah kita dalam merawat tanaman, mengatur cahaya
yang masuk apakah sudah  cukup/atau akan saling terlindungi karena daun atau tajuk
tanaman sudah bertemu. 
1.2. Tujuan 
Memahami dan terampil melakukan pengajiran agar memperoleh pertanaman yang 
lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun agak miring. 
1.3 Manfaat Yang Diharapkan 
Dapat mengetahui teknik pengajiran pada lahan datar dan lahan miring dengan
membuat  ajir induk pada kedua sisi lahan, kemudian dilakukan dengan sistem barisan lurus
atau zigzag  sesuai jarak tanam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengajiran dilakuakan segera setelah lahan dibersihkan, dilanjutkan dengan


pengajiran  untuk menentukan titik penggalian lobang tanaman sesuai dengan jarak tanam
yang direncanakan.  Dalam uraian ini digunakan jarak tanam 9 m dalam sistem segitiga sama
sisi, sehingga jarak tanam  antar barisan menjadi 7,8 m (Pahan, I.2010). 
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam pengajiran terdiri atas meteran (30 m),
kompas  (atau teodolit), ajir utama (2 – 2,5 m) dan ajir (1 – 1,25 m), bendera, parang dan tali.
Untuk  perkebunan rakyat, tidak menggunakan kompas (apa lagi teodolit), tetapi biasanya
mengandalkan  meteran dan tali dalam menetapkan garis utama yang selanjutnya
mengandalkan mata untuk  melihat kelurusan barisan ajir. (Chairul,2008) 
Pengajiran model segitiga di lahan datar hingga berombak dimulai dengan
menetapkan  garis lurus arah Utara – Selatan. Tentukan titik awal, tancapkan pasak pada salah
satu jung tali tadi  (1), lalu tancapkan ajir utama dan ukur 9 m untuk titik penanaman
berikutnya dalam arah garis  lurus pertama tadi, lalu tancapkan pasak pada ujung tali yang
satu (2). Dari titik ajir utama tarik  garis lurus ke arah Timur – Barat tegak lurus terhadap
garis Utara Selatan tadi. Kemudian tarik  pasak di titik pertengahan dari tali ke arah barisan
tanaman di sebelahnya (barisan kedua) sampai  tali menegang (3) sehingga terbentuk segitiga
sama sisi 9 x 9 x 9 m (Kalshoven, L.G.E. 2008). 
Pengajiran dan pencegahan erosi di lahan miring. Pengajiran di lahan berbukit atau
curam  sebaiknya mengikuti garis kontur. Upaya pencegahan erosi di lahan miring harus
dilakukan baik  secara mekanis maupun biologis atau kombinasi keduanya. Pencegahan erosi
secara mekanis  berupa teras. Teras dapat berupa teras kontinu seperti teras Bangku atau teras
individual. (Wibawa,  G at all,2000). 
Manfaat pembuatan teras sangat besar antara lain mencegah proses erosi tanah yang 
berlebihan, meningkatkan air hujan yang masuk ke dalam tanah, memudahkan transportasi
saprodi  dan hasil panen, memudahkan mobilitas tenaga kerja sehingga meningkatkan
produktivitasnya,  dan buah brondolan yang hilang lebih sedikit. (Direktorat Jenderal
Perkebunan. 2005).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum 


Praktikum dilaksanakan pada hari Senin 07 Maret 2022 pada pukul 07:00 WIB. Di lahan
zona  pertanian laboratorium Agroekoteknologi fakultas pertanian Universitas Bengkulu. 
3.2 Bahan Dan Alat 
Meteran, kompas, tali pancang, tali rafia, tongkat ajir induk, dan tongkat ajir kecil/biasa. 
3.3 Cara kerja 
Berikut cara pengajiran untuk pertanaman kopi dengan dengan menggunakan sistem jarak
tanam pagar dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m. 
1). Pembuatan ajir induk (dengan menggunakan BTM/Theodolit) : 
1. Tentukan arah Barat-Timur (BT) dan Utara-Selatan (US) dan keduanya berpotongan tegak
lurus. 
2. Tentukan titik A untuk awal mulai pekerjaan, selanjutnya Ukur AC = CD = 21 m pada
arah BT, dan AG = GH = 21 m menurut arah US 
3. Buat garis a dan b tegak lurus pada BT di C dan D demikian pula p dan q tegak lurus pada
US di G dan H 
4. Garis a memotong p dan q di F dan I, sedangkan b di E dan J. 
5. Secara sama dibuat petak-petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi seluruh areal
yang akan ditangani. 
Pembuatan petak selanjutnya tidak memerlukan BTM, cukup berpedoman pada ajir induk
yang telah ada. Titik A, C, D, E, F, G, H, I dan J disebut ajir induk atau ajir pokok dan
dipasangi dengan Ajir yang ukurannya lebih besar dan diberi cat warna yang mencolok
(merah) 
2). Pembuatan petak sesuai dengan jarak tanam, contoh : ACFG 
1. Ukur menurut arah GF, jarak 2,5 m, dengan titik F1, F2, F3, dan F4, demikian juga AC
dengan titik A1, A2, A3, dan A4, 
2. Ukur menurut arah CF jarak 2,5 m dengan titik C1, C2, C3, C4 dst , demikian juga AG
dengan titik G1, G2, G3, G4 dst. 
3. Hubungkan dengan tali titik-titik A1 dan F1, A2 dan F2, A3 dan F3, A4 dan F4, keempat 
tali ditarik dengan kencang agar diperoleh garis yang lurus. 
4. Hubungkan dengan tali titik-titik G1 dan C1, tali G1 dan C1 ditarik dengan kencang. Tali
G1 C1 akan memotong tali A1 F1, A2 F2, A3 F3, dan A4 F4, dan pada titik potong tersebut
ditancapkan sebuah ajir.
5. Tali bekas penghubung antara titik G1 dan C1 dipindahkan untuk menghubungkan titik 
G2 dan C2, yang juga akan memotong A1 F1, A2 F2, A3 F3, dan A4 F4 dengan cara sama 
pada setiap titik potong tersebut ditancapkan sebuah ajir. 
6. Ulangi cara-cara tersebut sampai semua petak terisi. 
3.4 Sifat-Sifat Yang Diamati 
Ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. 
Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ketajaman 
mata si pelaksana. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang 
selesai dibuat. 
Pengajiran sebaiknya dimulai di tengah-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehingga
bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi dan batas-batas
kebun, sungai dan jalan. Dalam pengajiran diperlukan suatu tim yang kompak,  dan
jumlahnya tidak melebihi 5 orang setiap timnya.
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS HASIL

4.1. Hasil Praktikum 


 Praktikum ini didapat hasil titik penanaman yang tepat berdasar panduan pada perkebuan 
kopi. Hasil pada praktikum ini selanjutnya akan digunakan untuk membuat lubang tanam
tanaman  kopi. Titik ajir pada lahan lahan kami berjumlah 25 titik penanaman yang baru. 
4.2 Analisis Hasil 
Luas lahan yang digunakan adalah 15m x 15m dengan jarak tanam 3m x 3m maka di 
dapatlah lubang tanam : 
1. Panjang 15m/3m = 5 lubang tanam atau 5 titik ajir 
2. Lebar 15m/3m = 5 lubangg tanam atau 5 titik ajir  
Jadi untuk keseluruhan lubang tanam/ajir itu 5 x 5 = 25 titik ajir atau 25 lubang tanam
BAB V
PEMBAHASAN

  Pengajiran dilakukan untuk memperoleh tanaman yang rapi dan teratur dalam 
penanamannya. Pengajiran ini penting sebab pada praktiknya lahan perkebunan tidak selalu
rata,  sehingga perlu adanya pengaturan jarak tanam yang sesuai. Pengajiran dipilih biasanya 
berdasarkan komoditi dan keadaan tanahnya. Keadaan tanah yang sering dipertimbangkan
adalah  mengenai kemiringan lahan. 
 Pengajiran yang kami gunakan pada praktikum ini adalah ajir jarak pagar. Teknik 
pengajiran ini pada dasarnya menerapkan prinsip pagar. Hal ini dapat kita lihat pada hasil 
pengajiran bahwa tanaman ditanam lebih rapat pada dalam barisan tanaman tersebut,
selanjutnya  pada tanaman antar barisan dialkukan dengan jarak yang lebih lebar. Teknik
pengajiran ini dipilih  berdasarkan pada keadaan kemiringan lahan yang digunakan saat
praktikum, selain itu dengan  metode ini diharapkan lahan lebih maksimal digunakan dari
teknik pengajiran yang lain. 
 Jumlah titik ajir yang kami dapatkan dengan metode ajir jarak pagar 2,5m x 2,5 m
adalah  25 titik. Pengajiran jarak pagar dapat digunakan untuk menjaga tanah sebab dengan
teknik  penanaman jarak pagar erosi tanah dapat dikurangi. Pengajiran jarak dapat
mengoptimalkan daya  fungsi tanah selain itu seperti yang kita ketahui bahwa tanaman kakao
lebih optimal jika dilakukan  pengajiran dengan metode ini sebab jumlah tanamannya lebih
banyak dan dalam hal pemanenan  akan lebih mudah nantinya saat tanaman sudah mulai
menghasilakn. Pemilihan pengajiran ini  memudahkan pengontrolan.
BAB Vl
PENUTUP

6.1. Kesimpulan 
 Pengajiran dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang rapi sesuai sudut kemiringan lahan 
yang digunakan dalam perkebunan. Pengajiran dipilih sesuai dengan komoditi yang akan 
dikembangkan dalam perkebunan tersebut. Teknik pengajiran yang dipilih pada praktikum
ini  adalah pengajiran dengan sistem jarak pagar. Hal ini dipilih berdasarkan kriteria tanaman
kopi  yang potensial mengunakan teknik pengajiaran tersebut. 
6.2. Saran 
Saran yang dapat saya sampaikan dalam praktikum simulasi pengajiran pada
tanaman  industri ini sebaiknya praktikan lebih cermat dalam memerhatikan penjelasan, agar
hasil  pengajiran yang dialakuan lebih rapi dan baik. Praktikan perlu memerhatikan ketelitian
kerja agar  hasil pengajiran antar kelompok dapat seragam pada luasan lahan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

Chairul, hanum. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 1 untuk SMK Jakarta :  Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal 
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. 
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005. Pedoman Budidaya Yang Baik Untuk Tanaman
Karet  (Good Agriculture practices for Rubber). Departemen Pertanian, Jakarta. 
Kalshoven, L.G.E. 2008. Pest of Crop in Indonesia. P.T.Ichtiar Baru –van Hoeve,
Jakarta. P.85. 
Pahan, I.2010. Panduan lengkap Kelapa sawit. Managemen Agribisnis dari hulu hingga 
hilir.Penebar Swadaya, Jakarta. 
Wibawa, G. At all. 2000. Alternatif Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat dengan
Pola 
Wanatani. Proceeding lokakarya dan ekspose teknologi perkebunan. Buku I. Model
peremajaan  karet rakyat secara swadaya. AP2I.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai